Вы находитесь на странице: 1из 25

MEMAHAMI DAN MENGANALISIS PERSAMAAN SCHRODINGER

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Fisika Kuantum

Dosen Pengampu, 1. Dr. Ade Yeti Nurhayantini


2. Pina Pitriana, M. Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. Oky Oktaviani 1162070045
2. Much. Rezky Dwi Putra 1162070044
3. Tasya Nurmalita 1162070075
4. Yolla Noer Endah 1162070077
5. Yusup Setiawan 1162070079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
“Persamaan Schrodinger” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga
tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya dan
sahabatnya.
Makalah “MenganlisisPersamaan Schrodinger” penyusun sampaikan
kepada dosen matakuliah fisika kuantum sebagai salah satu tugas mata kuliah
tersebut. Dalam penulisan makalah ini, penyusun menemukan banyak sekali
kesulitan, namun penyusun menyadari bahwa hal itu merupakan bagian dari
proses pembelajaran.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih Ibu Dr. Ade Yeti
Nurhayantinidan Pina Pitriana, M. Si.yang telah memberikan bimbingan serta
arahannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa
kepada orangtua yang telah memberikan banyak sekali dukungan, baik itu
dukungan moril maupun materil. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca guna penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan
datang.

Bandung, 17 Februari2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II .......................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Operator Fisis ..................................................................................................... 3

B. Asas ketidak Pastian Heisenberg ..................................................................... 10

C. Persamaan Gerak Heisenberg .......................................................................... 12

D. Representasi Matriks ........................................................................................ 13

BAB III ....................................................................................................................... 20

PENUTUP .................................................................................................................. 20

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 20

B. Saran ................................................................................................................. 21

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori kuantum terbukti mampu menjelaskanfenomena kuantum dari
sistem makroskopikseperti superkonduktivitas dan superfluiditasyang memiliki
potensi aplikasi penting. Proses pembelajaran mekanika kuantum selalu
melibatkan persamaan-persamaan yang rumitdan penyelesaiannya membutuhkan
analisa dan pemikiran yang tinggi. Contoh masalah yang cukup rumit adalah
penyelesaian nilai energi dan fungsi gelombang persamaan Schrödinger (Greiner,
et al., 2004) dalam (Yanuarief, 2018)
Persamaan Schrodinger merupakan salah satu persamaan yang penting
dalam mekanika kuantum, dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan yang
tidak bisa dijelaskan pada mekanika klasik(Hanifah, et al., 2014).Pengembangan
fisika kuantum bertolak dari sifat gelombang partikel.Dari persamaan gelombang
untuk partikel.

Persamaan inilah yang disebut persamaan Schrodinger. Penyelesaian


persamaan Schrodinger itu menggunakan syarat batas yang muncul dari bentuk
energi potensial partikel itu sendiri.Solusi persamaan itu adalah energi dan fungsi
gelombang tersebut(Siregar, 2010).Dalam mempelajari dasar-dasar kuantum,
terdapat beberapa point penting didalamnya, diantaranya mempelajari tentang
operator fisis, persamaan Heisenberg dan representasi matriks.

B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari operator fisis?
2. Bagaimana persamaan gerak Heisenberg?
3. Bagaimana representasi matriks?

1
C. Tujuan
1. Untuk menganalisis dari operator fisis
2. Untuk Menganalisis persamaan gerak Heisenberg
3. Untuk mengidentifikasi representasi matriks

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Operator Fisis
Suatu Partikel memiliki besaran-besaran fisis seperti posisis, momentum,
dan energi.setiap besaran fisis suatu partikel dikaitkan dengan operatornya.
Misalnya operatol bagi energi total adalah H yang di dalam ruang adalah:

ĥ
Ĥ = − 2𝑚 𝛻 2 + 𝑉 (2.4.1)

dimana ∇2 adalah operatir Laplace. Energi total partikel sebagai


jumlah energi kinetic dan energi potensial disebuut Hamiltonian partikel.
Sehubungan dengan besaran fisis berlaku pengertian berikut:

(i) Harga suatu besaran fisis adalah nilai eigen dari operatornya;
(ii) Nilai eigen dari suatu operator besaran fisis berkaitan dengan suatu fungsi
eigen; nilai eigen adalah ril.
Dalam persamaan harga eigen (2)
Ĥ𝜑(𝑥) = E𝜑(𝑥) (2.4.2)
Berdasarkan (i) dan (ii), E adalah harga besaraan fisis yakni energi,
dan itu merupakan nilai eigen dari operator Ĥ, dan 𝜑(𝑥) adalah fungsi
eigen dari operator Ĥ tersebut. Karena E adalah harga eigen dari operator
Ĥ dengan fungsi 𝜑(𝑥) maka E adalah energi yang tetap dari partikel,
𝑖𝐸𝑡
sehingga𝜓 (𝑥, 𝑡) = 𝜑 (𝑥)exp(− ) adalah keadaan stasioner; fungsi
ħ

eigen seperti itu disebut fungsi keadaan partikel.


