Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dermatitis merupakan suatu reaksi peradangan kulit. Dermatitis kontak


adalah dermatitis karena kontak eksternal yang menimbulkan fenomena
sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
Dermatitis merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif
pruritus, obyek tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan
pembentukan sisik.
Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen
mengadakan kontak dengan kulit.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan dermatitis?
b. Jelaskan anatomi dari sistem integumen!
c. Apa penyebab dari dermatitis?
d. Apa manifestasi klinis dari dermatitis?
e. Apa klasifikasi dari dermatitis?
f. Bagaimana patofisiologi dari dermatitis?
g. Bagaimana pathway dari dermatitis?
h. Bagaimana penanganan dari dermatitis?
i. Bagaiman focus pengkajian keperawatan dermatitis?
j. Bagaimana focus diagnosa keperawatan dermatitis?
k. Bagaimana focus intervensi keperawatan dermatitis?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umun

Mengetahui dan memahami konsep dan teori tentang dermatitis dan


fokus asuhan keperawatan dermatitis.

2. Tujuan khusus

a. Memahami konsep dan teori tentang penyakit dermatitis

1
b. Memahami konsep dan teori fokus pengkajian keperawatan dermatitis
c. Memahami konsep dan teori fokus diagnosa keperawatan dermatitis
d. Memahami konsep dan teori fokus intervensi keperawatan dermatitis

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
A. Definisi
a. Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang
menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
Dermatitis merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif
pruritus, obyek tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan
pembentukan sisik.
(Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta:
Media Aesculapius)
b. Dermatitis kontak sering terjadi pada tempat tertentu dimana alergen
mengadakan kontak dengan kulit. (Price, Sylvia Anderson. 1991.
Patofisiologi. Jakarta: EGC)
c. Dermatitis kontak adalah suatu dermatitis (peradangan kulit) yang
disertai dengan adanya spongiosis/edeme interseluler pada epidermis
karena kulit berinteraksi dengan bahan – bahan kimia yang berkontak
atau terpajan kulit .Bahan- bahan tersebut dapat bersifat toksik ataupun
alergik.
(Harahap Mawarli Prof.Dr. 2006.Ilmu Penyakit Kulit.Jakarta:Hipokrates)

B. Etiologi
Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer
atau penyebab alergic primary irritant contact dermatitis merupakan reaksi
non alergik dari pada kulit yang disebabkan karena terkena irritantia. Zat
diterjen ( seperti lisol ) desinfektan dan zat warna (untuk pakaian, sepatu
dan lain – lain ) dapat mengakibatkan dermatitis.
a.Irritantia ringan, relatif atau marginal, memebutuhkan kontak berulang-
ulang dan atau kontak yang lama untuk menimbulkan peradangan atau
termasuk di sini adalah sabun, deterjen dan kebanyakan jenis bahan
pelarut.Dermatitis pekerjaan tampak pula fisura ,skuama,dan paronikima
sebagai akibat iritasi kronik.dermatitis juga dapat terdapat pada rumah
tangga yang terjadi karena insektisida dan pelbagai salep yang di jual
secara bebas yang mengandung sulfonamid,penisilin,merkuri,atau sulfur.

3
b. Irritantia keras atau absolut merupakan zat-zat perusak yang keras
sehingga akan melukai kulit dengan seketika jika mengenainya (asam kuat
dan basa kuat).

PENYEBAB YANG BAKU DARI DERMATITIS KONTAK

PADA BERBAGAI BAGIAN TUBUH

Bagian Tubuh Penyebab

Muka Kosmetik, hairspray, semir rambut.

Cuping telinga Nikel, perhiasan imitasi

Kosmetik, transfer oleh tangan, tangkai kaca


Kelopak mata
mata

Bagian Tubuh Penyebab

Hidung, bibir dan sekitarnya Pasta gigi, lipstick

Leher Parfum, pakaian (bahan wool)

Aksila Deodoran, pakaian, parfum

Dada Bahan kuningan

Lengan dan kaki Deterjen, bahan pembersih, sepatu

Tangan Sarung tangan, deterjen

C. Manifestasi Klinis
Gejala dari dermatitis kontak yaitu sebagai berikut:

a. Fase akut: merah,edema,papula,vesikula,berair,kusta, dan gatal


b. Fase kronik: kulit tebal/likenifikasi,kulit pecah – pecah skuama,kulit
kering,dan hiperpigmentasi.

