Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Assalamualaikum wr. wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Konsep Dasar Neonatus Esensial
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Konsep Dasar Neonatus
esensial ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu,
fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dari proses kelahiran
dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin
(Dewi,2013: 1).
Salah satu upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir
(neonatal) yaitu melalui pemberian imunisasi. Pemahaman tentang imunisasi pada
saat merawat anak sakit khususnya pada kasus tuberkulosis, difteri, pertusis,
tetanus, polio, campak,dan hepatitis (PD3I). Dalam 18 bulan pertama usianya, anak
sudah harus menerima imunisasi tak kurang 15 kali. Kenyataannya masih kalah
banyak dengan anak – anak di Amerika yang memperoleh lebih dari 20 kali selama
periode usia yang sama. Imunisasi telah diakui oleh dunia secara global telah
berhasil menurunkan sebagai infeksi (Rahardjo dkk,2014: 395).
1.3 Tujuan :
Tujuan dari rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui neonatus
2. Untuk mengetahui klasifikasi neonatus
3. Agar memahami faktor yang mempengaruhi perkembangan neonatus
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan neonatus esensial
5. Untuk mengetahui konsep dasar dari bayi baru lahir
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 28 hari. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah
bayi berusia 8-28 hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
c Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran
berat lahir yang sesuai untuk masakehamilan:
1. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan.
2. Sesuai/kecil/besar ukuran masa kehamilan.
b. Pengaruh hormone
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa pranatal yaitu saat
janin berumur 4 bulan yang mana saat tersebut terjadi pertumbuhan
cepat.Hormon yang berpengaruh terutama hormon pertumbuhan
somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari.Selain itu kelenjar
tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk
metabolisma, maturasi tulang, gigi dan otak.
d. Faktor pasca natal Seperti halnya pada masa pranatal, faktor yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit
kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis,
endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-
obatan.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bayi dsapat dilakukan segera setelah status kardiovaskuler aman
dan secara berkala.
1. Penampilan umum
a BB 2500-4000 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %, biasanya
akan naik kembali setelah hari ke 8-12.
b PB 46-56 cm.
c Suhu 36,5-37,5 0C
2. Kepala
a Ukur: lingkar kepala
b Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior
dan posterior.
c Periksa bentuk telinga.
d Simetris tidaknya wajah.
e Periksa mata: bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya perdarahan.
f Periksa mulut: bibir, palatum, lidah, gigi.
g Periksa hidung: septum, simetris atau tidak.
h Periksa leher: Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik, Pergerakan otot.
3. Kulit
a Vernix caseosa
b Lanugo terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)
c Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan akan
semakin merah jika bayi menangis), adanya bintik-bintik, deskuamasi, kering.
d Pembesaran payudara.
e Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.
f Cairan amnion, bau.
g Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning akan lebih jelas.
4. Dada
a Diameter anteroposteriorhampir sama dengan diameter transversa (diameter
diukur sedikit diatas putting), lebih pendek daripada abdomen.
b Pembesaran payudara, witch’s milk.
c Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit) dan murmur.
d Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada, frekuensi
30-60 x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1 menit penuh), periode
apnea.
5. Abdomen
a Bentuk: simetris/tidak
b Bising usus: ada/ tidak
c Kelainan: cekung/cembung
d Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
6. Neurologik
a Tonus otot.
b Reflek: moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek,
rooting reflek, sucking reflek.
7. Kelamin
a Bayi perempuan,labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan, Anus.
b Bayi laki-laki, scrotum, testis, penis, kelainan.
8. Punggung Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus ditengkurapkan )
9. Ektremitas
a Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
b Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan gerakannya
dengan menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.
Periode II: reaktivitas (berlangsung 2 sampai 5 jam). Bayi bangun dari tidur yang
nyenyak:
a Denyut jantung dan kecepatan pernafasan meningkat
b Reflek gag aktif
c Mungkin mengeluarkan meconium & urine
d Menghisap
e Lendir pernafasan berkurang.
Periode III: stabilisasi (12 sampai 24 jam setelah lahir). Bayi lebih mudah tidur
dan terbangun:
a Tanda-tanda vital stabil
b Kulit berwarna kemerahan dan hangat.
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat Tujuan:
tidak terjadi infeksi pada tali pusat Intervensi:
a Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
R: Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
b Lakukan perawatan pada tali pusat dengan alcohol
R: Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat
c Ganti nouvel gauze pada tali pusat setiap habis mandi
R: Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya infeksi
d Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, kemerahan
disekitar tali pusat.
