Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur
pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan
isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan
yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian
antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai
progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi.
Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial
menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat
mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan
penanganan secara tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada
mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita
untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya
semakin berlipat ganda. (Mansjoer, 2001)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kehamilan ektopik?
2. Bagaimana etiologi dari kehamilan ektopik?
3. Apa saja tanda dan gejala kehamilan ektopik?
4. Apa saja klasifikasi dari kehamilan ektopik?
5. Bagaimana patofisiologi dari kehamilan ektopik?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kehamilan ektopik?
7. Bagaimana penatalaksanaan untuk menangani kehamilan ektopik?
8. Apa saja komplikasi pada kehamilan ektopik?
9. Bagaimana discharge planning pada kehamilan ektopik?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada kehamilan ektopik?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari Kehamilan Ektopik
2. Mengetahui penyebab-penyebab terjadi Kehamilan Ektopik
3. Mengetahui tentang tanda dan gejala kehamilan ektopik
4. Mengetahui klasifikasi dari dari Kehamilan Ektopik
5. Mengetahui patofisiologi serta pathway dari Kehamilan Ektopik
6. Mengetahui pemeriksaan pada kehamilan ektopik
7. Dapat malaksanakan tindakan penanganan kehamilan ektopik
8. Mengetahui komlikasi apa saja yang muncul dari penderita Kehamilan Ektopik
9. Mengetahui bagaimana penanggulangan dan discarhge planning yang dapat di berikan pada
pasien Kehamilan Ektopik
10. Melaksanakan dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kehamilan
ektopik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kehamilan ektopik adalah implantasi yang terjadi ditempat lain selain rongga uterus. Tempat
tersebut meliputi tuba uterina,ovarium, serviks, dan abdomen. (Freser & Cooper, 2009).
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang tumbuh diluar cavum endometrium. Ini sangat
membahayakan terhadap kesehatan seorang wanita dan potensi reproduksi, yang memerlukan
pengenalan segera dan interfensi yang agresif secara dini. Setiap gestasi yang proses implantasinya
terjadi dilokasi selain lapisan endometrium. (NORWITZ & SCHORGE, 2008)
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus, tuba
falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jrang terjadi implantasi pada ovarium rongga perut kanalis
servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter dan di vertikel pada uterus. (Sarwono, 2007).
Kehamilan Ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat implantasinya tidak
memberikan kesempatan untuk tunbuh kembang mencapai aterm.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar endometrium
uterus. Disepanjang keadaan normal ovum yang telah dibuahi (blastocyst) akan berimplantasi
disepanjang endometrium kavum uteri. (Taufan, 2012)

2.2 Etiologi dan Prognosis


1. Faktor tuba
Kerusakan pada tuba fallopi bisa menaikkan angka kehamilan ektopik setinggi 27 %. Riwayat
salpingitis, 30% sampai 50% dari wanita yang di operasi karena kehamilan ektopik. Salpingitis
isthmica nodosa mungkin berkaitan dengan disfungsi tuba faktor-faktor resiko lainnya:
- Pernah mengalami pembedahan tuba (15%)
- Pernah menderita ektopik (resiko rekurensi 20%)
- Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen tuba
- Hipoplasiauteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelok-kelok
2. Kegagalan Kontrasepsi
Resiko terjadi kehamilan ektopik bisa mendekati 60% pada kehamilan yang terjadi setelah
sterilisasi elektif.
3. Efek Hormonal
Mengubah motilitas tuba, kehamilan ektopik naik 10 kali lipat pada kegagalan “Morning After
Pill”, kenaikkan 5 kali lipat pada pemakaian pill yang mengandung hanya progestin 7% pada
pasien IVF (In Vitro Fertilization), bisa jadi sebagai akibat penyakit yang telah ada pada tuba. .
(Scott, 2002).
4. Faktor Pada Dinding Tuba
- Endometriosis sehingga memudahkan implantasi di tuba
- Divertikel tuba kongenital menyebabkan retensi ovum
5. Faktor Diluar Dinding Tuba
- Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba
- tumor yang menekan dinding tuba
-Pelvic Inflamantory Disease (PID). (Wiknjosatro, 2005 –Helen Varney, 2007-Cunningham,
2006).
6. Faktor Lain
- Hamil saat berusia lebih dari 35 thn
- Fertilisasi in vitro
- Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. (Rachimhadhi, 2005).
Kehamilan Ektopik juga dapat di sebabkan oleh semua kondisi yang mempersempit tuba atau
membuat tuba mengalami konstriksi. Pada beberapa keadaan tertentu, beberapa lumen tuba cukup
besar untuk memungkinkan spermatozoa memasuki tuba namun tidak cukup besar untuk
memungkinkan pasase ovum yang telah di buahi ke arah bawah. Kondisi berikut ini dapat
mengakibatkan penyempitan tuba fallopi tersebut:
 Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya yang mengenai mukusa tuba dan mengakibatkan
aglutinasi parsial pada permukaan yang berlawanan, sebagai contoh: salpingitis gonorea.
 Riwayat proses imflamasi sebelumnya pada permukaan peritonium ekternal tuba fallopi, sebagai
contoh, infeksi puerperal dan pasca aborsi.
 Endometriosis dinding dan lumen tuba fallopi.
 Kelainan perkembangan yang menyebabkan penyempitan segmental pada tuba atau tuba yang
sangat panjang atau yang mengalami perlekukan.
 Pembedahan abdominan atau tuba fallopi sebelumnya yang mengakibatkan pembentukan jaringan
parut dan perlengketan.
 Sterilisasi tuba sebelumnya.
 Penggunaan kontrasepsi oral progesteron dosis rendah. (Reeder, Martin, & Griffin, 2011)
Prognosis
Kehamilan ektopik adalah suatu penyakit yang mengancam jiwa pada 10% kasus dan 1%
dari pasien-pasien tersebut meninggal karena perdarahan internal dan shock atau komplikasi
lanjut. Kehamilam ektopik dapat mengancam potensi reproduksi. Adanya keadaan tetap subur
lebih dikarenakan kerja dari ovarium kontralateral. Wanita yang mengalami kehamila ektopik 2
kali kemungkinan besar akan mengalami kejadian yang berulang. Jika terjadi kehamilan
intrauterin, maka kemungkinan besar kehamilan ektopik akan menghilang dan biiasanya fetus
tetap viable.

