Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stress diawali dengan adanya ketidak seimbangan antara tuntutan
dan sumbeer daya yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan
terjadi,semakin tinggi pula tingkat stress yang dialami individu,dan
akan merasa terancam. Berbagai pendekatan mengenai stress yang telah
dikemukakan oleh para ahli tentang stress.
Stress merupakan istilah yang berasal dari bhasa latin “Stingere”
yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring
dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu
dari straise, strest,stresce, dan stress. Abad ke-17 istilah stress diartikan
sebagai kesukaran, kesulitan,kesusahan, atau penderitaan. Pada abad ke-
18 istilah ini digunakan dengan lebih menunjukkan kekuatan, tekanan,
ketegangan, atau usaha yang keras berpusat pada benda dan manusia, “
terutama kekuatan mental manusia:
Menurut Hardjana (1994) stress sebagai keadaan atau kondisi
yang tercipta bila transaksi seseorang yang mengalami stress dan hal
yang dianggap mendatangkan stress membuat orang yang bersangkutan
melihat ketidaksepadanan antara keadaan atau kondisi dan sistem
sumberdaya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya. definisi
stress yang diberikan oleh Selye (1982) adalah “stress is the
nonspesific result of any demand upon the body be t5he mental or
somatic “ tubuh akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai
tantangan yang dijumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya
perubahan biologi an kimia dalam tubuh.
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu berfikir kritis dan analisis dalam memahami peran
perawat jiwa.

b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa memahami pengertian setres
2) Mahasiswa memahami pengertian setresor
3) Mahasiswa memahami Rentang Sehat Sakit Jiwa
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR STRESS


