Вы находитесь на странице: 1из 12

Kerajaan Majapahit, Sejarah, Sistem Pemerintahan Dan Peninggalannya

Siapa sih yang tidak tahu tentang kerajaan Majapahit, pasti semuanya sudah tahu atau minimal
pernah mendengar nama tersebut. Kerajaan yang paling besar dengan memiliki patih yang sangat
terkenal yaitu Patih Gajah Mada.

Untuk lebih jelasnya mengenai kerajaan Majapahit sebaiknya kita simak uraian di bawah ini yang
akan menjelaskan sejarah kerajaan Majapahit dengan detail mulai dari berdirinya sampai dengan
masa runtuhnya. Yuk simak artikelnya.

Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia yang bercorak kan Hindu
dan berada di Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Raden Wijaya pada tahun tahun 1293
Masehi. Selain itu kerajaan ini juga disebut-sebut sebagai kerajaan yang mempunyai wilayah
kekuasaan yang terbesar di Indonesia bahkan kekuasaannya hingga ke luar Indonesia.

Sejarah Singkat Kerajaan Majapahit

Sebenarnya kerajaan Majapahit berdiri sebab adanya serangan dari Jayaketwang (Adipati Kediri)
yang berhasil membunuh penguasa Kerajaan Singasari yang terakhir yaitu Kertanegara
dikarenakan menolak pembayaran upeti.

Selanjutnya Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil melarikan diri ke Madura untuk
meminta perlindungan terhadap Aryawiraraja. Lalu Raden Wijaya diberi hutan tarik oleh
Aryawiraraja untuk dipakai sebagai wilayah kekuasaan dan pada akhirnya dijadikan sebuah desa
baru dengan nama Majapahit.

Majapahit berasal dari kata ”buah maja” dan “rasa pahit”. Tidak lama kemudian pasukan
Mongolia yang dipimpin oleh Shis-Pi, Ike-Mise dan juga Kau Hsing datang ke tanah Jawa. Yang
tak lain adalah dengan tujuan untuk menghukum Kertanegara karena menolak pembayaran upeti
terhadap pasukan Mongolia.

Dalam situasi tersebut Raden Wijaya memanfaatkan kerja sama dengan pasukan Mongolia untuk
menyerang pasukan Jayaketwang. Dan pada akhirnya pasukan Mongolia dengan bantuan Raden
Wijaya menang dengan terbunuhnya Jayaketwang. Tidak berselang lama, kemudian Raden Wijaya
mengusir pasukan Mongolia dari tanah Jawa.

Pengusiran tersebut terjadi ketika para pasukan Mongolia sedang berpesta untuk merayakan
kemenangannya atas pasukan Jayaketwang. Saat situasi yang lengah tersebutlah Raden Wijaya
memanfaatkannya untuk melakukan penyerangan kepada Pasukan Mongolia.

Akhirnya Raden Wijaya berhasil untuk mengusir pasukan Mongolia dari tanah Jawa dan kemudian
naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana tahun 1293. Menurut para ahli, berdirinya
Kerajaan Majapahit adalah ketika Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja Majapahit tanggal 15
bulan Kartika 1215 atau pada tanggal 10 November 1293.
Sebagaimana disinggung di atas bahwa Kerajaan Majapahit berada di Propinsi Jawa Timur yang
mana ibu kotanya di sebuah desa yang saat ini bernama Triwulan di Mojokerto. Yang mana
kerajaan Majapahit berdiri dari tahun 1293 hingga 1500 M.

Kehidupan di Kerajaan Majapahit

Ada beberapa faktor kehidupan yang menjadi maju serta runtuhnya Kerajaan Majapahit,
diantaranya yaitu:

Kehidupan Politik Kerajaan Majapahit

Kehidupan politik di Kerajaan Majapahit banyak sekali adanya pemberontakan dari dalam
kerajaan sendiri. Terjadinya pemberontakan tersebut mulanya saat Raden Wijaya memerintah,
yaitu banyak pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe, Sora dan Nambi yang tujuan
mereka yaitu untuk menjatuhkan Raden Wijaya.

