Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Epidemiologi Deskriptif
Dosen Pengampu : Suhaimi Fauzan.,S.Kep.,Ners.,M.Kep
DISUSUN OLEH :
Pontianak, 19 Maret
2019
Tim penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat.................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
2.1 Pengertian Epidemiologi Deskriptif........................................................4
2.2 Identifikasi EpidemIologi Deskriptif.......................................................5
2.3 Tujuan Epidemiologi Deskriptif..............................................................6
2.4 Fungsi Epidemiologi Deskriptif..............................................................6
2.5 Ciri Studi Epidemiologi Deskriptif..........................................................6
2.6 Jenis-Jenis Penelitian Epidemiologi Deskriptif dan Masing-Masing
Penggunaannya........................................................................................7
2.7 Variabel dalam Epidemiologi Deskriptif...............................................10
2.8 Langkah-Langkah Penelitian Epidemiologi Deskriptif.........................17
2.9 Teknik Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian Deskriptif.................18
2.10 Statistik deskriptif..................................................................................21
2.11 Keuntungan dan Kerugian Masing-Masing Penelitian Epidemiologi
Deskriptif...............................................................................................21
2.12 Studi Kasus............................................................................................24
BAB III...................................................................................................................29
PENUTUP..............................................................................................................29
3.1 Kesimpulan............................................................................................29
3.2 Saran......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
saat musim hujan, pancaroba atau pada saat musim kemarau. Semua ini dapat
diketahui lebih dalam dengan mempelajari ilmu Epidemiologi. Secara sederhana,
ada 2 (dua) model desain ilmu Epidemiologi yaitu Epidemiologi Deskriptif dan
Epidemiologi Analitik.. Kedua studi ini memiliki manfaat/keuntungan dan
kerugian sendiri-sendiri sesuai dengan tujuan peneliti dalam melaksanaan
penelitian. Dalam makalah ini kelompok kami akan menjelaskan secara
menyeluruh mengenai epidemologi deskriptif. (Nasry Noor, 2008)
Epidemiologi Deskriptif merupakan studi epidemiologi yang bertujuan
untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinannya menurut
populasi, letak geografik, serta waktu. Epidemiologi deskriptif umumnya
dilaksanakan jika tersedia sedikit informasi yang diketahui mengenai kejadian,
riwayat alamiah dan faktor yang berhubungan dengan penyakit. Indikator yang
digunakan dalam epidemiologi Deskriptif adalah Faktor sosial ekonomi, seperti
umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan maupun variabel gaya
hidup, seperti jenis makanan, pemakaian obat dan perilaku seksual
(Sulistyaningsih, 2012).
2
1.2 Rumusan Masalah
b. Manfaat
Masalah penyakit dalam masyarakat juga merupakan masalah tenaga
medis.. Sebagai perawat kita harus selalu memperhatiakan kesehatan
masyarakat tidak hanya menyembuhkan pasien di Rumah Sakit saja. Oleh
karena itu makalah ini akan bermanfaat untuk mengetahui berbagai wabah
penyakit di masyarakt serta mengetahui cara untuk mencegah dan
mengeobatinya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Jadi dapat kami simpulkan bahwa epidemiologi adalah sebuah cabang ilmu
yang mempelajari, mengkaji, menganalisis hingga menyimpulkan suatu kejadian
atau wabah penyakit pada suatu masyarakat yang mendiami wilayah tertentu
dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Hingga pada akhirnya epidemiologi
dapat memberikan sebuah bukti penjelasan yang menjadi acuan dalam kebijakan
dalam rangka meningkatan derajat kesehatan.
5
berkaitan erat dengan kesehatan seperti bidang kependudukan, keluarga berencana
dan gizi (Nasry Noor, 2008).
6
a. Studi Populasi
Studi populasi terdiri dari studi ekologis yang merupakan studi awal
dengan seluruh populasi sebagai unit. Contohnya menghubungkan konsumsi
garam dengan kanker oesophagus di Cina.
