Вы находитесь на странице: 1из 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Apendisitis

Hari/Tanggal : Senin, 05 Mei 2019

Pukul : 10.00 – 11.40

Sasaran : S1 Tingkat 2 di STIKES HANG TUAH Tanjungpinang

Tempat : Dikelas S1 Tingkat 2

A. Latar Belakang
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), lebar
0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Pada
pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinis, apendiks
terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan
spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang,
namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin
disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan
kurang serat. menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita,
meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an,
sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya
antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa
muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.
Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang
penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah
satu penyakit yang timbul adalah apendisitis. Maka dari itu hendaknya lebih hati-hati ketika
mengkonsumsi makanan agar tubuh tetap terjaga sehingga tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses penyuluhan, masyarakat/ bapak-ibu dapat mengerti dan mampu
menjelaskan tentang Penyakit Apendisitis.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengerti pengertian Apendisitis.
b. Dapat mengetahui penyebab Penyakit Apendisitis.
c. Dapat mengetahui komplikasi Apendisitis.
d. Dapat mengetahui gejala umum Apendisitis.
e. Dapat mengetahui upaya untuk menghindari Apendisitis.

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi
a. Pengertian Apendisitis
b. Faktor-faktor penyebab Apendisitis
c. Komplikasi Apendisitis
d. Gejala-gejala umum Apendisitis
e. Upaya-upaya untuk menanggulangi dan mencegah Apendisitis secara dini
2. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah mahasiswa S1 Tingkat 2 di STIKES

HANG TUAH Tanjungpinang.


3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
4. Media dan Alat
a. Laptop
b. LCD
c. Leaflet
d. Ppt
5. Waktu dan Tempat
a. Hari/ Tanggal : Senin, 05 Mei 2019
b. Jam : 10.00 – 11.40
c. Tempat : Dikelas S1 tingkat 2 di STIKES HANG TUAH Tanjungpinang
6. Pengorganisasian
a. Moderator : Mei Mei
b. Presenter : Melisa Gultom
c. Observer : M. Yudi Pratama
d. Fasilitator : Irfan Maulana
7. Setting Tempat

v
Keterangan :

Mahasiswa Fasilitator

Pembimbing Presenter

Moderator Observer

D. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KETERANGAN


1. Salam perkenalan
2. Doa pembukaan
1. 10.00 – 10.10 3. Menawarkan kontrak waktu Pemberi penyuluhan
4. Sambut-sambutan

Penyajian
1. Penyampaian materi
2. 10.10 – 10.50 2. Tanya jawab Pemberi penyuluhan
3. Evaluasi

Penutup
3. 10.50 – 11.00 1. Doa dan salam penutup Pemberi penyuluhan
2. Istirahat
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kelompok penyuluhan dan pada posisi yang sudah direncanakan
b. 60% peserta penyuluhan menghadiri penyuluhan
c. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
d. Pre Planning telah disetujui
e. Laptop dan LCD telah tersedia
f. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksaaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Sekelompok remaja dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan sampai selesai
c. Sekelompok remaja berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi Hasil
a. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan pengertian penyakit
Apendisitis
b. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan 4 dari 6 masalah
penyakit Apendisitis
c. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda penyakit
Apendisitis
d. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan perkembangan
perasaannya manusia
e. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan paham akan Mencegah
Masalah penyakit Apendisitis

F. Uraian Tugas
1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksaan penyuluhan
2. Moderator
a. Pada acara pembukaan
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing lahan dan pendidikan
3) Menjelaskan topic dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu (jam)
b. Kegiatan inti
1) Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak dipahami
2) Memberikan kesempatan pada mahasiswa atas jawaban yang diajukan untuk
menjawab
c. Pada acara penutup
1) Menyimpulkan dan menutup diskusi
2) Mengucapkan salam
3. Leader/ Co-leader
a. Memberikan penyuluhan pada peserta
b. Melakukan evaluasi
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisispasi suasana yang dapat menganggu kegiatan penyuluhan
5. Observer
a. Mengawasi proses pelaksaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
Penyakit Apendisitis

A. Anatomi Fisiologi

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),


lebar 0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal.
Pada pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinis,
apendiks terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang
menghubungkan spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat. Lumennya sempit
dibagian proksimal dan melebar dibagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks
berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Persarafan
parasimpatis pada apendiks berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri
mesentrika superior dan arteri apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari
nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula disekitar
umbilikus.