4
c. Gejala subyekti: Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa
tidak enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit
karena fisura, vesikula, ulkus.
d. Gejala obyektif : -Erythema

D. Klasifikasi
Dermatitis kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik.
1. Dermatitis kontak dapat berupa:
a. Tipe dermatitis kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed
Hypersesitivity”; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan
terkena oleh alergen kontak pada orang yang sensitif.
b. Tipe dermatitis kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana
reaksi non alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.
2. Perbedaan dermatitis kontak iritan dan alergi:
Faktor Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Kontak Alergi
Penyebab Iritan primer Alergen kontak sensitizer

Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang

Penderita Semua orang Orang yang alergik

Lesi Batas lebih jelas, eritema Batas tidak begitu jelas,


eritema

Faktor Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi

sangat jelas kurang jelas

Uji tempel Sesudah ditempel 24 jam Bila sesudah 24 jam bahan


bila iritan diangkat, reaksi alergen diangkat, reaksi
akan segera menetap/meluas berhenti

Contoh Sabun, deterjen Pemakaian terlalu lama, jam,


sandal jepang, kalung imitasi

E. Patofisiologi

5
Dermatitis Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi
hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:
a. Fase Induksi (sensitisasi)
a) Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal
dan memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu.
b) Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan
berikatan dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap.
Antigen ditangkap dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans
kemudian memicu reaksi limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit,
sehingga terjadi sensitisasi limfosit T melalui saluran limfe.
b.Kontak alergen dengan kulit
Fase Eksitasi
Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa.
Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
Respon limfosit
menarik berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.

Hapten berpenetrasi ke kulit

Berikatan dengan protein karier Antigen lengkap

Diproses oleh sel langerhans dan


makrofag
F. Pathway
Limfosit T bermigrasi ke daerah Sensitisasi limfosit T
parakortikal kelenjar getah bening

Deferensiasi dan berpoliferasi

Sel efektor tersensitisasi secara spesifik


Pejanan ulang dengan
dan sel memori terbentuk (peristiwa
alergen sama
imunologik)

Sel masuk ke kulit dan sirkulasi

Sensitisasi di sel tubuh


6

Gejala klinis
G. Penanganan
Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontaktan merupakan
tindakan penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium permulaan,
sebab tidak ada pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya terjadi
pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid diberikan bila penyakit
berat, misalnya prednison 20 mg/hari. Terapi topikal diberikan sesuai petunjuk
umum.
“Dasar penyakit dermatitis adalah mencari etiologi dan menyingkirkan
penyebabnya.”

Pada dermatitis akut

Dilihat adanya oedema, erasia, eksudasi, pustula, erythema.

7
a. Kompres
Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air

a.Letakkan di lesi, 10-20 menit


b.Ganti dengan kain dan air yang bersih
Perhatian : - Pakai 2/3 obat lokal, ketahui seluk beluk obat

- Pada daerah tropis perlu dipertimbangkan faktor


penguapan. Sol Boric Acid 3 % bila dibalutkan pada
lesi maka konsentrasinya menjadi 20-50 % sehingga
melekat pada lesi dan terdapat kristal Boric
(BAHAYA).

b. Antibiotik
Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif.

Diobati dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi,


buctrim, supristol, septrin (efek aplasticanemia).

c. Antihistamin
d. Obat- obat topical
Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat obat
topical dapat sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang
tinggi dapat dioleskan langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit
absorbsi sistemik sehingga efek samping sistemiknya juga sedikit.adapun
obat topikalnya antara lian:

a. Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam
air yang perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang
mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .

b.Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk,zinkoksida,bentonit atau pati


jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons
katun.Meski kerja medisnya singkat ,bedak merupakan preparat
higroskopis yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei.

8
c.Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam – air atau emulsi air- dalam-
minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur
(Mackie,1991).

d. Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada


keadaan inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa
menggunakan minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.

e. Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi


kulit, bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang
kronis atau terlokalisasi.

f. Preparat spray dan aerosol Dapat di gunakan untuk lesi yang luas,bentuk
ini akan mengisat ketika mengenai kulit sehinga harus digunakan dengan
sering.

g. Korrtikosteroid Banyak dipakai dalam pengobatan kelainan dermatologik


untuk memberikan efek anti inflamasi,anti priritus dan
vasokontriksi(Litt,1993).