(iii) Harga rata-rata suatu besaran fisis pada fungsi keadaannya memenuhi

persamaan⟨𝐴⟩ = ∫−∞ 𝜓 ∗ (𝑥)Â 𝜓 (𝑥)𝑑𝑥 (2.4.3)

Dalam hal ini, Â adalah operator dari besaran fisis, dan ⟨𝐴⟩ adalah nilai
rata-ratanya dengan fungsi gelombang (keadaan) partikel bersangkutan yang

3
ternormalisasi. Jika fungsi itu belum dinormalisasi, maka harga rata-rata itu
harus diungkapkan sebagai berikut;


∫−∞ 𝜓∗ (𝑥)Â 𝜓 (𝑥)𝑑𝑥
⟨𝐴⟩ = ∞ (2.4.4)
∫−∞ 𝜓∗ (𝑥) 𝜓 (𝑥)𝑑𝑥

Tinjau suatu operator besaran fisis dari partikel, misalnya Â, yang mempunyai
sekumpulan nilai eigen {𝑎𝑛 } masing-masing dengan fungsi-fungsi eigen
{𝜑𝑛 (𝑥)} yang ortonormal, maka persmaan nilai eigen adalah

Â𝜑𝑛 (𝑥) = 𝑎𝑛 𝜑𝑛 (𝑥) (2.4.5)

Jika fungsi keadaan partikel 𝜓(𝑥) =∑𝑛 𝐶𝑛 𝜑𝑛 (𝑥) (2.4.6)

maka harga rata-rata operator  dalam keadaan itu adalah

⟨𝐴⟩ = ∫ 𝜓 ∗ (𝑥)Â 𝜓 (𝑥)𝑑𝑥


−∞

∗ ∗ (𝑥)
= ∑𝑚𝑛 𝑐𝑚 𝑐𝑛 ∫ 𝜑𝑚 Â𝜑𝑛 (𝑥) 𝑑𝑥

∗ ∗ (𝑥)
= ∑𝑚𝑛 𝑐𝑚 𝑎𝑛 ∫ 𝜑𝑚 Â𝜑𝑛 (𝑥) 𝑑𝑧


= ∑𝑚𝑛 𝑐𝑚 𝑎𝑛 𝛿𝑚𝑛 = ∑𝑛|𝑐𝑛 |2 𝑎𝑛 (2.4.7)

Karena harga rata-rata besaran fisis adalah ril maka berlaku


∫ 𝜑 ∗ (x) Âϕ (x) dx = ∫[Âϕ (x)] ϕ (x)𝑑𝑥 (2.4.8)

Persamaan (2.4.8) merupakan kasus istimewa dari bentuk umum:


∫ 𝜓 ∗ (x) Âϕ(x) dx = ∫[Â ψ(x)] ϕ(x)𝑑𝑥 (2.4.9)

4
Secara matematik, operator yang memenuhi persamaan (2.4.9) disebut
operator Hermitian, sedangkan 𝜓(𝑥) dan ϕ(x) merupakan fungsi-fungsi
sembarang.

Menurut De Broglie, sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu


–x mempunyai momentum linier px = hk dengan k=2𝜋/𝜆 dan 𝜆 adalah
panjang gelombang partikel. Fungsi gelombang partikel itu adalah 𝜑 (𝑥) = ae-
ikx
. Bagaimana bentuk (representasi) operator momnentum 𝑝̂ harga eigen 𝑝𝑥 =
ħ𝑘 ? Untuk itu misalkan berlaku persamaan harga eigen 𝑝̂ 𝜑 (𝑥)=
ħ𝑘 𝜑(𝑥).Tetapi dengan 𝜑(𝑥)= 𝑎𝑒 −𝑖𝑘𝑥 , dipenuhi

𝑑𝜑(𝑥)
ħ𝑘 𝜑(𝑥) = −𝑖ħ . Sehingga,
𝑑𝑥

𝑑
𝑝̂𝑥 𝜑(𝑥) = (−𝑖ℎ ) 𝜑(𝑥)
𝑑𝑥

Jadi representasi operator linier adalah

𝑑 ħ 𝑑
𝑝̂𝑥 = −𝑖ħ 𝑑𝑥= 𝑖 = 𝑑𝑥 (2.4.10)

Mengingat hubungan antara momentum dan energi kinetik K=𝑝2 /2m,


̂ 𝑝̂ / 2msehingga 𝑝̂ 2 = −ħ2 𝑑 2 /𝑑𝑥 2 .
maka dalam bentuk operator berlaku pula 𝐾
Dari hubungan ini selanjutnya akan diperoleh representasi operator
momentum seperti dalam persamaan (2.4.10) di atas.
Meninjau operator posisi 𝑥̂= x dan nyatalah 𝜙𝑎 (𝑥) sebagai fungsi
eigen sehingga:

x𝜙𝑎 (𝑥) = 𝑎 𝜙𝑎 (𝑥) (2.4.11)

dimana a menyatakan harga yang mungkin. Dari persamaan itu berlaku

( x – a)𝜙𝑎 (𝑥) = 0 (2.4.12)

5
sehingga, 𝜙𝑎 ≠ 0 untuk x = a (2.4.13)

Artinya, jika ψ=𝜙𝑎 (𝑥) sebagai fungsi eigen dari 𝑥̂dengan harga eigen
a, maka rapat peluang |𝜓|2 = 0 untuk x≠ 𝑎. Meninjau Heaviside h(x), yang
berharga:

h(x)=1 untuk x> 0

h(x)=0 untuk x< 0

h(x)=1/2 untuk x= 0 (2.4.15)

Untuk itu didefinisikan fungsi delta Dirac 𝛿(𝑥) sebagai turunan dari h(x):

𝑑ℎ(𝑥) 0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 ≠ 0
𝛿(𝑥) = ={ (2.4.16)
𝑑𝑥 ∞ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 = 0

Jika x diganti dengan x-a, maka

h(x)=1 untuk x> 𝑎

h(x)=0 untuk x< 𝑎

h(x)=1/2 untuk x= 𝑎 (2.4.17)

dan

0 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 ≠ 0
𝛿(𝑥 − 𝑎) = { (2.4.18)
∞ 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑥 = 0

Beberapa sifat dari fungsi delta Dirac dikemukakan dibawah ini.


