Вы находитесь на странице: 1из 12

1.

KERAJAAN KUTAI

Kutai adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah
tertua. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai
Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat
ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut.

Pendiri kerajaan kutai


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendiri Kerajaan Kutai yaitu raja
Kudungga. Raja tersebut mendapat gelar Wangsakerta yang artinya pembentuk keluarga
raja. Selain itu, Raja Kudungga juga mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman atau Dewa
Matahari.
Pada stupa peninggalan Kerajaan Kutai, juga disebutkan pemberian gelar ini.
Namun, terdapat beberapa cerita yang menyebutkan bahwa pendiri Kerajaan Kutai yaitu
Asmawarman. Tidak ada informasi otentik yang menyebutkan siapa yang sebenarnya
pendiri kerajaan ini Kudungga merupakan raja pertama pada Kerajaan Kutai. Raja
Kudungga mempunyai putra yang bernama Aswawarman. Kemudian, Aswawarman ini
mempunyai memiliki putra yang bernama Mulawarman.
Setelah Raja Aswawarman, Kerjaan Kutai dipimpin oleh Raja Mulawarman. Menurut
sejarah, Raja Mulawarman ini dikenal sebagai raja besar yang sangat mulia dan juga
mempunyai budi yang baik.
Berikut ini raja-raja pengganti setelah Mulawarman:
1. Maharaja Marawijaya Warman
2. Maharaja Gajayana Warman
3. Maharaja Tungga Warman
4. Maharaja Jayanaga Warman
5. Maharaja Nalasinga Warman
6. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
7. Maharaja Gadingga Warman Dewa
8. Maharaja Indra Warman Dewa
9. Maharaja Sangga Warman Dewa
10. Maharaja Candrawarman
11. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
12. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
13. Maharaja Wijaya Warman
14. Maharaja Sri Aji Dewa Warman
15. Maharaja Mulia Putera Warman
16. Maharaja Nala Pandita Warman
17. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
18. Maharaja Dharma Setia Warma
2. KERAJAAN TARUMANEGARA

Kerajaan ini berdiri dari abad ke-4 sampai abad ke-7. Menurut catatan
sejarah Kerajaan Tarumanegaramerupakan kerajaan beraliran agama Hindu.Kerajaan
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M.

Silsilah Kerajaan Tarumanegara


Berikut ini merupakan silsilah raja yang pernah memerintah Kerajaan Tarumanegara
diantaranya:
1. Jayasingawarman (358 M – 382 M)
2. Dharmayawarman (382 M – 395 M)
3. Purnawarman (395 M – 434 M)
4. Wisnuwarman (434 M – 455 M)
5. Indrawarman (455 M – 515 M)
6. Candrawarman (515 M – 535 M)
7. Suryawarman (535 M – 561 M)
8. Sudhawarman (628 M – 639 M)
9. Hariwangsawarman (639 M – 640 M)
10. Nagajayawarman (640 M – 666 M)
11. Linggawarman (666 M – 669 M)
12. Kertawaman (561 M – 628 M)
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
bukti Peninggalan Sejarah:
1. prasasti Tugu
2. Prasasti Kebon Kopi
3. Prasasti Cidanghiyang/ Lebak
4. Prasasti Jambu
5. Prasasti Ciareuteun
6. Prasasti Pasir Awi
7. Prasasti Muara Cianten

