Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
Disampaikan dalam Pelatihan Snorkeling untuk Kelompok Sadar Wisata Desa Kolorai dalam rangka
pelaksanaan KKN-PPM UGM 2016
2
Mahasiswa Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, UGM angkatan 2013
Setelah digunakan mask juga harus dilakukan pemeliharan dan
penyimpanan agar tetap awet untuk jangka waktu yang lama. Pemeliharaan
dan penyimpanan mask sebagai berikut :
a. Jangan dibiarkan terkena sianr matahari terlalu lama.
b. Cuci bersih dengan air tawar setelah pemakaian,
c. Hindari tertindih benda lain yang lebih berat daripada mask pada saat
menyimpan
d. Untuk penyimpanan jangka lama, berikan silicon spray/talk/pasta gigi
pada lapisan silicon strap lalu masukan ke dalam plastik wrap/plastik
biasa.
2.2 Snorkel
Snorkel merupakan alat survival penting yang digunakan oleh seorang
Skin Diver ataupun Scuba Diver. Fungsi dari snorkel antara lain :
a. Membantu penyelam bernafas di permukaan air tanpa mengangkat
kepalanya.
b. Membantu penyelam berenang menuju sasaran tanpa menggunakan
udara dari tabung Scuba.
c. Memungkinkan penyelam melihat pemandangan bawah air dengan
cara berenang dan menelungkupkan muka di permukaan air.
Ketika akan memilih snorkel perhatikan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Pas dan nyaman di mulut
b. Panjang antara 12-14 inci
c. Semi fleksibel
d. Tidak dilengkapi alat penutup apapun pada ujung atas, misal bola
pingpong. Akan tetapi banyak model snorkel sekarang yang
berteknologi full dry yang memiliki semacam katup di ujung atas yang
akan tertutup ketika seluruh badan snorkel terendam air.
2.3 Fins
Fins jika di-Indonesia-kan dikenal dengan istilah “sirip selam” atau “kaki
katak” diciptakan untuk memberi kekuatan dorongan pada kaki dan
merupakan piranti penggerak. Fins bukan dibuat untuk menambah
kecepatan berenang melainkan menambah daya kayuh. Dengan bantuan
fins kemampuan renang akan bertambah 10 kali lebih besar dibanding
tanpa menggunakan fins. Berdasarkan jenis fins dibedakan menjadi 3 (tiga)
diantaranya :
a. Foot Pocket/Full Foot
Fins jenis ini sangat cocok untuk kegiatan Skin Diving/Snorkeling/Fins
Swimming. Dengan letak lempeng yang lebih menyudut membuat kaki
tidak mudah lelah. Ukuran besar-kecil (size) kaki pemakai merupakan
hal yang menentukan untuk kenyamanan pemakaian.
b. Open Heel
Fins jenis ini lebih cocok digunakan untuk kegiatan Scuba Diving karena
bentuknya yang biasanya berlempeng lurus, semi kaku dengan
lempengan lebih panjang. Jenis ini memberikan kekuatan lebih besar,
namun membutuhkan waktu penyesuaian bagi otot-otot kaki. Dibanding
fins jenis fool foot, fins open heel memiliki kelebihan dalam hal
kemudahan untuk memakai dan melepasnya.
3.2 Snorkel
a. Cek selaput silikon pada valve di bagian bawah dalam keadaan utuh
atau sobek. Hal ini berkaitan dengan masuknya air ke dalam snorkel jika
selaput silikon mengalami sobek walaupun sedikit.
b. Cek mouthpiece apakah sobek atau tidak untuk memberikan
kenyamanan pada saat bernafas dengan mulut
c. Pasangkan snorkel pada mask yang akan digunakan
3.3 Fins
a. Jika menggunakan fins jenis full foot perhatikan apakah ukuran fins
sudah sesuai dengan ukuran kaki pemakai. Fins yang tidak sesuai
menyebabkan ketidaknyamanan pada saat melakukan skin diving
bahkan bisa mengakibatkan kram pada kaki
b. Tekuk ke arah luar foot pocket pada bagian tumit untuk memudahkan
dalam pemakaian
c. Jika menggunakan fins jenis open heel kendurkan atau buka buckle
strap terlebih dahulu untuk memudahkan dalam pemakaian
d. Gunakan booties atau socks untuk menghindari luka akibat gesekan
kulit dengan silikon foot pocket (karet kantung kaki) maupun benda
tajam yang masuk ke dalam foot pocket
e. Kencangkan strap atau tali ikat sesuai kenyamanan pemakai
4. Hand Signals
Hand signals atau kode tangan merupakan kode atau alat untuk
berkomunikasi di dalam air. Hal ini perlu dikuasai oleh penyelam baik Scuba
Diver maupun Skin Diver mengingat ketika di bawah permukaan air penyelam
tidak dapat menggunakan suara dari mulut untuk berkomunikasi antar
penyelam. Untuk kegiatan Skin Diving/Snorkeling tidak terlalu banyak
dibutuhkan karena penyelaman masih dapat berkomunikasi di permukaan air.
