Вы находитесь на странице: 1из 11

Furosemid Ampul

I. FORMULA
a. Formula Pustaka fornas hal:134
Dibuat Furosemid Ampul 2 mL
Tiap 2 mL mengandung :
Furosemid 1%
Natrium Klorida 0,624%
Natrium Hidroksida 0,12%
Aqua Proinjeksi ad 2 mL
b. Modifikasi Formula
Nama produk : Furosemipul®
Jumlah produk :100 botol@ 2ml
Tanggal Formulasi : 16 November 2018
Tanggal Produksi : 16 November 2019
No.Registrasi : DKL 1810110149A1

PT. KASIH
No Nama bahan Fungsi bahan Konsentrasi Per dosis Per Batch
Sebagai Zat
1. Furosemid 0,1 %
Aktif, Diuretik
Sebagai Agen
2. Natrium klorida 0,624 %
Tonisitas
Sebagai Agen
Natrium
3. Pembasah, 0,12 %
Hidroksida
dapar
Aqua pro Pelarut dan
4. Ad 2 mL
injection pembawa

II. ALASAN PENAMBAHAN BAHAN


a. Alasan Pemilihan Zat Aktif
Furosemid merupakan salah satu diuretik dengan aksi yang sangat
cepat. Furosemid bekerja menghambat reabsorpsi elektrolit, terutama pada
thick-ascending-limb dari lengkung Henle dan tubulus renal distal pada
ginjal. Furosemid juga memiliki efek langsung terhadap tubulus
proksimal. Ekskresi dari ion-ion natrium, kalium, kalsium, dan klorida
meningkat dan pengeluaran atau eksreksi air juga meningkat dengan
pemberian Furosemid ini. Injeksi Furosemid merupakan larutan steril dari
Natrium Furosemid, dimana injeksi Furosemid disiapkan dengan
melarutkan Furosemid dengan sejumlah Natrium Hidroksida. Injeksi
furosemid digunakan dalam pengobatan terhadap edema jantung, paru,
ginjal, hepar, hipertensi ringan hingga sedang (FI IV, hal.402).
Zat aktif mudah larut dalam Naoh sehingga dapat dipakai sebagai
sediaan parenteral volume kecil karena akan dibuat sediaan inje3ksi dal
larutan bersifat larutan sejati.
b. Alasan pemilihan bentuk sediaan
Menurut Farmakope Indonesia, sediaan injeksi sebisa mungkin
dibuat sesuai dengan pH darah yaitu 7,4 (isohidris). Namun, yang
paling utama adalah pH sediaan yang dibuat disesuaikan dengan pH
stabilitas bahan aktif. Berdasarkan data preformulasi, pH sediaan injeksi
furosemid adalah 8,0 sampai 9,3. pH sediaan yang akan dibuat tidak
diubah menyesuaikan terhadap pH stabilitas bahan aktif namun harus
dicantumkan pada etiket bahwa cara pemberian obat dengan perlahan-
lahan. pH injeksi Furosemida yang akan dibuat adalah 8,0.

Sediaan ini menggunakan pembawa air dan zat yang terkandung


di dalamnya tahan terhadap oksidasi, serta tidak terkandung minyak
ataupun bahan lain yang mudah teroksidasi. Dengan demikian, tidak
diperlukan zat antioksidan. Pengawet atau antimikroba harus diberikan
pada sediaan injeksi bila injeksi yang dikemas dalam dosis ganda dan
pada sediaan yang tidak dilakukan sterilisasi akhir. Kecuali dinyatakan
lain dalam masing-masing monografi atau kecuali bahan aktifnya sendiri
sudah berupa antimikroba. Sediaan yang akan dibuat merupakan
sediaan injeksi volume kecil dengan dosis tunggal (ampul).

