Вы находитесь на странице: 1из 17

Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/fae.v35n1.2017.

1-17 1

PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18


TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

Process and Dynamics of Legal Drafting of Food Law Number 18 Year 2012
Achmad Suryana1, Munawar Khalil2
1Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jalan Tentara Pelajar 3B, Cimanggu, Bogor 16161
2Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Jalan Harsono RM No.3 Ragunan, Jakarta Selatan
*Korespondensi penulis E-mail: achsuryana@gmail.com

Naskah diterima: 12 April 2017 Direvisi: 22 Mei 2017 Disetujui terbit: 14 Juli 2017

ABSTRACT

Legal drafting of the Food Law (Number 18/2012) was initiated by DPR RI using its initiative right. This law was
issued in 2012 to replace the existing Food Law (Number 7/1996) because it was considered to be incapable to
provide guidance for solving problems and challenges of national food development. This condition was due to
significant changes in national and international strategic environment. Legal drafting processes of this law
accommodated not only views of the parliament members of Working Committee representing their parties and the
national government representatives coordinated by Ministry of Agriculture, but also from people’s aspirations
through public consultations. From all subjects discussed, several issues were needed more intensive attentions,
i.e. (a) meaning of food sovereignty, (b) position of imports to support food availability, (c) national food institution
establishment, and (d) halal food issue. This paper aimed to write down processes and dynamics of legal drafting
of this food law with those four issues as examples. It is expected that this article will be useful as information and
lessons learned about legal drafting process and help stakeholders of food development to have more
understanding of real meaning and intention of norms written in this Law.
Keywords: Food Law, legal drafting process, people’s aspiration, food development

ABSTRAK

Penyusunan Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan diinisiasi DPR RI dengan
menggunakan hak inisiatif. UU Pangan ini diterbitkan tahun 2012 mengganti UU Pangan yang ada waktu itu (No.
7/1996) yang dinilai sudah tidak mampu memberikan acuan untuk menjawab berbagai permasalahan dan
tantangan pembangunan pangan nasional. Kondisi ini disebabkan oleh terjadinya perubahan yang signifikan dari
lingkungan strategis nasional dan internasional. Proses penyusunan UU Pangan ini tidak saja mengakomodasi
pemikiran para anggota DPR dari Panitia Kerja RUU Pangan yang mewakili fraksinya dan wakil-wakil
kementerian/lembaga pemerintah yang dikoordimir oleh Kementerian Pertanian, tetapi juga menampung berbagai
aspirasi masyarakat melalui penyelenggaraan konsultasi publik. Dari keseluruhan materi yang dibahas dalam RUU
Pangan, beberapa substansi memerlukan pembahasan yang lebih intens dan mendalam, empat isu diantaranya
adalah: (a) pengertian kedaulatan pangan; (b) posisi impor dalam penyediaan pangan; (c) pembentukan
kelembagaan pangan; dan (d) kehalalan pangan. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mendokumentasi proses dan
dinamika pembahasan UU Pangan, dengan pendalaman menggunakan empat isu tersebut di atas. Diharapkan
tulisan ini bermanfaat sebagai informasi dan pelajaran berharga mengenai dinamika penyusunan UU Pangan, dan
dapat membantu pemangku kepentingan pembangunan pangan lebih memahami arti sesungguhnya dan maksud
dari norma-norma yang tercantum dalam UU Pangan ini.
Kata kunci: Undang-Undang Pangan, proses penyusunan peraturan-perundangan, aspirasi mayarakat,
pembangunan pangan

PENDAHULUAN merupakan kebutuhan dasar manusia yang


paling utama dan pemenuhannya merupakan
bagian dari hak asasi setiap individu.
Pemerintah menjalankan public service Pemenuhan kecukupan pangan bagi rakyat
(pelayanan masyarakat) yang melayani merupakan kewajiban baik secara konstitusional,
kebutuhan masyarakat dan menjadi jawaban moral, sosial, maupun hukum (Suratin 2008, FAO
fungsional terhadap berbagai permasalahan 2014, Widayati et al. 2015). Selain itu,
yang menimpa kehidupan masyarakat (Sofyan pemenuhan kecukupan pangan dan gizi
2015), termasuk masalah pangan. Pangan
2 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

