Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NPM : 17116122
Kelas : IKA07
MALUKU
Maluku adalah provinsi kepulauan terbesar di Indonesia yang berdiri di timur NKRI. Ibu
kota Maluku adalah Ambon yang bergelar atau memiliki julukan sebagai Ambon Manise,
kota Ambon berdiri di bagian selatan dari Pulau Ambon yaitu di jazirah Leitimur. Sejarah
Maluku telah dimulai sejak zaman kerajaan-kerajaan besar di Timur Tengah seperti kerajaan
Mesir yang dipimpin Firaun. Bukti bahwa sejarah Maluku adalah yang tertua di Indonesia
adalah catatan tablet tanah liat yang ditemukan di Persia, Mesopotamia, dan Mesir
menyebutkan “adanya negeri dari timur yang sangat kaya, merupakan tanah surga, dengan
hasil alam berupa cengkeh, emas dan mutiara. “
Daerah itu tak lain dan tak bukan adalah tanah Maluku yang memang merupakan sentra
penghasil Pala, Fuli, Cengkeh danMutiara. Pala dan Fuli dengan mudah didapat dari Banda
Kepulauan, Cengkeh dengan mudah ditemui di negeri-negeri di Ambon, Pulau-Pulau Lease
(Saparua, Haruku & Nusa laut) dan Nusa Ina serta Mutiara dihasilkan dalam jumlah yang
cukup besar di Kota Dobo, Kepulauan Aru. Maluku kaya akan kekayaan alam yang
melimpah menjadikan Maluku memiliki aset alam yang luar biasa mulai dari laut hingga
daratan. Seni budaya serta adat istiadat tradisinya juga menjadi daya tarik sendiri bagi
Maluku.
Jumlah penduduk provinsi ini tahun 2010 dalam hasil sensus berjumlah 1.533.506
jiwa. Maluku terletak di Indonesia Bagian Timur. Berbatasan langsung dengan Maluku
Utara dan Papua Barat di sebelah utara, Laut Maluku, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi
Tenggara di sebelah barat, Laut Banda, Timor Leste, dan Nusa Tenggara Timur di sebelah
selatan serta Laut Aru dan Papua di sebelah timur.
Maluku memiliki 2 agama utama yaitu agama Islam yang dianut 50,61 % penduduk
Maluku dan agama Kristen (baik Protestan maupun Katolik) yang dianut 48,4 % penduduk
Maluku.Maluku tercatat dalam ingatan sejarah dunia karena konflik atau tragedi krisis
kemanusiaan dan konflik horizontal antara basudara Salam-Sarane atau antara Islam dan
Kristen yang lebih dikenal sebagai Tragedi Ambon. Selepas tahun 2002, Maluku berubah
wajah menjadi provinsi yang ramah dan damai di Indonesia, untuk itu dunia memberikan
suatu tanda penghargaan berupa Gong Perdamaian Dunia yang diletakkan di ACC (Ambon
City Centre).
Pulau Ambon
Pulau Saparua
Kepulauan Aru
Kepulauan Babar
Kepulauan Banda
Buru
Kepulauan Kai
Kisar
Kepulauan Leti
Seram
Kepulauan Tanimbar
Wetar
Berikut ini merupakan ciri rumah adat, pakaian, tarian tradisional, senjata tradisional, suku,
bahasa dan lagu daerah dari Maluku
Rumah Adat
Rumah adat Maluku dinamakan Baileo.
Baileo dipakai untuk tempat pertemuan, musyawarah dan upacara adat yang disebut Saniri
Negeri. Rumah tersebut merupakan panggung dan dikelilingi oleh serambi. Atapnya besar
dan tinggi terbuat dari daun rumbia, sedangkan dindingnya dari tangkai rumbai yang disebut.
2. Pakaian Adat
Tari Lenso, merupakan tari pergaulan bagi segenap lapisan masyarakat Maluku.
Tari Cakalele, adalah tari perang yang melukiskan jiwa kepahlawanan yang gagah perkasa.
Tari Cakaola, merupakan jenis tari pergaulan yang digarap berdasarkan unsur unsur gerak tari
tradisional Orlapei dan Saureka reka.
Tari ini biasannya ditarikan untuk memeriahkan pesta pesta atau dipertunjukkan dalam
rangka manjamu tamu tamu terhormat.