Sediaan dibuat untuk pemberian secara i.m karena merupakan


pemberian yang tepat untuk sediaan kerja diperlambat yang dibuat
dengan pembawa air. Pemberian secara i.m digunankan untuk larutan
maksimal 5ml yang disuntikanb pada daerah gluteal( diatas pantat). Pada
sediaan i.m sebaiknyaotonis kadanh dibuat hipertomis untuk
mempermudah absorbsi jaringan. Digunakan dengan tujuan untuk
mendapatkan efek obat yang tidak terlalu cepat tapi berlangsung lebih
lama dibandingkan efek dari intravena.
c. Alasan bahan tambahan
1. Natrium klorida

Sodium klorida digunakan sebagai suatu osmotik agen dan


untuk sediaan non parental digunakan untuk larutan isotonik, kadar ≤
0,9% (Rowe dkk, 2009)

Larutan Nacl 0,9% b/v adalah larutan garam fisiologis yang


isotonis dengan cairan tubuh. Isotonis adalah suatu keadaan pada
saat tekanan osmosis larutan obat sama dengan tekanan osmosis
cairan tubuh kita (Darah dan air mata). NaCl 0,9 % juga mempunyai
titik beku yang sama dengan tubuh yaitu -520C (Syamsuni, 2006,
Ilmu Resep Hal : 201-103)
Injeksi natrium klorida adalah larutan steril natrium kolrida
dalam air untuk injeksi. Tidak mengandung zat antimikroba.
Mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0 %
NaCl dari jumlah yang tertera pada etiket. Pirogen memenuhi syarat
(Catatan injeksi yang mengandung natrium klorida lebih dari 0,9 %,
encerkan dengan air untuk injeksi hingga kadar 0,9 %), pH antara 4,5
dan 7,0. Bahan partikulat memenuhi syarat yang tertera pada injeksi
volume kecil. Syarat lain memenuhi syarat seperti yang tertera pada
injeksi (Menurut Farmakope IV, 1995 Hal : 585 )

2. Natrium Hidroksida

3. Aqua pro injection


Air ini disuling bebas pirogen & disterilkan meskipun jenis air ini
digunakan terutama jika peracikan air untuk penggunaan parenteral
diproduksi secara komersial air untuk injeksi nyaman meskipun mahal,
sumber air yang dikenal berkualitas tinggi (Marriot, 2010).
Api merupakan bahan yang paling banyak digunakan dalam
sediaan farmasi steril sebagai pelarut. Air bersifat stabil dalam
segala bentuk fisiknya (Rowe dkk, 2009)
Sejauh ini pembawa yang paling sering digunakan untuk
produk steril adalah air, karena air merupakan pembawa untuk
semu cairan tubuh. Keunggulan kualitas yang disyaratkan untuk
penggunaan tersebut diuraikan dalam monograf tentang air untuk
injeksi (Menurut Lachman, 1986 dalam Teori dan Praktek Industri
Farmasi Hal : 1294-1295)
Air steril untuk injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan
dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan
antimikroba atau bahan tambahan lainya. Sterilitas memenuhi
syarat. Menurut Farmakope IV, 1995 Hal : 112-113

III. URAIAN BAHAN


a. FUROSEMID (Ditjen POM,1979 dan Ditjen POM 1995)