Stress diawali dengan adanya ketidak seimbangan antara
tuntutan dan sumbeer daya yang dimiliki individu, semakin tinggi
kesenjangan terjadi,semakin tinggi pula tingkat stress yang dialami
individu,dan akan merasa terancam. Berbagai pendekatan mengenai
stress yang telah dikemukakan oleh para ahli tentang stress.
1. PENGERTAN STRESS
Stress is a condition in which the human system responds to
changes in its norma balanced state (Taylor, 1997:755).
Stress merupakan istilah yang berasal dari bhasa latin
“Stingere” yang berarti “keras” (stricus). Istilah ini mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut
dari waktu ke waktu dari straise, strest,stresce, dan stress. Abad ke-
17 istilah stress diartikan sebagai kesukaran, kesulitan,kesusahan,
atau penderitaan. Pada abad ke-18 istilah ini digunakan dengan
lebih menunjukkan kekuatan, tekanan, ketegangan, atau usaha yang
keras berpusat pada benda dan manusia, “ terutama kekuatan
mental manusia:”
MC Nerrney dalam Grenberg (1984), menyebutkan stress
sebagai reaksi fisik, mental dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi
yang menakutkan, mengejutkan,membingungkan,membahayakan,
dan merisaukan seseorang. Menurut Hardjana (1994) stress
sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi seseorang
yang mengalami stress dan hal yang dianggap mendatangkan stress
membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan
antara keadaan atau kondisi dan sistem sumberdaya biologis,
psikologis, dan sosial yang ada padanya. definisi stress yang
diberikan oleh Selye (1982) adalah “stress is the nonspesific result
of any demand upon the body be t5he mental or somatic “ tubuh
akan memberikan reaksi tertentu terhadap berbagai tantangan yang
dijumpai dalam hidup kita berdasarkan adanya perubahan biologi
an kimia dalam tubuh.
Menurut dadang Hawari, Istilah stress dan depresi sering kali
tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Setiap permasalahan
kehidpan yang menimpa pada diri seseorang (stressor psikososial)
dapat mengakibatkan gangguan fungsi/Faal organ tubuh. Reaksi
tubuh (fisik) inidinamakan stress, dan manakala fungsi organ-organ
tubuh itu sampai terganggu dinamakan Distress. Sedangkan depresi
adalah reaksi kejiwaan seseorang terhadap stress yang dialaminya.
Kecemasan (anciety) dan depresi (Depression) merupakan dua
jenis gangguan kejiwaan yang satu dengan lainnya saling
berkaitan. Seseorang yang mengalami depresi sering kali ada
komponen ansitasnya, demikian pula sebaliknya. Stress adalah
tanggapan/reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban
atasnya yang bersifat non spesifik. Namun, disamping itu stress
juga dapat merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat
dari sutau gangguan atau penyakit.
1. MODEL STRESS BERDASARKAN STIMULUS
Hooke menjelaskan hukum elastisitas untuk menguraikan
bagaimana beban dapat menimbulkan kerusakan. Jika strain
yang dihasilkan oleh stress yang diberikan berada pada batas
elastisitas dari material tersebut akan kembali ke kondisi semula,
tetapi jika Strain yang dihasilkan melampaui batas
elastisitasnya, maka kerusakan akan terjadi. Pendekatan model
stimulus ini menganggap stress sebagai ciri-ciri dari stimulus
lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau
merusak. Model yang digunakan pada dasarnya adalah stressor
eksternal akan menimbulkan reaksi stress dalam diri individu.
Pendekatan ini menempatkan stress sebagai sesuatu yang
dipelajari dan menekan kan pada stimulus apa yang merupakan
diagnosa stress. Kelemahan dari model stimulus ini adalah
kegagalan nya dalam memperhitungkan cara orang menyatakan
realita dari stimulus lingkungan terhadap respon.
2. MODEL STRESS BERDASARKAN RESPON
Model ini mengidentifikasi stress sebagai rrespon individu
terhadap stressor yang diterima. Selye ( 1982) menyatakan
stress sebagai respon non spesifik yang timbul terhadap tuntutan
lingkungan, respon umum ini disebut sebagai General
Adaptation Syndrom (GAS) Dan dibagi dalam 3 fase, yaitu fase
sinyal, fase perlawanan, dan fase keletihan. Reaksi alarm
merupakan respon siaga (fight or flight). Pada fase ini terjaadi
peningkatan cortical hormone, emosi dan ketegangan.
Fase perlawanan (resistance) terjadi bila respon adaptif
tidak mengurangi persepsi terhadap ancaman, reaksi ini ditandai
oleh hormone cortical yang tetap tinggi. Usaha fisiologis untuk
mengatasi stress mencapai kapasitas penuh, dan perlawanan
melalui mekanisme pertahanan diri dan strategi mengenai stress.
Sedangkan reaksi kelelahan yaitu perlawanan terhadap stress
