Вы находитесь на странице: 1из 8

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENANGANAN CARDIAC ARREST


DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP
PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

Rahmat Ismiroja
Mulyadi
Maykel Kiling

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : rahmatismiroja@gmail.com

Abstract : Sudden cardiac death is a dysfunction of the heart's electricity and produces abnormal
heart rhythms. Report data at the Emergency Room of RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado during
the months of January to September 2017 there were 574 patients experiencing cardiac arrest and
who died as many as 438 patients with obstacles due to limited space full of health workers and fa-
cilities. The purpose of the study was to determine the experience of nurses in handling cardiac ar-
rest at the Emergency Room of the RSUP Prof. Dr. R D Kandou Manado. This study uses a phe-
nomenological qualitative design. The sampling technique was purposive sampling involving 4
participants. Data collection is done with in-depth interviewing. The analysis technique used is the
Colaizzi method. The results of the study of 1) knowledge obtained the theme (a) physical assess-
ment (b) physiological assessment. 2) action obtained theme (a) check pulse, (b) check response. 3)
supporting factors are found in the theme of (a) the condition and general condition of the patient,
(b) the skills and abilities of the officers, (c) the response of the officers and facilities. 4) the inhibit-
ing factor is the theme of (a) human resources, (b) the skills of officers and infrastructure. The con-
clusion in this study that the experience of nurses in handling cardiac arrest is supported by the
knowledge and readiness of nurses with facilities and infrastructure barriers.
Keywords: Experience, Nurse, Handling, Cardiac Arrest

Abstrak : Kematian jantung mendadak merupakan tidak berfungsinya kelistrikan jantung dan
menghasilkan irama jantung yang tidak normal. Data laporan di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Prof Dr. R.D Kandou Manado selama bulan Januari sampai September 2017 terdapat 574 pasien
mengalami cardiac arrest dan yang meninggal dunia sebanyak 438 pasien dengan hambatan
karena keterbatasan tempat penuh sehingga kekurangan tenaga kesehatan dan fasilitas. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengalaman perawat dalam penanganan cardiac arrest di Instalasi
Gawat Darurat RSUP Prof Dr R D Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan rancangan kuali-
tatif fenomenologis. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling yang melibatkan 4
partisipan. Pengumpulan data dilakukan dengan in-depth interviewing. Teknik analisa yang
digunakan adalah metode Colaizzi. Hasil penelitian dari 1) pengetuahuan didapatkan tema (a)
penilaian secara fisik (b) penilaian secara fisiologis. 2) tindakan didapatkan tema (a) cek nadi, (b)
cek respon. 3) faktor pendukung didapatkan tema (a) kondisi dan keadaan umum pasien, (b) skill
dan kemampuan petugas, (c) respon petugas dan sarana prasarana. 4) faktor penghambat didapatkan
tema (a) Sumber daya manusia, (b) skill petugas dan sarana prasarana. Kesimpulan dalam
penelitian ini bahwa pengalaman perawat dalam penanganan cardiac arrest didukung oleh penge-
tahuan dan kesiapan perawat dengan hambatan sarana dan prasarana.
Kata kunci : Pengalaman, Perawat, Penanganan, Cardiac Arrest