3. KERAJAAN SRIWIJAYA
Di zaman dahulu, kerajaan tersebut merupakan pusat penyebaran agama Buddha
pada abad 8 hingga abad 12. Selain menjadi pusat penyebaran agama, ternyata kejayaan
yang dimiliki oleh kerajaan juga akibat dari pengaruh perdagangan lautnya yang sangat
ramai.
Bahkan, Kerajaan tersebut juga menjadi satu-satunya kerajaan yang menguasai
Selat Malaka sehingga sehingga memiliki hubungan dagang yang sangat erat dengan
India, China dan Kepulauan Malaysia yang waktu itu dikenal sebagai negara dengan
pengaruh dagang yang kuat. Raja pertama dari Kerajaan Sriwijaya adalah Sri Jayanaga,
namun kejayaan dari negara ini saat pemerintahan Balaputra Dewa.
Dalam bahasa Sansekerta, ternyata Sriwijaya memiliki sebuah arti. Dimana Ari
memiliki arti “bercahaya” atau “gemilang” sedangkan Wijaya sendiri berarti
“kemenangan” atau “kejayaan”. Nah, jika digabungkan, maka arti dari Sriwijaya sendiri
adalah “kemenangan yang gilang-gemilang”. Tentu, arti dari nama Sriwijaya sendiri
sesuai dengan kejayaan kerajaan yang dimiliki.
Seperti yang sudah dijelaskan, bahwa kerajaan yang satu ini merupakan kerajaan
dengan pusat agama Buddha terbesar. Agama yang ada di dalam Kerajaan Sriwijaya ini
sendiri ialah Buddha Vajrayana, Buddha Mahayana, Buddha Hinayana dan Hindu. Meski
ada agama Hindu di dalamnya namun pengaruh agama Hindu tidaklah terlalu besar.
Sedangkan, bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sriwijaya sendiri adalah
Bahasa Melayu Kuno dan Sansekerta Jawa Kuno. Di zaman itu, proses jual beli dengan
menggunakan mata uang emas dan perak. Dengan pemerintahan monarki yang
dijalankan oleh kerajaan tersebut membuat Kerajaan Sriwijaya memiliki pemerintahan
yang sangat baik.
Selain itu, raja-raja yang memerintah juga mampu membuat kerajaan tersebut
memiliki kekuasaan yang sangat luah hingga ke wilayah Asia Tenggara. Keberhasilan
dalam menguasai perdagangan dan memiliki kekuasaan yang luas tentu saja tidak
terlepas dari beberapa raja hebat yang memerintah Kerajaan Sriwijaya.
Raja raja Kerajaan Sriwijaya
Berikut ini ada beberapa raja terkenal dari Sriwijaya yang mampu membuat kerajaan
tersebut memiliki kekuasaan yang sangat luas dan memiliki kejayaan pada masanya.
Raja Daputra Hyang
Raja Daputra Hyang merupakan salah satu raja dari Sriwijaya yang mampu membuat
kerajaan tersebut melebarkan sayapnya. Raja yang satu ini bahkan bercita-cita ingin
menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim. Pada kekuasaannya pun,
beliau mampu memperluas kekuasaan Sriwijaya hingga ke Jambi.
Cerita mengenai Raja Daputra Hyang ini ditemukan pada sebuah Prasasti Kedukan
Bukit (683M). Selama kekuasaannya tersebut tentu saja Raja Daputra Hyang memiliki
pengaruh yang sangat besar.
Pada masa kekuasaan Raja Dharmasetu ini, ternyata Kerajaan Sriwijaya telah meluas
hingga Semenanjung Malaya. Hal inilah yang membuat kerajaan yang satu ini
membangun sebuah pangkalan di wilayah Ligor. Berbagai macam prestasi ternyata
berhasil di toreh oleh Raja Dharmasetu seperti berhasil menjalin hubungan dengan Negeri
China dan India.

Raja Balaputra Dewa adalah raja yang mampu membuat Sriwijaya menjadi kerajaan
terbesar pada masa itu. Raja yang satu ini menjabat pada abad ke 9. Cerota dari Raja
Balaputra Dewa sendiri berasal dari sebuah prasasti yang disebut dengan Prasasti
Nalanda.

Karena kehebatan kepemimpinan dari Raja Balaputra Dewa sendirila yang


menjadikan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan dengan pusat agama Buddha terbesar di
Asia Tenggara. Bahkan, beliau mampu menjalin sebuah kerjasama yang sangat baik
dengan beberapa kerajaan yang ada di India seperti Kerajaan Cola dan Nalanda.
Balaputra Dewa sendiri merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra
dari Raja Samaratungga dan Dewi Tara dari Kerajaan Sriwijaya. Karena prestasi dan
kehebatannya dalam memerintah menjadikan Raja Balaputra Dewa sebagai raja yang
membawa Sriwijaya dalam kejayaan
Pada masa pemerintahan Raja Sri Sudamaniwarmadewa, ternyata Kerajaan Sriwijaya
pernah mendapatkan serangan dari Raja Darmawangsa yang berasal dari Jawa Timur.
Akan tetapi, serangan yang diluncurkan tersebut dapat digagalkan oleh para tentara
Sriwijaya.
Pada masa kekuasaan Raja Sanggrama ternyata Sriwijaya mendapat serangan dari
Kerajaan Chola yang dipimpin oleh Raja Rajendra Chola. Tidak seperti serangan yang
terjadi pada masa Raja Sri Sudamaniwarmadewa. Ternyata, tentara Sriwijaya tidak
mampu mengalahkan serangan dari Kerajaan Chola Hal inilah yang membuat Raja
Sanggrama kemudian ditahan. Namun, pada masa kekuasaan Raja Kulotungga I dari
Kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman kemudian dibebaskan.

