Вы находитесь на странице: 1из 14

MAKALAH ASUHAN KEHAMILAN

TANDA – TANDA BAHAYA/KOMPLIKASI IBU DAN JANIN


PADA KEHAMILAN LANJUT
DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK VI
1. Fera Syafitri Harianja NIM : 17011
2. Juni Ardiyanti NIM : 17018
3. Mollisa Putri
4. Siti Fatimah
5. Sri Melly Anggun Sari NIM : 17050

Dosen Pembimbing: Martha Imelda Sianturi,SKM,M.Kes

STIKES AUDI HUSADA MEDAN


TA : 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tanda bahaya kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga dapat
ditangani dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa
mengakibatkan komplikasi kehamilan.
Berdasarkan penilitian, telah diakui saat ini bahwa setiap kehamilan dapat
memiliki potensi dan membawa risiko bagi ibu. WHO memperkirakan sekitar 15%
dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan
dengan kehamilannya dan dapat mengancam jiwanya. Bidan sebagai pemberi
pelayanan kebidanan akan menemukan wanita hamil dengan komplikasi-komplikasi
yang mungkin dapat mengancam jiwa.
Oleh karena itu, bidan harus dapat mendeteksi sedini mungkin terhadap tanda-
tanda bahaya pada ibu hamil yang mungkin akan terjadi, karena setiap wanita hamil
tersebut beresiko mengalami komplikasi. Yang sudah barang tentu juga memerlukan
kerjasama dari para ibu-ibu dan keluarganya, yang dimana jika tanda-tanda bahaya
ini tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi, dapat mengakibatkan kematian ibu.
Kematian ibu yang terjadi pada waktu kehamilan 90% disebabkan oleh
komplikasi obstetri, yang sering tidak diramalkan pada saat kehamilan.
Komplikasi obstetri secara langsung adalah Perdarahan, infeksi dan eklamsia.
Secara tidak langsung kematian ibu juga dipengaruhi oleh keterlambatan ditingkat
keluarga dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan membuat keputusan untuk
segera mencari pertolongan. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan
dan pertolongan di fasilitas pelayanan kesehatan. Angka kematian ibu di
Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN. Angka kematian ibu di Indonesia
menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2005 sebesar
262 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
248 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Jawa Tengah tahun
2003-2007 sebesar 101,36 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2010
diharapkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Tanda bahaya
kehamilan harus dikenali dan terdeteksi sejak dini sehingga dapat ditangani dengan
benar karena setiap tanda bahaya kehamilan bisa mengakibatkan komplikasi
kehamilan. Tanda bahaya kehamilan antara lain: perdarahan pervaginam, bengkak
pada muka atau tangan yang disertai sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur
dan kejang, nyeri abdomen Bagian bawah, mual muntah berlebihan, demam
tinggi, janin kurang bergerak seperti biasanya dan ketuban pecah dini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengertian deteksi dini ?
2. Apa saja tanda-tanda komplikasi ibu dan janin masa kehamilan lanjut?
3. Bagaimana mengetahui adanya tanda-tanda kompliakasi ibu dan janin masa
kehamilan lanjut?
4. Bagaimanaa penanganan dalam menghadapi tanda-tanda komplikasi ibu dan
janin masa kehamilan lanjut?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian deteksi dini
2. Mengetahui tanda-tanda komplikasi ibu dan janin masa kehamilan lanjut
3. Mengetahui cara bagaimana mengetahui tanda-tanda komplikasi ibu dan
janin masa kehamilan lanjut
4. Mengetahui penanganan dalam menghadapi tanda-tanda komplikasi ibu dan
janin masa kehamilan lanjut
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya
bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila
tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