1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

PENDAHULUAN oleh beberapa faktor, yaitu pengetahuan


Kematian jantung mendadak atau car- yang cukup dari perawat tentang pe-
diac arrest adalah berhentinya fungsi jan- nanganan situasi kegawatan, pengalaman
tung secara tiba-tiba pada seseorang yang memadai, peraturan atau protokol
yang telah atau belum diketahui men- yang jelas, sarana dan suplai yang cukup,
derita penyakit jantung. Hal ini terjadi serta pelatihan atau training tentang pe-
ketika sistem kelistrikan jantung menjadi nanganan situasi kegawatan (Wolff, dkk,
tidak berfungsi dengan baik dan 2010). Pengetahuan berpengaruh pada ket-
menghasilkan irama jantung yang tidak erampilan perawat dalam melaksanakan
normal (American Heart Association, 2015). tugas (Cristian, 2008). Pengalaman yang
Henti memadai mempengaruhi karena sektor klin-
jantung merupakan penyebab kematian ik berperan dalam member kesempatan atau
utama di dunia dan penyebab tersering tugas kepada staff perawat dengan hal-hal
dari cardiac arrest adalah penyakit jantung baru dan penanganan situasi yang bersifat
koroner (Subagjo,2011). khusus untuk memperoleh pengalaman
Henti jantung ditandai dengan tidak pengalaman baru. Sarana dan suplai yang
adanya nadi dan tanda – tanda sirkulasi cukup merupakan segala sesuatu yang dapat
lainya. Pada tahun 2010 menurut catatan memudahkan dan memperlancar pelaksa-
WHO diperkirakan sekitar 17 juta orang naan usaha yang berupa benda - benda
akibat penyakit gangguan cardiovascular (Cristian, 2008). Pelatihan membantu
setiap 5 detik 1 orang meninggal dunia aki- perawat untuk menguasai keterampilan
bat Penyakit Jantung Koroner (WHO, dan kemampuan atau kompetensi yang spe-
2010). Angka kejadian cardiac arrest di sifik untuk berhasil dalam pekerjaannya
Amerika Serikat mencapai 250.000 orang (Ivancevich, 2008).
per tahun dan 95 persennya diperkirakan Data laporan di Instalasi Gawat Da-
meninggal sebelum sampai dirumah sakit rurat RSUP Prof Dr. R.D Kandou Manado
(Suharsono, 2009) . Data di Indonesia tidak selama bulan Januari sampai September
ada data statiistik mengenai kepastian 2017 jenis pelayanan emergency yang pal-
jumlah kejadian cardiac arrest tiap ta- ing sering dilakukan di Instalasi Gawat Da-
hunnya, tetapi diperkirakan adalah 10 ribu rurat adalah penanganan pasien serangan
warga. Data di ruang perawatan koroner jantung atau payah jantung, terdapat 574
intensif Rumah Sakit Cipto Mangunkusu- pasien mengalami cardiac arrest dan yang
ma tahun 2006, menunjukkan terdapat 6,7% meninggal dunia sebanyak 438 pasien. Se-
pasien mengalami atrial fibrilasi, yang tiap pasien yang mengalami cardiac arrest
merupakan kelainan irama jantung yang bisa di lakukan tindakan diruang resusitasi
menyebabkan henti jantung (Depkes, 2006). dengan kapasitas tenaga di ruang resusitasi
Penanganan cardiac arrest adalah kemam- adalah 12 perawat. Pengalaman calon
puan untuk dapat mendeteksi dan bereaksi peneliti selama bekerja kurang lebih 5 ta-
secara cepat dan benar untuk sesegera hun dan informasi yang didapat dari be-
mungkin mengembalikan denyut jantung berapa perawat di Instalasi Gawat Darurat,
ke kondisi normal untuk mencegah ter- banyak sekali pasien yang datang dengan
jadinya kematian otak dan kematian per- kondisi pasien yang dengan penurunan
manen (Pusponegoro, 2010). Berdasarkan kesadaran baik yang datang sendiri mau-
standar kompetensi dari Vanderblit Uni- pun yang dirujuk dari rumah sakit lain. Hal
versity School of Nursing (Gebbie,dkk ini menjadi keraguan bagi saya untuk
2006), kesiapan perawat dalam menghadapi mengembalikan kondisi pasien menjadi
situasi kegawatan adalah kemampuan un- lebih baik. Begitupun dengan kondisi di
tuk berfikir kritis, kemampuan untuk mana sistem rujukan yang belum berjalan
menilaisituasi, mempunyai ketrampilan dengan baik, di mana semua rujukan yang
teknis yang memadai, dan kemampuan datang tidak dikonfirmasi terlebih dahulu,
untuk berkomunikasi. Kesiapan perawat da- sehingga kadang pasien yang dengan kasus
lam penanganan cardiac arrest dipengaruhi

