Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
A. Latar belakang
Sampai saat ini, kanker ovarium dikenal sebagai “silent killer”
karena biasanya tidak ditemukan gejala apapun sampai diketahui telah
menyebar ke bagian tubuh lain. Namun sebenarnya bukti baru
menunjukkan bahwa kebanyakan wanita mungkin memiliki gejala bahkan
sejak tahap awal kanker ini. Jika dideteksi sedini mungkin, kanker ini bisa
diatasi. Deteksi dini penting; masih, hanya sekitar 20 persen kanker
ovarium ditemukan sebelum pertumbuhan tumor telah menyebar di luar
ovarium. Jika dideteksi sedini mungkin harapan hidup jauh lebih tinggi
ketimbang ketika kanker terlanjur menyebar ke luar ovarium.
Angka kejadian kanker ovarium ini kira-kira 20% dari semua keganaan
alat reproduksi wanita. Insiden rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15
kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker
ovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati
peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada
tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian
sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50
tahun yang lalu.Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker
indung telur yang berasal dari sel epitel merupakan 90% kasus dari seluruh
kanker indung telur. Kanker indung telur merupakan penyebab kematian
ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan merupakan salah satu dari 7
keganasan tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki angka
kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar
14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.
Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai
keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium
III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun
hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II
diperkirakan dapat mencapai90% dan70%. Penyebab pasti karsinoma
ovarium belum diketahui namun multifaktorial. Resiko berkembangnya
karsinoma ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin, dan factor
genetic.
Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan kanker ovarium
epithelial terus menjadi subjek perdebatan dan penelitian. Insidens
tertinggi terdapat di negeri barat. Kebiasaan makan, kopi, dan merokok,
adanya asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada
daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker. Tidak
ditemukan hubungan antara factor-faktor itu dengan perkembangan
ovarium. Factor resiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan
yang nullipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama
yang lambat dan tidak pernah menyusui. perempuan dengan kanker
payudara memiliki resiko dua kali lebih besar untuk berkembangnya
kanker ovarium. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkanh resiko
dan mungkin dapat mencegah.
Terapi penggantian estrogen (ERT) pasca menopause untuk 10
tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker
ovarium (Rodriguest et al, 2001). Gen-gen supresor tumor seperti BRCA-1
dan BRCA-2 telah memperlihatkan peranan penting pada beberapa
keluarga. Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan
variasi penetrasi telah ditunjukkan dengan keluarga yang terdapat kanker
ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang
menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan
untuk menderita kanker ovarium. Beberapa dokter menyarankan untuk
melakukan ooforektomi profilaksis pada perempuan usia 35 tahun dalam
kelompok resiko tinggi ini.(Price, 2005) karena angka kejadian kanker
ovarium cukup tinggi di Indonesia, maka diperlukan asuhan keperawatan
yang intensif. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat Asuhan
keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium sebagai judul dalam
penulisanmakalah.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari karsinoma ovarium ?
2. Apa saja etiologi dari karsinoma ovarium ?
3. Apa saja klasifikasi dari karsinoma ovarium ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari karsinoma ovarium ?
5. Apa saja komplikasi dari karsinoma ovarium ?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari karsinoma ovarium ?
7. BagaimanapatofisiologidanWOCdarikarsinomaovarium?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan laboratorium
9. Bagaimana Asuhan keperawatan teoritis dari karsinoma ovarium?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami tentang “Asuhan Keperawatan
KliendenganKarsinomaOvarium”.
2. Tujuan khusus
a. Perawat mampu melaksanakan pengkajian terhadap pasien
denganpenyakitKarsinomaOvarium.
b. Perawat mampu menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan
hasil pengkajian.
c. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap
pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium dengan kebutuhan
pasien.
d. Perawat mampu menyusun perencanaan keperawatan terhadap
pasien dengan penyakit Karsinoma Ovarium dengan kebutuhan
pasien.
D. Manfaat
1. Bagi penulis
Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembuatan
asuhan keperawatan khususnya pada pokok pembahasan Asuhan
Keperawatan Klien dengan Karsinoma Ovarium.