Tetapi dengan kecerdikan Raden Wijaya, pemberontakan tersebut bisa dipadamkan. Masa
pemerintahan Raden Wijaya pun akhirnya berakhir ketika ia meninggal pada tahun 1309 M.
Kemudian pengganti Raden Wijaya tidak lain adalah anaknya yang bernama Jayanegara yang
masih berumur 15 tahun.

Berbeda sekali dengan ayahnya, Jayanegara sama sekali tidak mempunyai keahlian dalam
memimpin kerajaan, sampai pada akhirnya Jayanegara dijuluki dengan sebutan “Kala Jamet” yang
berarti lemah dan jahat. Disaat pemerintahan Jayanegara, banyak terjadi pemberontakan dari
orang-orang kepercayaannya sendiri yang dikarenakan kurang tegasnya Jayanegara dalam
memimpin kerajaan Majapahit.

Salah satu pemberontakan yang hampir menjatuhkan Jayanegara yaitu pemberontakan yang
dipimpin oleh Ra Kuti. Akan tetapi pemberontakan tersebut bisa dipadamkan oleh Gajah Mada
dan ia berhasil menyelamatkan Jayanegara ke sebuah desa yang bernama Badaran.

Di desa tersebut Jayanegara berhasil dibunuh oleh seorang tabib yang bernama Tancha ketika
Jayanegara di operasi. Hal tersebut dikarenakan tabib tersebut mempunyai dendam terhadap
Jayanegara, dan kemudian tabib itu ditangkap dan dibunuh oleh Gajah Mada.

Pada saat itu karena Jayanegara tidak mempunyai keturunan, maka pemerintahan Majapahit
digantikan oleh adiknya yang bernama Gayatri yang memiliki gelar Tribuana Tunggadewi. Dalam
masa pemerintahannya tersebut ia hanya memimpin Majapahit dari tahun 1328 sampai 1350.

Selama masa kepemimpinannya juga terjadi banyak sekali pemberontakan, tetapi pemberontakan
tersebut bisa dipatahkan oleh Gajah Mada. Atas jasanya tersebut, maka Gajah Mada kemudian
diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Setelah itu kemudian Gajah Mada mengucap sebuah
sumpah yang kemudian dikenal dengan “Sumpah Palapa”.

Adapun bunyi dari sumpah palapa tersebut adalah “Gajah Mada pantang bersenang-senang
sebelum menyatukan Nusantara”, tidak lama dari sumpah tersebut kemudian Tribuana
Tunggadewi pun meninggal pada tahun 1350 M. Setelah Tribuana Tunggadewi meninggal,
kemudian digantikan oleh Hayam Wuruk.

Di masa inilah Kerajaan Majapahit berada dalam masa kajayaannya. Yang mana kerajaan tersebut
hampir menaklukkan seluruh wilayah Nusantara.

Kehidupan Ekonomi

Dengan lokasi kerajaan yang sangat strategis tersebut, saat itu Kerajaan Majapahit dapat menjadi
pusat perdagangan di tanah Jawa. Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang
mayoritas masyarakatnya sebagai pedagang.

Selain berdagang, masyarakat Majapahit juga banyak yang yang menjadi pengrajin emas,
pengrajin perak dan lain-lain. Untuk komoditas ekspor dari kerajaan Majapahit berupa barang
alam seperti: lada, garam, kain serta burung kakak tua.

Sedangkan untuk komoditas impornya yaitu mutiara, emas, perak, keramik, serta barang-barang
yang terbuat dari besi. Selain itu dari segi mata uang, Kerajaan Majapahit membuat mata uangnya
dengan campuran perak, timah putih, timah hitam serta tembaga.

Kemakmuran ekonomi dari Kerajaan Majapahit bisa dikatakan sebab adanya 2 faktor, yaitu dari
lembah sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo yang berada di dataran rendah jadi sangat cocok
bertani. Berbagai sarana infrastruktur juga dibangun supaya lebih memudahkan warganya dalam
bertani seperti dibangunnya irigasi.