4. Senjata Tradisional
Suku : Suku dan marga yang terdapat didaerah Maluku adalah : Rana, Alifuru, Togitil, Furu
Aru, dan lain lain.
KEBUDAYAAN MALUKU
Tradisi-tradisi berikut merupakan daya tarik pariwisata Maluku yang akan sangat
disayangkan bila tak sempat menikmatinya bila sedang berlibur di tanah Raja-raja.
Makan Patita
Makan Patita adal ah tradisi yang
rajin dilakukan dalam setahun. Makan Patita diselenggarakan untuk merayakan hari-hari
penting seperti 17-an, HUT kota dll. Makan Patita adalah tradisi makan bersama sekelompok
masyarakat dengan menyajikan menu makanan khas Maluku seperti ikan asar, kokohu,
patatas rebus, singkong rebus dll. Setiap rumah akan memasak menu khas Maluku dalam
jumlah banyak kemudian, menu-menu itu akan dibawa ke lokasi makan patita untuk dimakan
bersama-sama. Makan Patita biasanya berlokasi ditempat terbuka seperti lapangan, jalan-
jalan desa dan ada juga yang didalam gedung. Meja Patita adalah sebutan untuk tempat
meletakan makanan. Biasanya meja patita ada yang terbuat dari daun kelapa atau daun pisang
yang ditata disepanjang jalan/lokasi sebagai alas, ada juga yang menggunakan meja kayu
yang ditutupi daun pisang sebagi meja. Tradisi ini bertujuan untuk mengenalkan menu khas
Maluku juga meningkatkan kekerabatan dan kebersamaan dalam kehidupan masyrakat.
Pukul Sapu
Pemain pukul sapu berjumlah 10 sampai 15 orang yang terbagi dalam 2 kelompok
dengan warna celana berbeda. Mereka memegang sapu lidi yang terbuat dari tulang daun
pohon mayang (Pohon Enau) dengan panjang sekitar 1,5 meter dengan diameter pangkal lidi
1-3 cm. Mereka akan mulai saling memukul sampai tubuh mereka luka-luka dan bengkak,
namun para pemain pukul sapu mengatakan bahwa mereka tidak pernah merasa sakit pada
tubuh mereka, mereka hanya mereasa nyaman dan geli ketika setiap lidi dari sapu itu
dipukulkan ke badan mereka.
Bambu Gila
Hal yang terpenting dalam tradisi ini adalah semua keperluan harus berjumlah ganjil.
Para lelaki penahan bambu biasanya bertubuh tegap atletis dengan tenaga yang kuat, hal ini
dikarenakan mereka harus mampu menahan bambu yang akan meronta dengan sangat ganas,
mereka pun hanya memakai celana pendek merah atau hitam dengan ikat kepala tanpa
mengenakan sehelai baju untuk menutup dada namun, dengan beberapa alasan terkadang para
pemain bambu gila diharuskan mengenakan baju menutup dada. Setelah semua persiapan
baik adat maupun tidak siap disediakan, maka atraksi akan dimulai. Sang pawang akan
mengarahkan roh yang ada didalam bambu sambil memegang wadah berisi kemenyaan
sambil membacakan mantra. Roh itu akan merontah dan membuat para penahan bambu
terlempar kesana-kemari, namun para penahan harus mampu menahan bambu sampai roh itu
bisa ditenangkan oleh sang pawang.
Malam Badendang
Badendang dalam bahasa Ambon
berarti berdansa/bergoyang. Tradisi Malam Badendang merupakan sarana untuk berkumpul
keluarga dan membangun kebersamaan dalam hidup bermasyarakat. Dalam acara ini para
peserta acara akan menarikan tari-tarian daerah seperti katerji dan orlapei. Acara yang
berlangsung semalam suntuk ini juga dimeriahkan dengan karoke dan makanan khas Maluku.
Pela Gandong
Antar Sotong yaitu para nelayan berkumpul menggunakan perahu dan lentera untuk
mengundang cumi-cumi dari dasar laut mengikuti cahaya lentera mereka menuju tepi pantai
dimana masyarakat sudah menunggu untuk menciduk mereka dari laut
Pukul Manyapu
Pukul Manyapu adalah acara adat/tahunan yang di lakukaan di Desa Mamala-Morela, yang
biasanya dilakukan pada hari ke-7 Setelah hari Raya Idul Fitri
Dalam sejarahnya, di Gunung Saniri berkumpul para Latupati atau Raja-Raja dan tokoh
masyarakat Pulau Saparua. Mereka melakukan Rapat Saniri (musyawarah raja-raja) untuk
menyusun strategi penyerangan ke Benteng Durstede di Saparua yang dikuasai
Belanda.Thomas Matulessy dari desa Haria lantas diangkat sebagai Kapitan atau panglima
perang dengan gelar Pattimura.
