Вы находитесь на странице: 1из 15

MAKALAH

“PENYEBAB TERJADINYA ANTI KORUPSI”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

1) Yunita Priandini

2) Debi S.W. Ndun

3) Jemris Osingmahi

4) Adriana L. Dairu

5) Gusti Y.F. Manafe

6) Cintia E. Oematan

7) Reinharley Stanley

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ”Penyebab Terjadinya
Anti Korupsi” ini dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah Sistem
Akuntansi.

Penulis berterimakasih kepada Drs. Markus Sampe, S.Pd., MM selaku


dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini. Terselesainya makalah ini
tentu tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu dalam pembuatan
serta penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,


kritik dan saran yang bersifat membangun tentu sangat diharapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi rekan-rekan dalam memahami faktor-faktor
penyebab anti korupsi serta bagi para pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Kupang, 19 Pebruari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 2

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 2

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

2.1 Penyebab Terjadinya Korupsi ........................................................................... 3

2.2 Cara Mengatasi Korupsi .................................................................................... 6

3.3 Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi ................................................................ 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12

3.2 Saran ................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya angka korupsi di negeri ini menjadi masalah mendasar


yang suadh sangat mengkhawatirkan. Korupsi sudah mendarah daging,
semua aspek kehidupan di berbagai bidang apabila dicermati secara detail
tidak akan lepas dari tindakan korupsi. Oleh karenya, banyak dilakukan
upaya-upaya pemberantasan korupsi tetapi faktanya masih banyak
ditemukan para pejabat yang melakukan tindakan tersebut. Salah satu
upaya yang memang sedang gencar-gencarnya dilakukan adalah melalui
pendidikan. Pendidikan anti korupsi ini dimaksudkan untuk membentuk
moral yang lebih baik bagi para generasi muda agar mereka tidak menjadi
bibit-bibit koruptor di negara kita dan mereka mengerti bagaimana dampak
besar korupsi di indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa penyebab terjadinya korupsi?

2) Bagaimana upaya mengatasi korupsi?

3) Seberapa penting pendidikan anti korupsi harus diterapkan?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui penyebab terjadinya korupsi.

2) Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi korupsi.

3) Untuk mengetahui seberapa penting pendidikan anti korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab Terjadinya Korupsi
2.1.1 Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
masing-masing individu, antara lain:
a) Sifat tamak/rakus manusia
Sifat tamak merupakan sifat manusia yang selalu kurang
atas apa yang dimilikinya atau kurangnya rasa syukur. Hal ini
terjadi ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri dan tidak pernah merasa puas terhadap apa yang
telah dimiliki. Contoh: seorang pegawai suatu institusi ditugaskan
atasannya untuk menjadi panitia pengadaan barang. Pegawai
tersebut memiliki prinsip bahwa kekayaan dapat diperoleh dengan
segala cara dan ia harus memanfaatkan kesempatan. Karena itu, ia
pun sudah memiliki niat dan mau menerima suap dari rekanan
(penyedia barang). Kehidupan mapan keluarganya dan gaji yang
lebih dari cukup tidak mampu menghalangi untuk melakukan
korupsi.
b) Gaya hidup konsumtif
Pada era-modern ini, terutama kehidupan dikota- kota besar
merupakan hal yang sering mendorong terjadinya gaya hidup
konsumtif. Oleh karena itu, apabila Gaya hidup konsumtif sangat
berhubungan dengan pendapatan seseorang. Jika pendapatan
seseorang lebih kecil dari gaya hidup tersebut, maka tidak menutup
kemungkinan orang tersebut melakukan tindakan karena
pendapatan yang tidak seimbang dengan apa yang telah di
konsumsinya. Kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.
Contoh: Seorang perawat sebuah rumah sakit yang senang
dengan gaya hidup mewah senang berbelanja barang-barang mahal.
Perawat tersebut berusaha mengimbangi karena penghasilan

3
perawat tersebut kurang, ia pun coba memanipulasi sisa obat pasien
untuk dijual kembali, sedangkan kepada rumah sakit dilaporkan
bahwa obat tersebut habis digunakan.
c) Moral yang kurang kuat
Seseorang yang mempunyai moral lemah cenderung mudah
tergoda untuk melakukan tindakan korupsi. Godaan itu bisa berasal
dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang
memberi kesempatan untuk melakukan korupsi.
Contoh: Seorang mahasiswa yang moralnya kurang kuat,
mudah terbawa kebiasaan teman untuk menyontek, sehingga pada
saat ujian melakukan kecurangan. Sikap ini bisa menjadi benih-
benih perilaku korupsi.
2.1.2 Faktor Eksternal
Faktor Eksternal,merupakan faktor pemicu terjadinya
tindakan korupsi yang berasal dari luar diri pelaku. Faktor eksternal
dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a) Faktor Politik
Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan
korupsi. Hal ini dapat dilihat ketika terjadi intrabilitas politik atau
ketika politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan
kekuasaannya.
b) Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari
dua sisi, disatu sisi dari aspek perundang – undangan, dan disisi
lain dari lemahnya penegak hukum. Hal lain yang menjadikan
hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan aturan – aturan yang diskrimatif dan
tidak adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga
menumbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan
overlapping dengan aturan lain.
c) Faktor Ekonomi