2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

gawat darurat menumpuk di satu tempat seorang perempuan dengan usia 37 tahun,
dalam Instalasi Gawat Darurat. pendidikan terakhir Ners, dan sudah mengi-
Tingginya kunjungan pasien yang ada kuti pelatihan Triage Officer dan ENIL, pen-
berdampak juga pada penggunaan sarana galaman kerja 15 tahun di RSUP Prof Dr. R.
dan prasarana di ruangan tersebut, yang D.Kandou Manado. Partisipan kedua (P2)
kadang perawat yang ada di ruangan terse- adalah seorang perempuan usia 31 tahun,
but harus memodifikasi sedimikian rupa pendidikan terakhir Ners, dan sudah mengi-
sehingga kebutuhan sarana dan prasarana kuti pelatihan ENIL dengan pengalaman ker-
kepada semua pasien bisa terpenuhi. ja 6 tahun. Partisipan ketiga (P3) adalah
Pendokumentasian Asuhan keperawatan seorang laki-laki usia 25 tahun, pendidikan
juga merupakan salah satu hal penting yang terakhir D III Keperawatan dengan pelatihan
harus dilakukan oleh perawat, yang kadang BTCLS, dengan pengalaman kerja 3 tahun.
kala ini terlewatkan dan sudah tidak dil- Partisipan keempat (P4) adalah seorang laki-
akukan dengan baik dan benar oleh karena laki usia 29 tahun, pendidikan terakhir Ners,
tuntutan bagi tenaga perawat yang begitu dengan pelatihan BTCLS, ENIL dengan
banyak. Hal ini menjadi dilema dan men- pengalaman kerja 3 tahun.
jadi pengalaman yang bisa dikatakan yang 1. Pengetahuan perawat tentang cardiac ar-
tidak menyenangkan bagi tenaga perawat rest.
yang ada di Instalasi Gawat Darurat. Hasil penelitian menyatakan bahwa car-
diac arrest adalah suatu kondisi dimana, tid-
METODE PENELITIAN ak terdapatnyatandatandakehidupan seperti
Jenis penelitian yang dilakukan adalah tidak adanya nadi atau denyut jantung, jan-
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif tung kehilangan fungsinya, dan fungsi jan-
dilakukan karena peneliti ingin mengek- tung mendadak berhenti yang dapat dilihat
splore fenomena-fenomena yang tidak dapat melalui penilaian secara fisik dan penilaian
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif secara fisiologis.
seperti proses suatu langkah kerja, formula a) Penilaian secara fisik
suatu resep, pengertian-pengertian tentang Ditandai dengan pada saat dicek
suatu konsep yang beragam, karakteristik atau diraba tidak ada nadi dan
suatu barang dan jasa, gambar-gambar, ga- denyut jantung.
ya-gaya, tata cara suatu budaya, model b) Penilaian secara fisiologis
fisik suatu artifak dan lain sebagainya. Ditandai dengan jantung kehilangan
Penelitian ini dilakukan di ruang Instalasi fungsinya sebagai pemompa darah
Gawat Darurat (IGD) RSUP Prof DR R.D. keseluruh tubuh secara tiba-tiba ser-
Kandou Manado pada bulan Februari 2018 ta ada berbagai penyakit penyerta
dengan mengambil partisipan perawat IGD yang disertai sehingga terjadi henti
yang pernah menangani kasus cardiac ar- jantung.
rest sebanyak 4 partisipan. Teknik pengam- Henti jantung (cardiac arrest) adalah
bilan sampel dilakukan menggunakan keadaan di mana sirkulasi darah berhenti
metode purposive sampling yaitu sampel akibat kegagalan jantung untuk ber-
yang dipilih berorientasi pada tujuan kontraksi secara efektif. Keadaan henti jan-
penelitian individu diseleksi atau dipilih tung ditandai dengan tidak adanya nadi dan
secara sengaja karena memiliki pengalaman tanda-tanda sirkulasi lainnya (American
yang sesuai dengan fenomena yang diteliti Heart Association, 2015). Kematian jan-
sampel ini menetapkan terlebih dahulu tung mendadak adalah berhentinya fungsi
kriteria – kriteria inklusi yang telah ditetap- jantung secara tiba-tiba pada seseorang
kan. yang telah atau belum diketahui menderita
penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya
HASIL dan PEMBAHASAN tidak diduga-duga, yakni segera setelah
Karakteristik keempat partisipan yang timbul keluhan. Kejadian cardiac arrest
bersedia dilakukan wawancara adalah se- yang menyebabkan kematian mendadak
bagai berikut : partisipan 1 (P1) adalah terjadi ketika system kelistrikan jantung

