Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. FORMULA
a. Formula Pustaka fornas hal:134
Dibuat Furosemid Ampul 2 mL
Tiap 2 mL mengandung :
Furosemid 1%
Natrium Klorida 0,624%
Natrium Hidroksida 0,12%
Aqua Proinjeksi ad 2 mL
b. Modifikasi Formula
Nama produk : Furosemipul®
Jumlah produk :100 botol@ 2ml
Tanggal Formulasi : 16 November 2018
Tanggal Produksi : 16 November 2019
No.Registrasi : DKL 1810110149A1
PT. KASIH
No Nama bahan Fungsi bahan Konsentrasi Per dosis Per Batch
Sebagai Zat
1. Furosemid 0,1 %
Aktif, Diuretik
Sebagai Agen
2. Natrium klorida 0,624 %
Tonisitas
Sebagai Agen
Natrium
3. Pembasah, 0,12 %
Hidroksida
dapar
Aqua pro Pelarut dan
4. Ad 2 mL
injection pembawa
2. Natrium Hidroksida
=
Furosemid =
=
2. NaCl 0,9 %
Syarat NaCl = 0,9%
= 0,9 g dalam 100 mL
1
= 100 x 0,9 = 0,009 g
Perdosis
Furosemid =
Penambahan 10% =
Jadi ditimbang =
=
Nacl =
Penambahan 10% =
Jadi ditimbang =
10
API ad 1 mL + 10% = 100 x 1 mL = 0,1 mL
= 1 mL + 0,1 mL = 1,1 mL
Perbatch
Furosemid = 0,01 gr x 10 = 0,1 gr
Nacl = 0,008 x 10 = 0,08 gr
Tabel Sterilisasi Alat
V. METODE KERJA
1. Ruangan alat dan bahan disterilkan menggunakan prosedur sterilisasi
yang sesuai.
2. Disiapkan alat dan dan bahan yang diperlukan
3. Ditimbang .......furosemid dan ..... NaOH di timbang dengan kaca arloji.
Semua bahan dan peralatan dipindahkan ke white area melalui passbox
4. Larutkan ..... gram furosemid dengan ..... NaOH dalam beaker glass,
kemudian bilas kaca arloji dengan ..... NaOH
5. Tambahkan .... ml API sedikit demi sedikit, kemudian dilakukan cek
indikator (pH sediaan = 14), kemudian di tambahkan .... ml HCL ... dan ....
ml HCL pekat (Ph sediaan = 9).
6. Masukan kertas saring ke dalam ke dalam corong kemudian basahi kertas
saring dengan sedikit API, kemudian dilakukan penyaringan dengan
erlenmeyer dan corong + kertas saring yang telah dibasahi.
7. Mengisi sediaan kedalam ampul, dengan setiap vial sebanyak 5,3 ml
menggunakan spuit
8. Ditutup ampul dengan tutup ampul yang sudah disediakan.
9. Disterilkan sediaan dalam Autoklaf pada suhu 115 – 116oC selama 30 menit
dan dilakukan evaluasi terhadap sediaan dan wadah.
VI. EVALUASI
1. Uji kejernihan (Lachman III, hal 1355)
Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap reflex dari mata, berlatar belakang hitam dan putih
dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10 µm dan lebih besar
serta 5 partikel ≥ 25 µm/ml.
2. Uji sterilitas (Lachman III, hal : 1358)
Menggunakan teknik penyaringan membrane
Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi
yang sesuai, ambil isi secara aseptic
Pindahkan secara aseptic seluru isi tidak kurang dari 10 wadah melalui
tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring, lewatkan segera tiap specimen
melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum/tekanan
Secara aseptic pindahkan membrane dari alat pemegang, potong menjadi
setengah bagian ( jika hanya menggunakan 1), celupkan membrane atau
setengah bagian membrane kedalam 100 ml media inkubasi selama tidak
kurang dari 7 hari
Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
3. Uji keseragaman volume (FI IV hal 1044)
Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥ 10 ml. ambil isi tiap wadah dengan
alat suntik hipodemik kering kekurangan tidak lebih dari 3 kali volume
yang akan di ukur dan dilengkapi dengan jarum suntik no.21 panjang
tidak kurang dari 2,5µm.
Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum
kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan
sehingga volume yang di ukur memenuhi sekurang-kurangnya 40%
volume dari kapasitas tertera.
4. Uji pirogenitas (howard c.ansel. hal 418-419)
Suatu cara yang lebih umum dalam memudahkan pemusnahan pirogen adalah
dengan mengoksidasi pirogen menjadi gas yang mudah dibuang atau menjadi
padatan yang tidak mudah menguap, keduanya dapat dipisahkan dengan mudah
dari air dengan penyulingan bertingkat.
Kalium permaganat adalah zat pengoksit yang biasa dipakai, evesiensinya akan
di tingkatkan oleh penambahan sejumlah kecil barium hidroksida yang
menyebabkan larutan bersifat basah dan membentuk garam- garam barium yang
tidak mudah menguap, dengan senyawa- senyawa asam yang mungkin ada.
Kedua pereaksi ini di tambahkan ke air yang sebelumnya telah di suling beberapa
lama, dan proses penyulingan di ulangi lagi, hasil penyulingan yang bebas dari zat
kimia, ditambahkan dengan kondisi yang benar- benar aseptis .
Bila cara ini diikuti dengan tepat, metode ini menghasilkan air yang
kemurniaanya tinggi,steril dan bebas pirogen. Akan tetapi, pada setiap keadaan uji
pirogen yang ditentukan harus dilakukan untuk menjamin tidak adanya senyawa -
senyawa yang menimbulkan demam itu.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Pres: Jakarta
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI: Jakarta
Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. DEPKES RI: Jakarta
Gennaro, 2000, Remington The Science And Practice Of Pharmacy, 20th 8d, Mark
Publisher, USA
Martin, E. L., 1971, Dispending Of Medication. Mark Publisher Company, USA
Marriot, S.F., 2010, Pharmaceutical Compounding and Dispending. Pharmaceutical
Press. London
Rowe, 2009. Handbook Of Pharmaceutical Exicipient Edisi 5. Pharmaceutical Press
London