2.3 Tanda dan Gejala


 Takikardi dan Penurunan tekanan darah bila terjadi hipovolemi
 Tidak ada menstruasi
 Perdarahan per vaginam ireguler (biasanya dalam bentuk bercak-bercak darah) (NORWITZ &
SCHORGE, 2008)
 Kolaps dan kelelahan
 Pucat
 Nyari bahu dan leher
 Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung
 Gangguan kencing
 Pusing

Tanda dan gejala lain seperti :


a. Nyeri
Gejalannya bergantung pada apakah kehamilan ektopik telah ruptur atau belum gejala yang paling
sering dirasakan adalah nyeri abdomen atau pelvis. Gejala gastrointestinal dan pusing atau kepala
terasa ringan juga sering dijumpai, terutama setelah terjadi ruptur. Nyeri dada pleuritik dapat
terjadi akibat iritasi diafragma yang disebabkan perdarahan.
b. Perdarahan Abnormal
Mayoritas wanita melaporkan aminore dengan berbagai tingkatan bercak atau perdarahan
pervaginam. Perdarahan iterus yang terjadi dengan kehamilan pada tuba sering kali disangka
menstirasi bisa. Perdarahan pada kehamilan ini biasanya berbahu, berwarna coklat gelap dan
timbul secara intermitent atau terus-menerus perdarahan pervaginam yang sangat banyak biasanya
dijumpai pada kehamilan tuba.
c. Nyeri Tekan Abdomen dan Pelvis
Nyeri hebat pada pemeriksaan abdomen dan vagina, terutama ketika serviks di gerakkan, dapat
dilakukan pada lebih dari tiga per empat wanita dengan kehamilan tuba yang ruptur. Namun, nyeri
seperti ini dapat tidak ada sebelum ruptur.
d. Perubahan Uterus
Karena hormon-hormon plasenta, uterus dapat membesar selama tiga bulan pertama pada
kehamilan tuba. Konsistensinya juga dapat serupa dengan kehamilan normal.
Uterus dapat terdorong ke satu sisi oleh masa ektopik, atau apabila ligmentum latum uteri terisi
darah, uterus dapat sangat tergeser. Serpihan desi dua uterus bisa terjadi pada 5-10 persen wanita
dengan kehamilan ektopik. Keluarnya serpihan tersebut dapat disertai kram yang sama dengan
abortus spontan. (MD, 2016)
Menurut Taufan Nugroho tahun 2012 tanda dan gejalan yang juga bia muncul sebagai berikut :
1. Perasaan nyeri dan sakit tiba-tiba didaerah abdomen dan pelviks, yang dapat menandakan keadaan
rupturnya kehamilan ektopik, atau bisa terjadi sebelum terjadinya ruptur.
2. Tanda cullen : sektar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam
3. Trias KET : amenore, nyeri,dan per vaginal
4. Tekanan darah normal, kecuali bila terjadi ruptur, perubahan yang terjadi antara lain adanya
peningkatan ringan, respon vasovagalseperti bradikardi dan hipertensi ataupun penurunan tensi
tajam disertai peningkatan nadi bila perdarahan terus berlangsung dan hipivolemi.
5. Temperatur, setelah perdarahan akut suhu tubuh dapat turun atau meningkat >38oC bila ada
infeksi.
Pemeriksaan lab
1. Serum progesteron, pada kehamilan ektopik, kadarnya lebih rendah dibanding kehamilan normal
intrauterin. Kadar <5 ng/mL menunjukan kemungkinan besar adanya kehamilan abnormal.
2. Adanya leukositosis (dapat mencapai >30.000/nL)
3. Urinari pragancy test, dengan metode inhibisi aglutinasi menunjukan positif pada kehamilan
ektopik sebesar 50-69%
4. Serum β-hCG assay