4
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya korupsi. Hal itu dapat dilihat ketika tingkat pendapat
atau gaji yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, maka
seseorang akan mudah untuk melakukan tindakan korupsi demi
terpenuhinya semua kebutuhan.
d) Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang
luas, tidak hanya organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi
juga sistem pengorganisasian yang ada didalam lingkungan
masyarakat. Faktor - faktor penyebab terjadinya korupsi dari sudut
pandang organisasi meliputi:
 Kurang adanya teladan dari pemimpin.
 Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang
memadai.
 Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasi.
 Manajemen kurang baik sehingga memberikan peluang
untuk melakukan korupsi.
 Kultur organisasi yang kurang baik.
 Lemahnya controling atau pengendalian dan pengawasan.
 Kurangnya transpantasi pengelolaan keuangan.
 Nilai–nilai yang dianut masyarakat.
 Masyarakat menganggap bahwa pejabat harus kaya oleh
karena itu pejabat harus mendapat uang.
 Masyarakat tidak menyadari bahwa yang dilakukan
termasuk korupsi karena kerugian yang ditimbulkan secara
tidak langsung.
 Dampak korupsi tidak terlihat secara langsung.
 Masyarakat memandang wajar tindakan korupsi yang
dilakukannya.

5
2.2 Upaya Mengatasi Korupsi
2.2.1 Upaya Pencegahan
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
melakukan pemberantasan korupsi adalah melalui tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan agar
masyarakat memiliki benteng diri yang kuat guna terhindar dari
perbuatan yang mencerminkan tindakan korupsi di dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Upaya pencegahan tindakan korupsi
dilakukan oleh permerintah berdasarkan nilai-nilai dasar Pancasila
agar dalam tindakan pencegahannya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai dari Pancasila itu sendiri. Adapun tindakan pencegahan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melakukan upaya
pemberantasan korupsi di wilayah negara Indonesia, diantaranya:
1. Penanaman Semangat Nasional
Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh
pemerintah Indonesia dalam bentuk penyuluhan atau diksusi umum
terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa
Indonesia. Kepribadian yang berdasarkan Pancasila merupakan
kepribadian yang menjunjung tinggi semangat nasional dalam
penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya
penanaman semangat nasional Pancasila dalam diri masyarakat,
kesadaran masyarakat akan dampak korupsi bagi negara dan
masyarakat akan bertambah. Hal ini akan mendorong masyarakat
Indonesia untuk menghindari berbagai macam bentuk perbuatan
korupsi dalam kehidupan sehari-hari demi kelangsungan hidup
bangsa dan negaranya.
2. Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Terbuka
Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan
korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan melalui
penerimaan aparatur negara secara jujur dan terbuka. Kejujuran
dan keterbukaan dalam penerimaan pegawai yang dilakukan oleh

6
pemerintah menunjukkan usaha pemerintah yang serius untuk
memberantas tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan suap
menyuap dalam penerimaan pegawai.
Jika pemerintah telah berupaya sedemikian rupa melakukan
tindakan pencegahan korupsi dalam penemerimaan aparatur negara
tapi masyarakat masih memberikan peluang terjadinya korupsi,
usaha pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dapat menjadi
sia-sia. Selain itu, jika perilaku masyarakat yang memberikan
peluang terjadinya tindakan korupsi dalam penerimaan pegawai
diteruskan, maka tidak dapat dipungkiri praktik tindakan korupsi
akan berlangsung hingga dapat menimbulkan konflik diantara
masyarakat maupun oknum pemerintah.
3. Himbauan Kepada Masyarakat
Himbauan biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui
kegiatan-kegiatan penyuluhan di lingkup masyarakat kecil dan
menekankan bahaya laten adanya korupsi di negara Indonesia.
Selain itu, himbauan yang dilakukan oleh pemerintah kepada
masyarakat menekankan pada apa saja yang dapat memicu
terjadinya korupsi di kalangan masyarakat hingga pada elite
pemerintahan.
4. Pengusahaan Kesejahteraan Masyarakat
Pemerintah berupa mennyejahterakan masyarakat melalui
pemberian fasilitas umum dan penetapan kebijakan yang mengatur
tentang kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat yang
diupayakan oleh pemerintah tidak hanya kesejahteraan secara fisik
saja melain juga secara lahir batin. Harapannya, melalui
pengupayaan kesejahteraan masyarakat yang dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup dapat memberikan penguatan kepada
masyarakat untuk meminimalisir terjadinya perbuatan korupsi di
lingkungan masyarakat sehingga dapat mewujudkan masyakarat