2. Bagi pembaca
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan
Klien dengan Karsinoma Ovarium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui
sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke
hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan
kemungkinan kanker ovarium ini Kanker Indung telur atau Kanker
ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang
merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995).
Karsinoma ovarium epithelial adalah salah satu kanker ginekologi
yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada
perempuan(CancerNet, 2001). Kanker ovarium berasal dari sel – sel
yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel
stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis
organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi
tidak dapat dikatakansebagai kanker ovarium.
B. Anatomi dan fisiologi
Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem
reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua
ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan
panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan
mengecil setelah menopause. Ovarium memiliki dua fungsi yaitu: 1.
Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum
akan melalui tuba fallopi tempat fertilisasi dengan adanya sperma
kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi)
ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang
menjadi janin (fetus), ovum yang tidak mengalami proses fertilisasi
akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari
setelah ovulasi. 2. Memproduksi hormon estrogen dan progesteron,
kedua hormon ini berperan terhadap pertumbuhan jaringan payudara,
gambaran spesifik wanita dan mengatur siklusmenstruasi.
C. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan
tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya: 1. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa
terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor. 2. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting
dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil
percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.
Penyebab dari kanker ovarium adalah multifaktor. Teori pertama
menerangkan mengenai trauma minor yang berlangsung terus menerus
selama siklus ovulasi (siklus pengeluaran telur setiap bulannya), teori
kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur terhadap hormon
gonadotropin dapat meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga
menerangkan mengenai karsinogen (zat yang dapat merangsang
terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan indung telur melalui
saluran reproduksi. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap
kejadian kanker ovarium pada wanita.. sebaliknya pada wanita yang
mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap
Camamae3-4 kalilipat.
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah :
1) Diit tinggi lemak
2) Merokok dan alcohol
3) Infertilitas
4) Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium
5) Nullipara
2. Faktor resiko
Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal
yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah
sebagai berikut:
1) Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
2) Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
3) Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
4) Wanita yang tidak memiliki anak(nullipara)
5) Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
6) Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
7) Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
D. Patofisiologi
Tidak ada penyebab definitif dan Ca. Ovarium yang ada berupa faktor-
faktor resiko seperti :
1. Genetik berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak
dokter menyarankan pemeriksaan bimanual bagi wanita yang
mempunyai ibu saudara perempuan dengan Ca.ovarium, karena
adanya gen BRCAI dan BRCA2 yang bersifat autosom
2. Pada nulipara yang berusia > 45 tahun atau pada wanita dengan
kehamilan 1 berusia > 30 tahun biasanya mengalami penurunan
atau perubahan fungsi sel ovarium yang menyebab gangguan
proliferasi
3. Riwayat tumor jinak beresiko menimbulkan kegagalan differensial
sel (anaplasia) yang menyebabkan pelumorfis (dari bentuk dan
ukurannya)
4. Pada wanita yang terpapar terus menerus oleh talk akan terjadi
penumpukan talk di organ genitalia, lalu tubuh menganggap ini
sebagai benda asing dan terjadilah reaksi antibodi sehingga terjadi
gangguan proliferasi
5. Merokok merupakan salah satu zat kasinogenk yang bisa
menimbulkan Ca.ovarium, sedangkan riwayat peminum alkohol
akan meningkatkan radikal bebas sehingga mengakibatkan jejas
jaringan terutama pada sel ovarium
H. Penatalaksanaan
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan
kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan
1b dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak
memerlukan kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6
seri dengan interval 3 – 4 minggu sekali dengan melakukan
pemantauan terhadap efek samping kemoterapi secara berkala terhadap
sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal, sistem saluran cerna, sistem
saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.
Penatalaksanaan yang sesuai dengan stadium yaitu:
1. Operasi (stadium awal)
Tindakkan bedah tergantung pada stadium tumor. Tumor I dan II
biasanya dilakukan salviagonerektomi. Pada golongan resiko
rendah ( stadium Ia dan Ib dengan histopologi karsinoma borderline
/ deferensiasi baik), AKH 5 tahun 90 % tanpa terapi aiuvan. Pada
golongan resiko tinggi ( stadium Ic dan II ), AKH 5 tahun 50 %
tanpa ajuvan terapi. Tindakan Sitoreduksi biasanya dilakukan pada
stadium lanjut dimana tumor tidak diangkat seluruhnya, sehingga
kemoterapi / radiology lebih efektif.