∫∞ 𝑓(𝑥)𝛿 (𝑥 − 𝑎)𝑑𝑥 = 𝑓(𝑎) (2.4.19)


∫∞ 𝛿 (𝑥 − 𝑎)𝑑𝑥 = 1 (2.4.20)

6
Integral di atas tidak harus dari -∞ 𝑘𝑒 + ∞ tapi bisa juga dari -𝜀 𝑘𝑒 +
𝜀 asal a berada dalam daerah itu. Persamaan pertama dalam (2.4.19) sejiwa
dengan kronecker delta dalam ∑𝑗 𝑐𝑗 𝛿𝑖𝑗 = 𝑐𝑖

Sifat dalam persamaan (2.4.18) sama dengan sifat fungsi 𝜙𝑎 (𝑥) dalam
persamaan (2.4.19). Jadi, kita dapat nyatakan,

𝜙𝑎 (𝑥)=𝛿(𝑥 − 𝑎), (2.4.21)

𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑥̂𝜙𝑎 (𝑥)= 𝑎𝛿(𝑥 − 𝑎) (2.4.22)

Sifat-sifat penting lainnya dari fungsi-fungsi gelombang dikemukakan


di bawah ini. Jika 𝜙1 (𝑥) dan 𝜙2 (𝑥) merupakan fungsi-fungsi eigen dari
operator besaran fisis (operator Hermitian) Â, masing-masing dengan nilai
eigen 𝑎1 dan 𝑎2 yakni

 𝜙1 (𝑥) = 𝑎1 𝜙1 (𝑥);  𝜙2 (𝑥) = 𝑎2 𝜙2 (𝑥); 𝑎1 ≠ 𝑎2

Dari kedua persamaan eigen di atas berlaku

∫ 𝜙1∗ (𝑥) Â 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑎2 ∫ 𝜙1∗ (𝑥) 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥

∫[Â∗ 𝜙1∗ (𝑥)]𝜙2 𝑑𝑥 = 𝑎1 ∫ 𝜙1∗ (𝑥) 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥

Karena  adalah operator Hermitian, maka

∫ 𝜙1∗ (𝑥) Â 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥 = ∫[Â∗ 𝜙1∗ (𝑥)]𝜙2 𝑑𝑥

atau𝑎2 ∫ 𝜙1∗ (𝑥) 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑎1 ∫ 𝜙1∗ (𝑥) 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥

(𝑎2 − 𝑎1 ) ∫ 𝜙1∗ (𝑥) 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥 = 0

Artinya, karena 𝑎1 ≠ 𝑎2

7
∫ 𝜙1∗ (𝑥) 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥 = 0

Sifat ini telah dikemukakan dalam persmaan (2.27). Jadi, fungsi


eigen𝜙1 (𝑥) dan 𝜙2 (𝑥) adalah orthogonal satu sama lain. Dengan demikian
maka elemen matriks

𝐴12 = ∫ 𝜙1∗ (𝑥) Â 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝑎1 ∫ 𝜙1∗ (𝑥) 𝜙2 (𝑥) 𝑑𝑥 = 0

Selanjutnya, misalkan operator  memiliki nilai eigen yang sama


dengan fuungsi eigen 𝜙1 (𝑥) dan 𝜙2 (𝑥) adalah

 𝜙1 (𝑥) = 𝑎1 𝜙1 (𝑥);  𝜙2 (𝑥) = 𝑎2 𝜙2 (𝑥); 𝑎1 = 𝑎2 = 𝐴

Bila dua atau lebih fungsi-fungsi gelombang dengan nilai eigen yang
sama, maka nilai eigen itu dikatakan berdegenerasi. Tingkat degenerasi adalah
bilangan yang menyatakan banyaknya fungsi-fungsi dengan nilai eigen yang
sama. Dalam contoh di atas, a berdegenerasi dua. Fungsi yang merupakan
kombinasi linier dari kedua fungsi itu, adalah

ψ(x) = 𝑐1 𝜙1 (𝑥)+𝑐2 𝜙2 (𝑥)

Bagi operator Âψ(x) = 𝑐1 𝜙1 (𝑥)+𝑐2 Â𝜙2 (𝑥)

= a[𝑐1 𝜙1 (𝑥) + 𝑐2 Â𝜙2 (𝑥)] = 𝑎 ψ(x)

Jadi, kombinasi linier dari dua fungsi gelombang itu adalah fungsi
gelombang bagi operator  dengan nilai eigen yang sama.

Contoh :

8
Fungsi-fungsi 𝜑1 = 𝑒 −𝑖𝑘𝑥 dan 𝜑2 = 𝑒 −𝑖𝑘𝑥 adalah fungsi eigen
𝑑2
operator dengan nilai eigen yang sama, −𝑘 2 , jadi, 𝜓 = 𝐴𝑒 −𝑖𝑘𝑥 + 𝐵𝑒 −𝑖𝑘𝑥
𝑑𝑥 2

adalah fungsi eigen juga dengan nilai eigen yang sama.