Penyerangan rakyat ke benteng Durstede melalui Pantai Waisisil tidak menyisahkan satupun
serdadu Belanda termasuk Residen Belanda Van de Berk dan keluarganya. Semuanya tewas
terbunuh dan yang hidup hanyalah putra Van de Berk yang berusia lima tahun. Dia
diselamatkan oleh Pattimura. Belakangan, putra Van de Berk ini diserahkan kembali kepada
pemerintahan Belanda di Ambon.
Dari penyerangan inilah api perjuangan terus dikobarkan. Kemenangan Pattimura yang
berhasil menjatuhkan Benteng Durstede menjadi inspirasi kepada rakyat lainnya untuk angkat
senjata melawan Belanda. Peperangan pun terjadi hampir di seluruh daerah di Maluku.
Dalam perjalanannya, Pattimura dan rekan-rekannya berhasil ditangkap oleh Belanda lewat
siasat liciknya. Mereka diputuskan oleh Pengadilan di Ambon dengan hukuman mati.
Menyambut hari raya Idul Adha 1425 H, masyarakat Negeri Tulehu, Maluku Tengah,
kembali mengadakan tradisi Abdau. Dalam upacara adat tersebut, masyarakat mengantarkan
hewan kurban untuk dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan tahunan
tersebut juga diharapkan mampu menjadi perekat hubungan antarwarga Maluku yang pernah
terlibat konflik.Upacara Abdau di
Negeri Tulehu, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, yang diselenggarakan bertepatan
dengan hari raya Idul Adha, Jumat (21/1), merupakan tradisi pengantaran hewan kurban
sebagai kaul negeri untuk dibagikan kepada masyarakat yang berhak.
Hewan kurban diantar dari rumah Imam Masjid Tulehu ke rumah Raja Negeri Tulehu dan
selanjutnya diarak keliling negeri.Saat pengantaran hewan kurban tersebut, ratusan pemuda
melaksanakan tradisi Abdau, yaitu berebut bendera yang menjadi simbol agama yang
disimpan di masjid negeri. Perebutan bendera tersebut merupakan perlambang pengabdian
generasi muda kepada Tuhan untuk siap melaksanakan perintah-Nya.Untuk memperebutkan
bendera tersebut, para pemuda harus beradu sekuat tenaga dengan ratusan pemuda lain.
Banyak pemuda sampai terinjak- injak atau tertimpa oleh rekan mereka yang lain yang
sengaja menjatuhkan diri dari atap rumah ke atas kerumunan pemuda yang berebut bendera
tersebut.
Beberapa pemuda terluka hingga berdarah pada bagian kepala mereka, namun mereka tetap
dipaksakan ikut dalam upacara tersebut. Demikian pula beberapa pemuda yang pingsan yang
cepat disadarkan kembali untuk terus mengikuti upacara tersebut.Raja Negeri (Kepala Desa)
Tulehu John Saleh Ohorella berharap tradisi tersebut mampu membawa perdamaian di
Maluku. Di Baileo Tulehu, pada 10 Februari 2003 lalu para pemuka adat (latupatty)
mengadakan pertemuan yang menghasilkan tekad untuk menghentikan pertikaian bersaudara.
MALUKU UTARA
Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia.Provinsi yang baru diresmikan pada 12
Oktober 1999 ini terbentuk berdasarkan UU No. 46 Tahun 1999. Provinsi Maluku Utara
merupakan hasil pemekaran dari wilayah provinsi Maluku dan menjadi sebuah hal yang harus
kita ketahui bersama bagaimana keanekaragaman budaya yang dimilikinya.