3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

menjadi tidak berfungsi dengan baik dan 2. Tindakan Perawat dalam penanganan
menghasilkan irama jantung yang tidak Cardiac Arrest
normal yaitu hantaran listrik jantung men- Hasil Penelitian menyatakan bahwa, pe-
jadi cepat (ventricular tachycardia) atau nanganan cardiac arrest dimulai dengan
tidak beraturan (ventricular fibrillation) mengecek respon pasien, cek nadi dan nafas,
(Subagjo A, 2011). melakukan pijat jantung dan paru 30 : 2,
Henti jantung primer (cardiac arrest) kemudian memasang monitor untuk evaluasi
adalah ketidaksanggupan curah jantung un- pasien. Resusitasi jantung paru dan defibri-
tuk memenuhi kebutuhan oksigen ke otak lasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit
dan organ vital lainnya secara mendadak dari korban mengalami henti jantung, akan
dan dapat balik normal jika dilakukan tin- memberikan kesempatan korban untuk
dakan yang tepat atau akan menyebabkan hidup rata-rata sebesar 30% sampai 45 %.
kematian dan kerusakan otak menetap jika Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
tindakan tidak adekuat. Sebagian besar dengan penyediaan defibrillator yang mu-
henti jantung disebabkan oleh ventricle fi- dah diakses di tempat-tempat umum seperti
brillation atau takikardia tanpa denyutan pelabuhan udara, dalam arti meningkatkan
(80-90%) terutama kalau terjadinya di luar kemampuan untuk bisa memberikan per-
rumah sakit, asistole (± 10%) dan electro- tolongan (defibrilasi) sesegera mungkin,
mechanical dissociation (± 5%) (Nolan J. P. akan meningkatkan kesempatan hidup ra-
et al, 2010). ta-rata bagi korban cardiac arrest sebesar
Lima dari 1000 pasien yang dirawat di 64% (American Heart Assosiacion, 2015).
rumah sakit dibeberapa negara berkembang Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya
diperkirakan mengalami henti jantung dan mengembalikan fungsi nafas dan atau
kurang dari 20% dari jumlah pasien terse- sirkulasi yang berhenti dan membantu
but tidak mampu bertahan hingga keluar memulihkan kembali fungsi jantung dan pa-
dari rumah sakit (Goldbelger, 2012). Ber- ru ke keadaan normal. Bantuan hidup dasar
dasarkan hasil penelitian mengenai meliputi aktivasi respon sistem gawat da-
pengertian henti jantung yang di ungkapkan rurat, dan defibrilasi dengan
oleh partisipan sesuai dengan pernyataan menggunakan defibrillator. Berdasarkan
yang sudah ada pada teori yaitu penelitian Aehlert (2011) bahwa chest com-
mengungkapkan bahwa henti jantung meru- pression dilakukan untuk mempertahankan
pakan kematian penyakit jantung yang sirkulasi darah saat jantung tidak berdetak.
mendadak dan jantung tidak berdenyut atau Chest Compression dikombinasikan
denyut nadi tidak teraba sehingga sirkulasi dengan bantuan pernapasan untuk men-
aliran darah keseluruh tubuh berhenti yang goksidasi darah. Kombinasi bantuan
ditandai oleh gangguan irama jantung pernafasan dan external chest compres-
yaitu ventrikel takikardi, ventrikel fibrilasi, sion ini disebut cardiopulmonary resusci-
pulseless electrical activity dan asistol. Hal tation. Kompresi dada dilakukan dengan
ini menyatakan bahwa perawat di ruangan pemberian tekanan secara kuat dan
Resusitasi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou berirama pada setengah bawah sternum.
Manado sudah memahami tentang cardiac Membuat garis bayangan antara kedua
arrest. Faktor utama dalam pemecahan ma- papila mammae memotong mid line pada
salah adalah pengetahuan yang dalam dari sternum kemudian meletakkan tangan kiri
setiap orang. Sehingga tidak menimbulkan diatas tangan kanan atau sebaliknya. Yang
error atau masalah. Tingginya kunjungan dipakai adalah tumit tangan, bukan telapak
pasien yang ada berdampak juga pada tangan. Siku lengan harus lurus dengan
penggunaan sarana dan prasarana di ru- sumbu gerakan menekan adalah pinggul
angan tersebut, yang kadang perawat yang bukan bahu.
ada di ruangan tersebut harus memodifikasi American Heart Association. 2015
sedimikian rupa sehingga kebutuhan sarana AHA guideline update for CPR and ECC.
dan prasarana kepada semua pasien bisa Circulation Vol. 132.2015, merekomen-
terpenuhi. dasikan untuk melakukan kompresi dada