2.2 Tanda-Tanda Dini Bahaya/ Komplikasi Ibu Dan Janin Masa Kehamilan
Lanjut
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut terjadi setelah kehamilan 28
minggu. Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta (plasenta
previa, solusio plasenta atau perdarahan yang belum jelas sebabnya) dan bukan
dari kelainan plasenta (erosi, polip, varises yang pecah).Pada awal kehamilan,
ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu
pertama terlambat haid. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi
(penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim) dan ini normal terjadi. Pada
waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin terjadi pertanda
servik yang rapuh (erosi). Perdarahan semacam ini mungkin normal atau
mungkin suatu tanda adanya infeksi.
a. Batasan
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan
pada trismester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan.
Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak
dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai rasa nyeri.
b. Jenis-jenis perdarahan antepartum
1) Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. (implantasi plasenta yang normal
adalah pesan depan, dinding rahim atau didaerah fundus uteri).
a) Gejala-gejala
(1) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, biasa terjadi
secara tiba-tiba dan kapan saja.
(2) Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada
bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat
mendekati pintu atas panggul.
(3) Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berukuran maka
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
b) Deteksi dini
(1) Pengumpulan data
(a) Tanyakan pada ibu tentang karakteristik perdarahannya, kapan
mulai, seberapa banyak, apa warnanya, adakah gumpalan dan
lain-lain.
(b) Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang.
(2) Pemeriksaan fisik
(a) Periksa TD, suhu, nadi dan DJJ.
(b) Jangan melakukan pemeriksaan dalam dan pemasangan
tampon, karena menimbulkan perdarahan yang berbahaya dan
infeksi.
(c) Lakukan pemeriksaan luar (eksterna), rasakan apakah perut
bagian bawah lembut pada perabaan.
(d) Pemeriksa inspekulo dilakukan secara hati-hati, dapat
menentukan sumber perdarahan berasal dari canalis servikalis
atau sumber lain seperti varices yang pecah, dan kelainan
servik.
(3) Pemeriksaan USG
(a) Diagnosis plasenta previa dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Ketepatan diagnosisnya
mencapai 95%-98%.
(b) Pemeriksaan USG dapat menentukan inplantasi plasenta dan
jarak tepi plasenta terhadap ostium.
(4) Pemeriksaan dalam di meja operasi
(a) Pemeriksaan dalam meja operasi dengan cara melakukan
perabaan plasenta secara langsung melalui pembukaan serviks.
(b) Jika masih terdapat keraguan diagnosis, lakukan pemeriksaan
digital dengan hati-hati.
2) Solusio Plasenta (abruptio plasenta)
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta
terlepas sebelum janin dilahir.
a) Tanda dan gejala
(a) Darah dari tempat perlepasan keluar dari serviks dan terjadilah
perdarahan tampak.
(b) Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul dibelakang plasenta.
(c) Solusio plasenta menimbulkan tanda yang lebih khas (rahim keras
seperti papan). Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan
keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
(d) Perdarahan disertai nyeri, juga diluar his karena isi rahim.
(e) Nyeri abdomen saat dipegang.
(f) Palpasi sulit dilakukan.
(g) Fundus uteri makim lama makin naik.
(h) Bunyi jantung biasanya tidak ada.
b) Deteksi dini
Pengumpulan data :
(1) Tanyakan pada ibu tentang karakteristik pendarahannya, kapan
mulai, seberapa banyak, apa warnanya, adakah gumpalan dan lain-
lain.
(2) Tanyakan pada ibu apakah ia merakasakan nyeri/sakit ketika
mengalami perdarahan tersebut.
3) Gangguan pembekuan darah
Koagulopati dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan yang hebat.
Catatan : pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, perkembangan
dapat dicegah jika volume darah dipulihkan segera dengan pemberian
cairan infuse (NaCl atau Ringer Lactat).
Gambaran klinis bervariasi mulai dari perdarahan hebat, dengan atau tanpa
komplikasi thrombosis, sampai keadaan klinis yang stabil yang hanya
terdeteksi oleh pemeriksaan laboratorium.
2. Sakit Kepala yang hebat
a. Batasan
Masalah : Wanita hamil mengeluh nyeri kepala yang hebat.
Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari preeklamsia.
b. Deteksi dini
Pengumpulan data
Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami edema pada muka/tangan atau
masalah visual.
c. Pemeriksaan
1. Periksa TD, protein urine, refleks dan edema/bengkak.
2. Periksa suhu, jika tinggi, pikirkan untuk melakukan pemeriksaan darah
untuk mengetahui adanya parasit malaria.
3. Penglihatan kabur
a. Batasan
Masalah : Wanita hamil mengeluh penglihatan yang kabur.
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Perubahan ringan (minor) adalah normal.
b. Tanda dan gejala
1) Masalah visual yang mengindikasiakn keadaan yang mengancam
adalah prubahan visual yang mendadak, misalnya pandangan kabur dan
berbayang.
2) Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan
mungkin menandakan preeklamsia.
c. Deteksi dini
Pemeriksaan data : Periksa TD, protein urine, refleks dan edema.
d. Penanganan
Berikan konseling pada ibu mengenai tanda-tanda preeklamsia dan segera
merujuknya ke dokter spesialis kandungan.
4. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan
a. Penjelasan gejala dan tanda
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik
yang lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan preeklamsia.
b. Deteksi dini
1) Pengumpulan data
Tanyakan pada ibu apakah ia mengalami sakit kepala atau masalah visual.
2) Pemeriksaan
a) Periksa adanya pembengkakan.
b) Ukur TD dan protein urine ibu.
c) Periksa hemoglobin ibu (atau warna konjungtiva) dan tanyakan tentang