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN DERMATITIS KONTAK

A. Pengkajian Keperawatan
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling terlihat, bila terjadi cedera akut
dari dermatitis kontak eksim pasien sulit untuk mengabaikan atau
menyembunyikanya dari orang lain.Sangat penting untuk mengetahui faktor
penyebabnya agar dapat mencegah kontak ulang atau terhadap perubahan data
yang harus dikumpulkan sejak awal adalah:

9
Pengetahuan tentang faktor penyebab dan metode kontak. Kemungkinan
bisa kontak dengan menimbulkan iritasi di rumah, tempat pekerjaan/pada
waktu kegiatan rekreasi. Bagaimana kelainan kulit yang timbul dimulai.
Riwayat tentang infeksi yang berulang, kemungkinan kurangnya respon
imunitas.

Respon obat baru, terutama penicillin/sulfanilamide.


Peningkatan stress yang dicatat pasien.
Faktor-faktor yang membuat lebih parah (resep dokter/pengobatan
pribadi).
Luasnya pruritis dan faktor yang membuat lebih parah.
Lesi diperiksa setiap hari untuk diketahui apakah pasien masih suka
menggaruk lesi, periksa apakah terdapat perubahan atau ada infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
fungsi barier kulit.
2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
bagus.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.
6) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.

10
C. Intervensi Keperawatan
1) Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perbahan
fungsi barier kulit.
Intervensi:

1. Lindungi kulit yang sehat terhadap


kemungkinan maserasi ( hidrasi stratum korneum yang berlebihan )
ketika memasang kompres basah.
2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan
menutulkan untuk menghisap dan menghindari friksi.
3. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya
cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu yang
terlau tinggi dan akibat cedera panas yang tidak terasa ( bantalan
pemanas, radiator )
4. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik
dan preparat tabir surya.
Rasional:

1. Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya


kulit dan perluasan kelainan primer.
2. Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam
proses terjadinya sebagian penyakit kulit.
3. Penderita Dermatitis dapat mengalami penurunan sensitifitas
terhadap panas.
4. Banyaknya masalah kosmetika pada hakekatnya semua
kelainan malignitas kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
2) Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
Intervensi:

1. Periksa daerah yang terlibat


a. Upayakan untuk menemukan penyebab gangguan rasa
nyaman.

11
b. Mencatat hasil-hasil observasi secara rinci dengan
memakai terminologi deskriptif
c. Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi ,
mendapatkan riwayat pemakaian obat.
2. Kendalikan faktor – faktor iritan.
a. Pertahankan kelembaban kira-kira 60%;gunakan alat
pelembab
b. Pertahankan lingkungan dingin
c. Gunakan sabun ringan atau sabun yang dibuat untuk
kulit sensitif.
d. lepaskan kelebihan pakaian atau peralatan di tempat
tidur.
e. Cuci linen tempat tidur dan pakaian dengan sabun
ringan .
f. Hentikan pemajanan berulang terhadap
deterjen,pembersih,dan pelarut.

3. Menggunakan tindakan perawatan kulit untuk


mempertahankan integritas kulit dan meningkatkan kenyamanan pasien.
a. Melaksanakan kompresi penyejuk dengan air suam –
suam kuku, atau kompres dingin guna meredakan rasa gatal.
b. Mengatasi kekeringan sebagaimana di preskripsikan .
c. Mengoleskan losion dan krim kulit segera setelah
mandi.
d. Menjaga agar kuku selau terpangkas.
e. Menggunakan terapi tropikal seperti yang
preskiripsikan.
f. Membantu pasien menerima terapi yang lama, yang
diperlukan pada beberapa kelainan kulit.