Faktor kedua yaitu dengan adanya pelabuhan-pelabuhan Majapahit yang berada di pantai utara
pulau Jawa memiliki peran dalam perdagangan remah-rempah dari Maluku. Kerajaan Majapahit
memakai sistem pungut pajak dari setiap kapal-kapal yang mengadakan perjalanan ataupun
singgah di pelabuhan Majapahit.

Kehidupan Kebudayaan

Kebudayaan masyarakat Majapahit sudah termasuk sangat maju pada masanya. Hal tersebut
ditandai dengan adanya berbagai perayaan-perayaan keagamaan pada tiap tahunnya. Dibidang seni
dan sastra juga tidak kalah majunya, bahkan berperan di dalam kehidupan budaya di Majapahit.

Menurut seorang pendeta dari Italia bernama Mattiusi dimana ia pernah menetap di Majapahit, ia
melihat bahwa Kerajaan Majapahit yang sangat luar biasa. Bahkan ia sangat kagum dengan istana
kerajaan yang sangat luas dan tangga serta bagian dalam ruangan yang berlapiskan emas dan perak.
Selain itu, menurutnya atapnya juga bersepuh emas.

Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit

Pada masa kepemimpinan Hayam Wuruk, semua sistem pemerintahan serta birokrasi di Kerajaan
Majapahit berjalan dengan teratur sesuai dengan yang telah ditentukan. Sistem Birokrasi di
Majapahit kala itu antara lain:

 Raja yang memimpin di kerajaan masa itu dianggap penjelmaan dewa oleh masyarakat dan
mempunyai hak tertinggi dalam kerajaan.
 Rakryan Mahamantri Kartini biasanya akan di jabat oleh putra-putra raja.
 Dharmadyaksa merupakan pejabat hukum di pemerintahan kerajaan.
 Dharmaupattati yaitu pejabat dibidang keagamaan dalam kerajaan.

Selain itu pembagian wilayah di dalam Kerajaan Majapahit juga dilakukan dengan teratur yang
disusun oleh Hayam Wuruk. Adapun pembagiannya yaitu:

 Bhumi, yaitu kerajaan dengan raja sebagai pemimpinnya.


 Negara, yaitu setingkat dengan propinsi dengan pemimpinnya adalah raja atau natha yang
juga sering disebut dengan bhre.
 Watek, yaitu setingkat dengan kabupaten yang dipimpin oleh Wiyasa.
 Kuwu, yaitu setingkat dengan kelurahan yang pemimpinannya bernama lurah.
 Wanua, yaitu setingkat dengan desa yang dipimpin oleh Thani.
 Kabuyutan, yaitu setingkat dengan dusun atau tempat-tempat sakral.

Raja raja Kerajaan Majapahit

Dalam sejarah Kerajaan Majapahit ada beberapa raja yang pernah memimpin di Majapahit, di
antaranya yaitu:

 Raden Wijaya (1293-1309)

Raden Wijaya merupakan pendiri Kerajaan Majapahit dan sekaligus raja pertama Majapahit.
Raden Wijaya naik tahta Kerajaan Majapahit dengan diberi gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada
masa kepemimpinan Raden Wijaya tersebut merupakan masa awal Kerajaan Majapahit.
Raden Wijaya terlihat lebih mengutamakan melakukan konsolidasi serta memperkuat
pemerintahan. Hal tersebut perlu dilakukan sebab pada waktu awal tersebut merupakan merupakan
transisi dari kerajaan sebelumnya yaitu kerajaan Singasari menuju kerajaan baru yakni Kerajaan
Majapahit.

Beberapa strategi dilakukan oleh Raden Wijaya untuk memperkuat pemerintahan, misalnya
dengan menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahan. Kemudian memberikan posisi penting
terhadap para pengikut setianya, serta menikahi keempat putri Kertanegara (raja Singasari). Raden
Wijaya meninggal tahun 1309 dan dimakamkan di Candi Sumberjati atau Candi Simping.

 Jayanegara (1309-1328)

Jayanegara adalah raja kedua Majapahit. Jayanegara yaitu putra Raden Wijaya tetapi dari selir.
Sebab Raden Wijaya tidak mempunyai putra dari permaisuri, maka Jayanegara yang merupakan
putra dari selir tersebut yang kemudian menjadi raja Majapahit.