Letaknya yang menjadikan wilayah ini sebagai surga tropis di Indonesia bagian timur dan
dikelilingi oleh laut-laut. Dengan ibukotanya adalah Soffi. Penduduk Maluku Utara
didominasi beragama Islam. Tidak jauh berbeda rumah adat, pakaian serta tarian daerah yang
dimiliki provinsi Maluku Utara dengan Maluku. Seperti biasa berikut adalah budayanya:
Pulau Bacan
Halmahera – dengan luas 20.000 km2merupakan pulau terbesardi Kepulauan Maluku.[
Morotai
Kepulauan Obi
Kepulauan Sula
Tidore
Penduduk Maluku Utara didominasi beragama Islam. Tidak jauh berbeda rumah adat,
pakaian serta tarian daerah yang dimiliki provinsi Maluku Utara dengan Maluku. Seperti
biasa berikut adalah budayanya:
Rumah adat Maluku Utara hampir sama dengan rumah adat di Maluku yaitu rumaha adat
Baileo. Rumah adat Maluku Utara ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah bagi
masyarakat dan pemuka-pemuka adatnya. Selain itu sebagai tempat upacara adat seniri
negeri.
Rumah adat Maluku Utara berbentuk rumah panggung dengan bentuknya yang
persegi. Terbuat dari kayu sebagai kerangkanya dan gaba-gaba atau semacam tangkai rumbia
sebagai dinding rumahnya. Atap rumah adat ini dibuat agak besar dan tinggi dari bahan
rumbia. Selain ini dibuat juga beranda atau teras pada bagian depan rumah.
2. Pakaian Adat Maluku Utara
Pakaian adat Maluku Utara pada pria mengenakan kemeja berenda-renda yang dilapisi
dengan pakaian luar berupa jas berwarna merah atau hitam dan berlengan panjang. Pada
bagian bawahnya memakai celana panjang model cutbray dan dilapisi ikat pinggang.
Sedangkan pakaian adat pada wanitanya memakai baju cele yaitu kebaya pendek bersuji dan
berkanji. Dilengkapi dengan perhiasan anting, kalung panjang dan cincin. Bagian bawahnya
mengenakan rok.
Tari daerah Maluku Utara yaitu Tari Lenso merupakan tari pergaulan bagi seluruh lapisan
masyarakat Maluku. Gerak tarian ini lemah lembut dan gemulai, dibawakan oleh satu penari
wanita atau lebih.
5. Suku: Beraneka ragam suku yang terdapat di Maluku Utara, yakni Suku Loloda, Tobaru,
Sawai, Ternate, Makian Barat, Makian Timur, Pagu, Siboyo, Gane, Ange, Suku Arab dan
Eropa dan yang lainnya.
6. Bahasa Daerah Maluku Utara: yaitu Bahasa Melayu Utara atau Melayu Ternate.
7. Lagu Daerah Maluku Utara: Lagu Borero dan Moloku Kie Raha.
Alat musik yang biasa digunakan antara lain biola sedang dan biola besar. Semua alat musik
tersebut biasa dimainkan secara bersamaan dengan 2 vokalis dalam satu group musik.
Setiap masyarakat daerah manapun di setiap bangsa pasti memiliki suatu bentuk kesenian
tradisional-nya masing-masing. Potensi pariwisata di Provinsi Maluku Utara berupa wisata
budaya dan purbakala, sejarah, ada istiadat yang dikenal dengan Kesultanan Moloku Kie
Raha. Peninggalan-peninggalan sejarah masa silam antara lain Kadaton Sultan Ternate dan
Kadaton Sultan Tidore.Sebagian tradisi yang ada pada Maluku juga terpadat pada Maluku
Utara. Untuk itu pada bagian ini, hanya menjelaskan tradisi-tradisi yang terdapat di Maluku
Utara.
Soya – Soya
Tarian ini berlatarbelakang peristiwa dalam sejarah Ternate, semasa pemerintah Sultan
Babullah (1570-1583), yaitu tatkala Sultan Babullah menyerbu benteng Portugis di Kastela
(Santo Paolo Pedro) untuk mengambil jenasah ayahnya. Sultan Khairun yang dibunuh secara
kejam oleh tentara Portugis di dalam benteng tersebut. Tarian yang bertemakan patriotisme
ini diciptakan oleh para seniman kesultanan untuk mengabdikan peristiwa bersejarah
tersebut.
2. Orlapei
Tarian ini adalah tarian penyambutan para tamu kehormatan pada acara-acara Negeri/Desa di
Maluku Tengah. Pada umumnya menggambarkan suasana hati yang gembira dari seluruh
masyarakat terhadap kedatangan tamu kehormatan di Negeri/Desa-nya, dan menjadi
ungkapan selamat datang.
3. Legu – Legu
Ciri utama dari kesenian tradisional orang Ternate adalah bentuk seni konvensional.