Selanjutnya,

∫ 𝜑1 (𝑥)𝐴́𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥 = ∫⌊𝐴́𝜑1 (𝑥)⌋𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥

𝑎2 ∫ 𝜑1 (𝑥)𝜑2(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑎1 ∫ 𝜑1 (𝑥)𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥

Sehingga,

(𝑎2 − 𝑎1 ) ∫ 𝜑1 (𝑥)𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥 = 0

Karena sama 𝑎2 − 𝑎1 = 0, maka ∫ 𝜑1 (𝑥)𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥 tidak harus nol; jika

∫ 𝜑1 (𝑥)𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥 = 𝑆12 ≠ 0

Maka kedua fungsi itu disebut non-ortogonal dan 𝑆12 disebut integral overlap,

𝐴12 = ∫ 𝜑1 (𝑥)𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥 = 𝑎2 ∫ 𝜑1 (𝑥)𝜑2 (𝑥)𝑑𝑥 = 𝑎2 𝑆12

Suatu set fungsi-fungsi non-ortogonal yang tak bergantung satu sama


lain (bebas linier) dapat diortogonalisasi dengan cara yang dikenal sebagai
metoda ortogonalisasi Schmidt. Dari 𝜙1 (𝑥) dan 𝜙2 (𝑥) yang non-ortogonal,
misalkanlah

𝜙1 (𝑥) = 𝜙1 (𝑥)

dan pilih

9
𝜙2 (𝑥) = 𝜙2 (𝑥) + 𝛼𝜙1 (𝑥)

Agar 𝜑1 dan 𝜑2 orthogonal satu sama lain maka

∫ 𝜑1 𝜑2 𝑑𝑥 = ∫ 𝜙1 𝜙2 𝑑𝑥 + 𝛼𝛼 ∫ 𝜙1 𝜙2 𝑑𝑥 = 0

Maka diperoleh

∫ 𝜙1 𝜙2 𝑑𝑥
𝛼=
𝜙1 𝜙1 𝑑𝑥

B. Asas ketidak Pastian Heisenberg


Salah satu asas yang paling penting dalam meekanika kuantum adalah
asas ketidakpastian.Asas ini menyatakan bahwa pasangan amatan sekawan
(conjugate observables) tidak dapat kedua-duanya ditentukan pasti. Pasangan
amatan, misalnya P dan Q, disebut sekawan kalau komutatornya memenuhi
persamaan:
[𝑷𝒊 𝑸𝒋 ] = -iħ𝛿𝑖𝑗 𝐼 … (I)

Komutator dari pengandar-pengandar P dan Q, yakni [𝑷. 𝑸] = 𝑃𝑄 −


𝜕
𝑄𝑃 dapat ditentukan dengan representasi Schrodinger. Dengann P = -iħ 𝜕𝑄 dan

Q=Q:
[𝑷. 𝑸]𝜓 = PQ 𝜓 -QP 𝜓
𝜕 𝜕𝜓
= -iħ (𝑄𝜓 )-Q(iħ )
𝜕𝑄 𝜕𝑄
𝜕𝜓 𝜕𝜓
= -iħ (𝜓 + 𝑄 𝜕𝑄 ) + iħ𝑄 𝜕𝑄

= -iħ 𝜓 = -iħ 𝑰 𝜓
[𝑷. 𝑸] = -iħ 𝑰 atau lebih jelas lagi
[𝑷𝒌 . 𝑸𝒊 ]= -I 𝛿𝑘 𝑰

10
Dapat juga komutator ini diperoleh dari kurung poissonnya, via Asas
Kebersesuaian (Correspondence Principle) Bohr. Secara matematis Asas ini
ditulis:
1
∆𝑝. ∆𝑞 ≥ 2 ħ …. Asas Kebersesuaian

Dalam persamaan Asas Kebersesuaian∆𝑝 dan ∆𝑞berturut-turut ialah


ketidak pastian hasil pengukuran pasa (momentum) p, dan ketidakpastian hasil
pengukuran kedudukan (posisi) q. Jika p diketahui dengan pasti berarti ketidak
pastian ∆𝑝 = 0 maka menurut persamaan asas kebersesuaian ∆𝑞 = Øartinya
posisi zarah yang pusatnya diketahuoi dengna pasti itu bisa di manta saja. dengan
kata lain, sama sekali tidak dapat ditentukan.
Asas ketidakpastian temukan oleh Wenner Heisenberg Alberg Einsten,
yang meyakini bahwa fisika itu deterministic. Menentang mekanika kuantum
pertanyaannya yang dikenal ialah: “Tuhan tidak main dadu”. Sebaliknya Niels
Bohr yakin benar bahwa fisika itu fisika itu inderteministik. Konon Bohr
menjawab Einsten dengan mengatakan: “Tuhan memang tidak main dadu, tetapi
kadang-kadang ia melemparkan dadu kea rah yang tidak kita ketahui.” Dalam
debat antara kubu lawannya itu memang lebih konsisten. Ia mengaku kalah
dalam sebuah pertempuran. tetapi “perang belum usai”. “Perang” itu sampai
sekarang masih berkecamuk. Dengan Roger Penrose sebagai “jendralnya: kubu
Einsten dan Stepen Hawking sebagai “komandan”nya kubu Bohr.
Meskipun bersebrangan paham dengan ilmuan-ilmuan di buku Mekanika
Kuantum Einsten jugalah yang bersama dengan Bohr Mengusulkan Heisenberg
dan Erwin Schrodinger (yang juga perintis mekanika kuantum) sehingga
mendapat hadiah Nobel. Padahal sejak masih menjadi guru besar di Universitas
Jerman di Praha, Einsten sinis sekali terhadap para fisikawan yang mengagumi
mekanika kuantum.
Seperti P dan Q amatan atau pengandar (operator) tenaga total, yakni
Hamiltonan H dan pengandar waktu T juga merupakan pasangan yang sekawan:

11
[𝑯𝒌 . 𝑻𝒍 ]= -iħ𝛿𝑘𝑙 𝑰
Sehingga, menurut asas ketidakpastian Heisenberg,
1
∆𝐸. ∆𝑡 ≥ ħ
2
Asas Ketidakpastian Heisenberg dapat diturunkan dengan memakai
komutator dan sifat-sifat serta hubungan antar pengandar-pemgandar Hermite-
an(Wilardjo, 2011).

C. Persamaan Gerak Heisenberg


Dalam persamaan (2.4.3)telah diperkenalkan definisi harga rata-rata suatu
operator besaran fisis dari partikel. Secara umum jika A adalah harga rata-rata
operator besaran fisis A ˆ dengan fungsi gelombang ψ(x,t) maka:

〈𝐴〉 = ∫−∞ 𝜓 ∗ (𝑥, 𝑡) Â𝜓(𝑥, 𝑡)𝑑𝑥 (2.61)
Variasi harga rata-rata itu terhadap waktu adalah
𝑑〈𝐴〉 𝜕𝜓 ∗ 𝜕Â 𝜕𝜓
= ∫( Â𝜓 + 𝜓 ∗ 𝜓 + 𝜓∗ Â 𝜓) 𝑑𝑥
𝑑𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑡 𝜕𝑡
Berdasarkan persamaan Schrödinger yang bergantung waktu (2.2.13) dan sifat
hermitian dari operator A ˆ , maka persamaan di atas dapat dituliskan seperti
𝑑〈𝐴〉 𝜕Â 1 1 𝜕Â
= ∫ 𝜓 ∗ ( 𝜕𝑡 + 𝑖ħ [Â, Ĥ]) 𝜓 𝑑𝑥 = 〈[Â, Ĥ]〉 + 〈 〉 (2.6.2)
𝑑𝑡 𝑖ħ 𝜕𝑡

Persamaan inilah yang disebut teorema Ehrenfest. Selanjutnya, berdasarkan


defenisi harga rata-rata operator dapat didefinisikan

𝑑〈𝐴〉
= ∫ 𝜓 ∗ Â 𝜓 𝑑𝑥
𝑑𝑡

sehingga dari persamaan (2.6.2) diperoleh

𝜕Â 1
Â= + 𝑖ħ [Â, Ĥ] (2.6.3)
𝜕𝑡

12
Dalam hal ini harus dibedakan bahwa Âadalah operator turunan,
sedangkan 𝜕Â/ 𝜕t adalah turunanparsil operator  terhadap t. Persamaan (2.6.3)
di atas merupakan persamaan gerak dari operatorÂdan ini diperkenalkan untuk
pertama kalinya oleh Heisenberg. Jika operator komut dengan Ĥ ,maka 𝐴̂ =
𝜕𝐴/𝜕𝑡;tetapi jika operator  selain komut dengan H ˆ , juga tak bergantung
waktu, maka𝐴 = 0; artinya harga rata-rata A tidak berubah terhadap waktu.
Besaran fisis seperti itu disebutkonstanta gerak dari partikel (kekal dalam
pengertian klasik).Misalya, bagi suatu partikel yangbergerak sepanjang sumbu-x,
operator posisi dan momentum tidak bergantung secara eksplisitterhadap waktu.
Jadi,
1
𝑝̂ = 𝑖ħ [𝑝̂ , Ĥ]
1
𝑥̂ = 𝑖ħ [𝑥̂, Ĥ]
𝑃̂ 2
Selanjutnya, karena Ĥ = 2𝑚 + 𝑉, 𝑚𝑎𝑘𝑎

⃖ = 𝒅𝑽 ;gaya konservatif
ṗ 𝒅𝒙

𝒑
ẋ̂ = 𝒎𝒙 ; kecepatan

D. Representasi Matriks
Telah dikemukakan dalam paragaraf 2.4 bahwa dalam fungsi-fungsi basis
{φi} misalkanoperator  memiliki harga
𝑨𝒊𝒋 = ∫ 𝝓∗𝒊 (𝒙)Â𝜙𝑗 (𝑥)𝑑𝑥 (2.71)

dan misalkan ∫ 𝝓∗𝒊 (𝒙)Â𝜙𝑗 (𝑥)𝑑𝑥 = 𝑆𝑖𝑗 (2.72)