2.4 Klasifikasi
a. Kehamilan Abdominal
9,2/1000 kehamilan ektopik (10,8/100.000 kelahiran) angka motalitas sangat tinggi
 90x lipat lebih tinggi dari kehamilan intra uterin
 Perinatal survival 5-25%
Persalinan melalui laparotomi
 Monitoring hemodinamik
 Plasenta dibiarkan utuh
 Biasanya resorbsi tanpa komplikasi
b. Kehamilan Ovarial
Kriteria spiegelberg
 Tuba falopi intak
 Kehamilan melekat pada rahim oleh pembuluh darah utero ovarium spesimen jaringan
mengandung jaringan ovarium
 Lokasi normalnya ditempati ovarium
Memerlukan tranfusi pada 35% jumlah pasien
c. Kehamilan Servikal
Implantasi terjadi didalam kanalis endoserviks
Sangat jarang (1/1000-1/95.000 kehamilan)
Metode konservatif terbaru efektif
 Methotrexate
d. Kehamilan Heterotopik
Implantasi pada tempat tempat yang berbeda, insiden lebih tinggi pada penggunaan rekayasa
reproduksi (asisted reproductive technologi) operasi atau pemakaian obat metro trecate secara
langsung.
2.5 Pathway
2.6 Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi tersering, ismust,
fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum
kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar.
Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative
sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi
kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut
pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan
miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di pengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan
akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami hipertropi akibat
pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda hegar
dan Chadwick pun ditemukan. Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa
trofoblas. Sel-sel epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular
dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya
kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.(Prawirohardjo, Sarwono. 2007)
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Penghitungan Hemoglobin, hematokrit, dan leukosit
Setelah perdarahan, volume darah yang habis digantikan mendekati normal oleh hemudilusi
setelah satu hari atau lebih. Oleh sebab itu, pemacaan hemoglobin atau hematokrit mungkin
awalnya hanya menunjjukan sedikit pengurangan . derajat leukositosis sangat berfariasi pada
kehamilan ektopik terganggu (ruptur). Pada sekitar separuh wanita, bisa tercatat leukositosis
sampai 30.000/uL.
b. Hormon Chorianic Gondotropin (β-hCG)
Pemeriksaan urin dan serum terkini menggunakan enzyme-linked-ummunosorbent assays
(ELISA) sensitif untuk 10 sampai 20 mIU/mL, dan positif pada 99 persen kehamilan
ektopik. Krena pemeriksaan serum positif satu kali tidak menyingkirkan kehamilan
ektopik.beberapa metode berbeda telah ditemukan untuk menggunakan nilai serum kuantitatif
serial untuk menegakkan diagnosis. Berbagai metode ini umum digunakan bersama dengan
sonografi.
c. Progesteron Serum
Pengukuran progesteron satu kali dapat sering digunakan untuk menegakkan kehamilan yang
berkembang normal. Nilai yang melebihi 25 ng/mL menyingkirkan kehamilan ektopik dengan
sensivitas 97,5 persen. Nili kurang dari 5 ng/mL memberi kesan bahwa janin-embrio mati, tetapi
tidak menunjjukan lokasinya. Tingkat progesteron diantara 5 dan 25 ng/mL tidak memberikan
kesimpulan apapun. (MD, 2016).
2. Pencitraan Ultrasonografi
a. Sonografi Transabdomen
Identifikasi kehamilan didalam tuba uterina sulit bila menggunakan sonografi trans abdomen.
Tidak adanya kehamilan dalam uterus dengan sonografi, uji kehamilan yang positif, adanya cairan
didalam cavum Douglas, adanya masa abnormal pada pelfis menunjukan adanya kehamilan
ektopik. Sayangnya, ultrasonografi mungkin memberi kesan kehamilan intra uteus pada bebrrapa
kasus kehamilan ektopik sementara penampilan kantung intra uterus kecil sebenarnya adalah
bekuhan darah atau serpihan desi dua. Sebaliknya, adanya masa adneksa atau di cavum douglas
dengan sonografi tidak mebantu dengan pasti karena kista korpus luteum dan usus yang kusut
kadang-kadang terlihat sepeti kehamilan tuba dengan sonografi. Penting diingat, kehamilan dalam
uterus biasanya tidak diketahui dengan ultrasonografi abdonmen sampai minggu kelima hingga
keenam menstruasi.