7
identifikasi sebuah penyakit baru dan untuk melihat dampak pajanan bagi
kesehatan.
Karena merupakan laporan per pasien tanpa populasi kontrol sebagai
perbandingan, case series tidak memiliki validitas statistik. Case series
berguna untuk mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis,
perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Case series banyak dijumpai
dalam literatur kedokteran klinik. Tetapi desain studi ini lemah untuk
memberikan bukti kausal, sebab pada case series tidak dilakukan
perbandingan kasus dengan non-kasus. Case series dapat digunakan
untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain studi
analitik. Contoh dari case series adalah laporan 5 kasus flu burung pada
tahun 2013 di Indonesia dari sebelumnya tidak ada dan pada tahun 1974
ditemukan 3 kasus angiosarcoma hepar dikalangan pekerja vinyl
cholirde.
8
Cross-sectional meliputi studi prevalensi dan survei) berguna untuk
mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik
waktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah
data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang dapat juga digunakan untuk
meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan
tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit,
karena tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa
paparan mendahului penyakit (Murti, 1997).
Studi cross-sectional adalah sebuah studi deskriptif tentang penyakit
dan status paparan diukur secara bersamaan dalam sebuah populasi
tertentu. Studi ini mempelajari hubungan penyakit dengan paparan secara
acak terhadap satu individu dimana faktor pencetus dan status penyakit
diteliti pada waktu yang sama.
Studi Cross-sectional berpikir bagaimana menyediakan sebuah
snapshot (gambaran) frekuensi dan karakteristik dari penyakit di populasi
pada suatu titik dalam waktu tertentu. Penelitian yang bersifat eksploratif,
deskriptif, ataupun eksplanatif, penelitian cross-sectional mampu
menjelaskan hubungan satu variabel dengan variabel lain pada populasi
yang diteliti, menguji keberlakuan suatu model atau rumusan hipotesis
serta tingkat perbedaan di antara kelompok sampling Data jenis ini dapat
digunakan untuk menilai prevalensi dari kondisi akut atau kronis di
sebuah populasi.
Bagaimanapun, sejak eksposur dan status penyakit yang diukur pada
titik yang sama dalam waktu tertentu, itu tidak akan mungkin untuk
dibedakan apakah pemaparan mengawali atau mengikuti penyakit itu,
dan dengan demikian, hubungan penyebab dan efek tidak pasti.
Penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan
dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang
diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis
yang mempengaruhinya (Nurdini, 2006).
Tujuan penelitian cross sectional menurut Budiarto (2004), yaitu
sebagai berikut:
9
1. Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit
tertentu yang terdapat di masyarakat.
2. Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-
penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas.
3. Menghitung besarnya risiko tiap kelompok, risiko relatif, dan
risiko atribut.
a. Variabel “Orang”
Untuk mengidentifikasi seseorang terdapat variabel yang tak terhingga
banyaknya, tetapi hendaknya dipilih variabel yang dapat digunakan sebagai
indikator untuk menentukan ciri seseorang. Untuk menentukan variabel
10
mana yang dapat digunakan sebagai indikator, hendaknya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan serta sarana yang ada. Secara umum,
variabel penting yang akan dibahas adalah umur, jenis kelamin, dan suku
bangsa.
1. Umur
Variabel umur merupakan hal yang penting karena semua rate
morbiditas dan rate mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan
dengan umur.
a. Hubungan Umur dengan Mortalitas
Walaupun secara umum kematian dapat terjadi pada setiap
golongan umur, tetapi dari berbagai catatan diketahui bahwa
frekuensi kematian pada setiap golongan umur berbeda-beda,
yaitu kematian tertinggi terjadi pada golongan umur 0-5 tahun
dan kematian terendah terletak pada golongan umur 15-25 tahun
dan akan meningkat lagi pada umur 40 tahun ke atas. Dari
gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum
kematian akan meningkat dnegan meningkatnya umur. Hal ni
disebabkan karena berbagai faktor, yaitu pengalam terpapar oleh
faktor penyebab penyakti, faktor pekerjaan, kebiasaan hidup
atau terjadinya perubahan dalam kekebalan.