𝐴𝑖𝑗 disebutelemen matriks, 𝑆𝑖𝑗 disebut integral overlap; ungkapan operator


A ˆ dalam bentuk matriks adalah,

13
𝐴11 𝐴12…… 𝐴1𝑁
𝐴 𝐴22…… 𝐴2𝑁
 = ( 21 ), dalam basis {𝜙𝑖 } (2.73)
…… ….. …..
𝐴𝑁1 𝐴𝑁2 𝐴𝑁𝑁
Untuk mengetahui nilai-nilai eigen dari operator A ˆ , kita harus
menentukan fungsi eigennya. Cara yang biasa dipakai orang adalah dengan
megandaikan
Â𝜓𝑛 = 𝑎𝑛 𝜓𝑛 (2.74)
𝑎1 0 … . . 0
0 𝑎2…… 0
atau( ); dalam basis {𝜓𝑖 } (2.75)
…… ..….. …..
0 0 … … 𝑎𝑛

Jadi, untuk memperoleh nilai-nilai eigen dari operator  harus dilakukan


transformasi dari fungsibasis {φi} ke fungs basis {ψi}. Proses transformasi itu
disebut juga diagonalisasi matriks. Untuk itu misalkanlah suatu fungsiψsebagai
kombinasi linier dari fungsi-fungsi basis {φi(x)}:
ψ = ∑𝑖=1 𝑐𝑖 𝜙𝑖 (2.7.6)

Dengan ungkapan itu maka dengan persamaan (2.7.3) diperoleh

∑𝑖 Â𝑐𝑖 𝜙𝑖 = 𝑎 ∑𝑖 𝑐𝑖 𝜙𝑖 (2.7.7)

Selanjutnya, persamaan (2.7.7) dikalikan dari kiri dengan 𝜙𝑗∗ lalu diintegral
hasilnya:

∑𝑖 𝑐𝑖 Â𝜙𝑖 = 𝑎 ∑𝑖 𝑐𝑖 𝑆𝑖𝑗 ; 𝑖, 𝑗 = 1,2 … … . 𝑁 (2.7.8)

atau∑𝑖(𝐴𝑗𝑖 − 𝑎𝑆𝑗𝑖 )𝑐𝑖 = 0 (2.7.9)

atau dalam bentuk perkalian matriks:

(𝐴11 − 𝑎𝑆11 ) (𝐴12 − 𝑎𝑆12 ) … … . . (𝐴1𝑁 − 𝑎𝑆1𝑁 ) 𝐶1


(𝐴
( 21 − 𝑎𝑆21 ) (𝐴22 − 𝑎𝑆 ) (𝐴 − 𝑎𝑆 )
2𝑁 ) (𝐶2 ) (2.7.10)
………… … … …22… … … . 2𝑁
(𝐴𝑁1 − 𝑎𝑆𝑁1 ) (𝐴32 − 𝑎𝑆𝑁2 ) … … . . (𝐴𝑁𝑁 − 𝑎𝑆𝑁𝑁 ) 𝐶3

14
(𝐴11 − 𝑎𝑆11 ) (𝐴12 − 𝑎𝑆12 ) … … . . (𝐴1𝑁 − 𝑎𝑆1𝑁 )
| (𝐴21 − 𝑎𝑆21 ) … … …
(𝐴22 − 𝑎𝑆22 ) (𝐴 − 𝑎𝑆2𝑁 ) |= 0
… … … … … … … . 2𝑁 (2.7.11)
(𝐴𝑁1 − 𝑎𝑆𝑁1 ) (𝐴32 − 𝑎𝑆𝑁2 ) … … . . (𝐴𝑁𝑁 − 𝑎𝑆𝑁𝑁 )

Persamaan ini disebut determinan sekuler. Determinant ini dapat


diungkapkan dalam bentukpolinomial tingkat-N dalam a: 𝑎𝑁 + 𝑝𝑎𝑁−1 +
𝑞𝑎𝑁−2 + ⋯ = 0Artinya ada N buah harga-harga eigen a, yakni a1, a2, ..,aN
yang merupakan nilai-nilai eigen dari operator Â.

Selanjutnya, untuk menentukan fungsi eigen 𝜓𝑛 , substitusikan 𝑎𝑛 ke


dalam persamaan (2.7.10) untuk menghasilkan seperangkat harga {𝑐𝑛𝑖 }. Jika
fungsi eigen𝜓𝑛 ingin dinormalisasi, maka


∫|𝜓𝑛 |2 𝑑𝑣 = ∑𝑖,𝑗 𝑐𝑛𝑖 𝑐𝑛𝑗 𝑆𝑖𝑗 = 1 (2.7.12)
Solusi dari persamaan (2.7.4) adalah:
an dengan 𝜓𝑛 ∑𝑁
𝑗=1 𝑐𝑛𝑗 𝜙𝑗 , 𝑛 = 1,2, … . , 𝑁 (2.7.13)
Yang telah dikemukakan di atas adalah jika fungsi-fungsi basis
{𝜑𝐼 }non-ortogonal:∫ 𝜑𝑖∗ (𝑥)𝜑𝑗 (𝑥)𝑑𝑥 = 𝑆𝑖𝑗 Jika fungsi-fungsi basis itu
ortonormal: ∫ 𝜑𝑖∗ (𝑥)𝜑𝑗 (𝑥)𝑑𝑥 = 𝛿𝑖𝑗 maka perhitungan menjadi lebih
sederhana. Persamaan (2.7.9) menjadi
∑𝑖 (𝐴𝑗𝑖 − 𝑎𝛿𝑗𝑖 ) 𝑐𝑖 = 0 (2.7.14)
atau
(𝐴11 − 𝑎) 𝐴12 𝐴1𝑁 𝐶1
( 𝐴21 (𝐴22 − 𝑎) … … . 𝐴2𝑁 ) (𝐶2 ) (2.7.15)
………………………….
𝐴𝑁1 𝐴𝑁2 … … . . (𝐴𝑁𝑁 − 𝑎) 𝐶3