b. Sonografi Trans Vagina (STV)


Sonografi dengan tranducer vagina dapat mendeteksi kehamilan dalam uterus sejak usia satu
minggusetelah keterlambatan haid jika kadar β-hCG serum lebih dari 1000 mLU/m.L. atau lebih
sangat akurat dalam mengidentifikasi kehamilan ektopik. Ditemukannya kantung gestasi berukura
1-3mm atau lebih, terletak eksentrik didalam uterus, dan dikelilingi oleh reaksi korion-desidua
menadakan kehamilan intra uterus. Kutub janin didalam kantung bersifat diagnostik untuk
kehamilan intra uterus, terutama jika diikuti dengan adanya aktifitas jantung janin. Tanpa kriteria
terbut, ultrasonografi mungkin bersifat nondiagnostik. Pada kejadian kasus
nondiagnostik,kebanyakan para ahli menganjurkan sonografi seria disertai dengan pengukuran β-
hCG.
c. Kombinasi Serum β-hCG Plussonografi
Suatu kecurigaan kehamilan ektopik dapat dipastikan dengan wanita yang hemodinamika
stabil, tatalaksana berikutnya bergantung pada nilai β-hCG serum dan ultrasonografi. (MD, 2016).
3. Terapi Pembedahan
Pembedahan konservatif sepenuhnya sesuai untuk wanita yang secara hipodinamik stabil.
a. Salpingostomi linear laparoskopik
Prosedur yang paling sering digunakan. Suntikan vasopresin sebelum melakukan insisi linear
dapat sangat mengurangi perdarahan. Kadar β-hCG serum harus dipantau sampai tidak terdeteksi
pada pasien yang ditatalaksana secara konservatif karena 5-10% diantranaya akan berkembang
menjadi kehamilan ektopik persisten yang mungkin memerlukan terapi lebih lanjut dengan
menggunakan MTX (Metotreksat).
b. Salpingektomi parsial
Mencakup pengangkatan bagian tuba falopi yang rusak dan diindikasikan ketika terdapat
kerusakan yang luas atau perdarahan lanjutan setelah salpingostomi. (NORWITZ & SCHORGE,
2008)

2.8 Penatalaksanaan
1. Penanganan menunggu
Sebagian ahli memilih mengobservasi kehamilan yang sangat dini dengan kadar β-hCG serum
yang stabil atau turun. Sebanyak 1/3 wanita dengan kehamilan ektopik akan memperlihatkan kadar
β-hCG yang menurun.
Interval pengambilan sampel (hari) Peningkatan dari nilai awal (%)
1 29
2 66
3 114
4 175
5 255
Tabel. Batas normal bawah untuk meningkatkan presentase β-hCG serum selam fase awal
kehamilan di uterus.

