Вы находитесь на странице: 1из 6

Kulkas dan Prinsip Termodinamika

oleh: Amalia Nur Aini (16303241009), Anni Isti ‘Aanah (16303241046),


Nur Fauziah (16303244019)

Pendahuluan

Kulkas atau mesin pendingin merupakan alat yang memiliki peran penting
dalam kehidupan sehari-hari. Kulkas menerapkan suatu sistem yang disebut
sistem refrigerasi. Sistem ini bertujuan mempertahankan suhu yang lebih rendah
dari pada lingkungan sekitar dengan siklus tertentu yang reversibel. Sistem ini
dapat digunakan dalam skala industri maupun rumah tangga untuk penyimpanan
makanan, produksi es, produksi nitrogen cair, dan lain sebagainya. Refrigerasi
memiliki siklus berprinsip termodinamika, antara lain pertukaran kalor, perubahan
entalpi, perubahan tekanan, dan adanya kerja dalam sistem.

Refrigerant atau cairan pendingin terlibat dalam sistem refrigerasi. Amonia


pernah menjadi cairan pendingin ini, tapi penggunaannya dihentikan karena
amonia berbahaya bagi lingkungan. Pada tahun 1940 an, refrigerant yang umum
digunakan adalah CFC (chlorofluorocarbon). Pemakaian CFC dinilai merugikan
ozon karena mengandung klorin kemudian diganti refrigeran 12 (HFC) yang tidak
mengandung klorin. Kebanyaan penerapan refrigerasi pada kulkas sekarang ini
menggunakan refrigeran 134a (CF3CH2F).

Penataan dan kuantitas bahan makanan dalam kulkas dianggap


memengaruhi efektivitas kinerja kulkas. Penggunaan refrigerant atau cairan
pendingin juga perlu dipertimbangkan. Amonia dahulu dipakai sebagai refrigerant
kemudian diganti dengan refrigerant 132a yang sekarang dapat diterapkan dalam
berbagai aplikasi. Artikel ini akan membahas sistem refrigerasi, aspek-aspek
termodinamika yang terlibat di dalamnya, serta pemecahan masalah terkait
efisiensi kerja kulkas dan pemilihan refrigerant yang tepat sehingga kinerja kulkas
optimal.
Siklus Refrigerasi Kompresi Uap

Sistem refrigerasi yang umum diterapkan saat ini adalah sistem refrigerasi
kompresi uap. Sistem refrigerasi kompresi uap ini merupakan prinsip dari kulkas
yang terdapat siklus kerja dalam menjaga suhu agar tetap rendah dibandingkan
lingkungannya. Komponen yang terdapat dalam siklus ini adalah evaporator,
kompresor, kondenser, dan katub ekspansi.

Refrigerant atau cairan pendingin ketika melewati evaporator akan


menguap karena perpindahan kalor dari ruang yang direfigerasi. Refrigerant yang
meninggalkan evaporator kemudian dikompresi oleh kompresor dengan tekanan
dan temperatur yang tinggi. Proses ini terjadi secara adiabatik sehingga tidak
terdapat perpindahan kalor ke atau dari kompresor. Kemudian, refrigerant melalui
kondenser dan mengembun, serta terjadi perpidahan kalor dari refrigerant ke
lingkungan sekitar yang lebih dingin. Refrigerant lalu memasuki katup ekspansi
dan terekspansi sehingga tekanannya berkurang. Setelah keluar dari katub ini,
refrigerant kembali menjadi campuran dua fase dan melewati siklus refrigerasi
dari awal. Siklus refrigerasi ini berjalan dengan sangat cepat untuk menjaga
temperatur ruang yang direfrigerasi tetap rendah.

Aspek Termodinamika yang Terlibat

Pada evaporasi refrigerant, terdapat pertukaran kalor antara refrigerant


dengan lingkungan yang direfrigerasi. Proses ini tergolong endotermis karena
kalor diserap secara terus-menerus oleh sistem. Kalor tersebut digunakan untuk
menguapkan sebagian refrigerant dari fase cair menjadi uap. Temperatur dan
tekanan pada fase ini tetap konstan.

Hukum termodinamika pertama dan kedua

Pada proses pengembangan (ekspansi) gas pada suhu tetap, maka rata-rata
energi kinetik molekul-molekul gas tetap sama. Oleh karena tidak ada gaya
(kakas) tarik-menarik antara partikel-partikel gas ideal, maka molekul gas tidak
mempunyai energi potensial. Sehingga pada sistem ini besarnya energi potensial
dan energi kinetik dapat diabaikan.

Sesuai dengan Hukum Termodinamika I yang menyatakan bahawa energi


adalah kekal, artinya energi (sistem+lingkungan) adalah tetap. Kekekalan suatu
energi dapat dinyatakan dalam persamaan:

∆ U =q+ w

Dimana U adalah energi dalam, yaitu energi total sistem yang merupakan jumlah
dari semua energi kinetik dan energi potensial; q adalah jumlah kalor yang
diterima sistem; w adalah kerja yang diberikan kepada sistem.