7
yang madani yang bersih dari tindakan korupsi dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Pencatatan Ulang Aset
Pencatan ulang aset dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka memantau sirkulasi aset yang dimiliki oleh masyarakat.
Pada tahun 2017, pemerintah menetapkan suatu kebijakan kepada
masyarakatnya untuk melaporkan aset yang dimilikinya sebagai
bentuk upaya pencegahan tindakan korupsi yang dapat terjadi di
masyarakat. Pencatatan aset yang dimiliki oleh masyarakat tidak
hanya berupa aset tunai yang disimpan di bank, tetapi juga
terhadap aset kepemilikan lain berupa barang atau tanah. Selain itu,
pemerintah juga melakukan penelusuran asal aset yang dimiliki
oleh masyarakat untuk mengetahui apakah aset yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut mengindikasikan tindak pidana korupsi atau
tidak.
2.2.2 Upaya Penindakan
Upaya penindakan dilakukan oleh pemerintah Indonesia
terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Dalam pelaksanaan upaya
penindakan korupsi, pemerintah dibantu oleh sebuah lembaga
independen pemberantasan korupsi yaitu KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi). Penindakan yang dilakukan oleh KPK
semenjak KPK berdiri pada tahun 2002 telah membuahkan hasil
yang dapat disebut sebagai hasil yang memaksimalkan upaya
penindakan karena tidak main-main dan tidak pandang bulu.
Siapapun yang terindikasi melakukan tindak pidana korupsi
akan ditindak oleh lembaga independen ini tanpa terkecuali. Dalam
melaksanakan tugasnya, KPK membutuhkan peranan lembaga
peradilan dalam menegakkan keadilan di Indonesia terutama yang
berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Tentunya pelaksanaan
proses peradilan dilakukan sesuai dengan mekanisme sistem
peradilan di Indonesia dan berdasarkan hukum dan undang-undang

8
yang berlaku. Penindakan yang dilakukan pemerintah melalui KPK
terhadap pelaku tindak pidana korupsi dimaksudkan agar
memberikan efek jera kepada para pelakunya dan secara tidak
langsung memberikan shock therapy pada orang-orang yang
berniat untuk melakukan tindak pidana korupsi baik itu di dalam
pemerintahan maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.3 Upaya Edukasi
Upaya edukasi yang dilakukan pemerintah dalam usahanya
untuk memberantas korupsi adalah upaya yang dilakukan melalui
proses pendidikan. Proses pendidikan di Indonesia dilakukan
dalam tiga jenis yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal.
Melalui proses edukasi, masyarakat diberikan pendidikan anti
korupsi sejak dini agar masyarakat sadar betul akan bahaya korupsi
bagi negara-negara khususnya negara Indonesia. Selain itu, melalui
edukasi yang diberikan oleh pemerintah, peranan mahasiswa dalam
pemberantasan korupsi juga dapat dimaksimalkan sehingga para
mahasiswa ini dapat memberikan contoh yang baik bagi adik-
adiknya maupun bagi masyarakat umum terhadap cara
pemberantasan korupsi dari dalam diri masing-masing. Upaya
edukasi yang dilakukan oleh pemerintah juga termasuk sebagai
upaya membangun karakter bangsa di era globalisasi untuk
memberantas pertumbuhan budaya korupsi yang dapat merugikan
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2.3 Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi mulai diberlakukan pada tahun ajaran baru
Juni 2012/ 2013. Pendidikan anti korupsi ini akan diberlakukan sejak
pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, tidak hanya bagi siswa, tetapi
juga bagi guru dan kepala sekolah serta diintegrasikan dengan pendidikan
karakter. Inilah yang disepakati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Mendikbud Muhammad Nuh, menjelaskan bahwa kesepakatan ini ingin