Persamaan (2.7.11) menjadi

(𝐴11 − 𝑎) 𝐴12 𝐴1𝑁


(𝐴22 − 𝑎) … … . 𝐴2𝑁 | = 0
| 𝐴21… … … … (2.7.16)
……………….
𝐴𝑁1 𝐴𝑁2 … … . . (𝐴𝑁𝑁 − 𝑎)

15
dan normalisasi persamaan (2.7.12) menjadi


∫|𝜓𝑛 |2 𝑑𝑣 = ∑𝑖,𝑗 𝑐𝑛𝑖 𝑐𝑛𝑗 𝛿𝑖𝑗 = ∑𝑖|𝑐𝑛𝑖 |2= 1 (2.7.17)

Representasi Matriks

Perhatikan fungsi harmonik bola(Purwanto, 2005).

2𝑙+1 (𝑙−𝑚)! 𝑚
𝑌𝑡𝑚 (𝜃, 𝜑) = (−1)𝑚 √ 𝑃 (cos 𝜃)𝑒 𝑖𝑚𝜑 (5.1)
4𝜋 (𝑙+𝑚)! 𝑙

Fungsi ini bersifat ortonormal

𝜋
2𝜋 2

(𝑌𝑡 ′ 𝑚′ , 𝑌𝑡𝑚 ) = ∫ ∫ 𝑌𝑡 ′ 𝑚′ (𝜃, 𝜑) , 𝑌𝑡𝑚 (𝜃, 𝜑) 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜑


0 0

= 𝛿𝑙 ′ 𝑙 , 𝛿𝑚 ′ 𝑚 (5.2)

Sekarang, perkenalkan notasi baru yang dikenal notasi Dirac | ⟩, yang


dibaca bra.

2𝑙+1 (𝑙−𝑚)! 𝑚
𝑌𝑡𝑚 (𝜃, 𝜑) = (−1)𝑚 √ 𝑃 (cos 𝜃)𝑒 𝑖𝑚𝜑 → |𝑌𝑡𝑚 ⟩ = |𝑙𝑚 ⟩(5.3)
4𝜋 (𝑙+𝑚)! 𝑙

Didefinisikan pasangan Hermite ⟨ |, dibaca ket, dari fungsi yang


dituliskan dengan notasi Dirac | ⟩, yakni

⟨ | = (| ⟩)+ (| ⟩+ ) 𝑇 (5.4)

Untuk kasus |𝑙𝑚 ⟩,

⟨𝑙𝑚 | = |𝑙𝑚 ⟩+


2𝑙 + 1 (𝑙 − 𝑚)! 𝑚
= ((−1)𝑚 √ 𝑃 (cos 𝜃)𝑒 𝑖𝑚𝜑 )
4𝜋 (𝑙 + 𝑚)! 𝑙

16
2𝑙+1 (𝑙−𝑚)! 𝑚
= (−1)𝑚 √ 𝑃 (cos 𝜃)𝑒 −𝑖𝑚𝜑
4𝜋 (𝑙+𝑚)! 𝑙

(5.5)

Dalam kasus di atas sekawan Hermite dapat diganti dengan sekawan


kompleks karena 𝑌𝑙𝑚 (𝜃, 𝜑) adalah fungsi biasa ukan matriks.Tetapi notasi
Dirac ini dapat digunakan untuk fungsi yang lebih umum seperti dalam
bentuk matriks kolom.Notasi Dirac ini juga dapat dikatakan mengungkapkan
(merepresentasikan) fungsi 𝑌𝑙𝑚 (𝜃, 𝜑) dalam bentuk matriks.

Dalam notasi Dirac ini, perkalian skalar (5.2) dapat dituliskan sebagai

(𝑌𝑡 ′ 𝑚′ , 𝑌𝑡𝑚 ) = ⟨𝑙′𝑚′ | = |𝑙𝑚 ⟩

= 𝛿𝑙 ′ 𝑙 , 𝛿𝑚 ′ 𝑚
(5.6)

Notasi Dirac diperkenalkan untuk memudahkan serta


menyederhanakan penulisan.Dalam notasi ini seringkali kita tidak perlu tahu
bentuk eksplisit dari fungsi yang dinyatakannya, sebagai gantinya kita hanya
mengganti dengan sifat-sifat ortogonalitas dan bila dikenai suatu operasi suatu
operator. Perhatikan sifat berikut(Purwanto, 2005):

𝐿𝑧 𝑌𝑙𝑚 = 𝑚ℏ𝑌𝑙𝑚

atau

𝐿𝑧 |𝑙𝑚⟩ = 𝑚ℏ|𝑙𝑚⟩
(5.7)

