Вы находитесь на странице: 1из 23

PAPER

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Penyaji:
KOGILAVANI AP MANI
130100449

Supervisor:
dr.Iskandar Nasution, Sp.S,FINS

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Carpal Tunnel Syndrome”. Penulisan makalah ini
adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Neurologi, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada dokter selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan makalah
selanjutnya.

Medan, Mei 2019

Penulis

(KOGILAVANI AP MANI)
DAFTAR ISI

Kata Penghantar…………………………………………………………… i

Daftar isi……………………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………... 2

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 2

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Carpal Tunnel Syndrome………………………………….. 3

2.2 Anatomi Carpal Tunnel Syndrome ………………………………... 3

2.3 Etiologi Carpal Tunnel Syndrome ……………………………….... 5

2.4 Patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome ……………………………. 5

2.5 Gejala Klinis Carpal Tunnel Syndrome ………………………….... 6

2.6 Diagnosis Carpal Tunnel Syndrome ………………………………… 7

2.7 Diagnosis Banding Carpal Tunnel Syndrome ………………………. 7

2.8 Penatalaksanaan Carpal Tunnel Syndrome …………………………. 8

2.9 Komplikasi Carpal Tunnel Syndrome ……………………………….... 9

2.10 Prognosis Carpal Tunnel Syndrome ………………………………… 10


BAB III KESIMPULAN

2.1 Kesimpulan………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati akibat terjepitnya saraf yang terjadi
ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit oleh pembungkus tendon fleksor
yang mengalami penebalan, terkaitnya tulang, edema atau massa jaringan lunak.1 Biasanya
penderita merasakan nyeri dan kesemutan pada jari – jari tangan terutama pada saat udara
dingin, sebagian terasa tebal. Angka prevalensi pada masalah kerja sampai saat ini belum di
ketahui, karena sangat sedikit diagnosis yang telah dilaporkan. Berbagai penelitian
melaporkan bahwa salah satu jenis yang paling cepat menimbulkan gejala ada pada pekerja.
Penelitian pada pekerjaan dengan risiko tinggi di pergelangan tangan dan tangan
mendapatkan prevalensi antara 5,6%-14,8% . Penyebabnya dapat terjadi karena trauma
langsung pada carpal tunnel, posisi pergelangan flexsi dan exstensi berulang, edema,
kelainan sistemik.2
Berdasarkan keadaan tersebut bisa dibayangkan betapa rumitnya masalah yang akan
muncul karena sebagian besar pekerjaan manusia adalah menggunakan tangan. Oleh karena
itu prevalensinya jarang, namun diamati bahwa orang bekerja dengan menggunakan kedua
tangan, jadi apabila kedua tangan ini terkena, maka aktifitas produktifnya akan terganggu.
Dari hasil penelitian yang diperoleh terjadi penurunan nyeri pada kasus Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) setelah dilakukan terapi Ultrasound (US) dan terapi latihan berupa Resisted
aktif Exercise, Tendon glide exercise, dan Nerve glide exercise. Efek biologis dalam
penggunaan Ultrasound melalui penyerapan dari energy Ultrasound yang dapat
menghasilkan efek panas sehingga terjadi peningkatan sirkulasi darah dan akan
mengurangi tekanan pada saraf medianus sehingga terjadi penurunan nyeri.3
Terapi latihan pada Carpal Tunnel Syndrome adalah resisted active exercise yang
merupakan latihan yang dilakukan dengan memberikan tahanan dari luar terhadap kerja otot
yang membentuk suatu gerakan. Efek resisted active exercise adalah untuk meningkatkan
kekuatan dan daya tahan otot. Nerve glide exercise bertujuan mengurangi hambatan pada
terowongan karpal sehingga tendon dapat bergerak bebas dengan meningkatkan sirkulasi
darah ke tangan dan pergelangan tangan sehingga mengurangi pembengkakan dan
meningkatkan perbaikan pada jaringan lunak (otot, ligamen dan tendo). Tendon glide
exercise bertujuan untuk menjaga tendon bergerak dengan bebas di dalam terowongan
karpal. Ini sederhana namun efektif latihan juga meningkatkan sirkulasi ke tangan dan
pergelangan tangan untuk mengurangi pembengkakan, meningkatkan jaringan sehat, dan
membantu menjaga kisaran normal gerak di jari-jari dan pergelangan tangan. Melihat latar
belakang tersebut maka penulis tertarik mengangkat topic ini sebagai judul penilis referat.4