11
dilahirkan, sedangkan setelah itu kekebalan menghilang dan
ISPA mulai menunjukan peningkatan.
3. Suku Bangsa
12
Walaupun klasifikasi penyakit berdasarkan suku bangsa sulit
dilakukan baik secara praktis maupun secara konseptual, tetapi
karena terdapat perbedaan yang besar dalam frekuensi dan beratnya
penyakit diantara suku bangsa maka dibuat klasifikasi walaupun
terjadi kontroversi. Pada umumnya penyakit yang berhubungan
dengan suku bansa berkaitan dengan faktor genetik atau faktor
lingkungan, misalnya.
a. Penyakit sickle cell anemia
b. Hemofilia
c. Kelainan biokimia seperti glukosa 6 fosfatase, dan
d. Karsinoma lambung
Disamping ketiga faktor yang telah diuraikan diatas terdapat
pula faktor-faktor lain yang berkaitan dengan variabel “orang', yaitu :
a. Sosial ekonomi
b. Budaya/ agama
c. Pekerjaan
d. Status marital
e. Golongan darah
f. Infeksi alamiah, dan
g. Kepribadian.
4. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi
frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya, TBC, infeksi akut
gastrointestinal, ISPA, anemia, malnutrisi, dan penyakit parasit yang
banyak terdapat pada penduduk golongan sosial ekonomi rendah.
Penyakit jantung koroner, hipertensi, obesitas, kadar kolesterol tinggi,
dan infark miokard yang banyak terdapat pada penduduk golongan
sosial ekonomi yang tinggi.
5. Budaya / Agama
13
Dalam beberapa hal terdapat hubungan antara kebudayaan
masyarakat atau agama dengan frekuensi penyakit tertentu, misalnya :
a) Balanitis, karsinoma penis banyak terdapat pada orang
yang tidak melakukan sirkumsisi disertai dengan higiene
perorangan yang jelek.
b) Trisinensis jarang terdapat pada orang Islam dan orang
Yahudi karena mereka tidak memakan daging babi.
6. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan akan berpengaruh pada frekuensi dan
distribusi penyakit. Hal ini disebabkan sebagian hidupnya dihabiskan
ditempat pekerjaan dengan berbagai suasana dan lingkungan yang
berbeda. Misalnya pekerjaan yang berhubungan dengan bahan fisika,
panas, bising, dan kimia seperti pekerjaan pabrik asbes yang banyak
menderita karsinoma paru-paru dan gastrointestinal serta
mesotelioma, sedangkan fibrosis paru-paru banyak terdapat pada
pekerja yang terpapar oleh silikon bebas, atau zarradioaktif seperti
petugas dibagian radiologi dan kedokteran nuklir. Pekerjaan dibidang
pertambangan, kontruksi bangunan atau pertanian, dan pengemudi
kendaraan bermotor mempunyai resiko yang lebih besar untuk
mengalami trauma atau kecelakaan dibandingkan dengan pekerja
kantor.
7. Status Marital
Ada hubungan antara status marital dengan frekuensi distribusi
morbiditas telah lama diketahui, tetapi penyebab pastinya belum
diketahui. Ada yang berpendapat bahwa hubungan status marital
dengan morbiditas dikaitkan dnegan faktor psikis, emosional dan
hormonal atau berkaitan dengan kehidupan seksual, kehamilan,
melahirkan dan laktasi. Secara umum ditemukan bahwa insidensi
kaesinoma mamae lebih banyak ditemukan pada permpuan yang tidak
menikah atau menikah pada usia yang sangat muda atau sering beganti
14
pasangan. Kehamilan dan persalinan merupakan faktor resiko
terjadinya eklamsia dan praeklamsia yang menyebabkan kematian ibu.
Angka kematian ibu diindonesia masih cukup tunggu dibandingkan
dengan negara lain.