yang berkepanjangan mulai menurun, fungsi otak tergantung
oleh perubahan metabolisme, sistem kekebalan tubuh menjadi
kurang efisien dan penyakit yang serius mulai timbul pada saat
kondisi menurun.
3. PENGGOLONGAN STRESS
Selye dalam rice menggolongkan stress menjadi dua
golongan. Yang didasarkan atas persepsi individu terhadap
stress yang dialaminya.
a. Distress (Stress Negatif)
Selye menyebutkan distress merupakan stress yang dapat
merusak atau bersifat tidak menyenangkan. stres dirasakan
sebagai suatu keadaan dimana indiviu mengalami rasa
cemas, ketakutan,khawatir dan timbul keinginan untuk
menghindarinya.
b. Eustress (Stress Positif)
Eustress bersifat menyenangkan dan merupakan
pengalaman yang memuaskan. Hanson mengemukakan
frase joy of stress untuk mengungkapkan hal-hal yang
bersifat positif yang timbul dari adanya stress.
Apabila ditinjau dari penyebab stres, dapat digolongkan
sebagai berikut :
a. Stres Fisik, disebabkan oleh suhu atau
temperature yang terlalu tinggi atau rendah, suara
amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat
arus listrik.
b. Stres Kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat,
obat-obatan, zat beracun, hormon atau gas.
c. Stres Mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri,
atau parasit yang menimbulkan penyakit.
d. Stres Fisiologik, disebabkan oleh gangguan
struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik
sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan,
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan
perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f. Stres Psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau
keamanan menurut (Sunaryo, 2004).
4. SUMBER STRESS (STRESSOR)
Menurut sunaryo, stresor adalah semua kondisi stimulasi
yang berbahaya dan menghasilkan reaksi stress, sumber stresss
dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh, sumber stress
dapat berupa biologik/fisiologik, kimia, psikologik,sosial dan
spiritual, terjadinya stress karena stressor tersebut drasakan dan
dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga
menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum daari
gangguan kesehatan fisik dan psikologis.
Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar
tubuh, sumber stres dapat berupa biologi atau psikosiologi,
kimia, psikologok, sosial spiritual.
a. Stresor biologik dapat berupa : mikroba, bakteri,
virus dan jasad renik lainnya, hewan, binatang,
bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
b. Stresor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam,
suhu, cuaca, geografi, yang mengikuti letak tempat
tinggal, domisili, demografi, berupa jumlah anggota
dalam keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan
penduduk, imigrasi dan kebisingan.
c. Stresor kimia, dapat berupa obat-obatan,
pengobatan, pemakaian alkohol, pencemaran
lingkungan, bahan kosmetik dan bahan pengawet.
d. Stresor sosial psikologi, yaitu labelling dan
prasangka, ketidak kepuasan terhadap diri sendiri
terhadap suatu hal yang dialami, kekejaman,
konflik peran, percaya diri yang rendah, perubahan
ekonomi, emosi yang negatif, dan kehamilan.
5. TANDA – TANDA BAHAYA STRESS
Ada beberapa tanda bahaya yang menunjukan kerja
destruktif dari stres. Tanda- tanda ini bersifat fisiologis dan
psikologis. Penyakit psikologis, meskipun senyata dan
sedestruktif penyakit fisik, bisa lebih sulit dideteksi dan
disembuhkan. Ada berbagai penyakit emosional dan
psikologis yang ditimbulkan oleh stres, dari yang ringan
sampai yang meningkat, dari yang sementara sampai yang
kronis. Serangannya bisa pelahan-lahan atau mendadak.
Penyakit-penyakit ini dapat dipicu oleh sebab biologis dan
sebab psikologis. Ini merupakan sebuah topik besar, dan saya
disini hanya menyebutkan beberapa tanda yang
mengindikasikan berjangkitnya stres.
Keletihan yang tak diketahui sebab-musababnya :
a. Gangguan makan, seperti kehilangan nafsu makan atau
makanan berlebihan.
b. Gangguan tidur, seperti tak bisa tidur, tidur tapi sebentar
bentar bangun, dan mimpi buruk berulang.
c. Keluarnya air mata tanpa bisa dikendalikan
d. Pikiran untuk bunuh diri.
e. Hilangnya ketertarikan pada hal-hal seperti berpenampilan
rapi dan aktifitas- aktifitas sosial
f. Tak bisa berkonsentrasi.
g. Sering merasa mengerut ketika demam dan terkenak
infeksi.
h. Tegang atau sakit kepala yang tak diketahui sebab-
musababnya.
i. Minum alkohol secara berlebihan atau merasa panik.
j. Lekas marah atau mudah terprovokasi.
k. Selalu ingin melakukan sesuatu yang radikal.

6. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRESS


Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya
stres atau stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor
personal (Dwiyanti, 2001). Faktor lingkungan kerja dapat
berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan
sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa
berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi
maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga dimana pribadi
berada dan mengembangkan diri, maka faktor pribadi
ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.
Secara umum faktor yang menyebabkan terjadinya stres
oleh Dwiyanti (2001) adalah akibat tidak adanya dukungan
sosial, tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, kondisi lingkungan kerja, manajemen
yang tidak sehat, tipe kepribadian, dan pengalaman pribadi.
Penyebab stres yang pertama menurut Dwiyanti (2001) yaitu
tidak adanya dukungan sosial diartikan bahwa stres akan
cenderung muncul pada para individu yang tidak mendapat
dukungan dari lingkungan sosial mereka. Dukungan sosiaL,
bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan maupun
lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa,
individu yang mengalami stres kerja adalah mereka yang tidak
mendapat dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti
orang tua, mertua, anak, teman dan semacamnya. Begitu juga
ketika seseorang tidak memperoleh dukungan dari rekan
sejawatnya akan cenderung lebih mudah terkena stres. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya dukungan sosial yang
menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan dan
tugasnya.
Tidak adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan sebagai penyebab stres yang kedua menurut
Dwiyanti (2001) berkaitan dengan hak dan kewenangan
seseorang dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.
Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak
dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab
dan kewenangannya. Stres juga bisa terjadi ketika seorang
tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut
dirinya. Kondisi lingkungan kerja juga dapat memicu
terjadinya stres. Kondisi fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu
panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan
semacamnya.
Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamanan
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga
ruangan yang terlalu dingin (Margiati, 1999).
Manajemen yang tidak sehat diidentifikasi juga dapat
mengakibatkan seseorang mengalami stres. Banyak orang yang
stres dalam pekerjaan ketika gaya kepemimpinan para
manajernya cenderung neurotis, yakni seorang pemimpin
yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya
bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau
peristiwa sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di
tempat kerja. Situasi kerja atasan selalu mencurigai
bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang
semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak
leluasa menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan
menimbulkan stres.
Tipe kepribadian seseorang dapat juga memicu terjadinya
stres. Seseorang dengan kepribadian tipe A cenderung
mengalami stres dibanding kepribadian tipe B. Beberapa ciri
kepribadian tipe A ini adalah sering merasa diburu-buru dalam
menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran, konsentrasi pada
lebih dari satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung
tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung
berkompetisi dengan orang lain meskipun dalam situasi atau
peristiwa yang non kompetitif. Dengan begitu, bagi pihak
perusahaan akan selalu mengalami dilema ketika mengambil
pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan
memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di
sisi lain perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat
resiko serangan/sakit jantung.
Akibatnya, individu dikejar waktu untuk menyelesaikan
tugas sesuai waktu yang ditetapkan atasan. Kurang mendapat
tanggungjawab yang memadai dapat menyebabkan terjadinya
stres pada seseorang terutama jika hal ini menyangkut dengan
hak dan kewajiban. Sementara itu ambiguitas peran menjadi
penyebab stres bila seseorang agar menghasilkan performan
yang baik, perlu mengetahui tujuan dari pekerjaan, apa yang
diharapkan untuk dikerjakan dan tanggungjawab dari
pekerjaan mereka.
Saat tidak ada kepastian tentang definisi kerja dan apa yang
diharapkan dari pekerjaannya akan timbul ambiguitas peran.
Perbedaan nilai sebagai penyebab stres karena umumnya situasi
ini biasanya terjadi pada individu yang mempunyai prinsip
yang berkaitan dengan profesi yang digeluti maupun prinsip
kemanusiaan yang dijunjung tinggi (altruisme).
Konflik peran juga mampu menimbulkan stres pada
seseorang. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a)
konflik peran intersender, dimana individu berhadapan dengan
harapan organisasi terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak
sesuai; (b) konflik peran intrasender, konflik peran ini
kebanyakan terjadi pada yang menduduki jabatan di dua
struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur
memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak
pada individu yang berada pada posisi dibawahnya,
terutama jika mereka harus memilih salah satu alternatif.

