Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dibimbing oleh :
Erna Puji Astutik, S.Si., M.Pd., M.Sc.
Disusun oleh :
Mifta Arumdani(165500110)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis. Dengan
kata lain, pembelajaran matematika bertujuan untuk membiasakan siswa mampu berpikir secara
sistematis, logis, kritis, dan kreatif, khususnya mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis
siswa.
Berpikir kritis adalah suatu mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Berpikir kritis
juga merupakan penyelidikan yang diperlukan untuk mengeksplorasi situasi, fenomena pertanyaan
atau masalah untuk menyusun hipotesis atau konklusi, yang memadukan semua informasi yang
dimungkinkan dan dapat diyakini kebenarannya. Kemampuan berpikir kritis siswa mempengaruhi
hasil belajar. Terlalu sering para guru meminta siswa untuk menceritakan kembali, mendefinisikan,
mendriskipsikan daripada mengkritik, menganalisis dan menarik kesimpulan, akibatnya tidak banyak
siswa yang mampu berpikir secara mendalan.
Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan perlu adanya pengemasan
pembelajaran yang menarik. Dengan inovasi model pembelajaran diharapkan akan tercipta suasan
belajar aktif, siswa lebih kritis dan kreatif dalam proses pembelajaran, serta memperoleh hasil
pembelajaran yang optimal. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah problem based learning.
Dalam model problem based learning, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga
siswa tidak hanya mempelajari konsep namun mampu memahami metode ilmiah untuk memecahkan
masalah tersebut. Maka dari itu model pembeljaran problem based learning merupakan salah satu
model pmbelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.
1
BAB II
RINGKASAN JURNAL
b) Kajian teori
Berpikir kritis adalah suatu mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Berpikir kritis
juga merupakan penyelidikan yang diperlukan untuk mengeksplorasi situasi, fenomena pertanyaan
atau masalah untuk menyusun hipotesis atau konklusi, yang memadukan semua informasi yang
dimungkinkan dan dapat diyakini kebenarannya. Kemampuan berpikir kritis siswa mempengaruhi
hasil belajar. Terlalu sering para guru meminta siswa untuk menceritakan kembali, mendefinisikan,
mendriskipsikan daripada mengkritik, menganalisis dan menarik kesimpulan, akibatnya tidak banyak
siswa yang mampu berpikir secara mendalan.
Dalam model Problem Based Learning (PBL), fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih
sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga
metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus memahami
konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh
pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam
pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis.
Problem Based Learning (PBL) atau model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini seperti
yang dikemukakan dalam beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran Problem
Based Learning (PBL). Hasil penelitian oleh Ramadhani, Mukhtar & Edi Syahputra (2014)
mengemukakan bahwa terdapat perbedaan kemampuan penalaran logis antara siswa yang diajarkan
2
dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan ekspositori dengan rata-rata tes
kemampuan penalaran kelas eksperimen adalah 15,59% dan kelas kontrol adalah 12,70%.
c) Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
penelitian eksperimen semu yaitu penelitian yang tidak melakukan perlakuan penuh di kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negri 5 Sumbul yang berada di Desa Sileuleu Parsaoran, Kecamatan
Sumbul, kabupaten Dairi. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII semester ganjil tahun
pelajaran 2017/2018. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negri 5 Sumbul tahun
pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 3 kelas, yaitu VIII-1, VIII-2, dan VIII-3 dengan masing-masing
kelas terdiri dari beberapa orang siswa.
d) Pembahasan
Dalam penelitian ini melibatkan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Siswa dalam kelas
eksperimen memperoleh perlakuan berupa model Problem Based learning (PBL). Sedangkan siswa
pada kelas kontrol memperoleh pembelajaran biasa oleh guru mata pelajaran matematika. Dari ketiga
kelas tersebut, terpilih kelas eksperimen yaitu kelas VIII1 dan kelas kontrol yaitu kelas VIII-2.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII-1 dan Kelas VIII-2 SMP
Negeri 5 Sumbul. Dari sumber data tersebut akan diukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa
dan respon siswa terhadap model Problem Based Leraning (PBL). Desain penelitian yang digunakan
peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan dan non-tes (angket).
Teknik tes yang dimaksud adalah tes kemampuan berpikir kritis matematis dan teknik nontes (angket)
untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Teknik tes meliputi tes
kemampuan berpikir kritis matematis dalam penelitian ini terdiri dari 5 soal berbentuk uraian.