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah pada tinjauan pustaka ini adalah:
1. Apakah tanda dan gejala serta diagnosis differensial carpal tunnel syndrome?
2. Bagaimana penegakan diagnosis serta penatalaksanaan carpal tunnel syndrome yang
tepat?
1.3 TUJUAN

Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan mengenai gejala klinis,penegakan diagnosa


serta penatalaksanaan carpal tunnel syndrome.

1.4 MANFAAT

Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa


kedokteran dan praktisi kedokteran agar dapat menambah wawasan mengenai penegakkan
diagnosis dan penanganan yang tepat pada kasus carpal tunnel syndrome.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Carpal Tunnel Syndrome merupakan neuropati tekanan atau cerutan terhadap


nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah
fleksor retinakulum . Dulu sindroma ini juga disebut dengan nama acroparesthesia,
median thenar neuritis atau partial thenar atrophy Carpal Tunnel Syndrome pertama kali
dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir James Paget pada kasus stadium lanjut
fraktur radius bagian distal. Carpal Tunnel Syndrome spontan pertama kali dilaporkan
oleh Pierre Marie dan C.Foix pada taboo 1913. Istilah Carpal Tunnel Syndrome
diperkenalkan oleh Moersch pada tabun 1938.5

Menurut America Academy of Orthopaedic Surgeons Clinical Guideline, Carpal


Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N.medinus di tingkat
pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan karpal
dan penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa,
kesemutan, nyeri tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh
usia, jenis kelamin, etnis, atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor
mekanis dan penyakit local.6

2.2 ANATOMI
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi
yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari – jari tangan. Jari tangan dan
otot – otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon – tendonnya berorigo pada
epicondilus medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang – tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan
jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian
distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio
cubiti sekitar 3 cm.7
Pada terowongan carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen
radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang sensorik pada
permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis
brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis. Pada 33 % dari
individu, seluruh fleksor polisis brevis menerima persarafan dari N. Medianus. Sebanyak
2 % dari penduduk, m.policis adduktor juga menerima persarafan N. Medianus.
Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari
kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf median dapat mempersarafi
permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal
proksimal.7
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis
carpi, membesarnya membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan
jaringan lubrikasi pada tendon-tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan
sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis. Penekanan terhadap N. Medianus
yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi transversum dapat
menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada otot fleksor pollicis brevis, otot
opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya
kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal
N. Medianus. Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan
persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian
telapak tangan dan jari jempol.7
N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada
terowongan karpal. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi anatomi, yang
menciptakan variabilitas yang besar patologi dalam kasus Capal Tunnel Syndrome.8
Gambar 1.1.Anatomi Nervus Perifer

Gambar 1.2 Struktur Anatomi N. Medianus


2.3 ETIOLOGI

Kawasan sensorik N. Medianus bervariasi terutama pada permukaan volar. Dan


pola itu sesuai dengan variasi antara jari ketiga sampai jari keempat sisi radial telapak
tangan. Pada permukaan dorsum manus, kawasan sensorik N. Medianus bervariasi antara
dua sampai tiga palang distal jari kedua, ketiga dan keempat. Di terowongan karpal N.
Medianus sering terjepit. N. Medianus adalah saraf yang paling sering mengalami cedera
oleh trauma langsung, sering disertai dengan luka di pergelangan tangan. Tekanan dari n
median sehingga menghasilkan rasa kesemutan yang menyakiti juga. Itulah parestesia atau
hipestesia dari “Carpal Tunnel Sydrome”.9