R: Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat menunjukkan
adanya infeksi
e Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R: mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
f Jaga lingkungan tetap bersih
R: Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus Tujuan: pola nafas
efektif Intervensi:
a Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera setelah
kepala bayi lahir.
R: Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk membebaskan jalan
nafas bayi.
b Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada sisi mulut
atau hidung.
R: Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi dengan pola
nafas yang efektif.
c Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi
R: Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya gagal nafas
pada bayi.
d Bersihkan jalan nafas
R: Membebaskan jalan nafas bayi.
e Pertahankan suplai oksigen adekuat
R: Memeuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi.
Evaluasi
1. Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
2. Hipotermi tidak menjadi actual
3. Pola nafas efektif
Adapun ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat badan 2500-4000 gram,
panjang badan lahir 48-52 cm, lingkar dada 32-34 cm, lingkar kepala 33-35 cm,
frekuensi jantung ±180 denyut/menit, kemudian menurun sampai 120-140
denyut/menit, pernapasan pada beberapa menit pertama cepat, kira-kira 80
kali/menit, kemudian menurun menjadi 40-60 kali/menit, kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa,
rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, genetalia: labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
anak perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki), reflek hisap dan
menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek moro sudah baik, jika terkejut bayi
akan memperlihatkan
gerakan tangan seperti memeluk, eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar
dalam 24 jam pertama. Mekonium berwarna hitam kehijauan dan lengket
(Sondakh, 2013).
1.2 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya asuhan pada bayi antara lain
(Abdul Bari Saifudin, 2002:136) :
.a Stabilisasi temperatur tubuh bayi (menjaga agar bayi tetap hangat)
.b Memulai pemberian ASI (menyusui) sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada ibu dan memberikan kekebalan pada bayi.
.c Gangguan pernafasan (penatalaksanaan sedini mungkin)
.d Memantau terjadinya infeksi pada bayi terutama pada tali pusat bayi.
1.3 Fisiologis Bayi Baru Lahir
Menurut Fraser (2009:690), transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke
kehidupan di luar kandungan merupakan perubahan drastis, dan menuntut
perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan
kemampuan bertahan hidup. Bayi harus melakukan penyesuaian mayor pada
sistem pernapasan, sirkulasi, dan pengaturan suhu tubuh. Adaptasi awal ini sangat
penting bagi kesejahteraan bayi selanjutnya.
.a Sistem Pernapasan
Frekuensi napas bayi yang normal adalah 40-60 kali/menit yang cenderung
dangkal menggunakan pernapasan diafragma dan abdomen. Dua faktor yang
berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah sebagai berikut :
1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernapasan di otak
2. Tekanan pada rongga dada yang tejadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis
Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru untuk pertama kali. Produksi
surfaktan mulai meningkat dimulai dari usia kehamilan 20 minggu sampai paru-
paru matang sekitar 30-40 minggu kehamilan. Surfaktan ini berfungsi mengurangi
tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Oksigenasi sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terjadi hipoksia, pembuluh
darah paru akan mengalami vasokonstriksi sehingga tidak ada pembuluh darah
yang terbuka untuk menerima oksigen sehingga terjadi penurunan oksigenasi
jaringan. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru
serta merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim (Rohani,
2011: 246-247).
.b Sistem Kardiovaskular
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar
rahim, harus terjadi dua perubahan besar diantaranya :
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta sebagai akibat
meningkatnya tekanan oksigen pada alveolus.
Dengan pelepasan plasenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus
melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak mengandung
oksigen menuju paru untuk di reoksigenasi (Fraser, 2009: 691). Hal ini
dipengaruhi saat pemotongan tali pusat yang mengakibatkan aliran darah pada
atrium kanan menurun sehingga tekanan pada atrium kanan juga menurun
sehingga darah dengan kandungan oksigen sedikit bergerak mengalir menuju
paru-paru.
Darah yang berisi oksigen yang kembali ke jantung dari paru-paru
meningkatkan tekanan pada atrium kanan dan penurunan pada atrium kiri
sehingga foramen ovale secara fugsional akan menutup (Rohani, 2011: 248).
Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali per menit saat lahir, dengan
variasi berkisar antara 120-160 kali/menit. Frekuensi jantung saat bayi tidur
berbeda dari frekuensi saat bayi bangun. Saat tidur, frekuensi jantung bayi
menurun dengan nilai paling rendah 100 kali/menit dan dapat mencapai 180 kali/
menit saat menangis (Ladewig, 2006).
.c Sistem Termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian
menyesuaikan lingkungan luar rahim yang lebih dingin yang menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit sehingga mendinginkan darah bayi.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
adalah usaha utama bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya yang
merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat di seluruh tubuh bayi.