Menurut Munandar (2001) faktor-faktor yang dapat


menimbulkan stres dalam pekerjaan adalah:
1) Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan seperti tuntutan fisik
misalnya faktor kebisingan, dan faktor tugas mencakup
kerja malam, beban kerja, dan resiko dan bahaya,
2) Faktor struktur dan iklim kelompok adalah terpusat pada
sejauh mana individu dapat berperan serta pada support
sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam
pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana hati
dan perilaku negatif. Peningkatan peluang untuk berperan
serta menghasilkan peningkatan produktivitas, dan
peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik,
3) Faktor ciri-ciri individu sebagai faktor lainnya yang
dapat memicu terjadinya stres artinya stres ditentukan pula
oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat situasinya
sebagai kondisi stres.
Faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor
pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan
pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah
ini yang menentukan bagaimana individu bereaksi
terhadap pembangkit stres potensial (Davis dan
Newstrom dalam Margiati, 1999).
7. TAHAPAN STRESS
a. Tahap I Stres
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan,
dan biasanya di sertai dengan perasaan-perasaan sebagai
berikut :
1. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2. Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya
3.Merasa mapu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya, namun tanpa di sadari cadangan energi
dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang
berlebihan pula
4. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin
bertambah semangat, namun tanpa di sadari cadangan
energi semakin menipis.
b. Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula
“menyenangkan” sebagaimana yang di uraikan pada
tahap I di atas mulai menghilang, dan timbul keluhan-
keluhan yang di sebabkan karena cadangan energi tidak lagi
cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk
beristirahat. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan
oleh seseorang yang berada pada stress tahap II adalah
sebagai berikut :
1. Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya
merasa segar.
2. Merasa mudah lelah sesudah makan siang
3. Lekas merasa lelah menjelang sore hari
4. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman
5. Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-
debar)
6. Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
c. Stres Tahap III
Bila seseorang itu tetap memaksakan diri dalam
pekerjaannya tanpa keluhan- keluhan sebagaimana di
uraikan pada stres tahap II tersebut diatas, maka yang
bersangkutan akan menunjukkan keluhan-keluhan yang
semakin nyata dan mengganggu yaitu :
1. Gangguan lambung dan usus semakin nyata,
misalnya keluhan “maag”(gastritis), buang air besar
tidak teratur (diare).
2. Ketegangan otot-otot semakin terasa
3. Perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional
semakin meningkat
4. Ganguan pola tidur (insomnia) misalnya sukar untuk
mulai masuk tidur (early insomnia), atau terbangun
tengah malam dan sukar kembali tidur (middle
insomnia), atau bangun terlalu pagi/dini hari tidak dapat
kembali tidur (lae insomnia)
5. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa goyah dan
serasa mau pingsan).
d. Stres tahap IV
Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke
dokter sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III
diatas, oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak
ditemukan kelainan-kelainan fisik pada organ
tubuhnya.Maka gejala stres tahap IV akan muncul :
1. Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat
sulit
2. Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan
dan mudan diselesaikan menjadi membosankan dan
terasa lebih sulit
3. Yang semula tanggapan terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespon secara
memadai
4. Ketidak mampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari
5. Gangguan pola tidur di sertai dengan mimpi-mimpi
yang menyenagkan
6. Sering kali menolak ajakan karena tiada semangat dan
kegairahan
7. Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
8. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak
dapat di jelaskan apa penyebabnya.
e. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh
dalam stres tahap V yang di tandai dengan hal-hal berikut :
1. Kelelahan fisik dan mental yang semakin
mendalam (physical and psychological exhaustion)
2. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari yang ringan dan sederhana
3. Gangguan sistem pencernaan semakin berat
(gastrointestinal disorder)
4. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang
semakin meningkat, mudah binggung dan panik.
f. Stres Tahap VI
Tahap ini merupakan tahap klimaks, seseorang mengalami
serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati,
tidak jarang orang yang mengalami stres tahap VI ini
berulang kali di bawa ke UGD bahkan ke ICCU, meskipun
pada akhirnya di pulangkan karena tidak di temukan
kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini
adalah sebagai berikut :
1. Debar jantung teramat keras
2. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
3. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat
bercucuran
4. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5. Pingsan atau kolaps (Hawari, 2004)