4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

setidaknya 2 inchi (5cm) pada dada. Un- Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh
tuk dewasa, kedalaman minimal 5 cm (2 (Wawan & Dewi, 2011), pengetahuan
inch). Kompresi dada di dua jari diatas merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
sternum di tulang dada kedalamanya 5 - 6 setelah orang melakukan penginderaan ter-
cm dengan telapak tangan dipaskan diten- hadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
gah tulang sternum, kedua siku diluruskan sangat erat hubunganya dengan pendidi-
dengan jari-jari tangan dibuat terkunci, bahu kan, dimana bahwa dengan pendidikan
tetap tegak lurus diatas pasien. Komponen yang tinggi maka orang tersebut akan se-
yang perlu diperhatikan saat melakukan makin luas pola pengetahuanya (Wawan &
kompresi dada yaitu frekuensi 100 - 120 Dewi, 2011). Pengetahuan atau kognitif
kali permenit. Memberikan kesempatan merupakan domain yang sangat penting un-
untuk dada mengembang kembali secara tuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent
sempurna setelah setiap kompresi. Tujuan behavior) (Wawan & Dewi, 2011).
primer pemberian napas bantuan ada- Faktor - faktor yang mempengaruhi
lah untuk mempertahankan oksigenasi tingkat pengetahuan perawat menurut Mu-
yang adekuat dengan tujuan sekunder untuk barak & Chayatin (2009) menyatakan faktor
membuang CO2. - faktor yang berpengaruh terhadap
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan meliputi tingkat penge-
pernyataan yang diungkapkan oleh tahuan perawat diantaranya usia, tingkat
partisipan sesuai dengan teori yang sudah pendidikan, pengalaman kerja (lama kerja),
ada yaitu melakukan resusitasi jantung paru pelatihan kegawat daruratan yang pernah
untuk memberi bantuan pernapasan setelah diikuti dan informasi. Pendidikan adalah
keadaan pasien ditandai dengan nafas ada proses untuk mempelajari dan meningkat-
tetapi nadi belum teraba atau masih nafas kan ilmu yang diperoleh, pendidikan yang
spontan. Langkah awal dengan kompresi da- lebih tinggi secara otomatis akan berband-
da di 2 jari diatas sternum tulang dada ing lurus dengan pengetahuan yang di-
kedalamanya 5-6 cm dengan telapak tangan miliki (Notoatmodjo, 2007). Adanya hub-
tepat ditengah tulang sternum kedua siku ungan antara pengetahuan dengan perawat
lurus dengan jari-jari tangan dibuat terkunci, dalam menangani cardiac arrest dalam
bahu tetap tegak lurus diatas pasien. Kom- penelitian ini didukung oleh teori No-
presi dada dengan perbandingan 30:2 atau 30 toadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa
kompresi dan 2 ventilasi dengan frekuensi pengetahuan diperoleh dari sekumpulan
selama kurang lebih 100x/menit selama 5 informasi yang saling terhubung secara
siklus. Hal ini menunjukan bahwa perawat sistematik sehingga memiliki makna. In-
yang ada bisa mengungkapkan penanganan formasi diperoleh dari data yang sudah dio-
cardiac arrest sejauh resusitasi jantung pa- lah sehingga mempunyai arti. Selanjutnya
ru, tapi ada beberapa perawat yang tidak data ini akan dimiliki seseorang dan akan
menjelaskan lebih jauh sampai penanganan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi
dengan menggunakan obat-obatan sesuai memori) di otaknya. Kemudian ketika
dengan teori yang ada. Sebagai perawat manusia dihadapkan pada suatu masalah,
gawat darurat wajib, mengerti dan me- maka informasi yang tersimpan dalam neu-
mahami algoritma dalam penangan kasus ron-neuronnya dan terkait dengan perma-
gawat darurat sampai dengan pengobatan salahan tersebut, akan saling terhubung
yang ada. dan tersusun secara sistematik sehingga
3. Faktor pendukung perawat dalam pe- memiliki model untuk memahami atau
nanganan cardiac arrest. memiliki pengetahuan yang terkait
Hasil penelitian menyatakan bahwa, dengan permasalahan yang dihadapinya.
faktor pendukung dalam penanganan cardi- Kemampuan memiliki pengetahuan atas
ac arrest tergantung dari, kondisi dan objek masalah yang dihadapi sangat diten-
keadaan umum pasien, skill dari petugas, tukan oleh pengalaman, latihan atau proses
respon time petugas, ketersediaan alat-alat belajar.
di ruangan, dan kesiapan dari tim medis.