tanda dan gejala lain dari anemia.
3) Penanganannya
a) Jika ibu tidak sadar atau kejang, segera menyiapkan fasilitas tindakan
gawat darurat.
b) Segera dilakukan penilaian terhadap keadaan umum, termasuk tanda-
tanda vital sambil menanyakan riwayat penyakit sekarang dan terdahulu
dari pasien atau keluarganya.
c) Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal :
(1) Membebaskan jalan nafas.
(2) Jika tidak bernafas dilakukan ventilasi dengan masker dan balon.
(3) Jika pasien bernafas, diberi oksigen 4-6 liter per menit melalui
masker.
d) Jika pasien tidak sadar/koma
(1) Membebaskan jalan nafas
(2) Membaringkan pada sisi kiri
(3) Mengukur suhu
(4) Memeriksa adakah kaku tengkuk.
e) Jika kejang
(1) Membaringkan pasien pada sisi kiri, tempat tidur arah kepala
ditinggikan sedikit.
(2) Membebaskan jalan nafas.
(3) Melakukan pengawasan tanda-tanda vital.
(4) Menghindarkan pasien jatuh dari tempat tidur.
5. Keluar cairan pervaginam
Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak berupa perdarahan
banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis. Penyebab terbesar
persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi ketuban
pecah dini 10 % mendekati dari semua persalinan dan 4 % pada kehamilan
kurang 34 mg.
Penyebabnya adalah serviks inkompeten, ketegangan rahim berlebihan
(kehamilan ganda, hidramnion), kelainan bawaan dari selaput ketuban, infeksi.
Penatalaksanaan : pertahankan kehamilan sampai matur, pemberian
kortikosteroid untuk kematangan paru janin, pada UK 24-32 minggu untuk janin
tidak dapat diselamatkan perlu dipertimbangkan melakukan induksi, pada UK
aterm dianjurkan terminasi kehamilan dalam waktu 6 jam sampai 24 jam bila
tidak ada his spontan.
a. Batasan
1) Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina pada trimester ke 3.
2) Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.
3) Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum
kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.
4) Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala
5) Persalinan. Bisa juga pecah saat mengedan.
b. Deteksi dini
Strategi pada perawatan antenatal
1) Deteksi factor resiko
2) Deteksi infeksi secara dini
3) USG : biometri dan funelisasi
Trismester I : deteksi factor resiko, aktifitas seksual, Ph vagina, USG,
pemeriksaan garam, darah rutin, urine.
Trismester II dan III : hati-hati ada keluhan nyeri abdomen, punggung,
kram didaerah pelvis, perdarahan pervaginam, diare, rasa menekan di
pelvis.
a) Pengumpulan data
Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG
(5) Dengan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar
(jumlah, warna dan bau) dan membedakannya dengan urine.
(6) Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di
forniks posterior.
(7) Tentukan ada tidaknya infeksi
(8) Tentukan tanda-tanda inpartu.
b) Konfirmasi diagnosis
(1) Bau cairan yang khas
(2) Jika keluarnya cairan sedikit-sedikit, tamping cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian.
c. Penanganan
1) Meminta bantuan, menyiapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
2) Melakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu, termasuk tanda
vital (nadi, tekanan darah, respirasi dan temperatur).
3) Jika dicurigai adanya syok, segera dilakukan tindakan, meskipun tanda-
tanda syok belum terlihat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk
segera dilakukan penanganan syok.
6. Gerakan janin tidak terasa
Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3, normalnya ibu
mulai merasakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat
merasakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah.
b. Masalah : ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3.
c. Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke
6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.
d. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah
e. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring untuk beristirahat
dan minum dengan baik.
1) Tanda dan gejala
Gerakan bayi kurang dari 3 kali dalam periode 3 jam
2) Deteksi dini
a) Pengumpulan data
Jika bayi sebelumnya bergerak dan sekarang tidak bergerak, tanyak
pada ibu: kapan berakhir bergerak.
b) Pemeriksaan
(1) Raba gerakan bayi
(2) Dengarkan DJJ
(3) Jika pemeriksaan radiologi tersedia konfirmasi kematian janin
setelah 5 hari
(4) USG : merupakan sarana diagnostic yang baik untuk memastikan
kematian janin
3) Penanganannya
Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat
dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
7. Nyeri perut yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menepat dan tidak hilang setelah
beristirahat. Hal ini berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit atau infeksi lain.
a. Batasan tanda dan gejala
1) Masalah : ibu mengeluh nyeri perut pada kehamilan trimester ke III
2) Nyeri abdomen yang berhubungan dengan persalinan adalah normal
3) Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat.
4) Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit
radang panggul, persalinan preeterm, gastritis, penyakit kantong empedu,
uterus yang irritable, abrupsio plasenta, ISK atau infeksi lain.
b. Deteksi dini
1) Pengumpulan data
a) Tanyakan pada ibu tentang karakteristik dari nyeri, kapan terjadi,
seberapa hebat, kapan mulai dirasakan.
b) Tanyakan pada ibu apakah ia mempunya tanda dan gejala lain seperti
muntah, diare dan demam.
2) Pemeriksaan
a) Ukur TD, suhu dan nadi.
b) Lakukan pemeriksaan ekternal (luar), pemeriksaan internal (dalam),
raba kelembutan abdomen atau rebound tenderness (kelembutan yang
berulang)
c) Periksa protein urine
c. Penanganan umum:
1) Segera melakukan pemeriksaan keadaan umum meliputi tanda vital
(nadi, tensi, respirasi,suhu).
2) Jika dicurigai syok, segera melakukan penanganan syok meskipun
gejala syok tidak jelas.
3) Jika ada syok, segera memberi terapi dengan baik.

Вам также может понравиться