Nama lain : Furosemida, Furosemidum


Rumus molekul : C12H11CIN2O5S
Bobot molekul : 330,74 g/mol
Pemerian dan : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
kelarutan berbau, hampir tidak berasa
Praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform
P, larut dalam 75% bagian etanol (95%) P dan
dalam 850 bagian eter p; larut dalam larutan
alkali hidroksida.
Stabilitas : Tidak stabil apabiola terkena cahaya ,namun stabil
penyimpanan diudara.Furosemid injeksi harus disimpan pada suhu
kamar yang terkontrol dan dilindungi dari cahaya.
Pemaparan terhadap cahaya dapat menyebabkan
perubahan warna.
Ph : 8,9 - 9,3
Indikasi : Penanganan edema yang berhubungan dengan gagal
jantung koroner dan penyakit hati, diberikan tunggal atau
dalam kombinasi dengan antihipertensi pada penanganan
hipertensi
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap furosemid, atau komponen lain
dalam sediaan atau sulfonil urea, anuria, pasien koma
hepatik atau keadaan penurunan elektrolit parah sampai
keadaannya membaik
Efek samping : Hipotensi ortostatik, tromboflebitis, aortitis kronik,
hipotensi akut, serangan jantung (akibat pembarian
melalui I.V atau I.M), sakit kepala, pandangan kabur,
demam, tidak bisa beristirahat
Farmakologi : Furosemid adalah suatu diuretika yang bekerja dengan
cara menghambat reabsorbsi ion Na pada jerat Henle
Durasi : I.V : 2 Jam
Metabolisme : Melalui hati
Onset Kerja : I.M : 30 menit ; I.V : 5 menit
T ½ Eliminasi : 0,5 – 1,1 jam, Sakit ginjal parah : 9 jam
Ekskresi : Melalui urin I.V 80% selama 24 jam
Inkompabilitas : Furosemid dapat mengendap jika dikombinasikan dengan
asam askorbat, epinefrin, norepinefrin, atau tetrasiklin.PH
asam campuran aminoglikosdia dapat menyebabkan
keropos sementara atau presipitasi terang jika
ditambahkan furosemid , tergantung dengan
aminoglikosdia yang digunakan dan kekhasan aditif.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton,
dalam dimetilformamida dan dalam larutan alkali
hidroksida, larut dalam metanol, agak sukar larut dalam
etanol, sukar larut dalam eter, sangat sukar larut dalam
kloroform.
Khasiat : Zat Aktif, Diuretik
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik

b. NATRIUM KLORIDA (Ditjen POM,1995)

Nama lain : Natrium klorida


Rumus molekul : NaCl
Bobot molekul : 458,44 g/mol
Pemerian : Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur
putih-rasa asin
Stabilitas : S t a b i l d a l a m b e n t u k l a r u t a n l a r u t a n stabil dapat
menentukan pengguratan partikel dari tipe gelas
pH : Antara 5,0 – 7,5
Titik Lebur : 1080C
Inkompabilitas : Logam Hg, Fe dan Ag
Kelarutan : M u d a h l a r u t d a l a m a i r s e d i k i t l e b i h mudah
larut da!am air mendidih larut dalam gliserin
sukar larut dalam etanol
Khasiat : Zat pengisotonis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. NATRIUM HIDROKSIDA (Ditjen POM,1979)

Nama lain : Natrii Hidroksida, Natrii Hydroxydum


Rumus molekul : NaOH
Bobot molekul : 40 g/mol
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering,
keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur, putih,
mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera
menyerap karbondioksida
Stabilitas : Natrium hidroksida harus disimpan pada tempat yang
kedap udara nonmetalik,pada tenpat yang dingin, tempat
kering.
pH : 4–8
Titik Lebur : -
Inkompabilitas : Natrium hidroksida inkompabilitas dengan setiap senyawa
yang mudah mengalami hidrolisis dan oksidasi.
d. Kelarutan
A : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
Khasiat
i : Zat Pembasah, dapar
Penyimpanan
r : Dalam wadah tertutup baik
pro injeksi (Depkes RI 1979, hal. 97)

Nama lain : Aqua untuk injeksi, aqua p.i.