Konsekuensi berat ruptur tuba yang mungkin terjadi, ditambah keamanan terapi medis dan bedah,
penuntut terapi menunggu dilakukan hanya pada wanita yang diseleksi dan diberi informasi
dengan tepat.
2. Immunoglobulin Anti-D
Apabila wanita tersebut D- negatif namun belum tersensitisasi antigen- D maka imunnoglobulin
anti D harus diberikan. (MD, 2016).
 Penatalaksanaan Medis
Fase pertama dalam penatalaksanaan medis untuk mulai hidatidiform adalah penkosongan
uterus D dan C merupakan prosedur yang umum dilakukan pada sebagian besar klien. Hiterktomi
primer merupakan terapi alternatif pada klien yang telah melewati masa subur dan ingin
melakukan sterilisasi. Jaringan yang diambil harus dievaluasi secara seksama oleh patologi.
Fase kedua dalam penatalaksanaan medis, adalah surveilans kadar β-hCG dengan
menggunakan radio immunoassay untuk mendeteksi adanya perubahan yang dapat mengarah
kepada malignansi trofoblasik. Protokol yang biasanya digunakan terdiri atas pengukuran
mingguan kadar hcg sampai kadar tersebut kembali normal selam 3 minggu, kemudian pengukuran
setiap bulan sampai kadar tersebt kembali 6 bulan, diikuti dengan pengukuran setiap 2 bulan
selama 6 bulan berikutnya. Kadar β-hCG yang negatif harus terlihat dalam norma selama 6 minggu
setelah evakuasi. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul pada interval 2 minggu sampai
remisi komplek telah terjadi, dan pemeriksaan sinar x dilakukan untuk mendeteksi metastasis.
Penundaan kehamilan dianjurkan selam masa tindak lanjut untuk menghindari kebinggungan
akibat adanya peningkatan kadar β-hCG.
Oleh karena penggunaan kemoterapi profilaktik merupakan tindakan yang kontrofersial
dan akan mengakibatkan beberapa efek yang merugikan, maka penggunaannya tidak dianjurkan
pada wanita yang mengalami hidatidiform tanpa komplikasi wanita yang mendapat kemoterapi
harus diawasi secara ketat apakah ada diskrasia dan komplikasi ginjal (Reeder, Martin, & Griffin,
2011)
2.9 Komplikasi
 Kehamilan Ektopik Persisten
Komplikasi pengobatan bedah konservatif diketahui, insiden dapat setinggi 7 %, Methotrexate
dapat berguna dalam penatalaksanaan.
 Penyakit Rh
Meskipun penggunaa RhoGAM yang kurang, tetapi tidak ada sensitisasi dari kehamilan ektopik
dini yang telah dilaporkan, Dosis mini (50g) cukup dalam trimester pertama.
 Kesulitan Diagnostik
hCG serum tidak sebanding dengan ukuran kehamilan ektopik, ruptur tuba dapat terjadi dengan
turunnya kadar hCG, ektopik jarang terdeteksi dengan kadar hCG yang tak terdeteksi, Kelambatan
diagnosis
- sampai 50% luput pada kunjungan pertama
- pengenalan awal adalah puncak untukmelanjutkan intervensi awal. (Scott, 2002).

2.10 Discarge Planing


1. Biasakan hidup sehat dan bersih terutama organ intim
2. Konsultasikan dengan dokter jika ingin memakai alat kontrasepsi dan terjadi kehamilan lagi
3. Rencanakan kehamilan dengan matang dan tidak mengkonsumsi obat-obatan dapat menganggu
pembuahan kehamilan
4. Berhenti merokok
5. Berhubungan seksual secara aman seperti menggunakan kondom mengurangi resiko kehamilan
ektopik dalam arti berhubungan seks secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit
menular seksual yang pada akhirnya dapat menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang
panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada jarinagan tuba yang meningkatkan resiko
terjadinya kehamilan ektopik. (Nurarif & Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Jilid 2, 2015).
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Anamnesis
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat
2. Riwayat penyakit / keluhan utama : mual, muntah, nyeri abdomen