Perkalian skalar dan pemakaian notasi Dirac

(𝑌𝑙′ 𝑚′ , 𝐿𝑧 𝑌𝑙𝑚 ) = ⟨𝑌𝑙′ 𝑚′ |𝐿𝑧 𝑌𝑙𝑚 ⟩

17
= ⟨𝑌𝑙′ 𝑚′ |𝐿𝑧 |𝑌𝑙𝑚 ⟩

= ⟨𝑙′𝑚′|𝐿𝑧 |𝑙𝑚⟩

= ⟨𝑙′𝑚′|𝑚ℏ|𝑙𝑚⟩

= 𝑚ℏ⟨𝑙′𝑚′|𝑙𝑚⟩

= 𝑚ℏ𝛿𝑙′ 𝑙 , 𝛿𝑚′ 𝑚 (5.8)

Untuk memperoleh bentuk matriks baik bagi |𝑙𝑚⟩maupun 𝐿𝑧 , kiyta


ambil contoh kasus 𝑙 ′ = 𝑙 = 1 dan tuliskan |1𝑚 ⟩ = | 𝑚 ⟩, Untuk kasus ini,
dari pers. (5.8) diperoleh

⟨𝑚′|𝐿𝑧 |𝑚⟩ = (𝐿𝑧 )𝑚′ 𝑚 = 𝑚ℏ 𝛿𝑚′ 𝑚


(5.9)

Didalam representasi matriks(𝐿𝑧 )𝑚′ 𝑚 menyatakan elemen bariske-m


dan kolom ke-m dari matriks operator 𝐿𝑧 . Bentuk eksplisit elemen ini
diberikan oleh 𝑚ℏ 𝛿𝑚′ 𝑚 . Dari uraian momentum sudut didapatkan untuk 𝑙 =
1 maka m=1,0,-1. Dengan demikian elemen lengkap operator 𝐿𝑧 diberikan
oleh

m’\m 1 0 -1

1 ℏ𝛿11 ℏ𝛿10 −ℏ𝛿1−1


𝐿𝑧 ≡ 𝑧 𝑚′ 𝑚 = 0 ( ℏ𝛿01
(𝐿 ) ℏ𝛿00 −ℏ𝛿0−1 )
−1 ℏ𝛿−11 ℏ𝛿−10 −ℏ𝛿−1−1

1 0 0
= ℏ (0 0 0) (5.10a)
0 0 −1

dengan

|𝑚 ⟩ = | 1𝑚 ⟩

18
1 0 0
| 1 ⟩ ≡ | 11 ⟩ = (0) , | 0 ⟩ ≡ | 10 ⟩ = (1) , | − 1 ⟩ ≡ | 1 − 1 ⟩ = (0)
0 0 1
(5.10b)

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Suatu Partikel memiliki besaran-besaran fisis seperti posisis, momentum,
dan energi.setiap besaran fisis suatu partikel dikaitkan dengan
operatornya
2. Menurut De Broglie, sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu –x
mempunyai momentum linier px = hk dengan k=2𝜋/𝜆 dan 𝜆 adalah
panjang gelombang partikel.
3. Sifat-sifat penting lainnya dari fungsi-fungsi gelombang dikemukakan di
bawah ini. Jika 𝜙1 (𝑥) dan 𝜙2 (𝑥) merupakan fungsi-fungsi eigen dari
operator besaran fisis (operator Hermitian).
4. Asas ketidak Pastian Heisenberg salah satu asas yang paling penting
dalam meekanika kuantum adalah asas ketidakpastian.Asas ini
menyatakan bahwa pasangan amatan sekawan (conjugate observables)
tidak dapat kedua-duanya ditentukan pasti.
5. Asas ketidakpastian temukan oleh Wenner Heisenberg Alberg Einsten,
yang meyakini bahwa fisika itu deterministic. Menentang mekanika
kuantum pertanyaannya yang dikenal ialah: “Tuhan tidak main dadu”.
Sebaliknya Niels Bohr yakin benar bahwa fisika itu fisika itu
inderteministik.

20
B. Saran
Penulis makalah ini tentu saja menyadari masih terdapat kekurangan-
kekurangan dalam menulis. Oleh karena itu, saran dan masukan untuk makalah
ini kami harapkan sebagai upaya memperbaiki kesalahan dalam penulisan
makalah kami. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi semua pihak. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.

21
DAFTAR ISI

Greiner W and Muller B. Quantum Mechanics: Symmetries [Book]. - Berlin-


Heidelberg : Springer, 2004.

Hanifah Rahmayani, Hidayati and Razi Pakhrur Perhitungan Tinkat Energi Sumur
Potensial Keadaan Terikat Melalui Persamaan Scrodinger Menggunakan Metode
Beda Hingga [Journal]. - [s.l.] : PILLAR OF PHYSICS, 2014. - Vol. I.

Purwanto Agus Fisika Kuantum [Book]. - Yogyakarta : GAVA MEDIA, 2005.

Siregar Rustam E Teori dan Aplikasi Fisika Kuantum [Book]. - Bandung : Widya
Padjajaran, 2010.

Wilardjo Lie Asas Ketidakpastian Heisenberg; Kepanggahannya dengan Penggetar


Selaras Ratah [Journal]. - Diponogero : Jurnal Ilmiah Elektronika , 2011. - II : Vol.
10.

Yanuarief Cecilia Solusi Polinomial Romanovski pada Analisis Energi dan Fungsi
Gelombang Potensial Non Sentral Rosen Morse Plus Rosen Morse [Journal]. -
[s.l.] : Jurnal Teras Fisika, 2018. - Vol. I.

22

Вам также может понравиться