Akan tetapi hand signal sangat berguna untuk meminimalisisasi gerakan yang
bisa menghambat kegiatan skin diving/snorkeling ketika ingin berkomunikasi
antar penyelam. Contohnya harus berhenti bergerak kemudian melepas
mouthpiece snorkel hanya untuk menyampaikan beberapa kata yang
sebenarnya bisa diwakilkan dengan hand signal. Berikut merupakan contoh
hand signal yang mudah dilakukan pada saat skin diving :
6. Snorkel clearing
Snorkel clearing adalah cara untuk menguras snorkel yang terisi air
dengan menghembuskan udara ke dalam snorkel melalui tekanan yang kuat.
Ada dua cara melakukan snorkel clearing yaitu :
6.1 Popping
Cara ini merupakan cara yang umum dan paling mudah dilakukan untuk
menghilangkan air dalam snorkel. Caranya yaitu menghembuskan udara ke
dalam snorkel sekuat-kuatnya sehingga air dalam snorkel dapat keluar
melalui valve.
6.2 Water Displacing Method
Cara snorkel clearing dengan metode ini sangat membantu, karena tidak
perlu meniup udara dengan keras. Pada saat snorkel terisi air, tengadahkan
kepala sehingga ujung snorkel mengarah ke bawah dan hembuskan udara
secara perlahan-lahan.
9. Equalizing
Equalizing merupakan cara untuk menyamakan tekanan di telinga
dengan tekanan air di sekitar lingkungan penyelam. Equalizing sangat penting
dilakukan terutama ketika penyelam melakukan teknik skin diving (dijelaskan
pada bab 11) yang mana pasti tubuh penyelam akan mengalami perubahan
tekanan. Jika penyelam tidak melakukan equalizing yang pasti terjadi adalah
telinga akan terasa sakit dan menyebabkan rongga sinus tertekan yang juga
akan menimbulkan sakit yang luar biasa pada dahi.
Ada beberapa cara equalizing yang biasa diterapkan oleh beberapa
penyelam, diantaranya :
a. Menutup hidup melalui pocket nose pada mask kemudian meniupkan udara
ke dalam saluran Eustachius dari tenggorokan hingga terasa seperti ada
katup yang terbuka pada bagian telinga. Ketika sudah seperti itu maka
tekanan yang ada pada bagian tengah telinga sudah sama dengan tekanan
air di luar tubuh penyelam.
b. Menelan air liur hingga terasa ada katup yang terbuka pada bagian telinga.
13. Ascent
Untuk menghindari cedera pada waktu muncul ke permukaan, penyelam
harus selalu melihat ke atas, menggapai dan kemudian muncul perlahan-lahan
lalu berputar 360o sambil tetap mengawasi sekitar permukaan tempat
penyelam muncul. Manuver ini penting sekali, terutama pada tahap 1,5 meter
terakhir sebelum sampai ke permukaan.
13.1 Teknik Muncul Terkendali (Slow Ascent)
Penyelam harus selalu naik ke permukaan dengan lambat. Kecepatan
aman untuk naik adalah 60 feet per menit. Cara mengetahui kecepatan
yang paling mudah adalah melihat gelembung udara terakhir dan tidak
boleh mendahuluinya.
15. Floating
Floating secara pengertian sama dengan treading/water trappen yakni
teknik atau kemampuan untuk mengambang/mengapung di permukaan air.
Bedanya terletak pada gerakan yang dilakukan. Floating lebih bersifat statis
beda dengan treading yang lebih dinamis karena adanya gerakan tangan dan
kaki yang membantu tubuh tetap berada di permukaan air. Floating praktis
hanya mengandalkan kemampuan mengolah pernafasan dari diri penyelam.
Cara melakukannya yaitu dengan membaringkan tubuh menghadap ke
atas kemudian mulai mengatur dan mengolah nafas sehingga paru-paru
berfungsi penuh sebagai pelampung alami. Teknik mengatur nafas yang biasa
digunakan ketika floating yakni dua kali tarikan nafas kemudian hembuskan
satu kali secara terus menerus dan perlahan-lahan. Keberhasilan teknik
floating juga dipengaruhi oleh tubuh penyelam apakah memiliki bouyancy
positif atau negatif karena masing-masing tubuh memiliki kemampuan
bouyancy yang berbeda.