8. Golongan darah
Golongan darah juga dapat mempengaruhi insidensi suatu
penyakit, misalnya orang-orang dengan golongan darah A
meningkatkan resiko terserang karsinoma lambung, sedangkan
golongan darah O lebih banmyak terkena ulkus duodeni.
b. Variabel “Waktu”
Variabel waktu merupakan faktor kedua yang harus diperhatikan
ketika melakukan analisi morbiditas dalam studi epidemiologi karena
pencatatan dan laporan insidensi dan prevalensi penyakit selalu didasarkan
pada waktu, apakah mingguan, bulanan atau tahunan. Laporan morbiditas
ini menjadi sangat penting artinya dalam epidemiologi karena didasarkan
pada kejadian yang nyata dan bukan berdasarkan perkiraan atau estimasi.
Selain itu, dengan pencatatan dan laporan morbiditas dapat diketahui adanya
perubahan-perubahan insidensi dan prevalensi penyakit hingga hasilnya
dapat digunakan untuk menyusun perencanaan dan penanggulangan
masalah kesehatan. Mempelajari morbiditas berdasarkan waktu juga penting
untuk mengetahui hubungan antara waktu dan insidensi penyakit atau
fenomena lain, mialnya penyebaran penyakit saluran pernafasan yang terjadi
pada waktu malam hari karena terjadinya perubahan kelembaban udara atau
kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar terjadi pada waktu malam hari.
Fluktuasi insidensi penyakit yang diketahui terdiri dari Kecenderungan
sekuler, Variasi siklik, Variasi musim, Variasi random.
1. Kecenderungan Sekuler
Kecenderungan sekuler ialah terjadinya perubahan penyakit
atau kejadian luar biasa dalam waktu yang lama. Lamanya waktu
dapat bertahun-tahun sampai beberapa dasawarsa. Kecenderungan
15
sekuler dapat terjadi pada penyakit menular maupun penyakit infeksi
non-menular. Misalnya terjadinya pergesaran pola penyakit menular
ke penyakit yang tidak menular yang terjadi pada negara maju pada
beberapa dasawarsa terakhir. Pengetahuan tentang perubahan tersebut
dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan upaya pemberantasan
dan pencegahan penyakit. Kecenderungan sekuler juga dapat
digunakan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada mortalitas.
2. Variasi Siklik
Variasi suklik ialah terulangnya kejadian penyakit setelah
beberapa tahun, tergantung dari jenis penyakitnya. Misalnya, epidemi
campak biasanya berulang setelah dua tiga tahun kemudian. Variasi
siklik biasanya terjadi pada penyakit menular karena penyakit non-
infeksi mempunyai variasi siklik.
3. Variasi Musim
Variasi musim ialah terjadinya perubahan frekuensi insidensi
dan prevalensi penyakit yang terjadi dalam satu tahun. Dalam
mempelajri morbiditas dan mortalitas, variasi musim merupakan salah
satu yang sangat penting karena siklus penyakit terjadi sesuai dnegan
perubahan musim dan berulang setiap tahun.
4. Variasi Random
Varsiasi random dapat diartikan sebagai terjadinya epidemi
yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, mialnya epidemi yang
terjadi karena adanya bencana alam seperti banjir dan gempa bumi.
c. Variabel “Tempat”
Variabel tempat merupakan salah satu variabel penting dalam
epidemiologi deskriptif karena pengetahuan tentang tempat dan lokasi
kejadian luar biasa atau lokasi penyakit-penyakit endemis sangat dibutuhkan
ketika melakukan penelitian dan mengetahui sebaran sebagai penyakit suatu
wilayah. Batas suatu wilayah dapat ditentukan berdasrkan :
1. Geogrfis, yang ditentukan berdasarkan alamiah, administratif
atau fisik, institusi, dan istabsi. Dengan batas alamiah dapat
16
dibedakan negara yang beriklim tropis, subtropis, dan negara
dengan empat musim. Hal ini penting karena dengan adanya
perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaaan dalam pola
penyakit baik ditribusi frekuensi maupun jenis penyakit.