Terdapat beberapa kunci co-morbiditas atau human factor yang berpotensi


meningkatkan risiko CTS. Pertimbangan utama meliputi usia lanjut, jenis kelamin
perempuan, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain termasuk kehamilan,
pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang dan kumulatif, sejarah keluarga
yang kuat, gangguan medis tertentu seperti hipotiroidisme, penyakit autoimun, penyakit
rematologi, arthritis, penyakit ginjal, trauma, predisposisi anatomi di pergelangan tangan
dan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat dalam kerja
manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat keparahan yang lebih besar.8

Beberapa penyebab dan factor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian carpal


tunnel syndrome antara lain.7,10

1. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure palsy, misalnya


HMSN (hereditary motor and sensory neuropathies) tipe III.
2. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah, pergelangan tangan
dan tangan .Sprain pergelangan tangan. Trauma langsung terhadap pergelangan
tangan.
3. Pekerjaan : gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang-ulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik, pekerja kasar yang
sering mengangkat beban berat dan pemain musik terutama pemain piano dan
pemain gitar yang banyak menggunakan tangannya juga merupakan etiologi dari
carpal turner syndrome.
4. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
5. Metabolik: amiloidosis, gout, hipotiroid - Neuropati fokal tekan, khususnya
sindrom carpal tunnel juga terjadi karena penebalan ligamen dan tendon dari
simpanan zat yang disebutkan mukopolisakrida.
6. Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes mellitus,
hipotiroidi, kehamilan.
7. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, myeloma.
8. Penyakit kolagen vaskuler : artritis rheumatoid, polimialgia reumatika,
skleroderma, lupus eritematosus sistemik
9. Degeneratif: osteoarthritis.
10. Iatrogenik : punksi arteri radialis, pemasangan shunt vascular untuk dialisis,
hematoma, komplikasi dari terapi anti koagulan.
11. Faktor stress.
12. Inflamasi : Inflamasi dari membrane mukosa yang mengelilingi tendon
menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal tunnel
syndrome.

2,4 PATOFISIOLOGI

Dimanapun nervus perifer berjalan melewati fibro-osseus tunnels akan berisiko untuk
terjadinya entrapment dan compression khususnya jika soft tissue menjadi bulk (seperti pada
kehamilan, myxoedema atau rheumatoid arthritis) atau jika terdapat lokal obstruksi seperti
ganglion atau osteophytic spur.

Nerve compression mengganggu aliran darah epineural dan konduksi axonal,


menimbulkan gejala seperti numbness, paraethesia, dan muscle weakness ; adanya ischemia
terlihat adanya perbaikan setelah decompresi. Kompresi yang lama atau berat menyebabkan
segmental demyelinasi, muscle atrophy, dan nervus fibrosis ; gejala ringan kemungkinan akan
membaik setelah dekompresi.

Peripheral neurophaty berhubungan dengan gangguan secara umum seperti diabetes atau
alcoholism yang dapat membuat nervus menjadi sensitif terhadap kompresi. Proximal kompresi
seperti discogenic root compression mengganggu sintesis dan transpor substansi neural, sehingga
predisposisi untuk terjadi entrapment pada bagian distal, disebut juga double-crush syndrome.11

2.5 GEJALA KLINIS


Gejala awal biasanya berupa parestesia yang terjadi dalam distribusi saraf medianus tangan,
tiap malam pasien terbangun pada jam-jam awal dengan rasa nyeri yang panas
membakar,perasaan geli, dan mati rasa . Gejala-gejala carpal tunnel syndrome sebagai berikut:
1. Sakit tangan dan mati rasa, terutama pada waktu hari
2. Nyeri, kesemutan, mati rasa pada jari-jari tangan, terutama ibu jari, telunjuk dan jari
tengah
3. Waktu pagi atau siang hari perasaan pembengkakan terasa ketika menggerakkan tangan
dengan cepat
4. Rasa sakit menjalar ke atas hingga lengan atas sampai dengan pundak
5. Terkadang tangan terasa lemas dan hilang keseimbangan terutama di pagi hari

Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang
penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar
(oppones pollicis dan abductor pollicis brevis). dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh nervus
medianus.12

2.6 DIAGNOSIS
Diagnosa CTS ditegakkan selain berdasarkan gejala-klinis seperti di atas dan perkuat
dengan pemeriksaan yaitu:

1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan
perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa
pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS
adalah13:
a) Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa. Beberapa
penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.