Timbunan lemak coklat ini mampu meningkatkan panas tubuh bayi sampai
100%. Untuk membakar lemak coklat ini seorang bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Ketika seorang bayi mengalami stress akibat udara dingin, konsumsi oksigen
akan meningkat, terjadi vasokonstriksi perifer, dan vasokontriksi pulmoner
sehingga ambilan oksigen dan kadar oksigen di jaringan menurun. Glikolisis
anaerobik meningkat mengakibatkan asidosis metabolik (Rohani, 2011). Suhu inti
normal bayi sekitar 36°C-37°C. Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui
empat mekanisme (Rohani, 2011):
1. Konveksi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar
yang lebih dingin.
2. Konduksi Kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yg dingin.
3. Radiasi Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang
mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
4. Evaporasi Kehilangan panas yang terjadi ketika menguapnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh karena tidak segera dikeringkan.
.d Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas,
(15-30 ml) untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan
meningkat secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Waktu
pengosongan lambung normalnya 2-3 jam. Terkait dengan ukuran tubuhnya, usus
bayi panjang yang berisi banyak kelenjar sekresi dan terdiri dari permukaan
absorbs yang luas. Enzim telah ada meskipun terjadi defisiensi amilase dan lipase
yang menurunkan kemampuan bayi mencerna karbohidrat dan lemak.
Mekonium yang telah ada di usus besar sejak usia 16 minggu kehamilan,
dikeluarkan dalam waktu 24 jam pertama dan dikeluarkan seluruhnya dalam
waktu 48-72 jam. Feses pertama ini bewarna hijau kehitaman, lengket serta
mengandung empedu, asam lemak, lendir dan sel epitel.
Sejak hari ke 3 hingga hari ke 5 kelahiran, feses mengalami tahap transisi dan
bewarna kuning kecoklatan. Setelah bayi diberi makan, feses bewarna kuning.
ASI mengakibatkan karakterisitik feses lunak, kuning terang atau keemasan, dan
tidak mengiritasi kulit bayi, sedangkan pada pemberian susu formula feses lebih
berbentuk tetapi tetap lunak, bewarna kuning pucat, dan memiliki bau yang khas
serta cenderung mengiritasi kulit bayi.
Tingginya kadar pemecahan sel darah merah (umur sel darah merah 40-90 hari)
menyebabkan ikterus sementara yang muncul pada hari ke-3 sampai ke-5. Sel
darah merah yang mengalami penghancuran ini menghasilkan bilirubin indirek.
Pada bayi baru lahir, hati masih belum sempurna dalam pengubahan bilirubin
indirek menjadi direk, sehingga masih terdapat bilirubin direk yang kembali
terserap oleh usus dan masuk kembali kedalam hati. Penyimpanan glikogen lebih
cepat berkurang sehingga dibutuhkan pemberian makanan dini guna
mempertahankan kadar glukosa darah tetap normal (2,6-4,4 mmol/L) (Fraser,
2009).
.e Sistem Imun
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Terdapat imunoglobin utama, IgG,
IgA, IgM dan hanya IgG yang cukup kecil menembus sawar plasenta. Pada saat
lahir IgG bayi sama atau sedikit lebih tinggi dari ibu, ini memberikan kekebalan
pasif selama 3 bulan. IgA melindungi terhadap infeksi saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan mata. ASI dan terutama kolostrum memberikan kekebalan pasif
pada bayi dalam bentuk Lactobacillus bifidus, lactoferin, lisozim, dan sekresi IgA
(Fraser, 2009).
.f Sistem Ginjal
Beban kerja ginjal dimulai saat bayi baru lahir hingga masukan cairan
meningkat, urine akan tampak sedikit keruh karena kadar ureum yang masih
rendah. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama. Berkemih
6-10 kali dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup.
Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi fisiologis bayi pada sistem ginjal, hal
ini dapat dimulai dengan pemberian ASI sesering mungkin (Rohani, 2011: 250).
.g Sistem Reproduksi
Pada anak laki-laki, testis turun ke skrotum dan pada anak perempuan labia
mayora menutupi labia minora. Spermatogenesis pada anak laki-laki tidak turun
hingga usia pubertas, tetapi anak perempuan mempunyai ovum pada indung
telurnya. Pada kedua jenis kelamin, hilangnya estrogen maternal menyebabkan
pembesaran payudara, terkadang disertai sekresi air susu pada hari ke-4 atau ke-5
(Fraser, 2009).
.i Sistem Neurologis
Jika dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf belum matang secara
anatomi dan fisiologi. Adanya beberapa reflek yang terdapat pada bayi baru lahir
menandakan adanya kerja sama antara sistem saraf dan muskuloskeletal (Sondakh,
2013).