2. Batas institusi dapat berupa industri, sekolah atau kantor, dan
lainnya sesuai dengan timbulnya masalah kesehatan.
17
yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan penelitian. Dapat dilakukan
dengan menggunakan uji statistik atau persamaan matematika. Dalam
epidemiologi, umumnya unit analisis adalah individu (disebut analisis individu),
atau kelompok (disebut analisis ekologis, agregat) baik yang dilakukan pada studi
potong-lintang (cross-sectional) ataupun studi longitudinal. Perbedaan utama
antara analisi individu dan analisis ekologi terletak pada pengetahuan peneliti
tentang distribusi bersama antara paparan dan penyakit pada individu. Karena
epidemiologi meupakan sains populasi, maka analisis data tentang relasi paparan-
penyakit pada level individu digunakan untuk memahami perbedaan distribusi
frekuensi penyakit pada kelompok-kelompok individu atau populasi (Lidya
Maryani, 2010).
Dalam studi epidemiologi apapun, mengukur variabel dengan benar dan
konsisten merupakan kondisi yang tidak dapat dikompromikan. Karena itu
pengukuran variabel harus memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Meskipun
analisis data dan interpretasi data dilakukan sambil berjalan, tetapi harus dihindari
analisis dan interpretasi data yang terlalu dini. Para peneliti yang belum
berpengalaman seringkali tergesa-gesa untuk melakukan hal ini. Analisis dan
interpretasi data diperlukan untuk merangkumkan apa yang telah diperoleh,
menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, dan benar. Analisis dan
interpretasi data juga diperlukan untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Hasil analisis dan interpretasi data akhirnya digunakan
untuk memberikan masukan bagi perbaikan kegiatan baik bagi kegiatan peneliti
sendiri maupun teman satu tim. Pada akhir kegiatan penelitian, hasil analisis dan
interpretasi data digunakan untuk menarik kesimpulan dalam laporan.
Analisis dan interpretasi hasil penelitian epidemiologi juga semakin
berkembang dengan berkembangnya ilmu matematika serta ilmu statistik.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam perkembangan epidemiologi, bidang
statistik dan matematika mempunyai peranan yang cukup penting. Perubahan
konsep penyebab dalam masyarakat, sangat erat hubungannya dengan kemajuan
serta penggunaan kaidah matematika maupun statistik dalam analisis hubungan
sebab akibat. Dewasa ini rencana penelitian dan analisis hasil penelitian dengan
kaidah matematika dan statistik merupakan satu keharusan untuk mencegah
18
terjadinya bias/penyimpangan maupun error/kesalahan dan untuk lebih
mempertajam hasil penelitian.
Teknik analisis data penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Analisis
data dalam penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan statistik, menghitung
korelasi, regresi, uji perbedaan, dan analisis jalur. Penelitian tindakan dengan
pendekatan kualitatifnya menggunakan analisis yang bersifat naratif-kualitatif.
Geoffrey E. Mills (2000), mengemukakan beberapa teknik analisis data sebagai
berikut:
a. Identifikasilah tema-tema dari data yang dikumpulkan secara induktif
dari tema-tema yang besar menjadi tema yang lebih kecil.
b. Untuk setiap tema ataupun kelompok data dapat dibuat kode,
umpamanya kode untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, maupun
hasilnya.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa, dimana, kapan
mengapa?
d. Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti dari visi, misi,
tujuan, struktur sekolah dan lain-lain.
e. Petakan secara visual factor-faktor yang terkait atau melatarbelakangi
dan diakibatkan oleh sesuatu hal. Misalnya faktor-faktor yang
melatarbelakangi dan diakibatkan oleh proses pembelajaran, hasil
belajar, kegagalan siswa dan lain-lain.
f.Buatlah bentuk penyajian dari temuan dalam bentuk tabel, grafik dll.
g. Kemukakan apa yang belum atau tidak ditemukan dalam penelitian,
kemudian identifikasikan.