12
g. Menasehati pasien untuk menghindari pemakaian salep
atau losion yang di beli tanpa resep dokter
Rasional:

1. Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit meliputi bantuan


dalam menyusun rencana interfensi
a. Membantu menidentifikasi tindakan yang tepat untk
memberikan kenyamanan.
b. Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk
diagnosa dan pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak serupa
tetapi memepunyai etiologi yang berbeda, respon inflamasi
kutan mungjin mati pada pasien lansia.
c. Ruang menyeluruh terutama dengan awitan yang
mendadak dapat menunjukan reaksi alergi terhadap obat.
2. Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia dan fisik.
a. Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
b. Kesejukan mengurangi gatal.
c. Upaya ini mencakup tidak adanya larutan diterjen, zat pewarna
atau bahan pengeras.
d. Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
e. Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.
f. Setiap substansi yang menghilangkan air, lipid atau protein dari
epidermis akan mengubah fungsi barier kulit.
3. Kulit merupakan barier yang penting yang harus dipertahankan
keutuhanya agar berfungsi dengan benar.
a. Pengisatan air yang bertahap dari kasa kompres akan
menyejukan kulit dan meredakan pruritus.
b. Kulit yang kering dpat menimbulkan daerah dermatitis dengan
gejala kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk yang
lebih berat, pembengkakan, pembentukan lepuh, keretakan dan
eksudat.

13
c. Hidrasi yang efektif pada stratum korneum mencegah
gangguan lapisan barier pada kulit.
d. Pemotongan kuku akan mengurangi kerusakan kulit karena
garukan.
e. Tindakan ini membantu meredakan gejala.
f. Tindakan koping biasanya akan meningkatkan kenyamanan.
g. Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi
pengobatan sendiri.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya pruritus.
Intervensi:

1. Cegah dan obati kulit yang kering.


a. Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap
memiliki fentilasi dan kelembaban yang baik.
b. Menjaga agar kulit selalu lembab.
c. Mandi hanya diperlukan jika kulit sangat kering.
d. Jangan gunakan sabun atau gunakan sabun yang lembut
oleskan losion segera sesudah mandi sementara kulit masih
lembab.
2. Nasehati pasien untuk melakukan hal berikut yang dapat
membantu meningkatkan tidur
a. Menjaga jadwal tidur yang teratur pergi tidur pada saat yang
sama dan bangun pada sat yang sama.
b. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang
tidur dimalam hari.
c. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
d. Mengerjakan hal – hal yang rirual dan rutin menjelang tidur.
Rasional:

1. Pruritus nokturnal mengganggu tidur yang normal.


a. Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang
nyaman meningkatkan relaksasi.

14
b. Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan
gatal biasanya tidak dapat disembuhkan, tapi bisa di
kendalikan.
c. Semua tindakan ini kan memelihara kelembaban kulit.
2.
a. Dengan kelembaban yang rendah kulit akan kehilangan air.
b. Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam sesduah di konsumsi.
c. Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk
tidur jika dilaksanakan pada sore hari.
d. Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terja menjadi
tertidur.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang
tidak bagus.
Intervensi:

1. Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien ( Menghindari kontak


mata, merendahkan diri sendiri,Ekspresi muak terhadap kondisi
kulitnya ).
2. identiffikaasi stadium psikososial tahap perkembangan.
3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan,( dengan
cara yang terbuka, tidak menghkimi ). Untuk mengekspresikan
berduka/ ansietas tentang perubahan citra tubuh
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan pasien, bantu pasien yang
cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan
mengenali serta mengatasi masalah.
5. Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri ( turut
berpartisippasi dalam penanganan kulitnya, merias atau merapikan
diri )
6. Membantu pasien ke arah penerimaan diri.
7. Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

15
8. Memberikan nasehat kepada pasien mengenai cara – cara
perawatan kosmetik untuk menyembunyikan kondisi kulit yang
abnormal.
Rasional:

1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan


yang nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri
akan berpengaruh pada konsep diri.
2. Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan
reaksi serta pemahaman pasien terhadap kondisi kulitnya.
3. Pasien membutuhkan pengalaman, didengarkan dan dipahami.
4. Tindakan ini memeberikan kesempatan kepada petugas kesehatan
untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan
memulihkan realitas situasi. Ketakutan merupakan unsur yang
merusak adaptasi pasien .
5. (Untuk nomor 5 s/d 8). Pnedekatan dan sasaran yang positif
tentang tekhnik – tekhnik kosmetik seringkali membantu dalam
meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah tanggap informasi.
Intervensi:

1. Tentukan apakah pasien mengetahui ( memahami dan salah


mengerti ) tentang kondisi dirinya.
2. Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki
kesalahan konsepsi / informasi.
3. Peragakan penerapan terapi yang di programkan ( kompres basah;
terapi topikal )
4. Berikan nasehat pada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab
dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan krim serta
losion kulit.
5. Dorong pasien utnuk mendapatkan status nutrisi yang sehat.
Rasional:

16
1. Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana
penyuluhan.
2. Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada yang harus
diperbuat, kebanyakan pasien merasakan manfaat yang lebih.
3. Memungkinkan pasien untuk memperoleh kesempatan untuk
menunjukan cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4. Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit tetap
terjaga. Pengolesan krim atau losion untuk melembabkan kulit
akan mencegah agar kulit tidak menjadi kering, kasar, retak dan
bersisik.
5. Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang.
Perubahan pada kulit akan menandakan status nutrisi yang ab
normal.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya lesi pada kulit.
Intervensi:

1. Memiliki indeks kecurigaan yang tinggi terhadap suatu infeksi


pada pasien yag sistem kekebalanya ter ganggu.
2. berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien
mengenai program terapi.
3. Laksanankan pemakaian kompres basah seperti yang
diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi
4. Sediakan terapi rendaman separti yang diprogramkan .
5. Berikan preparat anibiotik yang diresepkan dokter.
6. Gunakan obat-obat topikal yang mengandug kortikosteroid
seperti yang diresepkan dokter dan menurut indikasinya
a. Observasi lesie secara periodik untuk peribahan respon
terhadap terapi.
b. Instruksikan pasien tentang kemungkinan efek samping
penggunaan jangka panjang kortikosteroid, topikal,
difluorinasi.

17
7. Nasihati pasien untuk menghentukan pemakaian obat kulit
yang yang memperburuk masalah.
Rasional:

1. Setiap keadaan yang mengganggu status imune akan


memperbesar resiko terjadinya infeksi kulit.
2. Pendidikan pasien yang efektif bergantung kepada ketrampilan,
keterampilan interpresonal, profesional kesehatan dan pada
pemberian instruksi yang jelas yang diperkuat instruksi tertulis.
3. Kompres basah akan menghasilkan pendinginan lewat
pengisatan yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah kulit
dan dengan demikian mengurangi eritema serta produksi serum.
Kompres basah akan membantu tindakan debridemen fesikel serta
krusta dan mengendalikan proses inflamasi.
4. Melepaskan eksudat dan krusta.
5. Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikrorganisme
penyebab infeksi.
6. Kortikosteroid memiliki kerja anti inflamasi yang menjelaskan
sebagian kemampuanya untuk menimbuklan vasokontriksi pada
pembuluh - pembuluh kecil dalam dermis lapisan atas. Pemakaian
kortikosterod topikal yang ekstensif dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan efek anti proliferatif pada sel – sel epidermis
( kerontokan rambut pada daerah yang dioleskan ).
7. Dermatitis kontak atau reaksi alergi dapat terjadi setiap unsur
yang ada dalam obat tersebut.

BAB IV

18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontak eksternal yang
menimbulkan fenomena sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan). Dermatitis
merupakan epiderma-dermatitis dengan gejala subjektif pruritus, obyek
tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi dan pembentukan sisik.
(Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 2. Jakarta:
Media Aesculapius).
Dermatitis kontak bisa ditimbulkan oleh bahan-bahan irritan primer
atau penyebab alergic primary irritant contact dermatitis merupakan reaksi
non alergik dari pada kulit yang disebabkan karena terkena irritantia. Zat
diterjen ( seperti lisol ) desinfektan dan zat warna (untuk pakaian, sepatu dan
lain – lain ) dapat mengakibatkan dermatitis
B. Saran
a. Bagi penulis
Disarankan agar penulis dapat memahami konsep dan teori dermatitis
dan asuhan keperawatan pada pasien mengalami dermatitis
b. Bagi institusi
Diasarankan kepada institusi agar menambah literatur di perpustakaan
untuk pengembangan pendidikan dimasa yang akan datang,sehingga
mahasiswa memudahkan mahasiswa dalam mencari referensi dalam
menyelesaikan tugas perkuliahan dan menambah pengetahuan dengan
membaca diperpustakaan.
c. Bagi Pembaca
Disarankan kepada pembaca agar memberikan masukan yang sifatnya
membangun agar makalah ini lebih sempurna dan dapat digunakan
sebagai literature dalam proses belajar mengajar.

19

Вам также может понравиться