.j Karakteristik Perilaku
Bayi baru lahir yang sehat harus mampu menjalani fungsi biologis dan
fungsi perilaku supaya dapat bertumbuh dengan normal. Bayi baru lahir yang
normal berbeda satu sama lain dalam hal aktivitas, pola makan, pola tidur, dan
kemampuan berespon sejak mereka dilahirkan.
Skala Perilaku Neonatus dari Brazelton digunakan untuk menilai
karakteristik bayi, yakni sebagian tergantung pada keadaan tidur-terjaga bayi
tersebut.
Karakteristik perilaku, misalnya karakter fisik berubah selama periode transisi.
Periode ini terdiri dari fase tidak stabil yang dilalui bayi dalam 6-8 jam pertama.
Bayi baru lahir berada dalam keadaan waspada-tenang selama periode pertama
reaktivitas. Mata terbuka dan awas. Bayi baru lahir dapat memfokuskan perhatian
pada wajah orang tua dan menyimak suara terutama suara ibu. Fase ini berlangsung
sekitar 15 menit dan kemudian diikuti fase kesadaran aktif . Selama periode awas
yang aktif ini, bayi baru lahir sering melakukan gerakan mendadak aktif dan dapat
menangis. Bayi memiliki reflek menghisap kuat sehingga ini adalah waktu yang
baik untuk memulai pemberian ASI.
Periode reaktivitas pertama ini memfasilitasi ikatan. Kontak mata dengan mata
dapat dilakukan dengan menunda pemberian obat mata sehingga bayi dapat
berinteraksi dengan orang tua.
Setelah 30 menit pertama, bayi akan mengantuk dan tertidur. Periode tidak aktif ini
bisa berlangsung dua sampai empat jam. Pada usia 0-3 bulan, bayi akan tidur 16-
20 jam sehari. Ia hanya terbangun di saat lapar atau jika ada rangsangan tertentu,
seperti buang air kecil, buang air besar atau suara yang keras. Tangisan bayi mulai
berkurang setelah bayi berusia 2-3bulan. Setelah usia 3 bulan, bayi mulai mengenal
konsep siang dan malam sehingga tidur malamnya mulai memanjang atau hanya
terbangun di saat ia ingin menyusu.
1. Menjelaskan kepada orang tua bahwa pola tidur seperti itu adalah hal yang normal
2. Berikan suasana yang tenang dan kurangi gangguan atau rangsangan
3. Meletakkan bayi berbaring miring untuk tidur atau tidurkan kembali tanpa bantal
4. Jaga agar bayi tidak berguling atau jatuh ke lantai, hindarkan dari jangkauan anak
lain atau binatang peliharaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan(Rudolph,2015).
Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama(Koizer,2011).
Klasifikasi neonatusmenurut Marni (2015) ada tiga, yaitu:
1. Neonatus menurut masa gestasinya
2. Neonatus menurut beratlahir
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
ukuran berat lahir yang sesuai untuk masakehamilan
Faktor yang mempengaruhi perkembangan neonatus, yaitu: faktor genetik,
pengaruh hormon, faktor pra natal, dan faktor pasca natal.
Askep pada neonatus terdapat diagnosa
1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan: tidak terjadi infeksi pada tali pusar
2. Resti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu Tujuan: hipotermi
tidak menjadi aktual
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus Tujuan: pola
nafas efektif
Konsep dasar bayi baru lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram
Faktor-faktor yang menyebabkan dilakukannya asuhan pada bayi antara lain:
a. Stabilisasi temperature tubuh bayi ( menjaga agar bayi tetap hangat )
b. Memulai pemberian ASI (menyusui) sedini mungkin untuk mencegah
terjadinya perdarahan pada ibu dan memberikan kekebalan pada bayi.
c. Gangguan pernafasan (penatalaksanaan sedini mungkin)
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/10026633/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_N
EONATUS
https://www.academia.edu/37557588/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1_K
onsep_Dasar_Bayi_Baru_Lahir_2.1.1_Pengertian
LAMPIRAN
1. KELOMPOK 1
1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
a. Internal
b. External
2. KELOMPOK 3
1. Fisiologis bayi baru lahir
2. Mengapa bayi harus melakukan penyesuaian mayor?
3. KELOMPOK 4
1. Periode transisional neonatus 1 2 dan 3
2. Cara perawatan tali pusar
3. Apa yang harus dilakukan pada bayi baru lahir saat sistim imun
berubah dan suhu dibawah normal?
4. KELOMPOK 5