Gambar 1.3 Phalen’s Test

b) Torniquet test : Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan tomiquet dengan


menggunakan tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan
sistolik. Bila dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnose.

c) Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal
dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
Gambar 1.4 Tinel’s Test

d) Flick's sign : Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-


gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong
diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit
Raynaud.

e) Thenar wasting : Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.

f) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual maupun
dengan alat dynamometer.

g) Wrist extension test : Penderita diminta melakukan ekstensi tangan secara


maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini
menyokong diagnosa CTS.

h) Pressure test : Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan


menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti
CTS, tes ini menyokong diagnosa.
i) Luthy's sign (bottle's sign) : Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita idak dapat menyentuh
dindingnya dengan rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.

j) Pemeriksaan sensibilitas : Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-
point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosa.

k) Pemeriksaan fungsi otonom : Pada penderita diperhatikan apakah ada perbedaan


keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada daerah innervasi nervus
medianus. Bila ada akan mendukung diagnose CTS.

Dari pemeriksaan provokasi diatas Phalen test dan Tinel test adalah test yang
patognomonis untuk CTS.2

Tabel 1 Pemeriksaan fisik pada Carpal Tunnel Syndrome

2) Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)


Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif
dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak
dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. EMG bisa normal pada 31% kasus CTS.
Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang
lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang,
menunjukkan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan tangan. Masa
laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.10

3) Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah
ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan
untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel proksimal yang
sensitif dan spesifik untuk carpal tunnel syndrome.14,15,16

4) Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan
tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah , kadar
hormon tiroid ataupun darah lengkap.14

2.7 DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis dari CTS antara lain14:
1) Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan
bertambah hila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.

2) Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.

3) Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak
tangan daripada CTS karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak
melalui terowongan karpal.
4) de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abductor pollicis longus
dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS
normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu
jari, positif bila nyeri bertambah.

2.8 PENATALAKSAAN

Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit
endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus
ringan bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan
penjepit pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama
minimal 2 bulan, terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih
lanjut dapat diterapi dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak
efektif, dan gejala yang cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan
kompresi.6,10

Oleh karena itu sebaiknya terapi CTS dibagi atas 2 kelompok, yaitu13:

1) Terapi langsung terhadap CTS


a) Terapi konservatif
I. Istirahatkan pergelangan tangan.
II. Obat anti inflamasi non steroid.
III. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang
terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
IV. Nerve Gliding, yaitu latihan terdiri dari berbagai gerakan (ROM) latihan dari
ekstremitas atas dan leher yang menghasilkan ketegangan dan gerakan
membujur sepanjang saraf median dan lain dari ekstremitas atas. Latihan-
latihan ini didasarkan pada prinsip bahwa jaringan dari sistem saraf perifer
dirancang untuk gerakan, dan bahwa ketegangan dan meluncur saraf mungkin
memiliki efek pada neurofisiologi melalui perubahan dalam aliran pembuluh
darah dan axoplasmic. Latihan dilakukan sederhana dan dapat dilakukan oleh
pasien setelah instruksi singkat.