Kemampuan berpikir kritis yang dapat diukur dari soal-soal yang diberikan meliputi: (1) Elementary
clarification (memberikan panjelasan sederhana), (2) Basic support(membangun keterampilan dasar),
(3) Inference (menyimpulkan), dan (4) Strategies and tactics (strategi dan taktik).
e) Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Kemampuan
berpikir kritis matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning
(PBL) lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini
menunjukkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis matematis siswa; (2)Respon siswa positif terhadap model Problem Based Learning
(PBL). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa termotivasi dalam belajar dengan
menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
d) Pembahasan
Setelah pengujian prasyarat analisis data di dapat bahwa N-Gain berpikir kritis matematis
berdistribusi normal dan homogen maka analisis yang digunakan adalah analisis parametrik
dengan menggunakan anava dua jalur.
Berdasarkan Tabel 1 maka pengu- jian hipotesis statistik pertama dilakukan untuk menguji
apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diajar dengan
pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari- pada siswa yang diajar dengan
pembelajaran langsung.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dengan nilai F pada faktor pembelajaran
(pembelajar- an berbasis masalah dan pembelajaran langsung) sebesar 114,94 dengan nilai
signifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikasi 0,05 sehingga H0 ditolak.
Dengan kata lain, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara
siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan siswa yang diberi
pembelajaran langsung. Pengujian hipotesis statistik kedua dilakukan untuk menguji apakah
terdapat interaksi antara kemampuan awal matematika siswa dan pembelajaran terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa pada taraf signifikan sebesar 5% atau 0,05 nilai F sebesar 0,327 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,722 lebih besar dari taraf signifikasi yaitu 0,05 sehingga H0 diterima.
4
Oleh karena o=itu dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan
KAM siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.
e) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut:Peningkatan
kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih
tinggi daripada yang diberi pembelajaran langsung.
5
digunakan Acak Kelompok Kontrol pretest-posttest. Desain 31 orang sebagai kelas kontrol. Desain
penelitian yang digunakan Acak Kelompok Kontrol pretest-posttest.
d) Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada tahun akademik SMA 1 Wawotobi-Unaaha Sulawesi Tenggara
2015/2016 terdiri dari X 9 siswa kelas sebagai kelas eksperimen, dan X 10 siswa kelas sebagai kelas
kontrol. Setiap kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen diobati dengan model yang
pembelajaran berbasis masalah dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Kedua
kelas ini (kelas dan kontrol eksperimen kelas) memiliki kemampuan untuk memulai yang sama
dengan nilai yang ditunjukkan dari kemampuan
matematika awal siswa dari dua kelas itu datar pada nilai rata-rata 36,7 untuk X 9 siswa kelas dan 35,8
untuk X 10 siswa kelas. matematika awal siswa dari dua kelas itu datar pada nilai rata-rata 36,7 untuk
X 9 siswa kelas dan 35,8 untuk X 10 siswa kelas. matematika awal siswa dari dua kelas itu datar pada
nilai rata-rata 36,7 untuk X 9 siswa kelas dan 35,8 untuk X 10 siswa kelas. matematika awal siswa dari
dua kelas itu datar pada nilai rata-rata 36,7 untuk X 9 siswa kelas dan 35,8 untuk X 10 siswa kelas.
matematika awal siswa dari dua kelas itu datar pada nilai rata-rata 36,7 untuk X 9 siswa kelas dan 35,8
untuk X 10 siswa kelas.
e) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kami menyimpulkan sebagai berikut .
Kemampuan berpikir kritis kelas X 9 SMA 1 Wawotobi-Unaaha Sulawesi dengan
model pembelajaran berbasis masalah adalah media minimal,
Kemampuan berpikir kritis kelas X 10 SMA 1 Wawotobi-Unaaha Sulawesi dengan
model pembelajaran konvensional adalah media maksimal
Rata-rata N-Gain untuk masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis
matematika di kelas X 9 oleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa di kelas X 10 oleh model pembelajaran konvensional di
SMA 1 Wawotobi-Unaaha Sulawesi Tenggara, dan
Ada perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir kritis matematis antara siswa
kelas X 9 model pembelajaran berbasis masalah dan X kelas 10 oleh model
pembelajaran konvensional untuk semua Klasifikasi N-Gain (tinggi, sedang, dan
rendah) di SMA Negeri 1 Wawotobi-Unaaha Sulawesi Tenggara.
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
BAB IV
A. Kesimpulan
Berdasarkan review ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting bagi siswa karna mempengaruhi hasil belajar. Dengan
berpikiran kritis siswa mampu mengerti pembahsan secara mendalam
B. Saran
Dari isi setiap jurnal diatas sudah jelas dan lengkap, akan tetapi akan lebih baik lagi jika pada
pembahasan dijelaskan lebih spesifik lagi.