Jayanegara memerintah kerajaan Majapahit di usia yang masih sangat muda yaitu usia 15 tahun.
Pemerintahan Jayanegara tidak kuat sehingga muncul banyak pemberontakan. Dan
pemberontakan tersebut di inisiasi oleh orang-orang di lingkaran Istana Majapahit yang dahulunya
adalah orang kepercayaan ayahnya.

Pemberontakan tersebut di antaranya pemberontakan Ronggolawe, pemberontakan Lembu Sura,


Nambi, serta ada beberapa pemberontakan lainnya.

 Tribuana Tungga Dewi (1328-1350)

Raja berikutnya yaitu Tribuana Tungga dewi yaitu adik dari Jayanegara yang merupakan seorang
wanita, sebab Jayanegara meninggal dalam keadaan tidak memiliki keturunan. Sebenarnya tahta
Jayanegara diberikan kepada Gayatri atau Rajapatni yang tak lain adalah permaisuri Raden
Wijaya.

Namun karena Gayatri sudah menjadi Bhiksuni, maka diwakilkan kepada putrinya yang bernama
Tribuana Tungga dewi. Masa pemerintahan Tribuana Tungga dewi tersebut dapat dikatakan
sebagai awal kejayaan Kerajaan Majapahit.

Meski masih ada beberapa pemberontakan di dalamnya, tetapi secara umum berhasil ditumpas.
Suami Tribuana Tungga dewi yaitu Cakradhara dan menjabat sebagai Bhre Tumapel dengan gelar
Kertawardana. Pemerintahan Tribuana Tungga dewi lebih kuat lagi dengan adanya Mahapatih
Gajah Mada.

Pada masa pemerintahan Tribuana Tungga dewi, Majapahit melakukan perluasan kekuasaan
besar-besaran di berbagai daerah di Nusantara.

 Hayam Wuruk (1350-1389)

Raja Majapahit selanjutnya yaitu Prabu Hayam Wuruk. Prabu Hayam Wuruk merupakan raja yang
berhasil membawa masa kejayaan Majapahit. Dengan diawali oleh Tribuana Tungga dewi dalam
ekspansi ke berbagai daerah, selanjutnya Hayam Wuruk menyempurnakan dengan tata kelola
yang baik.

Gelar Hayam Wuruk yaitu Rajasanegara. Salah satu faktor penunjang kesuksesan Hayam Wuruk
di dalam memerintah Majapahit yaitu keberadaan para pembantunya yang sangat mumpuni. Sebut
saja Mahapatih Gajah Mada, selanjutnya Adityawarman dan juga Mpu Nala.

Orang-orang tersebut mempunyai kapasitas yang sangat mumpuni dalam menjalankan sebuah
negara dalam mencapai kemajuan. Mpu Nala merupakan sebagai pimpinan armada laut juga
sangat mahir dalam menjalankan strategi.
Dengan kebesaran Kerajaan Majapahit, maka tak sulit bagi Majapahit untuk menjalin kerjasama
dengan beberapa kerajaan tetangga yang disebut dengan Mitrekasatat.

 Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399)

Raja selanjutnya yaitu Kusumawardani atau lebih tepatnya yaitu ratu Majapahit. Kusumawardani
dijadikan sebagai ratu di pusat Majapahit sedangkan putra laki-laki dari selir Prabu Hayam Wuruk
yaitu Bhre Wirabumi (Minak Jingga) dijadikan sebagai raja kecil di Blambangan.

Bhre Wirabumi atau Minak Jingga tersebut menjadi raja di Blambangan tetapi tetap berada di
bawah kekuasaan Majapahit atau tetap tunduk kepada Majapahit.

 Suhita (1399-1429)

Setelah masa pemerintahan Kusumawardani berakhir, kemudian jatuh kepada Suhita yaitu putra
dari Wikramawardhana dengan selir. Dari sinilah selanjutnya muncul konflik yang akan membawa
kepada keruntuhan Majapahit.