5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

Keterampilan merupakan keahlian dasar tidak sesuai. Perawat harus menge-


yang dimiliki seseorang dalam melakukan tahui dan memahami hak penderita serta
suatu pekerjaan dengan dilandasi pendidi- beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP
kan, keahlian yang tinggi serta bertanggung tidak perlu dilaksanakan seperti henti jan-
jawab terhadap pekerjaannya tersebut tung terjadi dalam sarana atau fasilitas
(Abidin, 2011). Berdasarkan hasil observasi kesehatan (Worthington, 2012). Sarana dan
kepada partisipan adalah semakin tinggi suplai yang cukup merupakan segala sesuatu
tingkat pengetahuan dan pelatihan ber- yang dapat memudahkan dan memperlancar
pengaruh kepada tindakan penanganan car- pelaksanaan usaha yang berupa benda -
diac arrest yang tepat dan benar tetapi pen- benda (Cristian, 2008). Ketersediaan tenaga
galaman kerja yang lebih lama tidak ber- kesehatan dalam jumlah yang cukup sesuai
pengaruh karena pengetahuan yang dimili- kebutuhan adalah syarat yang harus di-
ki. Pengetahuan perawat dalam penanganan penuhi oleh IGD. Selain dokter jaga yang
cardiac arrest merupakan hal utama yang siap di IGD, rumah sakit juga harus me-
harus dikuasai oleh seorang perawat sebe- nyiapkan spesialis lain (bedah, penyakit
lum melakukan tindakan tersebut. Oleh ka- dalam, anak, dll) untuk memberikan
rena itu perawat dituntut untuk memiliki dukungan tindakan medis spesialistis bagi
kompetensi dalam menangani korban yang pasien yang memerlukannya.
membutuhkan bantuan hidup dasar. Salah
satu upaya dalam peningkatan kompetensi SIMPULAN
tersebut dilakukan melalui pelatihan bantu- 1. Mendeskripsikan pengetahuan perawat
an hidup dasar, pelatihan ini merupakan tentang cardiac arrest.
pelatihan dasar bagi perawat dalam me- Berdasarkan analisa yang telah dil-
nangani korban yang memerlukan bantuan akukan dalam penelitian ini, didapatkan
hidup dasar akibat trauma dan gangguan cardiac arrest adalah tidak adanya denyut
kardiovaskuler untuk menyelamatkan nadi, jantung kehilangan fungsinya, fungsi