2. Kemoterapi (tambahan terapi pada stadium awal)
3. Radiasi (Tambahan terapi untuk stadium lanjut).
1. Kemoterapi
Dengan pemanasan intraperitoneal: melalui insisi perkutan
dimasukkan dua tabung silicon intraperitoneal, satu diletakkan di
permukaan hati subdiafragma, satu lagi di resesus posterior kavum
pelvis, ujungnya difiksasi di dinding abdomen. Obat yang
diinfuskan biasanya FU, DDP, CTX dll. di dalam 3000-4000cc
larutan garam faal. Sebelumnya larutan itu dipanaskan hingga
42oC, dan upayakan temperatur itu dipertahankan. Lalu melalui
satu tabung silicon dialirkan ke rongga abdomen, setelah 8-12 jam
larutan dikeluarkan lewat tabung yang lainnya. Kecepatan
pemberian adalah 500cc per jam. Setiap minggu dilakukan 1-2 kali.
Efek buruknya berupa sakit perut, untuk itu dapat serentak
diberikan lidokain intraperitoneal.
2. Imunoterapi intraperitoneal
Masukkan tabung ke rongga pelvis, abdomen, suntikkan obat
kemoterapi, 1-2 kali per minggu, serentak disuntikkan
imunomodulator, umumnya digunakan vaksen kuman Serratia
marcescen (S311), 1cc per kali. Pasca injeksi dapat timbul demam
yang mencapai 39oC, 2-3 jam kemudian reda spontan. Demam
pertanda respons imun bekerja, tidak akan berdampak buruk.
3. Krioablasi argon-helium
Terhadap massa ovarium, tidak peduli itu lesi primer atau
metastasis rongga pelvis dan dinding abdomen, dapat memakai
krioablasi argon-helium. Metode ini setara dengan operasi
debulking, rudapaksa bagi pasien jauh lebih kecil dibandingkan
operasi.
4. Terapi intra-arteri
Melalui arteri femoralis dimasukkan kateter hingga mencapai arteri
ovarial, suntikkan emulsi campuran kemoterapi (misal DDP) dan
lipiodol. Jepang melaporkan terapi dengan cara ini, setelah 1 bulan
massa ovarium menyusut rata-rata 49%. Kami sering
mengombinasikan cara ini dengan krioablasi argon-helium.
Seorang pasien dari kota Shenyang di RRC, usia 56 tahun, kavum
pelvis penuh dengan tumor disertai asites, setelah terapi intra-arteri
dan krioablasi argon-helium, lesi lenyap total, hingga kini 18 bulan
tidak tampak kekambuhan.
Terapi dari kanker ovarium tergantung dari stadium dari penyakit,
tipe penyakit (primer atau rekuren), terapi pilihan, dan kondisi
tubuh.
a. Kanker Ovarium atipikal
Kanker atipikal ini memiliki sifat yang berbeda dari kanker
ganas ovarium tipe lainnya. Biasa terdapat pada wanita usia 40
tahun (keganasan pada usia 60 tahun). 20% stadium dini dapat
menyebar ke intraabdomen (perut) dan memerlukan terapi
operasi. Pasien kanker atipikal ovarium dengan stadium dini
yang masih ingin mempertahankan kesuburannya dapat
melakukan unilateral salpingo-oophorectomi (operasi
pengangkatan indung telur yang mengandung kanker).