Bhre Wirabumi atau Minak Jinggo merasa dirinya lebih berhak atas tahta Kerajaan Majapahit
daripada Suhita kemudian terjadi perang saudara yaitu Perang Paregreg (1401-1406). Wirabumi
akhirnya dibunuh oleh Damar Wulan.

Perang Paregreg tersebut kemudian membuat banyak daerah di bawah kekuasaan Majapahit
akhirnya memisahkan diri dan membuat Majapahit semakin terpuruk.

 Bhre Tumapel (Kertawijaya)- (1447-1451)


 Rajasawardhana (1451—1453)
 Purwawisesa (1456-1466)
 Kartabumi (1466-1478)

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit

Dengan dibantu Mahapatih Gajah Mada Hayam Wuruk hampir menaklukkan seluruh wilayah
Nusantara, dan menjadikan Majapahit sebagai kerajaan terbesar serta terkuat pada masanya.
Seiring dengan perkembangan zaman Kerajaan Majapahit juga dapat menguasai wilayah luar
Nusantara seperti Thailand, Singapura dan Malaysia.

Runtuhnya Kerajaan Majapahit


Sejak sepeninggalan Mahapatih Gajah Mada serta Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mengalami
kemunduran drastis. Apalagi saat itu ada banyak serangan dari kerajaan-kerajaan Islam yang
belum lama berdiri. Selain itu keruntuhan Kerajaan Majapahit terjadi saat pemerintahan Patih
Udara tahun 1518.

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Selama pemerintahan kerajaan Majapahit telah meninggalkan peninggalan sejarah yang berharga
masa itu. Misalnya candi. Candi-candi peninggalan Majapahit yang masih ada sampai sekarang
antara lain:

Candi Tikus

Berada di situs arkeologi Trowulan yaitu di Dukuh Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan
Mojokerto Jawa Timur. Dinamai candi tikus sebab saat di temukan nya ada banyak sekali sarang
tikus-tikus liar.

Candi Brahu

Candi Brahu berada di tempat yang sama dengan Candi tikus, yaitu di kawasan situs arkeologi
Trowulan. Candi tersebut dibuat oleh Mpu Sendok yang digunakan untuk pembakaran jenazah
para raja Majapahit.

Gapura Bajang Ratu

Diperkirakan candi tersebut dibangun pada abad ke 14 M. candi tersebut terletak di Desa Temon
Kecamatan Trowulan, Mojokerto Jawa Timur. Di dalam kitab Negarakertagama, disebutkan
bahwa candi Bajang Ratu berfungsi sebagai pintu masuk untuk memasuki tempat suci pada saat
itu untuk memperingati wafatnya raja Jayanegara.

Gapura Wringin Lawang

Sebenarnya Gapura tersebut terbuat dari bata merah setinggi 15,5 meter. Gapura yang berada di
Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto Jawa Timur tersebut bergaya yang hampir mirip
dengan Candi Bentar.

Candi Jabung

Candi Jabung berada di Desa Jabung Kecamatan Paiton, Probolinggo Jawa Timur. Meskipun
hanya terbuat dari susunan batu bata merah, candi tersebut ternyata bisa bertahan cukup lama.

Nah itulah tadi uraian mengenai sejarah kerajaan Majapahit secara detail dan lengkap. Semoga
artikel ini dapat bermanfaat untuk Anda yang sedang mencari referensi mengenai sejarah kerajaan
Majapahit.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 dibuktikan
dengan adanya prasasti kedukan Bukit di Palembang (682). Sriwijaya menjadi salah satu kerajaan
yang kuat di Pulau Sumatera. Nama Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta berupa "Sri" yang
artinya bercahaya dan "Wijaya" berarti kemenangan sehingga dapat diartikan dengan kemenangan
yang bercahaya atau gemilang.

Pada catatan perjalanan I-Tsing, pendeta Tiongkok yang pernah mengunjungi Sriwijaya pada
tahun 671 selama 6 bulan menerangkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan
Candi Muara Takus (Provinsi Riau sekarang). Kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Dapunta Hyang
Sri Jayanasa sebagai raja pertama.