Teknik Interpretasi data dapat dilakukan sebagai berikut: (1) perluaslah hasil
analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan hubungan, perbedaan
antara hasil analisis, penyebab, implikasi dari hasil analisis sebelumnya, (2)
hubungkan temuan dengan pengelaman pribadi, (3) berilah pandangan kritis dari
hasil analisis yang dilakukan, (4) hubungkan hasil-hasil analisis dengan teori-teori
pada bab sebelumnya, (5) hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi
19
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji
generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sample. Analisis data menurut waktu
membandingkan jumlah kasus yang diterima selama interval waktu tertentu dan
membandingkan jumlah kasus selama periode waktu sekarang dengan jumlah
yang dilaporkan selama interval waktu yang sama dalam periode waktu tertentu.
Data yang diterima dalam sistem surveilans sering disebut sebagai sinyal.
Tujuan dari analisis deskriptif karakteristik waktu adalah untuk menggambarkan
trend, variasi musiman, dan kecelakaan atau wabah potensial dalam residu.
Analisis data deskriptif :
a. Umumnya tidak menggunakan analisis statistik atau menggunakan
statistik yang sederhana
b. Tabulasi data
c. Analisis (keilmuan, dan statistik jika perlu)
d. Interpretasi, generalisasi dan deduksi à kesimpulan
20
b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam
rangka perencanaan yang efisien.
c. Dapat memberikan gambaran mengenai pola penyakit dan
kecenderungan terjadinya penyakit berdasarkan karakteristik orang,
tempat , dan waktu.
d. Dapat memberikan informasi penting mengenai potensi penting dan
faktor risiko, seperti umur, jenis kelamin, dan letak geografis untuk
keperluan perbandingan terhadap prevalensi suatu penyakit dan
pembuatan suatu tes hipotesis pada studi analisis.
e. Merupakan informasi dasar untuk keperluan perencanaan, pelayanan,
dan evaluasi program pelayanan kesehatan pada masyarakat.
f. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu
variabel merupakan faktor risiko penyakit.
Kerugian Penelitian Epidemiologi Deskriptif
a. Tidak dapat dipakai untuk tes etiologi hipotesis karena tidak ada
kelompok kontrol atau kelompok pembanding.
b. Tidak dapat menentukan adanya asosiasi atau hubungan antara factor
risiko dengan masalah kesehatan atau penyakit.
Secara khusus keuntungan dan kerugian pada setiap jenis penelitian
epidemiologi deskriptif adalah sebagai berikut.
a. Studi ekologi / korelasi
Kelebihan dari studi korelasi adalah sangat tepat bila digunakan
sebagai dasar penelitian untuk melihat hubungan antara fakor paparan
dengan penyakit, karena mudah dilakukan dengan informasi yang tersedia
sehingga dapat muncul hipotesis kausal dan selanjutnya dapat diuji dengan
rancangan studi epidemiologi analitik..
Kelemahan dari studi korelasi adalah studi korelasi mengacu pada
populasi (kelompok), sehingga tidak dapat mengidentifikasikan kondisi per
individu dalam kelompok tersebut.selain itu dalam studi korelasi juga tidak
dapat mengontrol faktor perancu yang potensial, misalnya dalam studi
korelasi mengenai hubungan antara jumlah perokok dengan jumlah
penderita kanker paru, pada studi korelasi tidak mampu untuk
mengidentifikasikan faktor perancu lain seperti, faktor polusi, jenis
pekerjaan, aktifitas, asbes dan lain-lain.
21
b. Case Series dan Case Report
Kelebihan atau keuntungan studi ini
1. Sebagai langkah awal untuk mempelajari suatu penyakit
2. Sebagai jembatan antara penelitian klinis dan penelitian
epidemiologi
3. Dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut : dengan
melihat kelompok yang berisiko tinggi; dengann membuktikan
hipotesis yang dibangun
4. Dapat merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain
studi analitik.