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk
apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
disaluran cerna dan diseluruh tubuh.

Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum.
Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks
cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (Sjamsuhidayat, 2005).

B. Definisi

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al. 2005)

Diagnosa klinis intra apendisitis akut, menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi menjadi
beberapa tingkat sesuai dengan perubahan dan tingkat peradangan apendiks, yaitu:

1. Apendisitis Akut sederhana


Gejalanya diawali dengan rasa kurang enak di ulu hati atau daerah pusat, mungkin
disertai dengan kolik, muntah, kemudian anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada
fase ini seharusnya didapatkan adanya leukositosis. Pada fase ini apendiks dapat terlihat
normal, hiperemi atau oedem, tak ada eksudet serosa.
2. Apendisitis Akut Supurativa
Ditandai dengan adanya rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di
titik Mc Burney, adanya defans muskuler dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan
defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda periotnitis
umum, seperti demam tinggi. Bila perforasi barn terjadi, leukosit akan pergi ke jaringan-
jaringan yang meradang tersebut, maka mungkin kadar leukosit di dalam darah dapat
turun, sebab belum sempatnya tubuh merespon kebutuhan leukosit yang tiba-tiba
meninggi. Namun setelah tubuh sempat merespon kebutuhan ini maka jumlah leukosit
akan meninggi didalam darah tepi. Apendisitis akut supurativa ini kebanyakan terjadi
karena adanya obstruksi. Apendiks dan meso apendiks udem, hiperemi, dan di dalam
lumen terdapat eksudat fibrino purulen.
3. Apendisitis Akut Gangrenosa
Tampak apendiks udem, hiperemis, dengan gangren pada bagian tertentu, dinding
apendiks berwama ungu, hijau keabuan atau merah kehitamann. Pada apendiksitis akut
gangrenosa ini bisa terdapat mikroperforasi.
4. Apendisitis Akut Perforasi
Pada dinding apendiks telah terjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi oleh
jaringan nekrotik.

5. Apendisitis Akut Abses


Abses akan timbul di fossa iliaka kanan lateral dekat cecum, retrocaecal dan pelvis.
Mengandung pus yang sangat banyak dan berbau.

C. Etiologi

Apendiks merupakan organ yang belum diketahui fungsinya tetapi menghasilkan


lender 1-2 ml/hari yang normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke
sekum. Hambatan aliran lender dimuara apendiks tampaknya berperan dalam pathogenesis
apendiks. (wim de jong)

Menurut klasifikasi:

1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan
limfe, fikalit (tinja atau batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E.histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk aslinya
karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi.
D. Manifestasi Klinis

Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di
daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,50C.

Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut:

1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh
sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan
peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan
gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rectum, akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga peristaltic meningkat, pengosongan rectum
akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
3. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.

E. Patofisiologi

Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh
apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalid (material garam kalsium, debris
fekal), atau parasit (Katz, 2009).
Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat, 2005).

Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan bakteri. Hal
lain akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks yang
berlanjut pada nekrosis dan imflamasi apendiks (Attasi, 2002).

Pada fase ini, pasien akan mengalami nyeri pada area perium bilikan. Dengan
berlajutnya proses inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada permukaan
serosa apendiks. Ketika eksudat ini berhubungan dengan parietal peritoneum, maka
intensitas nyeri yang khas akan terjadi (Santacroce, 2009).

Dengan berlanjutnya obstruksi, bakteri akan berproliferasi dan meningkatkan tekanan


interluminal dan membentuk infiltrate pada mukosa dinding apendiks yang di sebut dengan
apendisitis mukosa, dengan manisfestasi ketidaknyamanan abdomen. Adanya penurunan
perfusi pada dinding akan menurunkan iskemia dan nekrosis di sertai peningkatan tekanan
intraluminal yang di sebut apendisitis nekrosis, juga akan meningkatkan risiko perforasi
apendiks. Proses fagositosis respons perlawanan pada bakteri memberikan manifestasi
pembentukan nanah atau abses yang terakumulasi pada lumen apendiks yang di sebut
dengan apendisitis supuratif.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan unuk membatasi proses


peradangan ini dengan cara menutup apendiks dengan omentum dan usus halus sehingga
terbentuk masa periapendikular yang secara salah dengan istilah infiltrate apendiks. Pada
bagian dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami
perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa
periapendikular akan menjadi tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan risiko terjadinya perforasi dan