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berjaya pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim
di Asia Tenggara. Sriwijaya telah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya,
Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Sriwijaya
menjadi pengendali rute perdaganagan lokal yang mengenakaan bea cukai kepadaa setiap kapal
yang lewat. Hal ini karena Sriwijaya menjadi penguasa atas Selat Sunda dan Malaka. Selain itu,
Kerajaan Sriwijaya juga mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang
perdagangan yang melayani pasar Tiongkok dan India.

Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan ketika Raja Rajendra Chola, penguasa Kerajaan
Cholamandala menyerang dua kali pada tahun 1007 dan 1023 M yang berhasil merebut bandar-
bandar kota Sriwijaya. Peperangan ini disebabkan karena Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan
Cholamandala bersaing pada bidang perdagangan dan pelayaran. Dengan demikian, tujuan dari
serangan Kerajaan Cholamandala tidak untuk menjajah melainkan untuk meruntuhkan armada
Sriwijaya. Hal ini menyebabkan ekonomi Kerajaan Sriwijaya semakin melemah karena para
pedagang yang biasanya berdagang di Kerajaan Sriwijaya terus berkurang. Tidak hanya itu,
kekuatan militer Sriwijaya juga semakin melemah sehingga banyak daerah bawahannya yang
melepaskan diri. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13.

Raja-raja Kerajaan Sriwijaya

1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa


2. Sri Indravarman
3. Rudra Vikraman
4. Maharaja WisnuDharmmatunggadewa
5. Dharanindra Sanggramadhananjaya
6. Samaragrawira
7. Samaratungga
8. Balaputradewa
9. Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan
10. Hie-tche (Haji)
11. Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa
12. Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi
13. Sumatrabhumi
14. Sangramavijayottungga
15. Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo
16. Rajendra II
17. Rajendra III
18. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
19. Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
20. Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya meninggalkan beberapa prasasti, diantaranya :

1. Prasasti Kedukan Bukit


Prasati ini ditemukan di Palembang pada tahun 605 SM/683 M. Isi dari prasasti tersebut yakni
ekspansi 8 hari yang dilakukan Dapunta Hyang dengan 20.000 tentara yang berhasil menaklukkan
beberapa daerah sehingga Sriwijaya menjadi makmur.

2. Prasasti Talang Tuo


Prasasti yang ditemukan pada tahun 606 SM/684 M ini ditemukan di sebelah barat Palembang.
Isinya tentang Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang membuat Taman Sriksetra demi kemakmuran
semua makhluk.

3. Prasasti Kota Kapur


Prasasti ini bertuliskan tahun 608 SM/686 M yang ditemukan di Bangka. Isiny mengenai
permohonan kepada Dewa untuk keselamatan Kerajaan Sriwijaya beserta rakyatnya.

4. Prasasti Karang Birahi


Prasasti yang ditemukan di Jambi ini isinya sama dengan prasasti Kota Kapur tentang permohonan
keselamatan. Prasasti Karang Birahi ditemukan pada tahun 608 SM/686 M.

5. Prasasti Talang Batu


Prasasti ini ditemukan di Palembang, namun tidak ada angka tahunnya. Prasasti Talang Batu berisi
tentang kutukan terhadap pelaku kejahatan dan pelanggar perintah raja.

6. Prasasti Palas di Pasemah


Prasasti ini juga tidak berangka tahun. Ditemukan di Lampung Selatan yang berisi tentang
keberhasilan Sriwijaya menduduki Lampung Selatan.

7. Prasasti Ligor
Ditemukan pada tahun 679 SM/775 M di tanah genting Kra. Menceritakan bahwa Sriwijaya di
bawah kekuasaan Darmaseta.
Sejarah Kerajaan Bali
Nama Bali ternyata telah dikenal pada masa kekuasaan Dinasti Tang di Cina. Mereka menyebut
Bali dengan Po-li atau Dwa-pa-tan, yakni sebuah negeri yang terletak disebelah timur Kerajaan
Ho-ling. Masyarakat Dwa-pa-tan mempunyai adat istiadat yang hampir sama dengan Ho-ling.
Pada saat itu penduduk telah pandai menulis di atas lontar. Mereka telah dapat menanam padi
dengan baik. Setiap penduduk yang meninggal, mayatnya diberi perhiasan emas yang dimasukkan
ke dalam mulutnya, kemudian dibakar dengan wangi-wangian.