nyawa dan meminimalisir kerusakan organ jantung mendadak berhenti. Henti jantung
serta kecacatan penderita. Intinya adalah merupakan kematian penyakit jantung
bagaimana menguasai dan membebaskan yang mendadak dan jantung tidak berdenyut
jalan napas, bagaimana membantu menga- atau denyut nadi tidak teraba sehingga sir-
lirkan darah ke tempat yang penting dalam kulasi aliran darah keseluruh tubuh berhenti
tubuh, sehingga pasokan oksigen ke otak yang ditandai oleh gangguan irama jan-
terjaga untuk mencegah terjadinya kematian tung yaitu ventrikel takikardi, ventrikel
sel otak. Peran RJP sangatlah besar, seperti fibrilasi, pulseless electrical activity dan
orang-orang yang mengalami henti jantung asistol.
tiba-tiba. Henti jantung menjadi penyebab 2. Mendeskripsikan tindakan perawat da-
utama kematian walaupun usaha untuk lam penanganan cardiac arrest.
melakukan resusitasi tidak selalu berhasil, Berdasarkan analisa yang telah dil-
lebih banyak nyawa yang hilang akibat akukan dalam penelitian didapatkan yaitu
tidak dilakukannya resusitasi dengan tepat dimulai dengan pengkajian awal resusitasi
dan cepat. jantung paru meliputi pengkajian lokasi,
4. Faktor Penghambat perawat dalam pe- pemeriksaan tingkat kesadaran, pemerik-
nanganan cardiac arrest saan nadi, pemeriksaan pernafasan. Tin-
Hasil penelitian menyatakan bahwa dakan resusitasi jantung paru meliputi re-
hambatan sarana dan prasarana meliputi susitasi jantung paru, kedalaman kompresi
keterbatasan alat-alat, obat-oabatan emer- dada, frekuensi kompresi dada, siklus
gency, jauhnya jangkauan pengambilan obat kompresi dada, kecepatan kompresi dada
emergensi, banyaknya pengunjung dan dan teknik membuka jalan nafas. Evaluasi
keluarga dalam ruangan, penolakan resusitasi jantung paru meliputi pemerik-
melakukan bantuan hidup dasar dari keluar- saan nadi dan pernafasan. Posisi recov-
ga, petugas dan pasien tidak sebanding, cara ery meliputi posisi sisi mantap dan teknik
atau posisi dalam melakukan bantuan hidup posisi sisi mantap. Faktor dihentikan re-