Organoleptis : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak berasa.
Pemerian : Keasaman, kebasaan, amoniak, besi,tembaga, timbal,
kalsium klorida, nitratsulfat, zat oksidasi memenuhi syarat
aquadestillata
Khasiat : Aqua untuk pembuatan injeksi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap, jika disimpan dalam wadah
tertutup lapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3
hari setelah pembuatan

IV. PERHITUNGAN BAHAN


 Penimbangan Bahan
1. Furosemid
Furosemid =WxE
𝐿 𝐼𝑆𝑂
E = x 𝐵𝑀

=
Furosemid =
=
2. NaCl 0,9 %
Syarat NaCl = 0,9%
= 0,9 g dalam 100 mL
1
= 100 x 0,9 = 0,009 g

NaCl = 0,009 gr – 0,00061 gr


= 0,00839 gr = 0,008 gr

 Perdosis
 Furosemid =
Penambahan 10% =
Jadi ditimbang =
=
 Nacl =
Penambahan 10% =
Jadi ditimbang =

10
 API ad 1 mL + 10% = 100 x 1 mL = 0,1 mL

= 1 mL + 0,1 mL = 1,1 mL
 Perbatch
 Furosemid = 0,01 gr x 10 = 0,1 gr
 Nacl = 0,008 x 10 = 0,08 gr
 Tabel Sterilisasi Alat

No Nama alat Jumlah Cara sterilisasi Waktu


1. Kaca arloji 2 Oven (170 0C) 30 menit
2 Erlenmeyer 2 Oven (170 0C) 30 menit
3 Sendok porselen 1 Oven (170 0C) 30 menit
4 Beker glass 1 Oven (170 0C) 30 menit
5 Corong 1 Oven (170 0C) 30 menit
6 Batang Pengaduk 1 Oven (170 0C) 30 menit
7 Ampul 5 Oven (170 0C) 30 menit
8 Pipet 1 Autoklaf (115-116 0C) 30 menit
9 Gelas Ukur 2 Autoklaf (115-116 0C) 30 menit
10 Spuit 1 Autoklaf (115-116 0C) 30 menit
11 Karet pipet 1 Rendam dalam alkohol 15 menit

V. METODE KERJA
1. Ruangan alat dan bahan disterilkan menggunakan prosedur sterilisasi
yang sesuai.
2. Disiapkan alat dan dan bahan yang diperlukan
3. Ditimbang .......furosemid dan ..... NaOH di timbang dengan kaca arloji.
Semua bahan dan peralatan dipindahkan ke white area melalui passbox
4. Larutkan ..... gram furosemid dengan ..... NaOH dalam beaker glass,
kemudian bilas kaca arloji dengan ..... NaOH
5. Tambahkan .... ml API sedikit demi sedikit, kemudian dilakukan cek
indikator (pH sediaan = 14), kemudian di tambahkan .... ml HCL ... dan ....
ml HCL pekat (Ph sediaan = 9).
6. Masukan kertas saring ke dalam ke dalam corong kemudian basahi kertas
saring dengan sedikit API, kemudian dilakukan penyaringan dengan
erlenmeyer dan corong + kertas saring yang telah dibasahi.
7. Mengisi sediaan kedalam ampul, dengan setiap vial sebanyak 5,3 ml
menggunakan spuit
8. Ditutup ampul dengan tutup ampul yang sudah disediakan.
9. Disterilkan sediaan dalam Autoklaf pada suhu 115 – 116oC selama 30 menit
dan dilakukan evaluasi terhadap sediaan dan wadah.