Berita tertua mengenai Bali sumbernya berasal dari Bali sendiri, yakni berupa beberapa buah cap
kecil dari tanah liat yang berukuran 2,5 cm yang ditemukan di Pejeng. Cap-cap ini ditulisi mantra-
mantra agama Buddha dalam bahasa Sansekerta yang diduga dibuat sekitar abad ke-8 Masehi.
adapun prasasti tertua Bali yang berangka tahun 882 M memberitakan perintah membuat pertapaan
dan pesanggrahan di Bukit Cintamani. Di dalam prasasti tersebut tidak ditulis nama Raja yang
memerintah pada waktu itu. Demikian pula prasasti yang berangka tahun 911 M. Hanya
menjelaskan pemberitaan izin kepada penduduk Desa Turunan untuk membangun tempat suci bagi
pemujaan Batara da Tonta.

Munculnya kerajaan Bali dapat diketahui dari tiga prasasti yang ditemukan di Belonjong (sanur),
panempahan, dan Maletgede yang berangka tahun 913 M. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dengan
huruf Nagari dan Kawi, sedangkan bahasanya ialah Bali kuno dan Sansekerta. Dari prasasti –
prasasti tersebut tertulis Raja Bali yang bernama Kesariwarmadewa. Ia bertakhta di Istana
Singhadwala (pintu istana negara singha). Ia adalah Raja yang mendirikan Dinasti Warmadewa di
Bali. Dua tahun kemudian Kesariwarmadewa diganti oleh Ugrasena. Raja Ugrasena yang
bertakhta di istana Singhamandawa memerintah kerajaan sampai tahun 942 M. Masa
pemerintahannya sezaman dengan pemerintahan Mpu Sindok di Kerajaan Mataram. Selama tujuh
tahun berikutnya tidak diketahui raja penerus Ugrasena. Setelah itu, muncul Raja Bali bernama
Aji Tabenendra warmadewa (955-967).

Di tengah-tengah masa pemerintahan Tabenendra, pada tahun 960 muncul raja Bali lain, yaitu
Indra Jayasingha warmadewa (Candrabhayasingha warmadewa). Pengganti Candrabhayasingha ,
yaitu Janasadhu warmadewa (975-983),kemudian Wijaya Mahadewi (983-989). Setelah itu
muncul raja Bali yang bernama Udayana (989-1011) dan bergelar Sri Dharmodayana warmadewa.
Udayana memerintah Kerajaan Bali bersama-sama dengan permaisurinya, Gunapriya
Dharmapatni yang dikenal dengan nama Mahendradatta. Dari hasil perkawinan Udayana dengan
Mahendradatta lahir tiga orang putra yaitu Airlangga, Marakatapangkaja dan Anak Wungsu.
Airlangga yang menjadi putra mahkota ternyata tidak pernah memerintah di Bali, sebab ia pergi
ke Jawa Timur dan menikah dengan putri Dharmawangsa, Raja Mataram. Oleh karena itu, pewaris
kerajaan bali jatuh kepada Marakatapangkaja (1011-1022). Ia dianggap sebagai kebenaran hukum
yang selalu melindungi rakyatnya. Ia juga memperhatikan kehidupan rakyat sehingga disegani dan
di taati. Masa pemerintahan Marakatapangkaja sezaman dengan Airlangga di Jawa Timur. Dari
tahun 1022 sampai tahun 1049 tidak dipaparkan berita mengenai raja yang memerintah Bali.

Anak wungsu (1049-1077) kemudian melanjutkan kekuasaan Marakatapangkaja. Ia dikenal


sebagai raja yang penuh belas kasihan terhadap rakyatnya. Ia pun senantiasa memikirkan
kesempurnaan dunia yang dikuasainya. Selama masa pemerintahannya, ia berhasil mewujudkan
negara yang aman, damai dan sejahtera. Penganut agama hindu dapat hidup berdampingan dengan
agama Buddha. Anak Wungsu sempat pula membangun sebuah kompleks percandian di gunung
Kawi (sebelah selatan Tampaksiring) yang merupakan peninggalan terbesar di Bali. Atas perannya
yang gemilang itu, Anak Wungsu kemudian dianggap rakyatnya sebagai penjelmaan Dewa Hari
(Dewa Kebaikan).