5. Dapat mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis,
perjalanan klinis, dan prognosis kasus.
6. Case report mendeskripsikan cara klinisi mendiagnosis dan
memberi terapi kepada kasus, dan hasil klinis yang diperoleh.
Kelemahan atau kerugian:
1. Case series tidak memiliki validitas statistik.
2. Case series lemah untuk memberikan bukti kausal
3. Case report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti
empiris tentang gambaran klinis penyakit
4. Tidak ada grup kontrol
5. Tidak dapat dilakukan studi hipotesis
c. Cross sectional
Keuntungan atau kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari
Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:
1. Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari
masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari
pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai.
2. Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
3. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligus.
4. Jarang terancam loss to follow-up (drop out).
5. Dapat dimasukkan dalam tahapan pertama suatu penelitian
kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali
menambah biaya.
6. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang
bersifat lebih konklusif.
7. Membangun hipotesis dari hasil analisis.
22
Kerugian atau kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari
Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:
1. Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data
risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal
relationship tidak jelas).
2. Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang
mempunyai masa sakit yang panjang daripada yang mempunyai
masa sakit yang pendek, karena inidividu yang cepat sembuh
atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil
untuk terjaring dalam studi.
3. Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila
variabel yang dipelajari banyak.
4. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun
prognosis.
5. Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang.
6. Hanya akurat bila dilaksanakan pada individu yang
representatif.
7. Tidak tepat untuk meneliti hubungan kausal antara penyakit
dengan pemicunya karena penelitian dilakukan pada satu waktu.
1. Variabel Orang
23
Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Sidorejo menurut kelompok umur tahun 2005
24
keseluruhan penduduk desa Senden mempergunakan sarana air bersih
berupa sumur gali dengan kedalaman antara 15 – 25 meter dengan
tingkat resiko pencemaran bervariasi dari rendah sampai dengan amat
tinggi. Berdasarkan gambar berikut ini terlihat bahwa keadaan sarana air
bersih di dusun Senden terbanyak mempunyai tingkat risiko terhadap
pencemaran sedang yaitu sebesar 45 %.
Tabel 3. Diskripsi kasus berdasarkan gejala klinik pada KLB diare di Dusun
Senden Desa Sidorejo Kecamatan Lendah tanggal 23 Oktober 2005 s/d
30 November 2005
Mata pencaharian utama penduduk adalah bertani. Hal ini sesuai
dengan kondisi geografis Desa Sidorejo yang terdiri dari dataran dan
perbukitan. Kondisi lingkungan pemukiman kurang memenuhi syarat
kesehatan sehingga memungkinkan untuk terjadinya penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan terutama penyakit diare. Pemastian
diagnosis KLB diare didasarkan pada gejala klinik dan hasil
pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan hasil penyidikan di lokasi KLB
Dusun Senden Desa Sidorejo KecematanLendah, sampai dengan
tanggal 30Nopember 2005 telah ditemukan kasus diare sebanyak 50
orang.Dari hasil penyidikan, maka gejala klinik terbanyak adalah diare
encer, mual/muntah, pusing/sakit kepala, sakit perut,demam, diare
bercampur dengan lendir
b. Variabel Waktu
Memperhatikan gejala klinik dari beberapa penyakit diare, maka
penyebab diare pada KLB tersebut adalah kuman patogen. Hal ini
25
didukung oleh hasi lpemeriksan laboratorium terhadap sampel air bersih
yang menunjukkan positif Coliform dan Coliform tinja yang
mengidentifikasikan telah terjadi pencemaran tinja pada air bersih.
(hasilterlampir). Penetapan KLB : Kasus diare yang terjadi di Dusun
Senden Desa SidorejoKecamatan Lendah adalah merupakan kejadian
luar biasa. Hal ini didasarkan pada laporan W1 (laporan KLB/wabah/24
jam)dan didukung dengan laporan mingguanW2 Puskesmas Lendah II.