4. KERAJAAN MATARAM

Kerajaan Mataram Tanah Jawa terkenal dengan kerajaan-kerajaan yang ceritanya


sudah sangat melegenda. Seperti halnya dengan Kerajaan Mataram di Jawa Tengah yang
terbagi menjadi 2 yaitu Mataram Kuno dan Mataram Islam. Keberadaan ke-2 kerajaan
tersebut dijelaskan oleh peninggalan sejarah berupa prasasti-prasasti.

Ke-2 kerajaan tersebut sama-sama diperintah oleh raja-raja secara turun temurun.
Mataram kuno (Mataram Hindu) adalah sebutan untuk 2 dinasti yaitu Dinasti Sanjaya
dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya ini bercorak Hindu didirikan pada tahun 732 M
oleh Sanjaya. Sedangkan Dinasti Syailendra bercorak Budha Mahayana didirikan oleh
Bhanu tahun 752 M. Ke-2 dinasti ini berkuasa di daerah Jawa Tengah bagian selatan.

Sedangkan Mataram Islam merupakan Kerajaan Islam yang berdiri sekitar abad ke-16 di
pulau Jawa. Kerajaan ini dipimpin oleh dinasti yang mengaku sebagai keturunan dari
Kerajaan Majapahit. Yaitu keturunan dari Ki Ageng Sela dan juga Ki Ageng Pemanahan
yang mana keduanya adalah raja-raja besar Mataram Islam.
Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno

1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya


2. Rakai Panangkaran Dyah Sankhara
3. Rakai Panunggalan (Dharanindra)
4. Rakai Warak Dyah Manara
5. Dyah Gula
6. Rakai Garung
7. Rakai Pikatan Dyah Saladu
8. Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
9. Dyah Taqwas
10. Rakai Panumwangan Dyah Dawendra
11. Rakai Gurunwangi Dyah Wadra
12. Rakai Watuhumalang Dyah Jbang
13. Rakai Watukura Dyah Walitung

Raja-Raja Kerajaan Mataram Islam


1. Ki Ageng Pemanahan
2. Panembahan Senapati
3. Raden Mas Jolang
4. Raden Mas Rangsang
5. Amangurat I
6. Amangkurat II
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

 Prasasti Canggal
 Prasasti Balitung
 Prasasti kalasan
 Prasasti Ratu Boko
 Prasasti Nalanda
 Prasasti Ligor
 Prasasti Wanua Tengah III

5. KERAJAAN KEDIRI
Kerajaan Kadiri atau Kediri atau Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di
Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di
sekitar Kota Kediri sekarang.

Sejarah Kerajaan Kediri


Sejarah Kerajaan Kediri, Kadiri atau juga dikenal dengan nama Panjalu merupakan
kerajaan Jawa Timur di tahun 1042 sampai 1222 yang berpusat di Kota Daha yang
sekarang merupakan Kota Kediri. Kota Daha sendiri sudah ada sebelum Kerajaan Kediri
didirikan dan Daha merupakan singkatan dari Dahanapura yang memiliki arti kora api.
Ini bisa dilihat dari sebuah prasasti Pamwatan dari Airlangga pada tahun 1042. Pada
akhir tahun 1042. Airlangga secara terpaksa harus membagi wilayah kerajaan sebab
perebutan tahta dari dua orang putranya yakni Sri Samarawijaya yang mendapat
Kerajaan Barat Panjalu di Kota Baru Daha dan Mapanji Garasakan mendapat Kerajaan
Timur yakni Janggala di Kota Lama, Kahuripan.

