Вы находитесь на странице: 1из 36

Tanatologi berasal dari kata thanatos ( yang berhubungan de; ngan kematian) dan logos (ilmu).

Tanatologi adalah bagian dari ilmu Kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan
yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati suri, mati
seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak).

Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irreversib/e). Secara
klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar,
tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

Mati suri (suspended animation ,apparent death) adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas
yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus
keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.

Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting
dalam transplantasi

organ.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati seluler dalam waktu
4 menit; otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira 2 jam pasca mati, dan mengalami mati
seluler setelah 4 jam; dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1% atau penyuntikan
sulfas atropin 1% ke dalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1% atau fisostigmin 0.5 % akan
mengakibatkan miosis hingga 20 jam pascamati.

Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam pasca mati dengan cara menyuntikkan subkutan
pilokarpin 2% atau asetilkolin 20%; spermatozoa masih bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis;
kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk transfusi sampai 6 jam
pasca mati.
Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibe/ kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih
berfungsi dengan bantuan alat.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.


5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.


3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas llbrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan
lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan
dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh
darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misainya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam
mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan
posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada
dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.


3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas llbrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan
lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan
dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh
darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misainya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam
mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan
posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada
dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pem… buluh dalah. maka keadaan ini digunakan
untuk membet dakannya dengan resapan darah akibat trauma (eks… travasasi). Bila pada daerah
tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air. maka warna merah darah akan hilang atau
pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

bKaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk meng. ubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut
aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah
mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama
menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama,
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat
otot berada

dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat
kematian.

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku

mayat;

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena

kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi
sering terjadi dalam masa perang.

/-/

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.
A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas llbrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan
lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan
dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh
darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misainya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam
mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan
posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada
dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pem… buluh dalah. maka keadaan ini digunakan
untuk membet dakannya dengan resapan darah akibat trauma (eks… travasasi). Bila pada daerah
tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air. maka warna merah darah akan hilang atau
pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

bKaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk meng. ubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut
aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah
mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama
menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama,
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat
otot berada

dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat
kematian.

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku

mayat;

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena

kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi
sering terjadi dalam masa perang.

/-/

Koporitlngnn mudlkoingalnya adalah rrrenunjulfl'an sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan
yang merg genggam oral benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam
senjata pada kasus bunuh diri.

2. Hoat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas, Otot-otot berwarna
merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar.
Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan lleksi leher, srku, paha
dan lutut, membentuk sikap petinju (pug/list/c attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian,

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan
tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk
akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi

c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan
penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi
tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.
Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan
pada umumnya orang tua serta anak kecil.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).
2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas llbrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan
lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan
dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh
darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misainya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam
mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan
posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada
dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pem… buluh dalah. maka keadaan ini digunakan
untuk membet dakannya dengan resapan darah akibat trauma (eks… travasasi). Bila pada daerah
tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air. maka warna merah darah akan hilang atau
pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

bKaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk meng. ubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut
aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah
mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama
menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama,
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat
otot berada

dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat
kematian.

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku

mayat;

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena

kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi
sering terjadi dalam masa perang.

/-/

Koporitlngnn mudlkoingalnya adalah rrrenunjulfl'an sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan
yang merg genggam oral benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam
senjata pada kasus bunuh diri.

2. Hoat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas, Otot-otot berwarna
merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar.
Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan lleksi leher, srku, paha
dan lutut, membentuk sikap petinju (pug/list/c attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian,

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan
tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk
akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi
c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan
penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi
tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.
Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan
pada umumnya orang tua serta anak kecil.

Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan sebagai hasil dari penelitian di
negara

barat. namun ternyata sukar dipakai dalam praktek karena faktor-faktor yang berpengaruh di atas
berbeda pada setiap kasus, lokasi, cuaca dan iklim.

Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare (1962) yang dibuat dari hasil
penelitian terhadap mayat telanjang dengan suhu ling. kungan 15.5 derajat Celcius, yaitu penurunan
suhu de. ngan kecepatan 0.55 derajat Celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat
Celcius tiap jam pada a jam berikutnya, dan kira-kira 0.8 derajat Celcius tiap jam pada periode
selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. Peng… gunakan
formula ini harus dilakukan dengan hati-hati mengingat suhu lingkungan di indonesia biasanya lebih
tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).

Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui pengukuran suhu tubuh
pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Caranya adalah dengan melakukan 4-
5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan
diukur dan dianggap konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat
mati dianggap 37 derajat Celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan bahwa
perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat Celcius tidak mengakibatkan perubahan yang
bermakna. Dari angka-angka di atas, dengan menggunakan rumus atau grafik dapat ditentukan waktu
antara saat mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini telah tersedia program komputer guna
penghitungan saat mati melalui cara ini.

. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi
akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestit oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya
dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.
Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah
merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari
usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas
alkana, H25 dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada
mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas llbrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan
lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan
dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh
darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misainya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam
mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.
Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan
posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada
dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pem… buluh dalah. maka keadaan ini digunakan
untuk membet dakannya dengan resapan darah akibat trauma (eks… travasasi). Bila pada daerah
tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air. maka warna merah darah akan hilang atau
pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

bKaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk meng. ubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut
aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah
mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama
menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama,
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat
otot berada

dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat
kematian.

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku


mayat;

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena

kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi
sering terjadi dalam masa perang.

/-/

Koporitlngnn mudlkoingalnya adalah rrrenunjulfl'an sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan
yang merg genggam oral benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam
senjata pada kasus bunuh diri.

2. Hoat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas, Otot-otot berwarna
merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar.
Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan lleksi leher, srku, paha
dan lutut, membentuk sikap petinju (pug/list/c attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian,

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan
tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk
akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi

c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan
penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi
tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.
Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan
pada umumnya orang tua serta anak kecil.
Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan sebagai hasil dari penelitian di
negara

barat. namun ternyata sukar dipakai dalam praktek karena faktor-faktor yang berpengaruh di atas
berbeda pada setiap kasus, lokasi, cuaca dan iklim.

Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare (1962) yang dibuat dari hasil
penelitian terhadap mayat telanjang dengan suhu ling. kungan 15.5 derajat Celcius, yaitu penurunan
suhu de. ngan kecepatan 0.55 derajat Celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat
Celcius tiap jam pada a jam berikutnya, dan kira-kira 0.8 derajat Celcius tiap jam pada periode
selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. Peng… gunakan
formula ini harus dilakukan dengan hati-hati mengingat suhu lingkungan di indonesia biasanya lebih
tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).

Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui pengukuran suhu tubuh
pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Caranya adalah dengan melakukan 4-
5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan
diukur dan dianggap konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat
mati dianggap 37 derajat Celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan bahwa
perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat Celcius tidak mengakibatkan perubahan yang
bermakna. Dari angka-angka di atas, dengan menggunakan rumus atau grafik dapat ditentukan waktu
antara saat mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini telah tersedia program komputer guna
penghitungan saat mati melalui cara ini.

. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi
akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestit oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya
dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.

Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah
merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari
usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas
alkana, H25 dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah,
yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut.
Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna
kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.

Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau
busuk.

Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam Iambung dan usus, akan mengakibatkan tegangnya
perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan
dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan
tubuh yang menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar, seperti
skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugi/istic attitude), yaitu kedua
lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga
sendi.

Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggembung dan
berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan
sering terjulur diantara gigi. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga
tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga.

Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama bila mayat
dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat khas berupa lubang-
lubang dangkal dengan tepi bergerigi.

Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira 36-48 jam pasca
mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati, di alis mata, sudut mata,
lubang hidung dan diantara bibir. Telur lalat tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam
waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia
larva tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat
biasanya secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tidak lagi dapat mengusir lalat
yang hinggap).