pembentukan massa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri masuk
ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi
peritonitis. Apa bila perforasi apendiks disertai material abses, maka akan memberikan
manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan memberikan respons
peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri hebat yang tiba-tiba
datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium
Uji laboratorium dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis apendisitis atau
menemukan penyebab lain dari sakit perut.
2. Tes darah
Sebuah tes darah melibatkan menggambar darah seseorang di kantor penyedia layanan
kesehatan atau fasilitas komersial dan mengirim sampel ke laboratorium untuk analisis.
Tes darah dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti jumlah sel darah putih yang
tinggi. Tes darah juga dapat menunjukkan dehidrasi atau cairan dan ketidakseimbangan
elektrolit. Elektrolit adalah bahan kimia dalam cairan tubuh, termasuk natrium, kalium,
magnesium, dan klorida.
3. Urinalisis
Urinalisis adalah pengujian sampel urin. Sampel urin dikumpulkan dalam wadah
khusus di kantor penyedia perawatan kesehatan, sebuah fasilitas komersial, atau rumah
sakit dan dapat diuji di lokasi yang sama atau dikirim ke laboratorium untuk analisis.
Urinalisis digunakan untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
4. Tes kehamilan
Penyedia layanan kesehatan juga dapat memerintahkan tes kehamilan bagi wanita,
yang dapat dilakukan melalui darah atau urin tes.

Tes pencitraan dapat mengkonfirmasi diagnosis apendisitis atau menemukan


penyebab lain dari sakit perut.
1. USG abdomen
USG menggunakan perangkat, yang disebut transducer, yang memantul aman,
gelombang suara menyakitkan off organ untuk membuat gambar struktur mereka.
Transduser dapat dipindahkan ke sudut yang berbeda untuk membuatnya mungkin untuk
memeriksa yang berbeda organ. Di USG perut, penyedia perawatan kesehatan berlaku gel
ke perut pasien dan bergerak tangan memegang transduser atas kulit. Gel memungkinkan
transduser untuk meluncur dengan mudah, dan itu meningkatkan transmisi sinyal.
Prosedur ini dilakukan di kantor penyedia perawatan kesehatan, pusat rawat jalan, atau
rumah sakit oleh teknisi terlatih khusus, dan gambar yang ditafsirkan oleh dokter ahli
radiologi yang mengkhususkan diri dalam pencitraan medis. Anestesi tidak diperlukan.
USG perut menciptakan gambar dari usus buntu dan dapat menunjukkan tanda-tanda
peradangan, usus buntu pecah, penyumbatan dalam lumen apendiks, dan sumber-sumber
lain dari sakit perut. USG adalah tes pencitraan pertama dilakukan untuk tersangka usus
buntu pada bayi, anak-anak, orang dewasa muda, dan wanita hamil.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Mesin MRI menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan detil
gambar organ tubuh dan jaringan lunak tanpa menggunakan sinar x. Prosedur ini
dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh khusus dilatih teknisi, dan gambar
yang ditafsirkan oleh ahli radiologi. Anestesi tidak diperlukan, meskipun anak-anak dan
orang-orang yang takut ruang terbatas dapat menerima sedasi ringan, diambil melalui
mulut. MRI mungkin termasuk suntikan pewarna khusus, yang disebut media kontras.
Dengan sebagian besar mesin MRI, orang terletak di atas meja yang slide menjadi
perangkat terowongan berbentuk yang mungkin terbuka atau tertutup berakhir di salah
satu ujung; beberapa mesin yang dirancang untuk memungkinkan orang untuk berbaring
di tempat yang lebih terbuka. MRI dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan, usus
buntu pecah, penyumbatan dalam lumen apendiks, dan sumber-sumber lain dari sakit
perut. MRI digunakan untuk mendiagnosis usus buntu dan sumber-sumber lain dari sakit
perut yang aman, alternatif yang handal untuk computerized tomography (CT) scan.
3. CT scan.
CT scan menggunakan kombinasi sinar x dan teknologi komputer untuk membuat
tiga-dimensi (3-D) gambar. Untuk CT scan, orang tersebut dapat diberikan solusi untuk
minum dan suntikan media kontras. CT scan membutuhkan orang untuk berbaring di
meja yang slide ke perangkat terowongan berbentuk di mana sinar x diambil. Prosedur ini
dilakukan di pusat rawat jalan atau rumah sakit oleh teknisi x-ray.

G. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih
tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
Gejala mencakup demam dengan suhu 37,0C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri
atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer C.Suzanne, 2002).