Perkembangan Kerajaan Kediri


Pada awal Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu sebenarnya tidak terlalu diketahui dan
pada prasasti Turun Hyang II tahun 1044 yang dibuat Kerajaan Janggala hanya
menceritakan tentang perang saudara dari kedua kerajaan peninggalan Airlangga
tersebut. Sejarah dari Kerajaan Panjalu baru mulai terkuak saat Prasasti Sirah keting
tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa ditemukan. Dari beberapa raja sebelum Sri
Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya saja yang sudah diketahui, sementara untuk urutan
raja sedudah Sri Jayawarsa diketahui secara jelas lewat beberapa prasasti yang akhirnya
ditemukan. Kerajaan Panjalu yang berada di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya bisa
menaklukan Kerajaan Janggala dengan semboyan yang ada pada Prasasti Ngantang tahun
1135 yakni Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang. Di maa pemerintahan Sri Jayabhaya
tersebut, Kerajaan Panjalu memperoleh masa kejayaan dan wilayah kerajaan tersebut
adalah seluruh Jawa dan juga beberapa buah pulau Nusantara dan juga mengalahkan
pengaruh dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Bukti ini semakin diperkuat dengan kronik
Cina yang berjudul Ling wai tai ta dari Chou Ku fei pada tahun 1178. Dalam prasasti
tersebut dijelaskan jika menjadi negeri paling kaya selain Cina secara berurutan
merupakan Arab, Jawa dan juga Sumatra dan pada saat itu yang berkuasa di Arab adalah
Bani Abbasiyah, sementara di daerah Jawa merupakan Kerajaan Panjalu dan di Sumatra
adalah Kerajaan Sriwijaya.

Pada masa tersebut, ibu kota Panjalu sudah dipindahkan dari Daha menuju Kediri
sehingga lebih terkenal dengan sebutan Kerajaan kediri. Raja Bameswara mengenakan
lencana berbentuk tengkorak bertaring pada bagian atas bulan sabit yang biasa disebut
dengan Candrakapala. Sesudah Bameswara tutun tahta kemudian dilanjutkan Jayabaya
yang kemudian berhasil mengalahkan Jenggala.

Raja Raja Kerajaan Kediri


 Airlangga [Daha Masih Ibu Kota Utuh]
 Sri Samarawijaya [Daha Menjadi Ibu Kota Panjalu]
 Sri Jayawarsa
 Sri Bameswara
 Sri Jayabhaya
 Sri Aryeswara
 Sri Ganda
 Sri Sarwasweri
 Sri Kameswara
 Sri Kertajaya
Keruntuhan Kerajaan Kediri

Di tahun 1222, Kertajaya sedang berseteru deengan kaum Brahmana yang lalu
memohon perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel dan Ken Arok sendiri juga bercita-cita
untuk membuat merdeka Tumapel yang menjadi daerah bawahan dari Kediri. Perang
Kediri Tumapel tersebut terjadi di Desa Ganter, pasukan Ken Arok akhirnya berhasil
menghancurkan pasukan Kertajaya sehingga membuat Kerajaan Kediri runtuh dan mulai
detik itu berbalik menjadi bawahan Tumapel atau Singasari. Sesudah Ken Arok berhasil
untuk mengalahkan Kertajaya, Kediri lalu menjadi wilayah di bawah kekuasaan Singasari
dan Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya untuk menjadi Bupati Kediri
Tahun 1258, Jayasabha kemudian diganti oleh outranya yakni Sastrajaya dan di tahun
1271 Sastrajaya digantikan kembali oleh putranya yakni Jayakatwang. Jayakatwang lalu
melakukan pemberontakan pada Singasari yang masih dipimpin Ken Arok, sesudah
berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang kemudian membangun ulang Kerajaan
Kediri, akan tetapi Kerajaan tersebut hanya bertahan selama 1 tahun sebab terjadi
serangan gabungan pasukan Mongol dan pasukan Menantu Kertanegara, Raden Wijaya.
Demikian ulasan lengkap mengenai sejarah Kerajaan Kediri yang bisa kami berikan
untuk anda lengkap dengan nama-nama raja, kehidupan politik, perekonomian,
beragama sampai beberapa peninggalan Kerajaan Kediri. Semoga bisa menambah
wawasan anda tentang sejarah Indonesia khususnya tentang sejarah Kerajaan.

6. KERAJAAN SINGASARI

Kerajaan Singasari Kerajaan Singasari merupakan Kerajaan yang berada di Jawa


Timur tahun 1222 dan didirikan oleh Ken Arok. Diperkirakan lokasi Kerajaan ini berada
di daerah Singasari, Malang. Nama Kerajaan yang sebenarnya adalah Kerajaan Tumapel
dan beribukota di Kutaraja.