3. Riwayat penyakit sekarang : penyakit yang dialami oleh pasien saat ini

4. Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya


5. Riwayat kesehatan keluarga : apakah dari pihak keluarga ibu atau suaminya pernah melahirkan
atau hamil anak kembar dengan komplikasi
6. Riwayat obstetrik:
a. Menanyakan berapa kali ibu itu hamil
b. Menanyakan siklus menstruasi apakah teratur atau tidak
c. Menanyakan apakah asien mernah mengalami abortus
d. Menanyakan apakah kehamilan sebelumnya mengalami kelainan
e. Menanyakan apakah pasien menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim
7. Data Bio-Psiko-sosial-Spiritual(Data Fokus)
a. Makan minum : nafsu makan menurun (anoreksia), mual, muntah, mukosa bibir kering pucat.
b. Eliminasi: BAB  konstipasi, nyeri saat BAB
BAK sering kencing
c. Aktivitas : nyeri perut saan mengangkat benda berat,terlihat odema pada ekstremitas bawah
(tungkai kaki)
3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
 Terlihat tanda cullen yaitu sekitar pusat atau linea albakelihatan biru,hitam dan lebam
 Terlihat gelisah, pucat,anemia, nadi kecil, anemia,nadi kecil,tensi rendah.
2. Palpasi dan perkusi
 Terdapat tanda-tanda perdarahan intra abdominal (shifting dullnes)
 Nyeri tekan hebat pada abdomen
 Douglas crisp : rasa nyeri tekan hebat pada penekanan kavum douglasi
 Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah.
 Teraba massa retroutrein (masa pelvis)
 Nyeri bahu karena perangsangan diafragma
 Nyeri ayun saat menggerakkan porsio dan serviks ibu akan sangat sakit.
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Devisit volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
perdarahan
 Domain 2 : Nutrisi
 Kelas 5 : Hidrasi
 Definisi : penurunan cairan intravaskuler interstisial dan / intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan tanpa perubahan pada natrium
 Batasan karakteristik
- Haus
- Kelemahan
- Kulit kering
- Membrane mukosa kerng
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan hematocrit
- Peningkatan konsentrasi urine
- Peningkatan suhu tubuh
- Penurunan berat badan tiba-tiba
- Penurunan pengisian vean
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan turgor lidah
- Penurunan volume nadi
- Penurunan status mental
 Faktor Berhubungan
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Kehilangan cairan aktif
2. Nyeri akut yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, pendarahan intraperitonial
 Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa.
 Batasan Karakteristik :
- Perubahan selera makan
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan frekuensi jantung
- Perubahan frekuensi pernapasan
- Dioferesis
- Prilaku distraksi
- Mengekspresikan prilaku
- Sikap melindungi area nyeri
- Fokus menyempit
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
- Siakap tubuh melindungi
- Dilatasi pupil
- Melaporkan nyeri secara verbal
- Gangguan tidur
 Faktor yang Berhubungan
- Agen cedera ( biologis, kimia, fisik, psikologis)

3. Ansietas b/d prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan


 Definisi : Perasaan tidak nyaman atau ke khawatiran yang samar disertai respon autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya.
 Batasan Karakteristik
 Prilaku
- Penurunan produktifitas
- Gelisah
- Insomnia
- Kontak mata yang buruk
- Mengekspresikan kekhwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
 Affektif
- Kesedihan yang mendalam
- Ketakutan
- Berfokus pada diri sendiri
- Khawatir
- Perasaan tidak adekuat
 Fisiologis
- Peningkatan keringat
- Gemetar, tremor
 Simpatik
- Anoreksia
- Lemah
- Kedutan pada otot
 Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Letih, gangguan tidur
 Faktor yang Berhubungan
- Terkait keluarga
- Infeksi/kontaminan interpersonal
4. Resiko Infeksi
 Domain 11 : keamanan/perlindungan Kelas 1 : Infeksi
 Definisi : Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan
3.4 Intervensi NIC-NOC
No Diagnosa NOC NIC
1. Devisit volume cairan yang Kesimbangan Cairan  Menejemen Cairan
berhubungan dengan - Tekanan darah - Distribusikan cairan
kehilangan cairan aktif - Denyut nadi radialis masuk setiap 24 jam
ditandai dengan perdarahan - 24 jam keseimbangan - Monitor tanda-tanda vital
 Kriteria hasil cairan keluar dan masuk - Monitor status nutrisi
- Mempertahankan urin - Menimbang berat badan - Monitor status hidrasi
output sesuai dengan usia - Turgor kulit - Monitor makanan dan
dan BB, BJ urine normal HT - Elektrolit serum cairan yang masuk dan
normal - Kebingungan hitung kalori harian
- Tekanan darah, nadi, - Hipotensi ortostatik - Monitor berat badan
suhu,tubuh, dalam batas - Odema sebagian - Timbang rutin dan pantau
normal  Kurang Cairan gejala
- Tidak ada tanda-tanda - Turgor kulit - Dorong kluarga untuk
dehidrasi - Cairan masuk membantu pasien makan
- Elestesitas turgor kulit baik - Urine keluar - Berikan cairan IV pada
membrane mukosa lembab, - Serum yodium suhu ruangan
tidak ada rasa haus yang - Perfusi jaringan - Pemberian IV monitor
berlebihan - Kehausan adanya tanda dan gejala
- Urine pekat kelebihan volume cairan
- Laju cepat - Kolaborasi dokter jika
- Kenaikan urea nitrogen tanda cairan berlebih
darah muncul memburuk
- Otot kram
- Suhu badan tinggi
2. Nyeri akut  Pain control
yang  Pain Management –
berhubungan dengan ruptur
- Jelaskan faktor - Lakukan pengkajian nyeri
tuba falopi, pendarahan penyebab. secara komprehensif
intraperitonial. - Gunakan tindakan termasuk lokasi,
 Kriteria hasil pencegahan. karakteristik, durasi,
- Mampu mengontrol nyeri - Gunakan tindakan non frekuensi, kualitas.
(tau penyebab nyeri, mampu analgesic - Gunakan komunikasi
menggunakan tehnik non - Laporkan perubahan terapeutik untuk
farmakologi untuk gejala nyeri ke perawat. mengetahui pengalam
mengurangi nyeri). - Catat serangan/ tanda nyeri pasien.
- Melaporkan bahwa nyeri gejala nyeri. - Kaji faktor yang
berkurang dengan mempengaruhi respon
menggunakan manajemen nyeri.
nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri
- Mampu mengenali nyeri masa lalu.
(skala, intensitas, tanda - Evaluasi bersama pasien
nyeri). dan tim medis tentang
- Mengatakan rasa nyaman ketidakefektifan
setelah nyeri berkurang.  Control Nyeri
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
kebisingan.
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi, &
interpersonal).
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi.
- Ajarkan tentang tehnik
nonfarmakologi.
- Berikan analgesic untuk
mengurangi nyeri.
- Evaluasi ketidakefektifan
kontrol nyeri.
- Tindakan istirahat
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
- Observasi reaksi nonverbal
dan ketidaknyamanan.
- Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri. (Amin dkk, 2015)