Pada kebanyakan proses/reaksi kimia bentuk kerja yang perlu adalah kerja
yang berkaitan dengan perubahan volume sistem yang disebut kerja-volum
(volum-work). Hal ini dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan:

P ∆ V =F ∆ h dan F ∆ h=w

Untuk menghindari keterikatan terhadap kerja-volum tersebut, bila panas


reaksi diukur pada tekanan tetap, maka didefinisikan fungsi keadaan baru yang
disebut dengan entalpi.

Perubahan entalpi pada tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai,

∆ H=∆ U + P ∆ V

Entalpi sistem merupakan fungsi keadaan yang harganya tidak tergantung


pada jalannya perubahan tetapi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir. Jadi, setiap proses atau reaksi yang dikerjakan pada tekanan tetap, akan
disertai dengan penyerapan atau pelepasan kalor yang sama dengan selisih entalpi
sistem.

Pada beberapa hal perbedaan ∆H dan ∆U sangat kecil khususnya


pada reaksi kimia di mana reaktan dan produk semuanya berupa cairan atau
padatan. Pada kondisi ini ∆ V sangat kecil, demikian pula P ∆ V , sehingga
∆ H=∆ U .
Sifat Refrigeran dan Pemilihannya

Jenis refrigerant yang umum digunakan dalam refrigerasi kompresi uap


pada tahun 1940 an adalah CFC (chlorofluorocarbon) yang mengandung senyawa
klorin. Kekhawatiran bahwa senyawa klorin dapat menipiskan lapisan ozon bumi
membuat penggunaan CFC dihentikan. Jenis refrigerant dengan ikatan hidrogen
yang menggantikan ikatan klorin kemudian dikembangkan dan tenyata memiliki
potensi menipiskan lapisan ozon yang kecil. Contohnya refrigerant 12, HFCs,
yang tidak mengandung klorin dan refrigerant 134a (CF 3CH2F). Refrigerant 134a
kini digunakan sebagai pengganti refrigerant 12.

Temperatur refrigerant di dalam evaporator dan kondenser diatur pada


daerah yang dingin dan hangat. Pemilihan refrigerant didasarkan pada kebutuhan
tertentu berkaitan dengan kecocokan hubungan temperatur dan tekanannya.
Secara umum, tekanan pada evaporator tidak diatur terlalu rendah dan pada
kondenser tekanannya juga tidak terlalu tinggi. Pertimbangan pemilihan yang
lainnya adalah berdasarkan stabilitas kimia, kandungan racun, sifat korosif, dan
biaya.

Pengaruh Penataan dan Kuantitas Bahan Makanan

Penataan dan kuantitas bahan makanan memiliki pengaruh terhadap


efisiensi kerja kulkas karena apabila bahan makanan disusun terlalu penuh, maka
semakin banyak bahan makanan yang didinginkan sehingga kulkas akan bekerja
lebih ekstra. Apabila sistem bekerja lebih keras dengan penggunaan yang terus-
menerus akan menyebabkan menurunnya kinerja sistem.

Jawaban Pertanyaan dan Perhitungan


1. Identifikasi masalah yang ada dalam artikel yaitu :

a) Apakah alasan penggantian amoniak menjadi freon?


b) Apakah penataan dan kuantitas bahan makanan berpengaruh terhadap
efektivitas kerja kulkas?

2. Hipotesis terhadap masalah yang ada dalam artikel :

a) N
b) Penataan dan kuantitas bahan makanan berpengaruh terhadap efektivitas
kerja kulkas. Semakin banyak bahan makanan yang disimpan maka siklus
refrigerasi akan bekerja lebih keras untuk mendinginkan makanan. Dalam
pemakaian yang terus-menerus akan menurunkan kinerja kulkas.

3. Jika nilai entalpi : H1 = 238 kJ/kg, H2 = 303,9 kJ/kg, H3 = 93,6 kJ/kg, tentukan
:

Panas yang diserap evaporator

∆ H=q+ w

(H1-H4) = q + w

H1-H4 = q

q = 238 kJ/kg – 93,6 kJ/kg

q = 144 kJ/kg

Panas yang dilepaskan condenser

∆ H=q+ w

(H3-H2) = q + w

H3-H2 = q

q = 93,6 kJ/kg – 303,9 kJ/kg

q = -210,3 kJ/kg
Kerja kompresor (w kompresor)

∆ H=q+ w

(H2-H1) = q + w

H2-H1 = w

w = 303,9 kJ/kg – 238 kJ/kg

w = 65,9 kJ/kg

Referensi

Moran, Michael J dan Howard N. Shapiro . 2004 . Termodinamika Teknik Edisi


Keempat . Jakarta : Penerbit Erlangga.
Sukarna, I Made . 2015 . Kimia Dasar . Yogyakarta : UNY

Вам также может понравиться