Awalnya Kerajaan Tumapel merupakan sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri


dan waktu itu Tunggul Ametung menjabat sebagai akuwu atau setara camat. Beliau
dibunuh dengan cara ditipu oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok yang
kemudian menjabat sebagai akuwu baru.
Kerajaan ini pernah berjaya pada masa kepemimpinan Kertanagara yang sekaligus
menjadi raja terbesar dalam sejarah Kerajaan. Beliau mengirim pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk membuat Sumatera sebagai benteng pertahanan. Kemudian pada tahun
1284, beliau juga mengadakan ekspedisi untuk menaklukkan Bali.

Runtuhnya Kerajaan ini adalah akibat dari sibuknya mengirim angkatan perang ke
luar Jawa serta pemberontakan Jayakatwang dan berhasil membunuh Raja Kertanegara.
Jayakatwang kemudian membangun ibukota di Kadiri atau yang sekarang disebut Kediri.

Peninggalan Kerajaan Singasari


1. Candi Jago
2. Candi Singasari
3. Arca Dwarapala
4. Candi Sumberawan
5. Candi Jawi
6. Candi Kidal
7. Prasasti Singasari
8. Prasasti Manjusri
9. Prasasti Wurare
10. Prasasti Mula Malurung

Raja Kerajaan Singasari


1. Ken Arok
2. Anusapati
3. Tohjaya
4. Ranggawuni
5. Kertanegara

7. KERAJAAN MAJAPAHIT

.
Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahityang bertakhta pada 1293-1309
dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Awalnya, Majapahitberpusat di Mojokerto,
Jawa Timur. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang
menguasai Nusantara dan dianggap sebagai kerajaan terbesar dalam sejarah
Indonesia.[2] Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang
dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun
wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[

Berdirinya Majapahit
Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang
bernama Meng Chi[13] ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan
Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut
dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya.[13][14] Kubilai Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.
Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas
saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya,
menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan
ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi
kepada Jayakatwang.[15] Jawaban dari surat di atas disambut dengan senang hati.[15] Raden
Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu
dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur
melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik
menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya
secara kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing.[16][17] Saat itu juga merupakan
kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka
terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari
penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang
bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang tepercaya Kertarajasa,
termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan
tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya
Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut
disebutkan dalam Pararaton.[18] Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang
melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai
posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti),
Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati.[17] Wijaya meninggal dunia pada
tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti
"penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang
pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328,
Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya
menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan
menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk
menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Madasebagai
Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang
menunjukkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah
kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih
besar dan terkenal di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian
ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
Kejayaan Majapahit
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389.
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah
Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina.[19] Sumber ini
menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Raja- raja Majapahit :

Nama Raja Gelar Tahun

Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 - 1309

Kalagamet Sri Jayanagara 1309 - 1328

Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 - 1350

Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 - 1389

Wikramawardhana 1389 - 1429

Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 - 1447

Kertawijaya Brawijaya I 1447 - 1451

Rajasawardhana Brawijaya II 1451 - 1453

Purwawisesa atau Girishawardhana Brawijaya III 1456 - 1466

Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa Brawijaya IV 1466 - 1468

Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 - 1478

Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 - 1498

Patih Udara 1498 - 151


Surutnya Majapahit
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur
melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa
kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri mahkota
Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam
Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas
takhta.[5] Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-
1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi
Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya
perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti Ming yang
dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali
antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah
menciptakan komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa,
seperti di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai
utara Jawa.[25]
Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita,
yang memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana dari
seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan
dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah
Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di
Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis
pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat
pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran Kertabhumi
memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya sebagai raja
Majapahit.[8]
Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai
memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di
seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru
yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara.[26] Di
bagian barat kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung
kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai Selat
Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatra. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah
taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari
kekuasaan Majapahit.
Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi,
Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan
Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh
putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi
dengan memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu dan Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi
serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada
kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih
Udara. Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan
kerajaan Demak yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.
Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400
saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu
pemerintahan[27]) hingga tahun 1518.
TUGAS IPS
KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA

NAMA : ALVIERA YUHANI DIEN ZAHRINA

NO. URUT : 01 SMP 4 PONOROGO

Вам также может понравиться