6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

susitasi jantung paru meliputi henti nafas Departemen Kesehatan. (2006). Pharma-
dan meninggal. Pemberian obat-obatan ceutical care untuk pasien penyakit
emergency meliputi jenis obat emergency jantung koroner : Fokus sindrom koro-
atau resusitasi jantung paru dan fungsi obat ner akut.
emergency atau resusitasi jantung paru.
3. Mengidentifikasi faktor pendukung Gebbie, K., Qureshi, K. (2006). Historical
perawat dalam penanganan cardiac ar- Chalenge: Perawat dan Keadaan Da-
rest. rurat. OJIN: The Journal Isue on Nurs-
Berdasarkan analisa yang telah dil- ing. Vol 11 No 3.
akukan dalam penelitian didapatkan tiga Goldberger, Z. D., Chan, P. S., Berg, R. A.
tema yaitu Skill dari petugas, respon time (2012). Duration of Resuscitation
dari petugas dan sarana pendukung melipu- Efforts and Survival After in-hospital
ti peralatan. Kesiapan perawat meliputi ber- Cardiac Arrest: an Observational
pikir kritis, fokus, melindungi diri dan tinda- Study. 380.
kan perawat.
4. Mengidentifikasi Faktor penghambat Ivancevich, John M. dkk. (2008). Perilaku
perawat dalam penanganan cardiac ar- dan Manajemen Organisasi. Jilid 1
rest. dan 2. Jakarta. Erlangga
Berdasarkan analisa yang telah dil-
akukan dalam penelitian ini didapatkan Mubarak & Chayatin. (2009). Ilmu
banyaknya pengunjung, Keluarga Kesehatan Masyarakat: Teori dan Ap-
melakukan penolakan tindakan RJP, Petu- likasi.
gas dan pasien tidak sebanding, posisi da- Salemba Medika: Jakarta.
lam melakukan tindakan tidak sesuai, sara-
Nolan J. P. et al.(2010). European Re-
na dan prasarana tidak memadai serta ku-
suscitation Council Guidelines for
rangnya persediaan obat-obat emergensi.
Resuscitation.
Sarana dan suplai yang memadai merupakan
sesuatu yang dapat memudahkan dan mem- Notoadmodjo, S. (2007). Pengantar Pen-
perlancar pelaksanaan asuhan keperawatan. didikan dan Ilmu Penelitian
Ketersediaan tenaga kesehatan dalam Kesehatan. Yogyakarta: Andi offset.
jumlah yang cukup sesuai kebutuhan ada-
lah syarat yang harus dipenuhi oleh IGD. Notoadmojo, S. (2010). Promosi
Kesehatan: Teori dan Aplikasi. (Edisi
DAFTAR PUSTAKA Revisi:
2010). Rineka Cipta : Jakarta.
Abidin, Z. M. (2011). Makalah ten- Subagiyo, A. Achyar. Ratnaningsih, E. Su
tang Profesionalisme Perawat. ginman, T. Kosasih, A. Agustinus,
Dari http://www.masbid.com R. (2011). Buku Panduan Kursus
Bantuan Hidup Jantung Dasar.
Aehlert, Barbara. (2011). Emergency
Medical Technician EMT in Action. Suharsono, T. Ningsih, D. (2012). Pe-
Southwest: EMS Education, Inc. Mc natalaksanaan Henti Jantung Di Lu-
Graw, Hill Higher Education. ar
Rumah Sakit. Malang
American Heart Association. (2015). Scien-
tific Position Risk Factors & Coronary Wawan A, & Dewi M. (2011). Teori dan
Heart Disease. AHA Scientific Posi- Pengukuran Pengetahuan, Perilaku
tion. dan Perilaku Manusia. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Christian, P. (2008). Keterampilan dalam
Keperawatan Kamus Elektronik.
Dari http://petracristian.com
7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 2, November 2018

Wolff, Angela C., Regan, Sandra., Pesut,


Barbara.,& Black, Joyce. (2010).
Ready for what? An Exploration of
the Meaning of New Graduate
Nurses Readiness for Practice. In-
ternational Journal of Nursing
Education Scholarship. Article. Dari
http//www.bepress.com/ijnes/vol7/is
s1/art7.

Worthington R. (2012). Clinical issues on


consent: some philosophical concerns.

Вам также может понравиться