Gambar 1.5 Nerve Gliding

V. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau


metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal
dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal
lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus.
Sementara suntikan dapat diulang dalam 7 sampai 10 hari untuk total tiga atau
empat suntikan,. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi
belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan. Suntikan harus digunakan
dengan hati-hati untuk pasien di bawah usia 30 tahun.
VI. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan
pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa
penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat
bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar.
Namun pemberian dapat berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri.
VII. Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.

b) Surgical
Pada pasien yang tidak respon terhadap terapi konservatif, indikasi untuk terapi bedah.
Teknik bedah baik open maupun endoscopic.
Open insicion dibuat pada atas palm transper carpal ligament, menempatkan ulna
sebagai axis palmaris longus, sepanjang longitudinal axis radial border ring finger
Insisi ini menghindari injuri pada cabang palmar cutaneus nervus medianus. Setelah
insisi palmar longitudinal, transver carpal ligament diidentifikasi dan dipisah
longitudinal. Endoscopic, pemisahan tranver carpal ligament menghindari nyeri pada insisi,
endoscopic dapat dilakukan dengan single wrist portal proximal menuju palm atau dengan
kombinasi proximal portal dan short midpalmar portal sepanjang axis open insisi. Walaupun
terapi ini menjanjikan hasil yang baik tetapi risiko untuk terjadi trauma iatrogenic cukup
tinggi. Tingginya komplikasi berhubungan dengan keahlian operator dibandingkan teknik
operasi. Komplikasi terbanyak adalah incomplete division transver carpal ligament.

2.9 KOMPLIKASI
Perdarahan, infeksi, nyeri pada scar, injuri nervus, palmar arch vessel, atau tendon,
gagal untuk melepaskan ligaFment dan rekuren. Pasien disarankan menggerakkan jari-
jari setelah operasi. Wrist motion dimulai dalam minggu pertama. Nyeri pada insisi sering
mencegah pasien untuk melakukan gerakan wrist secara penuh dalam 4-8 minggu
pertama. Jika pasien sulit mengembalikan fungsi pergerakan pergelangan tangannya,
disarankan untuk terapi program terdiri dari desensitisasi, ROM, dan strengthening.
Latihan-latihan:
1. Definisi carpal tunnel syndrome
2. Sebutkan klasifikasi cedera nervus menurut Herbert Seddon
3. Isi carpal tunnel
4. Test provocative apa yang bisa dilakukan
5. Terapi carpal tunnel syndrome

2.10 PROGNOSIS
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik. Bila
keadaan tidak membaik dengan terapi konservatif maka tindakan operasi harus dilakukan.
Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya dilakukan pada
penderita yang sudah lama menderita CTS penyembuhan post operatifnya bertahap.17
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan maka
dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini:17
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CTS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik. Sekalipun
prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko
untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi
baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.

BAB III

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome adalah gejala neuropati kompresi dari N. medianus di tingkat
pergelangan tangan, ditandai dengan bukti peningkatan tekanan dalam terowongan karpal dan
penurunan fungsi saraf di tingkat itu. Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit, kondisi dan peristiwa. Hal ini ditandai dengan keluhan mati rasa, kesemutan, nyeri
tangan dan lengan dan disfungsi otot. Kelainan ini tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, etnis,
atau pekerjaan dan disebabkan karena penyakit sistemik, faktor mekanis dan penyakit lokal.6
Penatalaksanaan carpal tunnel syndrome tergantung pada etiologi, durasi gejala, dan
intensitas kompresi saraf. Jika sindrom adalah suatu penyakit sekunder untuk penyakit
endokrin, hematologi, atau penyakit sistemik lain, penyakit primer harus diobati. Kasus ringan
bisa diobati dengan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan menggunakan penjepit
pergelangan tangan yang mempertahankan tangan dalam posisi netral selama minimal 2 bulan,
terutama pada malam hari atau selama gerakan berulang. Kasus lebih lanjut dapat diterapi
dengan injeksi steroid lokal yang mengurangi peradangan. Jika tidak efektif, dan gejala yang
cukup mengganggu, operasi sering dianjurkan untuk meringankan kompresi.7,10
DAFTAR PUSTAKA