Berdasarkan ciri-cirinya, kesenian tradisional di Ternate dibagi atas dua kelompok, yaitu
:Kesenian Istana/Keraton (Hofkunst) dan Kesenian Rakyat (Volkskunst).Di kalangan
masyarakat Maluku Utara, semboyan yang sekarang yang menjadi motto pemerintah Provinsi
Maluku Utara, yakni Marimoi Ngone Futura Masidika Ngone Foruru (Bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh), adalah ajakan ke arah solidaritas dan partisipasi.Potensi kultural ini
merupakan modal pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan.
1.Benteng Kalumata,
2. Benteng Bernaveld,
3. Benteng Tolucco,
4. Benteng De Verwachting,
5. Mahkota Sultan Ternate,
6. Sasadu,
7. Mesjid Sultan Ternate dan Kraton Ternate,
8. Coka Iba Coka iba,
9. Upacara Kololi Kie,
10. Legu Gam,
11. Tarian Soya soya,
Ritual kololi kie ini sudah dilakukan oleh masyarakat Ternate sejak ratusan tahun lalu. Ritual
adat ini merupakan salah satu dari dua ritual tertua yangdianggap satu paket, yakni ritual
“Fere Kie” yaitu kegiatan ritual naik ke puncak gunung Gamalama untuk berziarah. (tentang
ini akan dibahas dalam tersendiri sedudah tulisan ini).
Tradisi ritual adat kololi kie ini, jika dilihat dari sisi “route” yang dilalui, maka terdapat dua
jalur yang bisa dilalui, yaitu; melalui jalur laut dan melalui jalur darat.
Kololi kie toma nyiha (sering disebut juga nyiho) biasanya dilakukan dengan dua cara, yaitu;
dengan menggunakan kendaraan (mobil atau motor) dan dengan berjalan kaki, tapi yang
terakhir ini sudah jarang diklakukan lagi.
Ritual adat kololi kie ini adalah juga kegiatan “napak tilas” yang wajib bagi setiap warga
pribumi Ternate jaman dahulu, yakni melakukan patroli darat dan laut dari kampung
ke kampung untuk berjaga-jaga dan memantau situasi kampung-kampung dan
perairan sekitar jikalau adanya ancaman yang datang dari pihak luar terhadap penduduk dan
warga pesisir di sekeliling pulau Ternate melalui jalur laut. Hal ini sering dilakukan pada
masa lampau oleh pasukan angkatan laut kesultanan Ternate dengan “Armada Kora-Kora”
dalam memantau situasi negeri sepanjang pantai dan lautan sekeliling pulau Ternate waktu
itu
Makna pedagogis yang tersirat dari tradisi ritual adat ini adalah mengajari kita tentang
kewaspadaan territorial nasional dalam artian sempit (khusus lingkungan wilayah territorial
kedaulatan kesultanan) atas gangguan-ngangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang
datang dari pihak luar.
SUKU JAILOLO
Jailolo atau dalam bahasa setempat juga disebut Gailolo ternyata adalah nama lain dari Pulau
Halmahera Barat yang berada di Provinsi Maluku Utara. Di sini, karya terbesar Tuhan sang
pencipta diperlihatkan. Tidak berlebihan jika banyak yang bilang Jailolo adalah salah satu
sudut surga di Indonesia.Jailolo memiliki banyak teluk yang dikelilingi pemandangan luar
biasa. Alamnya masih asri, dan memiliki daya tarik tinggi untuk siapapun. Salah satu teluk
yang dikenal disana adalah Teluk Jailolo, yang terletak di antara pulau Ternate, Tidore, dan
Pulau Halmahera.
Untuk mencapai tempat tersebut harus menempuh perjalanan 1 jam dari Pelabuhan Dufa-
Dufa Kota ternate dengan Speed Bout. Jailolo memiliki keindahan alam yang dapat dinikmati
dari kaki Gunung Jailolo serta pelabuhan Jailolo. Di Halmahera Barat dihuni oleh penduduk
yang beraneka ragam suku, baik suku asli maupun suku pendatang seperti Suku Sahu,
Ternate, Wayoli, Gorep, Loloda. Suku lain dari luar daerah yang tinggal di Jailolo seperti
Suku Ambon, Sangir, Tidore, Gorontalo, Makasar, Jawa dll. Di Jailolo terdapat Suku Asli
yaitu; Suku Wayoli, dalam Suku Wayoli ada pembagian kampung yaitu Soa Tugu ke 1, Soa
Tilingi ke 2, Soa Dubu’u ke 3, Soa Rou-rou ke 4, Soa Tosoa ke 5.