3. Resiko Infeksi  Infeksi yang hebat  Kontrol Infeksi


Kriteria Hasil : - Dahak kental - Bersihkan lingkungan
 Klien bebas dari tanda dan
- Pengambilan nanah setelah dipakai pasien
gejala infeksi - Demam - Pertahankan teknik isolasi
 Mendeskripsikan proses
- Hypotermi - Instruksikan pada
penularan penyakit, factor
- Ketidakstabilan suhu pengunjung untuk mencuci
yang mempengaruhi
- Nyeri tangan saat berkunjung dan
penularan serta
- Gejala gastrointestinal setelah berkunjung
penatalaksanaanya - Rasa tidak enak badan meningggalkan pasien
 Menunjukn kemampuan
- Mengerikkan - Cuci tangan sebelum dan
untuk mencegah timbulnya sesaat tindakan
infeksi - Gunakan sarung
 Jumlah leukosit dalam batas tangan,baju sebagai alat
normal pelindung
 Menunjukan prilaku hidup - Monitor tanda dan gejala
sehat. infeksi sistemik dan lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep yang diberikan
- Berikan terapi antibiotic
bila perlu
- Ajarkan cara menghindari
inveksi
- Laporkan kultur positif

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa:
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur
pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan
ektopik terganggu, yaitu: faktor mekanis, faktor fungsional, peningkatan daya penerimaan mukosa
tuba terhadap ovum yang dibuahi., hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi
sebelumnya.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 25 dan 35 tahun.
Frekuensi kehamilan ektopik dilaporkan 1 di antara 300 kehamilan, akan tetapi mungkin angka ini
terlampau rendah.
4.2 Saran
1. Perawat
Diharapkan perawat mampu lebih aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang
kehamilan ektopik terganggu.
2. Mahasiswa
Agar mahasiswa/i diharapkan agar dapat lebih memahami dan mengerti dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan kehamilan ektopik terganggu.

Daftar Pustaka
Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jogjakarta: Media Aesculapius FK UI.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2012). Nursing Interventions
Classification (NIC) sixth edition. United State of America: ISBN.
MD, K. J. (2016). Manual Williams Komplikasi Kehamilan Edisi 23. Jakarta: EGC.

Moore, H. (2001). Esensial obstetri dan ginekoli. Jakarta: Katalog dalam Terbitan.

Nurarif, A. H., & Kusuma , H. (2015). Aplikasi Nanda NIC-NOC jilid 3. Jogjakarta: Mediaction.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

Nanda NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.


Nurarif, H. A., & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Reeder, Martin, & Griffin, K. (2011). Keperawatan Maternitas kesehatan wanita, bayi, dan keluarga

Volume 2 Edisi 18. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes Clasification (NOC)
fifth edition. United State of America: ISBN.
NORWITZ, E., & SCHORGE, J. (2008). OBSTETRI & GINEKOLOGI Edisi ke Dua. Erlangga.
Freser, D. M., & Cooper, M. A. (2009). Myles BUKU AJAR BIDAN. Jakarta : EGC.

di April 12, 2017


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Etik Dwi Ningsih


Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼ 2017 (5)
o ▼ April (5)
 ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF
 ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER
 ASKEP KET
 ASUHAN KEPERAWATAN RADANG PANGGUL
 DUNIA KESEHATAN DAN PESANTREN

Laporkan Penyalahgunaan

Cari Blog Ini

 Beranda

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG KONGESTIF

Postingan Populer
 ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER

ASUHAN KEPERAWATAN HERPES ZOSTER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar


Belakang Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan a...