Berdasarkan hasil investigasi memasuki minggu ke 44 adalah berjumlah 6
orang, kasus diare mencapai puncaknya pada minggu ke 47 berjumlah 25
orang. Pada minggu ke 48 jumlah kasus mulai menurun dan hanya
ditemukan sebanyak 2 orang.
26
bertambahpada tanggal 17 Nopember 2005 dan mencapai puncaknya
pada tanggal 24 Nopember sebanyak 7 orang, dan sejak tanggal 30
Nopember 2005 sudah tidak ditemukan adanya kasus.
c. Variabel Tempat
27
c. Time
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dikatakan epidemiologi deskriptif hanya mempelajari distribusi dan
frekuensi suatu masalah kesehatan saja, tanpa perlu mencari jawaban faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi frekuensi, penyebaran atau munculnya masalah
kesehatan tersebut. Studi deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi
pendahuluan dari studi analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode
tertentu. Analisis data dengan epidemiologi berdasarkan variabel digunakan untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang morbiditas dan mortalitas yang
dihadapi.
Terdapat tiga variabel utama dalam epidemiologi deskriptif, yaitu variabel
orang, variabel waktu, dan variabel tempat. Setiap variabel memiliki subvariabel
yang menjadi data penting dalam epidemiologi deskriptif. Dalam melakukan
penelitian epidemiologi deskriptif, terdapat sepuluh langkah penting yang tidak
dapat diabaikan. Jika kesepuluh langkah tidak terpenuhi, maka validasi hasil
penelitian akan diragukan. Dalam studi epidemiologi apapun, mengukur variabel
dengan benar dan konsisten merupakan kondisi yang tidak dapat dikompromikan.
Karena itu pengukuran variabel harus memenuhi syarat validitas dan reabilitas.
Teknik analisis dan interpretasi hasil penelitian deskriptif dapat dilakukan
dengan menggunakan uji statistik atau persamaan matematika. Dalam
epidemiologi, umumnya unit analisis adalah individu (disebut analisis individu),
atau kelompok (disebut analisis ekologis, agregat) baik yang dilakukan pada studi
potong-lintang (cross-sectional) ataupun studi longitudinal. Analisis data
deskriptif menggunakan statistik deskriptif yang terbagi atas statistik lokal dan
statistik distribusi.
29
Keuntungan dari studi epidemiologi deskriptif adalah :
a. Mudah dilakukan dan relatif murah daripada studi epidemiologi
analitik.
b. Memberikan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam
rangka perencanaan yang efisien.
c. Dapat memberikan gambaran mengenai pola penyakit dan
kecenderungan terjadinya penyakit berdasarkan karakteristik orang,
tempat , dan waktu.
d. Dapat memberikan informasi penting mengenai potensi penting dan
faktor risiko, seperti umur, jenis kelamin, dan letak geografis untuk
keperluan perbandingan terhadap prevalensi suatu penyakit dan
pembuatan suatu tes hipotesis pada studi analisis.
e. Merupakan informasi dasar untuk keperluan perencanaan, pelayanan,
dan evaluasi program pelayanan kesehatan pada masyarakat.
f. Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu
variabel merupakan faktor risiko penyakit.
Kerugian penelitian epidemiologi deskriptif adalah :
1.2 Tidak dapat dipakai untuk tes etiologi hipotesis karena tidak ada
kelompok kontrol atau kelompok pembanding.
2.2 Tidak dapat menentukan adanya asosiasi atau hubungan antara factor
risiko dengan masalah kesehatan atau penyakit.
3.2 Saran
Dalam melakukan penelitian, ketelitian dan kecermatan menjadi kunci
utama untuk mendapatkan data yang valid dan terpercaya. Oleh karena itu, dalam
melakukan penelitian epidemiologi deskriptif, sangat penting untuk mengikuti
setiap langkah-langkah penelitian yang telah ditetapkan, agar hasil yang didapat
bermanfaat terutama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
30
DAFTAR PUSTAKA
31