9
menjadikan pendidikan dan kebudayaan sebagai motor pencegahan
korupsi melalui proses pembudayaan. Krisis karakter yang mendera kaum
terdidik inilah yang menjadi perhatian serius dunia pendidikan di
Indonesia saat ini, khususnya terkait integritas kaum terdidik dalam
menegakkan keadilan sosial.
Para pejabat, akademisi dan publik harus membuka ruang baru dan
gagasan revolusioner dalam mencipta strategi baru ihwal pendidikan
karakter dan implementasi pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan
di Indonesia untuk menggapai komitmen anti korupsi. Sosialisasi
pendidikan berkarakter anti korupsi benar-benar harus dilakukan dengan
baik, sehingga publik dapat mengakses semua informasi penting bagi
kemajuan pendidikan anti korupsi.
Mendengar kata korupsi mungkin sudah tidak asing ditelinga kita.
Karena, korupsi sudah mengakar sebagai “tabiat buruk” bangsa kita.
Korupsi bukan hanya dapat dilakukan oleh para pejabat. Kita sebagai
mahasiswa juga dapat melakukan tindakan korupsi, contohnya saja, ketika
kita sedang mengikuti Ujian Tengah Semester kemarin. Tak banyak dari
kita yang secara diam-diam mencontek hasil pemikiran teman kita untuk
mendapatkan jawaban. Tetapi sebenarnya kita tahu bahwa jawaban dari
teman kita itu juga belum tentu benar. Entah perasaan yang lega atau
tenang ketika mencontek hasil pemikiran teman akan membuat jawaban
yang sama sehingga kita merasa jika jawaban saya benar maka jawaban
dia benar atau justru sebaliknya.
Sangatlah penting jika Pendidikan Anti Korupsi sejak dini
diajarkan. Yaitu semenjak Sekolah Dasar (SD). Mengingat pendidikan
adalah hal yang fundamental dalam membentuk karakter manusia dan bisa
menentukan tinggi-rendahnya peradaban yang dibentuknya. Dengan
penanaman nilai-nilai moral, pembekalan ilmu pengetahuan tentang
hukum, adat istiadat ketimuran serta religiusitas kepercayaan pada Tuhan
diharapkan bisa mencetak calon-calon figur pemangku kekuasaan yang
bersih dari korupsi.

10
Langkah pertama untuk mengajarkan Pendidikan Anti Korupsi
yaitu memberikan pengertian tentang segala sesuatu tentang korupsi
beserta pengaruh buruknya yang dapat dihasilkan dari perbuatan tersebut.
Selain itu, contoh tindakan anti-korupsi secara langsung juga diperlukan
karena anak-anak cenderung meniru apa yang menjadi kebiasaan orang-
orang yang lebih tua darinya. Saat ini banyak sekolah yang telah
menerapkan sistem “Kantin Kejujuran”. Setelah kita membeli makanan
atau minuman dari kantin tersebut, kita membayar dengan cara
memasukkan sendiri uangnya ke dalam sebuah kotak tanpa ada petugas
kasirnya. Itu merupakan salah satu cara yang efektif. Selain melatih siswa
untuk bersikap jujur juga siswa dibebani tanggung jawab mengenai segala
sesuatu yang terjadi di kantin tersebut. Sehingga suatu saat nanti ketika
mereka dibebani dengan kepercayaan yang besar mereka bisa
mempertanggung jawabkannya.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maraknya kasus korupsi di Indonesia memang tidak bisa secara
serta merta diberantas dan hilang begitu saja. Perlu antisipasi dini untuk
menekan laju peningkatan kasus korupsi. Dan salah satu cara yang dapat
diterapkan adalah dengan digalakkannya pendidikan anti-korupsi sejak
dini. Dengan adanya pendidikan semacam ini, diharapkan beberapa tahun
kemudian bibit-bibit calon pemimpin bisa menghilangkan kegelisahan
masyarakat akan kasus korupsi yang tak kunjung berakhir. Dan Indonesia
bisa menjadi salah satu negara di dunia yang bersih dari korupsi.
3.2 Saran
 Sebagai warga negara yang baik, hendaknya mau dan mampu
memahami penyebab korupsi.
 Senantiasa bersedia untuk berperan serta menanamkan budaya anti
korupsi sedini mungkin di dalam kehidupan sehari-hari.
 Sebagai seorang calon guru, hendaknya menjauhkan diri dari
tindakan korupsi agar bisa menjadi teladan yang baik bagi anak didik
nantinya.

12
DAFTAR PUSTAKA
http://otoritas-semu.blogspot.com/2016/12/faktor-internal-penyebab-korupsi.html
https://www.coursehero.com/file/p4uf4ml/Contoh-Kasus-Faktor-Internal-Kasus-
1-Sifat-TamakRakus-Manusia-Seorang-pegawai/

http://otoritas-semu.blogspot.com/2017/01/faktor-eksternal-penyebab-korupsi-
dari.html

http://blog.unnes.ac.id/itsnarizqiistiqomah/2017/12/02/faktor-penyebab-korupsi/

https://www.kompasiana.com/zurul_98/57ee2a6ab37e61951464bfe4/faktorfaktor-
penyebab-korupsi

https://guruppkn.com/upaya-pemberantasan-korupsi

https://guruppkn.com/penyebab-korupsi-dan-cara-mengatasinya

Вам также может понравиться