 ASUHAN KEPERAWATAN RADANG PANGGUL

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI ASUHAN KEPERAWATAN RADANG


PANGGUL “ Pelvic Inflammatory Disease (PID) ” Dosen Pembimbing: Siti Muniroh ,...

 ASKEP KET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan ektopik adalah suatu


kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumb...

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Вам также может понравиться

  • Di Upt PSTW Jombang
    Di Upt PSTW Jombang
    Документ1 страница
    Di Upt PSTW Jombang
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Tak Defisit Fix
    Tak Defisit Fix
    Документ15 страниц
    Tak Defisit Fix
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Документ14 страниц
    Askep Keluarga
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Bab 3
    Bab 3
    Документ5 страниц
    Bab 3
    R Budi Utomo
    Оценок пока нет
  • Askep Poli Posa
    Askep Poli Posa
    Документ52 страницы
    Askep Poli Posa
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Sampul Tak
    Sampul Tak
    Документ1 страница
    Sampul Tak
    Fatimatus Yustika Sari
    Оценок пока нет
  • LP PK
    LP PK
    Документ16 страниц
    LP PK
    arik iskandar
    Оценок пока нет
  • Puni 2
    Puni 2
    Документ6 страниц
    Puni 2
    rida resi
    Оценок пока нет
  • LP PK
    LP PK
    Документ16 страниц
    LP PK
    arik iskandar
    Оценок пока нет
  • Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Defis
    Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Defis
    Документ6 страниц
    Proposal Terapi Aktivitas Kelompok Defis
    Novita Rahayu
    Оценок пока нет
  • Makalah
    Makalah
    Документ34 страницы
    Makalah
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Puni 1
    Puni 1
    Документ8 страниц
    Puni 1
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Документ14 страниц
    Askep Keluarga
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Gerontik Bu Fitri
    Gerontik Bu Fitri
    Документ31 страница
    Gerontik Bu Fitri
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Gerrrr
    Gerrrr
    Документ10 страниц
    Gerrrr
    rida resi
    Оценок пока нет
  • PSTWV Defisit
    PSTWV Defisit
    Документ7 страниц
    PSTWV Defisit
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Copian Resi
    Copian Resi
    Документ7 страниц
    Copian Resi
    rida resi
    Оценок пока нет
  • LP Personal Hygiene
    LP Personal Hygiene
    Документ10 страниц
    LP Personal Hygiene
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Daftar Hadiah Takbir Keliling
    Daftar Hadiah Takbir Keliling
    Документ2 страницы
    Daftar Hadiah Takbir Keliling
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Askep
    Askep
    Документ20 страниц
    Askep
    rida resi
    Оценок пока нет
  • 01 GDL Guruhadhip 1477 1 Ktiguru 9
    01 GDL Guruhadhip 1477 1 Ktiguru 9
    Документ92 страницы
    01 GDL Guruhadhip 1477 1 Ktiguru 9
    Meylindha Ekawati Biono Putri
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini
    Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini
    Документ11 страниц
    Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini
    amelia_evoria
    100% (2)
  • Pengertian Ilmu Keperawatan
    Pengertian Ilmu Keperawatan
    Документ3 страницы
    Pengertian Ilmu Keperawatan
    rida resi
    Оценок пока нет
  • TA TE 1002309 Chapter3
    TA TE 1002309 Chapter3
    Документ7 страниц
    TA TE 1002309 Chapter3
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Res Esss
    Res Esss
    Документ6 страниц
    Res Esss
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Bu Fitri Biostatistik
    Bu Fitri Biostatistik
    Документ11 страниц
    Bu Fitri Biostatistik
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Kusta
    Asuhan Keperawatan Kusta
    Документ17 страниц
    Asuhan Keperawatan Kusta
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Mikimikiku WPS Office
    Mikimikiku WPS Office
    Документ29 страниц
    Mikimikiku WPS Office
    rida resi
    Оценок пока нет
  • Mikimikiku WPS Office
    Mikimikiku WPS Office
    Документ29 страниц
    Mikimikiku WPS Office
    rida resi
    Оценок пока нет
  • BAB I1.Docx Pendididkan Kesehatan Bu Mum
    BAB I1.Docx Pendididkan Kesehatan Bu Mum
    Документ6 страниц
    BAB I1.Docx Pendididkan Kesehatan Bu Mum
    rida resi
    Оценок пока нет