H. Penatalaksanaan

Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi. Keterlambatan


dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopik, apendektomi
laparoskopik sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan
yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat
peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi. Laparoskopi itu
di kerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen, terutama pada
wanita. (Birnbaum BA).

I. Pencegahan
Apendisitis atau peradangan usu buntu merupakan penyakit yang tidak bisa dicegah.
Hanya saja bagi orang yang mengkonsumsi serat yang cukup akan membantu mengurangi
penyumbatan pada usus buntu. Oleh karenanya penting bagi kita untuk selalu menyediakan
makanan berupa sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar agar kita memperolah cukup
serat. Tindakan pencegahan sebenarnya lebih menekankan pada kehati-hatian dalam melihat
gejala, bila sudah timbul berbagai gejala maka segera memeriksakan keadaan tubuh.
Makanan yang harus dihindari oleh penderita penyakit usus buntu :
1. Makanan yang pedas (cabe, sambal, saus, gorengan pedas, dll.)
2. Makanan yang terlalu dingin (es)
3. Makanan atau minuman yang mengandung kafein ( kopi, permen kopi, dll.)
4. Buah nanas dan buah semangka.
5. Makanan yang mengandung minyak.
6. Minuman berakohol
Makanan yang boleh dimakan adalah makanan yang banyak mengandung serat, contoh :
buah alpukat, pisang, jeruk, apel, sayur-sayuran seperti kembang kol, bayam, kentang, dll.

Вам также может понравиться

  • Bab 3 Laporan Kasus
    Bab 3 Laporan Kasus
    Документ39 страниц
    Bab 3 Laporan Kasus
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Bab I Kian
    Bab I Kian
    Документ7 страниц
    Bab I Kian
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Keluarga Sei Nyirih
    Laporan Kasus Keluarga Sei Nyirih
    Документ20 страниц
    Laporan Kasus Keluarga Sei Nyirih
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Cover Keluarga 1
    Cover Keluarga 1
    Документ3 страницы
    Cover Keluarga 1
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ7 страниц
    Bab I
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Kian
    Bab Ii Kian
    Документ16 страниц
    Bab Ii Kian
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Cover Karya Ilmiah Akhir
    Cover Karya Ilmiah Akhir
    Документ6 страниц
    Cover Karya Ilmiah Akhir
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Sap Pemeriksaan Kesehtan (KELOMPOK)
    Sap Pemeriksaan Kesehtan (KELOMPOK)
    Документ9 страниц
    Sap Pemeriksaan Kesehtan (KELOMPOK)
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Cover Keluarga
    Cover Keluarga
    Документ1 страница
    Cover Keluarga
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • SKRIPSI
    SKRIPSI
    Документ72 страницы
    SKRIPSI
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Sap DBD
    Sap DBD
    Документ10 страниц
    Sap DBD
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • PROPOSAL
    PROPOSAL
    Документ52 страницы
    PROPOSAL
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • PROPOSAL Ujian
    PROPOSAL Ujian
    Документ9 страниц
    PROPOSAL Ujian
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Bab Ii Tohb
    Bab Ii Tohb
    Документ13 страниц
    Bab Ii Tohb
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Khs
    Khs
    Документ1 страница
    Khs
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Sap DHF Sei Nyirih
    Sap DHF Sei Nyirih
    Документ9 страниц
    Sap DHF Sei Nyirih
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • (PDF) Pathway Ca Ovarium
    (PDF) Pathway Ca Ovarium
    Документ1 страница
    (PDF) Pathway Ca Ovarium
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Khs
    Khs
    Документ1 страница
    Khs
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Eddogawa T
    Оценок пока нет
  • Anatomi Dan Fisiologi Kulit
    Anatomi Dan Fisiologi Kulit
    Документ23 страницы
    Anatomi Dan Fisiologi Kulit
    Wilko William
    Оценок пока нет
  • Cover Nai
    Cover Nai
    Документ1 страница
    Cover Nai
    melfa safitri
    Оценок пока нет
  • Denver II Pelatihan
    Denver II Pelatihan
    Документ29 страниц
    Denver II Pelatihan
    Eka Fitri
    Оценок пока нет
  • Distress Spiritual
    Distress Spiritual
    Документ22 страницы
    Distress Spiritual
    melfa safitri
    100% (3)
  • Tugas Hukuman Rapita DKK
    Tugas Hukuman Rapita DKK
    Документ47 страниц
    Tugas Hukuman Rapita DKK
    melfa safitri
    Оценок пока нет