b. Stadium dini kanker ovarium
Stadium dini kanker ovarium adalah stadium I dan II. Terapi
yang dapat dilakukan pada stadium ini adalah operasi (total
abdominal histerektomi, bilateral salpingo-oophorektomi),
kemoterapi (pada kasus dengan angka kesembuhan rendah,
diberikan setelah operasi), dan radiasi
c. Stadium Lanjut kanker ovarium
Stadium ini selalu membutuhkan terapi operasi yang optimal
diikuti kemoterapi setelah operasi untuk meningkatkan
kemampuan bertahan hidup. Radiasi seluruh bagian perut
(whole abdominal radiation) dapat menjadi alternatif dari
kemoterapi
d. Kanker ovarium yang kambuh
Pasien dengan kanker ovarium yang kambuh adalah kandidat
untuk dilakukan operasi yang kedua kalinya dengan kemoterapi
menggunakan agen yang berbeda. Terapi hormonal juga dapat
digunakan. Terapi yang masih dalam penelitian adalah terapi
stem sel, imunoterapi menggunakan interferon, dan terapi
genetik.
Kanker ovarium epitelial :
1) Stadium I: Pilihan terapi stadium I dengan derajat
diferensiasi baik sampai sedang, operasi salpingo-
ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi
dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total
(pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal,
harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium
I dengan diferensiasi buruk atau stadium IC pilihan terapi
berupa:
a) Radioterapi
b) Kemoterapi sistemik
c) Histerektomi total abdominal dan radioterapi
2) Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi
atau radioterapi, dengan terapi ajuvan memperpanjang
waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun
mendekati 80 %.
3) Stadium III dan IV: Sedapat mungkin massa tumor dan
daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa
pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan
peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-
ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi
dan atau radioterapi.
3. Pemeriksaan laboratorium
B. Diagnosa keperawatan
vesika urinaria
penurunan peristaltic
C. Intervensi
D.
N Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
o.
D
x
1 Setelah diberikan asuhan a. Lakukan pengkajiana. Membantu
keperawatan selama nyeri secara membedakan
(…x24) jam diharapkan komprehensif catat penyebab nyeri dan
nyeri pasien berkurang keluhan, lokasi nyeri, memberikan informasi
atau terkontrol dengan frekuensi, durasi, dan tentang kemajuan atau
Kriteria Hasil : intensitas (skala 0-10) perbaikan penyakit,
a. Pasien mengatakan dan tindakan terjadinya komplikasi
skala nyeri yang penghilangan nyeri dan keefektifan
dialaminya menurun yang dilakukan intervensi.
b. Pasien melaporkan
nyeri yang sudah b. Pantau tanda - tandab. Peningkatan nyeri
terkontrol maksimal vital akan mempengaruhi
dengan pengaruh atau perubahan pada tanda
efek samping minimal - tanda vital
c. TTV pasien dalam
batas normal, meliputic. Dorong penggunaanc. Memungkinkan
: keterampilan pasien untuk
manajemen nyeri berpartisipasi secara
Nadi normal (60 - 100
seperti teknik aktif untuk
x / menit)
relaksasi dan teknik mengontrol rasa nyeri
Pernapasan normal (12
distraksi, misalnya yang dialami, serta
- 20 x / menit)
dengan dapat meningkatkan
Tekanan darah normal
mendengarkan musik, koping pasien
(110 - 130 mmHg / 70 - membaca buku, dan
90 mmHg) sentuhan terapeutik.
Suhu : (360-37,50C) d. Berikan posisi yang d. Memberikan rasa
d. Ekspresi wajah pasien nyaman sesuai nyaman pada pasien,
tidak meringis kebutuhan pasien meningkatkan
e .Pasien tampak tenang relaksasi, dan
(tidak gelisah) membantu pasien
f. Pasien dapat untuk memfokuskan
melakukan teknik kembali perhatiannya.
relaksasi dan distraksi
dengan tepat sesuai e. Dorong e. Dapat mengurangi
indikasi untuk mengontrol pengungkapan ansietas dan rasa
nyeri perasaan pasien takut, sehingga
mengurangi persepsi
pasien akan intensitas
rasa sakit.
g. Kolaborasi : g. Pemeriksaan
Siapkan untuk tes diagnostik dan
diagnostik, prosedur penunjang misalnya
penunjang sesuai pemeriksaan retrograd
indikasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi tingkat
infiltrasi kanker pada
traktus urinarius
sehingga dapat
menjadi dasar untuk
intervensi selanjutnya