Anak Wungsu tidak meninggalkan seorang putra pun. Raja yang memerintah setelah Anak
Wungsu adalah Walaprabhu dan Bhatara Mahaguru Dharmotungga warmadewa. Setelah itu tidak
ada lagi raja yang berkuasa dari Dinasti Warmadewa. Raja dari dinasti lain yang muncul ialah Sri
Jayasakti (1133-1150). Masa pemerintahan Jayasakti sezaman dengan Raja Jayabhaya di kerajaan
Kediri. Pada saat itu agama Buddha, Siwaisme dan Waisnawa berkembang dengan baik. Sri
Jayasakti disebut sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Sebagai raja yang bijaksana, ia memerintah
kerajaan berdasarkan pedoman hukum yang didasari rasa keadilan dan kemanusiaan. Kitab
undang-undang yang berlaku ialah utara-widhi-balawan dan Rajawacana.

Raja Bali yang terkenal lainnya ialah Jayapangus (1177-1181). Di dalam kitab Usana Bali
disebutkan bahwa Jayapangus memerintah setelah Jayakusunu. Dari 43 prasasti yang
ditinggalkannya, Jayapangus banyak menyebut dua orang permaisurinya, yaitu Arkajalancana dan
Sasangkajacihna. Arkaja bermakna putri Matahari, sedangkan Sasangkaja berarti putri bulan.
Setela h Jayapangus meninggal, raja-raja Bali yang memerintah tidak begitu terkenal, karena
sumber sejarahnya tidak banyak diketahui.

Masyarakat kerajaan Bali menerima pengaruh budaya Hindu dan Buddha melalui daerah Jawa
Timur. Hal ini dapat diketahui karena Bali pernah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan di Jawa Timur.
Yaitu pada abad ke-10 oleh kerajaan Singhasari dan abad ke-14 oleh kerajaan Majapahit. Selain
itu, ketika Majapahit runtuh, banyak penduduk yang tidak mau beragama Islam lantas
menyeberang ke Bali. Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan di Bali, ternyata jumlah Pedanda
(pendeta) agama siwa yang bergelar Dang Acaryya lebih banyak daripada pedanda Buddha yang
bergelar Dang Upadhyaya. Hal ini menunjukkan bahwa agama hindu pengaruhnya lebih besar
daripada agama Budhha. Namun, agama hindu yang berkembang di Bali telah tercampur dengan
adat istiadat setempat, sehingga Hindu khas di Bali saat ini disebut Hindu Dharma.

Dari keterangan prasasti-prasasti di Bali diketahui bahwa umumnya masyarakat Bali telah dapat
bercocok tanam di sawah, Parlak (sawah kering), gaga (ladang), kebwan (kebun) dan mmal (ladang
daerah pegunungan). Jenis tanaman yang sudah dikenal, antara lain padi gaga, kelapa, bambu,
enau, kemiri, bawang merah, jahe, wortel dan lain-lain. Selain itu rakyat telah mampu beternak
itik, kambing, sapi, kerbau, anjing, kuda, ayam, babi dan burung. Rupanya, binatang yang paling
berharga pada saat itu adalah kuda. Kuda merupakan binatang yang paling cocok untuk membawa
barang dagangan yang melintasi daerah pegunungan. Kegiatan perdagangan pun sudah cukup
maju. Dibeberapa desa terdapat golongan saudagar yang disebut wanigrama (saudagar laki-laki)
dan wanigrami (saudagar perempuan). Mereka memiliki kepala atau pejabat yang mengurus
kegiatan perdagangan yang disebut Banigrama atau Banigrami. Setiap kegiatan usaha penduduk
telah dikenakan pajak atau iuran yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah kerajaan

Вам также может понравиться