Halmahera Barat juga kaya akan potensi wisata dan budaya yang tidak diragukan lagi dan tak
kalah eksotisnya dengan tempat-tempat wisata lain yang berada di Timur Indonesia.
Halmahera Barat termasuk dalam kawasan coral triangle dunia yang memiliki potensi alam
bawah laut yang beragam serta menjadi salah satu destinasi wisata minat khusus untuk para
penyelam (diving).
Selain itu, Halmahera Barat juga memilki potensi sebagai destinasi wisata sejarah karena
zaman kolonial terkenal sebagai sumber wisata rempah-rempah dunia. Walaupun Penduduk
Jailolo tinggal di Pasisir pantai tapi mata pencarian utama Penduduk Jailolo adalah petani,
hasil pertanian yg diunggulkan adalah Pala, Cengkih dan Kopra.
PALA
CENGKIH
KOPRA
Masyarakat Jailolo masih menjaga dan menjalankan adat serta tradisi seperti upacara makan
bersama di rumah adat. Namun, memang belum diketahui oleh masyarakat umum, untuk
itulah pada tanggal 26 Mei – 01 Juni 2010 dilaksanakan Festival Jailolo. Dalam festival ini
dipentaskan berbagai kesenian khas daerah yang merupakan adat istiadat dari Suku Jailolo :
Rumah Adat Sasadu
Sasadu adalah Rumah Adat Suku Sahu, biasa dipakai sebagai tempat untuk merayakan
upacara syukur atas panen raya, juga untuk bermusyawarah. Konstruksi bangunnya sangat
unik dan mengandung banyak filosofi, rumah adat sasadu tidak memiliki pintu dan tidak ada
paku yang mengaitkan satu pilar dengan pilar lainnya.
Orom Sasadu adalah pesta makan adat suku Sahu. Biasanya dilakukan saat setelah masa
panen sebagai rasa tanda syukur. Keunikan tradisi pesta makan adat Orom Sasadu adalah
pesta ini berdurasi dari 9 hari 9 malam, 7 hari 7 malam, 3 hari 3 malam atau cuma semalam
tergantung dari hasil panen yang diperoleh. Selama berpesta mereka tidak pernah tidur dan
tidak pernah mengantuk, makan terus menerus sambil bernyanyi dan menari, tetapi tidak
pernah merasa kenyang dan meminum minuman tradisional tetapi tidak pernah membuat
mereka mabuk.
Desa Wisata Guaeria sebuah desa pesisir yang menyuguhkan paket wisata kuliner, dengan
pemandangan Teluk jailolo yang indah, dan aktifitas wisata laut yang berakar budaya, seperti
memancing Huhati, sebuah teknik memancing tradisional yang menjadi tradisi lokal dan
ramah lingkungan, selain itu, wisatawan juga bisa menikmati kehidupan alam bawah laut
dengan senorkeling, dan yang unik dari Desa Guaeria ini adalah sebagiaan besar
masyarakatnya berasal dari Tanah Papua, dan masih menjalankan berbagai tradisi leluhurnya.
Wisata Petualangan Kepulauan Rempah yang lain adalah yang ditawarkan oleh Desa Wisata
Bobanehena. Dengan kreatifitasnya, masyarakat dari Desa Bobanehena membuat paket
perjalanan untuk wisatawan yang akan mengajak wisatawan menikmati dan belajar tentang
kehidupan petani cengkih, pala, dan kelapa sambil mengendarai gerobak sapi, kemudian
tracking di kebun rempah-rempah dan terakhir menikmati kuliner a la petani kebun rempah-
rempah dari atas gunung Jailolo sambil menikmati pemandangan Teluk jailolo yang indah.
Desa Wisata Gamtala
Sekian penjelasan mengenai Kebudayaan Maluku dan Maluku Utara serta suku yang terdapat
di dalamnya, salah satunya Suku Jailolo di Halmahera, Maluku Utara. Terima kasih semoga
bermanfaat :)))
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Maluku
http://www.kebudayaanindonesia.com/2014/09/kebudayaan-maluku-utara.html
http://travel.kompas.com/read/2014/04/10/0929143/Halmahera.Barat.Surga.yang.Tersembun
yi.