Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penyaji:
KOGILAVANI AP MANI
130100449
Supervisor:
dr.Iskandar Nasution, Sp.S,FINS
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Penulis
(KOGILAVANI AP MANI)
DAFTAR ISI
Kata Penghantar…………………………………………………………… i
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 MANFAAT
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 ANATOMI
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi
yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan
otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada
epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan
jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian
distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio
cubiti sekitar 3 cm.7
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen
radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang sensorik pada
permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis
brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari
individu, seluruh fleksor polisis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak
2 % dari penduduk, m.policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus.
Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari
kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi
permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal
proksimal.7
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis
carpi, membesarnya membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan
jaringan lubrikasi pada tendon-tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan
sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus
yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat
menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot
opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya
kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal
N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan
persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian
telapak tangan dan jari jempol.7
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada
terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi anatomi, yang
menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Capal Tunnel Syndrome.8
Gambar 1.1.Anatomi Nervus Perifer
2,4 PATOFISIOLOGI
Dimanapun nervus perifer berjalan melewati fibro-osseus tunnels akan berisiko untuk
terjadinya entrapment dan compression khususnya jika soft tissue menjadi bulk (seperti pada
kehamilan, myxoedema atau rheumatoid arthritis) atau jika terdapat lokal obstruksi seperti
ganglion atau osteophytic spur.
Peripheral neurophaty berhubungan dengan gangguan secara umum seperti diabetes atau
alcoholism yang dapat membuat nervus menjadi sensitif terhadap kompresi. Proximal kompresi
seperti discogenic root compression mengganggu sintesis dan transpor substansi neural, sehingga
predisposisi untuk terjadi entrapment pada bagian distal, disebut juga double-crush syndrome.11
Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar
(oppones pollicis dan abductor pollicis brevis). dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus
medianus.12
2.6 DIAGNOSIS
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di atas dan perkuat
dengan pemeriksaan yaitu:
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa
pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS
adalah13:
a) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa
penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.
c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
Gambar 1.4 Tinel’s Test
e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dynamometer.
j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-
point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosa.
Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang
patognomonis untuk CTS.2
3) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah
ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan
untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel proksimal yang
sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome.14,15,16
4) Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan
tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar
hormon tiroid ataupun darah lengkap.14
2) Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3) Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak
tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak
melalui terowongan karpal.
4) de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor pollicis longus
dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS
normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu
jari, positif bila nyeri bertambah.
2.8 PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit
endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus
ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan
penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih
lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak
efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan
kompresi.6,10
Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu13:
b) Surgical
Pada pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, indikasi untuk terapi bedah.
Teknik bedah baik open maupun endoscopic.
Open insicion dibuat pada atas palm transper carpal ligament, menempatkan ulna
sebagai axis palmaris longus, sepanjang longitudinal axis radial border ring finger
Insisi ini menghindari injuri pada cabang palmar cutaneus nervus medianus. Setelah
insisi palmar longitudinal, transver carpal ligament diidentifikasi dan dipisah
longitudinal. Endoscopic, pemisahan tranver carpal ligament menghindari nyeri pada insisi,
endoscopic dapat dilakukan dengan single wrist portal proximal menuju palm atau dengan
kombinasi proximal portal dan short midpalmar portal sepanjang axis open insisi. Walaupun
terapi ini menjanjikan hasil yang baik tetapi risiko untuk terjadi trauma iatrogenic cukup
tinggi. Tingginya komplikasi berhubungan dengan keahlian operator dibandingkan teknik
operasi. Komplikasi terbanyak adalah incomplete division transver carpal ligament.
2.9 KOMPLIKASI
Perdarahan, infeksi, nyeri pada scar, injuri nervus, palmar arch vessel, atau tendon,
gagal untuk melepaskan ligaFment dan rekuren. Pasien disarankan menggerakkan jari-
jari setelah operasi. Wrist motion dimulai dalam minggu pertama. Nyeri pada insisi sering
mencegah pasien untuk melakukan gerakan wrist secara penuh dalam 4-8 minggu
pertama. Jika pasien sulit mengembalikan fungsi pergerakan pergelangan tangannya,
disarankan untuk terapi program terdiri dari desensitisasi, ROM, dan strengthening.
Latihan-latihan:
1. Definisi carpal tunnel syndrome
2. Sebutkan klasifikasi cedera nervus menurut Herbert Seddon
3. Isi carpal tunnel
4. Test provocative apa yang bisa dilakukan
5. Terapi carpal tunnel syndrome
2.10 PROGNOSIS
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. Bila
keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi harus dilakukan.
Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada
penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan post operatifnya bertahap.17
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:17
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. Sekalipun
prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko
untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi
baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N. medianus di tingkat
pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan
penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri
tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis,
atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit lokal.6
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit
endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan
bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit
pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,
terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi
dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang
cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi.7,10
DAFTAR PUSTAKA