VI. EVALUASI
1. Uji kejernihan (Lachman III, hal 1355)
Produk dalam wadah diperiksa dibawah penerangan cahaya yang baik,
terhalang terhadap reflex dari mata, berlatar belakang hitam dan putih
dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
Syarat: semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10 µm dan lebih besar
serta 5 partikel ≥ 25 µm/ml.
2. Uji sterilitas (Lachman III, hal : 1358)
Menggunakan teknik penyaringan membrane
 Bersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi
yang sesuai, ambil isi secara aseptic
 Pindahkan secara aseptic seluru isi tidak kurang dari 10 wadah melalui
tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring, lewatkan segera tiap specimen
melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum/tekanan
 Secara aseptic pindahkan membrane dari alat pemegang, potong menjadi
setengah bagian ( jika hanya menggunakan 1), celupkan membrane atau
setengah bagian membrane kedalam 100 ml media inkubasi selama tidak
kurang dari 7 hari
 Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.
3. Uji keseragaman volume (FI IV hal 1044)
 Pilih 1 atau lebih wadah bila volume ≥ 10 ml. ambil isi tiap wadah dengan
alat suntik hipodemik kering kekurangan tidak lebih dari 3 kali volume
yang akan di ukur dan dilengkapi dengan jarum suntik no.21 panjang
tidak kurang dari 2,5µm.
 Keluarkan gelembung udara dari jarum dan alat suntik.
 Pindahkan isi dalam alat suntik tanpa mengosongkan bagian jarum
kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan
sehingga volume yang di ukur memenuhi sekurang-kurangnya 40%
volume dari kapasitas tertera.
4. Uji pirogenitas (howard c.ansel. hal 418-419)
Suatu cara yang lebih umum dalam memudahkan pemusnahan pirogen adalah
dengan mengoksidasi pirogen menjadi gas yang mudah dibuang atau menjadi
padatan yang tidak mudah menguap, keduanya dapat dipisahkan dengan mudah
dari air dengan penyulingan bertingkat.
Kalium permaganat adalah zat pengoksit yang biasa dipakai, evesiensinya akan
di tingkatkan oleh penambahan sejumlah kecil barium hidroksida yang
menyebabkan larutan bersifat basah dan membentuk garam- garam barium yang
tidak mudah menguap, dengan senyawa- senyawa asam yang mungkin ada.
Kedua pereaksi ini di tambahkan ke air yang sebelumnya telah di suling beberapa
lama, dan proses penyulingan di ulangi lagi, hasil penyulingan yang bebas dari zat
kimia, ditambahkan dengan kondisi yang benar- benar aseptis .
Bila cara ini diikuti dengan tepat, metode ini menghasilkan air yang
kemurniaanya tinggi,steril dan bebas pirogen. Akan tetapi, pada setiap keadaan uji
pirogen yang ditentukan harus dilakukan untuk menjamin tidak adanya senyawa -
senyawa yang menimbulkan demam itu.

DAFTAR PUSTAKA
Ansel, 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Pres: Jakarta
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI: Jakarta
Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. DEPKES RI: Jakarta
Gennaro, 2000, Remington The Science And Practice Of Pharmacy, 20th 8d, Mark
Publisher, USA
Martin, E. L., 1971, Dispending Of Medication. Mark Publisher Company, USA
Marriot, S.F., 2010, Pharmaceutical Compounding and Dispending. Pharmaceutical
Press. London
Rowe, 2009. Handbook Of Pharmaceutical Exicipient Edisi 5. Pharmaceutical Press
London

Вам также может понравиться

  • Lidah Buaya Literatur
    Lidah Buaya Literatur
    Документ20 страниц
    Lidah Buaya Literatur
    MKurniawan
    Оценок пока нет
  • 1 PB
    1 PB
    Документ8 страниц
    1 PB
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет
  • Tugas PSB Undo
    Tugas PSB Undo
    Документ11 страниц
    Tugas PSB Undo
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет
  • 1 PB
    1 PB
    Документ8 страниц
    1 PB
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет
  • 6890 9438 1 PB PDF
    6890 9438 1 PB PDF
    Документ10 страниц
    6890 9438 1 PB PDF
    Tri atika
    Оценок пока нет
  • Pilocarpin HCL Tetes Mata
    Pilocarpin HCL Tetes Mata
    Документ17 страниц
    Pilocarpin HCL Tetes Mata
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет
  • Vial
    Vial
    Документ16 страниц
    Vial
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет
  • Urban
    Urban
    Документ1 страница
    Urban
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет
  • Sodium Bisulfat
    Sodium Bisulfat
    Документ1 страница
    Sodium Bisulfat
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет
  • Sukralfat
    Sukralfat
    Документ10 страниц
    Sukralfat
    Lathifatul Hikmah Has Yunus
    Оценок пока нет