Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Latar Belakang
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci), lebar
0,3 - 0,7 cm dan isi 0,1 cc melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Pada
pertemuan ketiga taenia yaitu : taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinis, apendiks
terletak pada daerah Mc.Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan
spina iliaka anterior superior kanan dengan pusat.
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi
terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah
obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang,
namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin
disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan
kurang serat. menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita,
meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an,
sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya
antara wanita dan laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa
muda rationya menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.
Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang
penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah
satu penyakit yang timbul adalah apendisitis. Maka dari itu hendaknya lebih hati-hati ketika
mengkonsumsi makanan agar tubuh tetap terjaga sehingga tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses penyuluhan, masyarakat/ bapak-ibu dapat mengerti dan mampu
menjelaskan tentang Penyakit Apendisitis.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengerti pengertian Apendisitis.
b. Dapat mengetahui penyebab Penyakit Apendisitis.
c. Dapat mengetahui komplikasi Apendisitis.
d. Dapat mengetahui gejala umum Apendisitis.
e. Dapat mengetahui upaya untuk menghindari Apendisitis.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Materi
a. Pengertian Apendisitis
b. Faktor-faktor penyebab Apendisitis
c. Komplikasi Apendisitis
d. Gejala-gejala umum Apendisitis
e. Upaya-upaya untuk menanggulangi dan mencegah Apendisitis secara dini
2. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah mahasiswa S1 Tingkat 2 di STIKES
v
Keterangan :
Mahasiswa Fasilitator
Pembimbing Presenter
Moderator Observer
D. Kegiatan Penyuluhan
Penyajian
1. Penyampaian materi
2. 10.10 – 10.50 2. Tanya jawab Pemberi penyuluhan
3. Evaluasi
Penutup
3. 10.50 – 11.00 1. Doa dan salam penutup Pemberi penyuluhan
2. Istirahat
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kelompok penyuluhan dan pada posisi yang sudah direncanakan
b. 60% peserta penyuluhan menghadiri penyuluhan
c. Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
d. Pre Planning telah disetujui
e. Laptop dan LCD telah tersedia
f. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksaaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
b. Sekelompok remaja dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan sampai selesai
c. Sekelompok remaja berperan aktif selama kegiatan berjalan
3. Evaluasi Hasil
a. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan pengertian penyakit
Apendisitis
b. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan 4 dari 6 masalah
penyakit Apendisitis
c. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda penyakit
Apendisitis
d. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan perkembangan
perasaannya manusia
e. Minimal 60% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan paham akan Mencegah
Masalah penyakit Apendisitis
F. Uraian Tugas
1. Penanggung jawab
Mengkoordinir persiapan dan pelaksaan penyuluhan
2. Moderator
a. Pada acara pembukaan
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing lahan dan pendidikan
3) Menjelaskan topic dan tujuan penyuluhan
4) Menjelaskan kontrak waktu (jam)
b. Kegiatan inti
1) Meminta peserta memberikan pertanyaan atas penjelasan yang tidak dipahami
2) Memberikan kesempatan pada mahasiswa atas jawaban yang diajukan untuk
menjawab
c. Pada acara penutup
1) Menyimpulkan dan menutup diskusi
2) Mengucapkan salam
3. Leader/ Co-leader
a. Memberikan penyuluhan pada peserta
b. Melakukan evaluasi
4. Fasilitator
a. Memotivasi peserta agar berperan aktif
b. Membuat absensi penyuluhan
c. Mengantisispasi suasana yang dapat menganggu kegiatan penyuluhan
5. Observer
a. Mengawasi proses pelaksaan kegiatan dari awal sampai akhir
b. Membuat laporan penyuluhan yang telah dilaksanakan
Penyakit Apendisitis
A. Anatomi Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Lendir dalam apendiks bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk
apendiks ialah IgA. Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfa disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya
disaluran cerna dan diseluruh tubuh.
Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum.
Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya cenderung kecil, maka apendiks
cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (Sjamsuhidayat, 2005).
B. Definisi
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al. 2005)
Diagnosa klinis intra apendisitis akut, menurut Cloud dan Boyd dapat dibagi menjadi
beberapa tingkat sesuai dengan perubahan dan tingkat peradangan apendiks, yaitu:
C. Etiologi
Menurut klasifikasi:
1. Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bacteria. Dan factor
pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan
limfe, fikalit (tinja atau batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat
menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasit (E.histolytica).
2. Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang
mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut
pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali ke bentuk aslinya
karena terjadi fibrosis dan jaringan parut.
3. Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis
menyeluruh didinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan keluhan
menghilang setelah apendiktomi.
D. Manifestasi Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar
(nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu
makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga
merupakan nyeri somatic setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di
daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar. Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
Terkadang apendisitis juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5-38,50C.
Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari
apendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang. Berikut
gejala yang timbul tersebut:
1. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung oleh
sekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan
peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan
gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.
2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis
Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rectum, akan timbul gejala dan
rangsangan sigmoid atau rectum, sehingga peristaltic meningkat, pengosongan rectum
akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare).
3. Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi
peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.
E. Patofisiologi
Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen appendikeal oleh
apendikolit, hyperplasia folikel limfoid submukosa, fekalid (material garam kalsium, debris
fekal), atau parasit (Katz, 2009).
Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa (Sjamsuhidayat, 2005).
Kondisi obstruksi akan meningkatkan tekanan intraluminal dan peningkatan bakteri. Hal
lain akan terjadi peningkatan kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks yang
berlanjut pada nekrosis dan imflamasi apendiks (Attasi, 2002).
Pada fase ini, pasien akan mengalami nyeri pada area perium bilikan. Dengan
berlajutnya proses inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada permukaan
serosa apendiks. Ketika eksudat ini berhubungan dengan parietal peritoneum, maka
intensitas nyeri yang khas akan terjadi (Santacroce, 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium
Uji laboratorium dapat membantu mengkonfirmasi diagnosis apendisitis atau
menemukan penyebab lain dari sakit perut.
2. Tes darah
Sebuah tes darah melibatkan menggambar darah seseorang di kantor penyedia layanan
kesehatan atau fasilitas komersial dan mengirim sampel ke laboratorium untuk analisis.
Tes darah dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti jumlah sel darah putih yang
tinggi. Tes darah juga dapat menunjukkan dehidrasi atau cairan dan ketidakseimbangan
elektrolit. Elektrolit adalah bahan kimia dalam cairan tubuh, termasuk natrium, kalium,
magnesium, dan klorida.
3. Urinalisis
Urinalisis adalah pengujian sampel urin. Sampel urin dikumpulkan dalam wadah
khusus di kantor penyedia perawatan kesehatan, sebuah fasilitas komersial, atau rumah
sakit dan dapat diuji di lokasi yang sama atau dikirim ke laboratorium untuk analisis.
Urinalisis digunakan untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
4. Tes kehamilan
Penyedia layanan kesehatan juga dapat memerintahkan tes kehamilan bagi wanita,
yang dapat dilakukan melalui darah atau urin tes.
G. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih
tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
Gejala mencakup demam dengan suhu 37,0C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri
atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer C.Suzanne, 2002).
H. Penatalaksanaan
I. Pencegahan
Apendisitis atau peradangan usu buntu merupakan penyakit yang tidak bisa dicegah.
Hanya saja bagi orang yang mengkonsumsi serat yang cukup akan membantu mengurangi
penyumbatan pada usus buntu. Oleh karenanya penting bagi kita untuk selalu menyediakan
makanan berupa sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar agar kita memperolah cukup
serat. Tindakan pencegahan sebenarnya lebih menekankan pada kehati-hatian dalam melihat
gejala, bila sudah timbul berbagai gejala maka segera memeriksakan keadaan tubuh.
Makanan yang harus dihindari oleh penderita penyakit usus buntu :
1. Makanan yang pedas (cabe, sambal, saus, gorengan pedas, dll.)
2. Makanan yang terlalu dingin (es)
3. Makanan atau minuman yang mengandung kafein ( kopi, permen kopi, dll.)
4. Buah nanas dan buah semangka.
5. Makanan yang mengandung minyak.
6. Minuman berakohol
Makanan yang boleh dimakan adalah makanan yang banyak mengandung serat, contoh :
buah alpukat, pisang, jeruk, apel, sayur-sayuran seperti kembang kol, bayam, kentang, dll.