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .


Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.


a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas llbrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan
lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan
dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh
darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misainya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam
mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.

Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan
posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada
dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pem… buluh dalah. maka keadaan ini digunakan
untuk membet dakannya dengan resapan darah akibat trauma (eks… travasasi). Bila pada daerah
tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air. maka warna merah darah akan hilang atau
pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

bKaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk meng. ubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut
aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah
mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama
menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama,
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat
otot berada

dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat
kematian.

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku

mayat;

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena

kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi
sering terjadi dalam masa perang.

/-/
Koporitlngnn mudlkoingalnya adalah rrrenunjulfl'an sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan
yang merg genggam oral benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam
senjata pada kasus bunuh diri.

2. Hoat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas, Otot-otot berwarna
merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar.
Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan lleksi leher, srku, paha
dan lutut, membentuk sikap petinju (pug/list/c attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian,

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan
tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk
akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi

c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan
penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi
tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.
Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan
pada umumnya orang tua serta anak kecil.

Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan sebagai hasil dari penelitian di
negara

barat. namun ternyata sukar dipakai dalam praktek karena faktor-faktor yang berpengaruh di atas
berbeda pada setiap kasus, lokasi, cuaca dan iklim.

Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare (1962) yang dibuat dari hasil
penelitian terhadap mayat telanjang dengan suhu ling. kungan 15.5 derajat Celcius, yaitu penurunan
suhu de. ngan kecepatan 0.55 derajat Celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat
Celcius tiap jam pada a jam berikutnya, dan kira-kira 0.8 derajat Celcius tiap jam pada periode
selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. Peng… gunakan
formula ini harus dilakukan dengan hati-hati mengingat suhu lingkungan di indonesia biasanya lebih
tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).
Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui pengukuran suhu tubuh
pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Caranya adalah dengan melakukan 4-
5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan
diukur dan dianggap konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat
mati dianggap 37 derajat Celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan bahwa
perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat Celcius tidak mengakibatkan perubahan yang
bermakna. Dari angka-angka di atas, dengan menggunakan rumus atau grafik dapat ditentukan waktu
antara saat mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini telah tersedia program komputer guna
penghitungan saat mati melalui cara ini.

. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi
akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestit oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya
dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.

Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah
merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari
usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas
alkana, H25 dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.

Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah,
yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut.
Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna
kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.

Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau
busuk.

Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam Iambung dan usus, akan mengakibatkan tegangnya
perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan
dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan
tubuh yang menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar, seperti
skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugi/istic attitude), yaitu kedua
lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga
sendi.
Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggembung dan
berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan
sering terjulur diantara gigi. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga
tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga.

Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama bila mayat
dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat khas berupa lubang-
lubang dangkal dengan tepi bergerigi.

Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira 36-48 jam pasca
mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati, di alis mata, sudut mata,
lubang hidung dan diantara bibir. Telur lalat tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam
waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia
larva tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat
biasanya secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tidak lagi dapat mengusir lalat
yang hinggap).

dlltlat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang berbeda. Perubahan warna
terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus, menjadi ungu kecoklatan. Mukosa saluran napas
menjadi kemerahan, en. dokardium dan lntima pembuluh darah juga kemerahan_ akibat hemolisis
darah. Difusi empedu dari kandung em. pedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan
sekitarnya. Otak melunak. hati menjadi berongga seperti Spons, limpa melunak dan mudah robek.
Kemudian alat. dalam akan mengerut. Prostat dan uterus non graviq merupakan organ padat yang
paling lama bertahan ter. hadap perubahan pembusukan.

Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling cp. timal (28.5 derajat Celcius hingga sekitar suhu
normaj tubuh), kelembaban dan udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk atau
menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat terdapat juga berperan, Mayat yang
terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan yang terdapat dalam air'atau dalam
tanah. Perbandingan. kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah : air : udara adalah 1 : 2 :
8. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat' membusuk, karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam'
tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat-pada bayi akan menghambat per… tumbuhan bakteri.

e. Adiposera atau lilin mayat. Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik yang "terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu disebut
sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena menunjukkan sifat-sifat diantara lemak
dan lilin.
Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenUh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak dan
mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk aeam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-
sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumitikasi (Mant dan Furbank, 1957) dan kristal-kristal
sferis dengan gambaran radial (Evans, 1962). Adiposera terapung di air, bila dipa-naskan mencair dan
terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam alkohol panas dan eter.

Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak supertislal yang
pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau
bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranlal yang
lreversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otakj
maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat

dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan .

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinig pada seseorang berupa tanda kematian,
yaitu perubahan yang ter. ladi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jam tung dan peredaran darah berhenti,
pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot.
Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang memungkinkan diagnosis
kematian lebih pasti. Tanda-tanda1 tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat
(hipostasis atau lividitas pasca-mati), kaku mayat (rigor mortis)‘ penurunan suhu tubuh, pembusukan,
mumifikasi dan adiposera.

A. Tanda kematian tidak pasti

1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 1O menit (inspeksi, palpasi, auskultasi).

2. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme
agonal sehingga wajah tampak kebiruan.

4. Tonus otot menghilang dan relaksasi. Relaksasi dari otototot wajah menyebabkan kulit menimbul
sehingga kadangkadang membuat orang menjadi tampak lebih muda. Keiemasan otot sesaat setelah
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,
misalnya daerah belikat dan bokong pada

mayat yang terlentang.

5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen
tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.

6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu. 10 menit yang masih dapat dihilangkan
dengan menetes

kan air. B. Tanda pasti kematian.

a. Lebam mayat (livor mortis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah
akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu
(livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang tertekan

alas keras.

Darah tetap cair karena adanya aktivitas llbrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam
mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan
menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan
lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan
dalam 6 jam pertama setelah mati klinis. Tetapi, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup cair
sehingga sejumlah darah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang
baru. Kadang-kadang dijumpai bercak perdarahan berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh
darah. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup
banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut
mempersulit perpindahan tersebut

Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian; memperkirakan sebab kematian, misainya
lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin,
nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam
mayat yang menetap; dan memperkirakan saat kematian.
Apabila pada mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap dilakukan perubahan
posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada
dan perut.

Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian
kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan.

Mengingat pada lebam mayat darah terdapat di dalam pem… buluh dalah. maka keadaan ini digunakan
untuk membet dakannya dengan resapan darah akibat trauma (eks… travasasi). Bila pada daerah
tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air. maka warna merah darah akan hilang atau
pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.

bKaku mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk meng. ubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut
aktin dan miosin tetap lentur. Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.

Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah
mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama
menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap, dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama,
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat
otot berada

dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.

Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.

Kaku mayat dapat dipergunakan untuk menunjukkan tanda pasti kematian dan memperkirakan saat
kematian.

Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku


mayat;

1. Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan otot yang terjadi pada saat kematian
dan menetap. Cadaveric spasm sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas
sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer. Penyebabnya adalah akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena

kelelahan atau emosi yang hebat sesaat sebelum meninggal. Cadaveric spasm ini jarang dijumpai, tetapi
sering terjadi dalam masa perang.

/-/

Koporitlngnn mudlkoingalnya adalah rrrenunjulfl'an sikap terakhir masa hidupnya. Misalnya, tangan
yang merg genggam oral benda yang diraihnya pada kasus tenggelam, tangan yang menggenggam
senjata pada kasus bunuh diri.

2. Hoat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas, Otot-otot berwarna
merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar.
Pada heat stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan lleksi leher, srku, paha
dan lutut, membentuk sikap petinju (pug/list/c attitude). Perubahan sikap ini tidak memberikan arti
tertentu bagi sikap semasa hidup, intravitalitas, penyebab atau cara kematian,

3. Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan
tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk
akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi

c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis). Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi.