1. Yusuf R.2010.Hubungan Antara Getaran Mesin Produksi dengan Carpal Tunnel


Syndrome.htpp:/journal.unnes.ac.id/index.php/kemas
2. Tana, Lusianawaty et al. Carpal tunnel syndrome Pada Pekerja Garmen di Jakarta. Buletin
Peneliti Kesehatan. 2004. vol. 32, no. 2: 73-82.
3. Baker.,Kerry G.,Robertson,Valma J.2001.Review of Therapeutic Ultrasound
Effectivesness Studies.Journal of American Physical Therapy
Association,Vol.81,No.7,hal.1339-1350.
4. Kisner,C and Colby, L.A. 2007.Therapeutic Exercise,5th edition,Foundations and
Techniques.Philadelphia:F.A,Davis Company.
5. Campbell, William W. DeJong's The Neurologic Examination, 6th
Edition.Philadelpia:Lippincot Williams & Wilkins. 2005.
6. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline On The
Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. 2007.
7. Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. Tunnel Syndromes: Peripheral Nerve
Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC PRESS.2001
8. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Clinical Practice Guideline on the
Treatment of Carpal Tunnel Syndrome. 2008.
9. Mardjono M dan Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: PT Dian Rakyat. 2009.
10. Latov, Norman. Peripheral Neuropathy. New York: Demos Medical. Publishing. 2007.
11. Sidharta Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum . Jakarta. Dian Rakyat.
12. Bahrudin, Mochamad. 2011. Pemeriksaan Klinis di Bidang Penyakit Syaraf (Klinis
Neurologi dan Neurobehavior/ Fungsi Luhur) . Malang. UMM Press.
13. Jeffrey n. Katz, et al. Carpal Tunnel Syndrome. N Engl J Med, 2002. Vol. 346, No. 23.
14. Rambe, Aldi S. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU.2004.
15. Wilkinson, Maureen. Ultrasound of the Carpal Tunnel and Median Nerve: A
Reproducibility Study. Journal of Diagnostic Medical Sonography. 2001 Vol17, No. 6.
16. Cartwright, michael s. Et al. Evidence-based Guideline: Neuromuscular Ultrasound for
The Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome. American Association of Neuromuscular and
Electrodiagnostic Medicine. 2012.
17. Bachrodin, Moch. Carpal Tunnel Syndrome. Malang: FK UMM. 2011. Vol.7. No. 14.

Вам также может понравиться

  • Soal Pretest Radiologi PDF
    Soal Pretest Radiologi PDF
    Документ9 страниц
    Soal Pretest Radiologi PDF
    Isma Awalia Habibah14
    Оценок пока нет
  • Journal Reading - Perokok Pasif Selama Kehamilan PDF
    Journal Reading - Perokok Pasif Selama Kehamilan PDF
    Документ26 страниц
    Journal Reading - Perokok Pasif Selama Kehamilan PDF
    Kogilavani Mani
    Оценок пока нет
  • PUA COEIN Minggu 9 GKVS
    PUA COEIN Minggu 9 GKVS
    Документ21 страница
    PUA COEIN Minggu 9 GKVS
    kogilavani mani
    Оценок пока нет
  • 1 D
    1 D
    Документ9 страниц
    1 D
    Miraj Achmad Jazuli Hasanusi
    Оценок пока нет
  • BAB I Pendahuluan PDF
    BAB I Pendahuluan PDF
    Документ10 страниц
    BAB I Pendahuluan PDF
    Josua Louis
    Оценок пока нет
  • PP Sifilis
    PP Sifilis
    Документ13 страниц
    PP Sifilis
    Putra Saragih
    Оценок пока нет
  • 1 D
    1 D
    Документ9 страниц
    1 D
    Miraj Achmad Jazuli Hasanusi
    Оценок пока нет
  • Kulit PDF
    Kulit PDF
    Документ22 страницы
    Kulit PDF
    Rani Diandini
    Оценок пока нет
  • Cts Paper Kogi
    Cts Paper Kogi
    Документ23 страницы
    Cts Paper Kogi
    kogilavani mani
    Оценок пока нет