B. RENTANG SEHAT-SAKIT JIWA

1. Sehat Jiwa
Adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan
hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas
hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Ciri-ciri sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya
kemampuan dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang
wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi lingkungnan
hidupnya dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama
orang lain.
Ciri-ciri sehat jiwa :
1. Bersikap positif terhadap diri sendiri
2. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri
3. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
4. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang
diambil
5. Mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan
serta sikap orang lain.
2. Masalah Psikososial
Yaitu masalah yang bersfiat psikologis ataupun sosial yang
timbul akibat perubahan dalam kehidupan individu.
Ciri-ciri masalah psikososial :
1. Cemas, khawatir berlebihan, takut
2. Mudah tersinggung
3. Sulit berkonsentrasi
4. Bersifat ragu-ragu / rendah diri
5. Merasakan kecewa
6. Pemarah dan agresif
3. Gangguan Jiiwa
Yaitu sutau perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adannya gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Ciri-ciri Gangguan Jiwa
1. Marah tanpa sebab
2. Mengurung diri
3. Tidak mengenali orang
4. Bicara sendiri
5. Tidak mampu merawat diri.
C. MEKANISME KOPING
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi
yang mengancam. Upaya individu dapat berupa perubahan cara berfikir
(kognitif), perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang
bertujuan untuk meyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif
akan menghasilkan adaptasi. Koping dapat diidentifikasi melalui respon,
manifestasi (tanda dan gejala) dan pertanyaan klien dalam wawancara
(Keliat, 1999). Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan
dicapai, dan respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri
individu (Nurhaeni, 1998). Berdasarkan definisi di atas maka yang
dimaksud koping adalah cara yang digunakan individu dalam
menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi
yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
Koping dibagi menjadi dua bagian, yaitu memfokuskan pada pemecahan
masalah dan memfokuskan pada emosi. Jenis-jenis koping yang
memfokuskan pada masalah berupa :
a. Keaktifan diri, adalah suatu tindakan yang mencoba menghilangkan
atau mengelabuhi penyebab stres atau untuk memperbaiki akibat
yang ditimbulkan, dengan kata lain bertambahnya usaha seseorang
untuk melakukan koping, antara lain dengan bertindak langsung.
b. Perencanaan, adalah memikirkan tentang bagaimana mengatasi
penyebab stres, contohnya dengan membuat strategi untuk bertindak,
memikirkan tentang langkah apa yang perlu diambil dalam
menangani suatu masalah.
c. Kontrol diri, adalah individu membatasi keterlibatannya dalam
aktivitas kompetensi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-
buru, menunggu sehingga layak untuk melakukan suatu tindakan
dengan mencari alternative lain.
d. Mencari dukungan sosial, adalah mencari nasehat, pertolongan,
informasi, dukungan moral, empati, dan pengertian.
Sedangkan koping yang memfokuskan pada emosi, yaitu berupa :
a. Mengingkari, adalah suatu tindakan atau pengingkaran terhadap
suatu masalah.
b. Penerimaan diri, adalah suatu situasi yang penuh dengan tekanan
sehingga keadaan ini memaksanya untuk mengatasi masalah
tersebut.
c. Religius, adalah sikap individu untuk menenangkan dan
menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan
Koping juga melibatkan gaya untuk mengelola situasi yang membebani,
memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan
berusaha untuk mengatasi dan mengurangi stress. Keberhasilan dalam
koping berkaitan dengan sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan
mengenai kendali pribadi, emosi positif, dan sumber daya personal
(Folkman & Moskowitz, 2004).
1. Bentuk-bentuk strategi koping
a. Koping berfokus pada masalah
Mencakup bertindak secara langsung untuk mengatasi
masalah atau mencari informasi yang relevan dengan solusi.
b. Koping yang berfokus pada emosi
Merujuk pada berbagai upaya untuk mengurangi berbagai
reaksi emosional negatif terhadap stress.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku koping
Menurut Smet (1994: 130) perilaku koping dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu :
a. Kondisi individu
Umur,jenis kelamin. Tempramen,kebudayaan, status
ekonomi dan kondisi fisik.
b. Karakteristik kepribadian
Introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum
c. Sosial-kognitif
Dukungan sosial, dukungan yang diterima.
d. Strategi dalam melakukan koping.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stress sebagai keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi
seseorang yang mengalami stress dan hal yang dianggap mendatangkan
stress membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara
keadaan atau kondisi dan sistem sumberdaya biologis, psikologis, dan
sosial yang ada padanya.
Sehat Jiwa Adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh
dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi
kehidupan manusia.

B. Saran
Setelah dibuat makalah ini diharapkan para pembaca lebih mengetahui apa
itu Rentang Sehat sakit Jiwa .
DAFTAR PUSTAKA

http://etheses.uin-malang.ac.id
http://digilibs.uinsby.ac.id
yosep,iyus.2011.keperawatan jiwa.Bandung:Refika Aditama
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2011100005
PLBAB2/page6.html
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/154/jtptunimus-gdl-syafiqamug-
7659-3-babii.pdf
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00411-
PS%20Bab2001.pdf

20
21

Вам также может понравиться