Grafik penurunan suhu tubuh ini hampir berbentuk kurva sigmoid atau seperti huruf S. Kecepatan
penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi
tubuh, pakaian. Selain itu suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.
Penurunan suhu tubuh akan lebih cepat pada suhu keliling yang rendah, lingkungan berangin dengan
kelembaban rendah, tubuh yang kurus, posisi terlentang, tidak berpakaian atau berpakaian tipis, dan
pada umumnya orang tua serta anak kecil.

Berbagai rumus kecepatan penurunan suhu tubuh pasca mati ditemukan sebagai hasil dari penelitian di
negara

barat. namun ternyata sukar dipakai dalam praktek karena faktor-faktor yang berpengaruh di atas
berbeda pada setiap kasus, lokasi, cuaca dan iklim.

Meskipun demikian dapat dikemukakan di sini formula Marshall dan Hoare (1962) yang dibuat dari hasil
penelitian terhadap mayat telanjang dengan suhu ling. kungan 15.5 derajat Celcius, yaitu penurunan
suhu de. ngan kecepatan 0.55 derajat Celcius tiap jam pada 3 jam pertama pasca mati, 1,1 derajat
Celcius tiap jam pada a jam berikutnya, dan kira-kira 0.8 derajat Celcius tiap jam pada periode
selanjutnya. Kecepatan penurunan suhu ini menurun hingga 60% bila mayat berpakaian. Peng… gunakan
formula ini harus dilakukan dengan hati-hati mengingat suhu lingkungan di indonesia biasanya lebih
tinggi (kurva penurunan suhu lebih landai).

Penelitian akhir-akhir ini cenderung untuk memperkirakan saat mati melalui pengukuran suhu tubuh
pada lingkungan yang menetap di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Caranya adalah dengan melakukan 4-
5 kali penentuan suhu rektal dengan interval waktu yang sama (minimal 15 menit). Suhu lingkungan
diukur dan dianggap konstan karena faktor-faktor lingkungan dibuat menetap, sedangkan suhu saat
mati dianggap 37 derajat Celcius bila tidak ada penyakit demam. Penelitian membuktikan bahwa
perubahan suhu lingkungan kurang dari 2 derajat Celcius tidak mengakibatkan perubahan yang
bermakna. Dari angka-angka di atas, dengan menggunakan rumus atau grafik dapat ditentukan waktu
antara saat mati dengan saat pemeriksaan. Saat ini telah tersedia program komputer guna
penghitungan saat mati melalui cara ini.

. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi
akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
keadaan steril. Autolisis timbul akibat kerja digestit oleh enzim yang dilepaskan sel pascamati dan hanya
dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.

Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke jaringan. Darah
merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk bertumbuh. Sebagian besar bakteri berasal dari
usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada proses pembusukan ini terbentuk gas-gas
alkana, H25 dan HCN, serta asam amino dan asam lemak.
Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah,
yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut.
Warna kehijauan ini disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna
kehijauan ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busukpun mulai tercium. Pembuluh
darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau kehitaman.

Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau
busuk.

Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam Iambung dan usus, akan mengakibatkan tegangnya
perut dan keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung. Gas yang terdapat di dalam jaringan
dinding tubuh akan mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan
tubuh yang menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan longgar, seperti
skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam sikap seperti petinju (pugi/istic attitude), yaitu kedua
lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat terkumpulnya gas pembusukan di dalam rongga
sendi.

Selanjutnya, rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggembung dan
berwarna ungu kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak dan
sering terjulur diantara gigi. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan wajah asli korban, sehingga
tidak dapat lagi dikenali oleh keluarga.

Hewan pengerat akan merusak tubuh mayat dalam beberapa jam pasca mati, terutama bila mayat
dibiarkan tergeletak di daerah rumpun. Luka akibat gigitan binatang pengerat khas berupa lubang-
lubang dangkal dengan tepi bergerigi.

Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata, yaitu kira-kira 36-48 jam pasca
mati. Kumpulan telur lalat telah dapat ditemukan beberapa jam pasca mati, di alis mata, sudut mata,
lubang hidung dan diantara bibir. Telur lalat tersebut kemudian akan menetas menjadi larva dalam
waktu 24 jam. Dengan identifikasi spesies lalat dan mengukur panjang larva, maka dapat diketahui usia
larva tersebut, yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat mati, dengan asumsi bahwa lalat
biasanya secepatnya meletakkan telur setelah seseorang meninggal (dan tidak lagi dapat mengusir lalat
yang hinggap).

dlltlat dalam tubuh akan mengalami pembusukan dengan kecepatan yang berbeda. Perubahan warna
terjadi pada lambung terutama di daerah fundus, usus, menjadi ungu kecoklatan. Mukosa saluran napas
menjadi kemerahan, en. dokardium dan lntima pembuluh darah juga kemerahan_ akibat hemolisis
darah. Difusi empedu dari kandung em. pedu mengakibatkan warna coklat kehijauan di jaringan
sekitarnya. Otak melunak. hati menjadi berongga seperti Spons, limpa melunak dan mudah robek.
Kemudian alat. dalam akan mengerut. Prostat dan uterus non graviq merupakan organ padat yang
paling lama bertahan ter. hadap perubahan pembusukan.

Pembusukan akan timbul lebih cepat bila suhu keliling cp. timal (28.5 derajat Celcius hingga sekitar suhu
normaj tubuh), kelembaban dan udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk atau
menderita penyakit infeksi dan sepsis. Media tempat mayat terdapat juga berperan, Mayat yang
terdapat di udara akan lebih cepat membusuk dibandingkan dengan yang terdapat dalam air'atau dalam
tanah. Perbandingan. kecepatan pembusukan mayat yang berada dalam tanah : air : udara adalah 1 : 2 :
8. Bayi baru lahir umumnya lebih lambat' membusuk, karena hanya memiliki sedikit bakteri dalam'
tubuhnya dan hilangnya panas tubuh yang cepat-pada bayi akan menghambat per… tumbuhan bakteri.

e. Adiposera atau lilin mayat. Adiposera adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik yang "terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Dulu disebut
sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai karena menunjukkan sifat-sifat diantara lemak
dan lilin.

Adiposera terutama terdiri dari asam-asam lemak tak jenUh yang terbentuk oleh hidrolisis lemak dan
mengalami hidrogenisasi sehingga terbentuk aeam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-
sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumitikasi (Mant dan Furbank, 1957) dan kristal-kristal
sferis dengan gambaran radial (Evans, 1962). Adiposera terapung di air, bila dipa-naskan mencair dan
terbakar dengan nyala kuning, larut di dalam alkohol panas dan eter.

Adiposera dapat terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak supertislal yang
pertama kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau
bokong, bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.

Adrposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun,
sehingga identrirkasr mayat dan perkiraan sebab kematian masrh dimungkinkan.

Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh yang
cukup. sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit.

Udara yang dingin menghambat pembentukan,,sedangkan suhu yang hangat akan mempercepat. Invasi
bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati juga akan mempercepat pembentukannya.
Pembusukan akan terhambat oleh adanya adiposera, karena derajat keasaman dan dehidrasi jaringan
bertambah. Lemak segar hanya mengandung kira-kira 0.5% asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4
minggu pasca mati dapat naik menjadi 20% dan setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih. Pada saat ini
adiposera menjadi jelas secara makroskopik sebagai bahan berwarna putih kelabu yang menggantikan
atau menginfiltrasi bagian-bagian lunak tubuh. Pada stadium awal pembentukannya sebelum
makroskopik jelas, adiposera paling baik dideteksi dengan analisis asam palmitat.

Mummifikasi. Mumifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat
sehingga terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat menghentikan pembusukan. Jaringan
berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk karena kuman tidak
dapat berkembang pada lingkungan yang kering. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban
rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mumifikasi
jarang dijumpai pada cuaca yang normal.

Вам также может понравиться