merupakan investasi pembentukan sumber daya dan keamanan pangan olahan, sementara
manusia (SDM) yang lebih baik (Kemenkes pengaturan aspek penyediaan dan
2015, Sardjoko 2016), dan prasyarat bagi keterjangkauan pangan belum dibahas. Pada
pemenuhan hak-hak dasar lainnya seperti UU Pangan baru kelemahan tersebut
pendidikan dan pekerjaan (Suryana 2014; diperbaiki, sehingga pemenuhan pangan
Rachmat 2015). tersebut berlaku baik untuk masyarakat,
rumah tangga, hingga perseorangan.
Berdasarkan pola pikir tersebut di atas, untuk
2. Pengaturan tentang sanksi dan penegakan
mewujudkannya diperlukan pedoman atau
hukum pada UU Pangan lama masih relatif
norma-norma yang mengatur berbagai aspek
lemah, padahal penyimpangan dalam bisnis
pangan agar hak atas pangan bagi rakyat dapat
pangan sangat membahayakan bagi
terpenuhi. Sejak tahun 1996, acuan tersebut
kesehatan manusia, masyarakat sampai
sudah dimiliki bangsa Indonesia berupa Undang-
pada stabilitas politik. Pada UU Pangan baru
Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1996 tentang
aspek ini ditata lebih rinci dengan sanksi yang
Pangan. Akan tetapi, 15 tahun kemudian, UU
relatif lebih berat.
tersebut sudah tidak mampu memberikan acuan
3. Pemerintah Indonesia melalui proses
untuk menjawab berbagai permasalahan dan
ratifikasi dokumen internasional telah
tantangan dalam pembangunan pangan karena
mengakui hak atas pangan perseorangan dan
selama periode tersebut lingkungan strategis
memberikan kewajiban kepada negara untuk
nasional dan internasional berubah drastis. Pada
menghormati, memenuhi, dan melindungi hak
tingkat nasional dimulai tahun 1998 telah terjadi
atas pangan warga negaranya melalui UU
proses reformasi di berbagai bidang kehidupan
Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
berbangsa dan bernegara, termasuk
International Covenant on Economic, Social
dilahirkannya kebijakan otonomi daerah dan
and Cultural Rights (Kovenan Internasional
desentralisasi pembangunan. Di tingkat global
Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya). Ratifikasi
proses liberalisasi perdagangan dan
tersebut membawa konsekuensi hukum bagi
pengembangan blok perdagangan kawasan
Indonesia untuk meninjau berbagai produk
semakin menguat. Bersamaan dengan itu,
perundang-undangan nasional guna
dampak perubahan iklim ekstrim terjadi dengan
memastikan bahwa produk perundang-
frekuensi semakin intensif, yang memiliki
undangan tersebut sesuai dengan prinsip-
dampak negatif terhadap upaya peningkatan
prinsip pemenuhan dan perlindungan hak
produksi pertanian.
asasi manusia (HAM). Dalam UU Pangan
Para wakil rakyat di Dewan Perwakilan baru pengakuan atas hak tersebut, terutama
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) memahami mengenai hak atas pangan (right to food)
adanya permasalahan tersebut, tentu saja dari dirumuskan dengan jelas sesuai kovenan
persektif politik bernegara. Oleh karena itu, DPR tersebut.
mengambil insiatif untuk melakukan perubahan
Proses kelahiran UU Pangan merupakan
terhadap UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang
hasil dari upaya berbagai pihak. Peran dan
Pangan (Arifin 2011, Khaeron 2012). Seperti
sumbangan tersebut tidak hanya berasal dari
tercantum dalam konsideran menimbang huruf d
unsur legislatif (DPR) dan eksekutif
dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
(Pemerintah), tetapi kontribusi dan partisipasi
Pangan (UU Pangan) yang merupakan
konstruktif dari berbagai pihak seperti para pakar,
pengganti UU Pangan lama, dinyatakan:
akademisi, pengelola lembaga swadaya
“bahwa UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang masyarakat (LSM), dan swasta juga mewarnai
Pangan sudah tidak sesuai lagi dengan substansi pengaturan dalam UU tersebut.
dinamika perkembangan kondisi eksternal Dengan proses dan dinamika penyusunan UU
dan internal, demokratisasi, desentralisasi, seperti diuraikan di atas, UU Pangan yang
globalisasi, penegakan hukum, dan beberapa dihasilkan diharapkan dapat mewakili sebagian
peraturan perundangan lain yang dihasilkan besar aspirasi rakyat Indonesia untuk
kemudian sehingga perlu diganti”. membangun ketahanan pangan berkelanjutan
dengan azas kedaulatan dan kemandirian
Perbedaan signifikan antara UU Pangan yang pangan.
baru (UU Nomor 18 Tahun 2012) dengan yang
lama (UU Nomor 7 Tahun 1996) adalah: Dengan memperhatikan proses dan dinamika
penyusunan UU Pangan tersebut, penulisan
1. Konsep ketahanan pangan dalam UU Pangan
artikel ini bertujuan untuk (1) mendokumentasi
lama (7/1996) belum mengatur penyediaan proses penyusunan dan pembahasan UU
pangan hingga ke tingkat perseorangan, Pangan dan (2) menyajikan informasi terkait
tetapi lebih fokus pada aspek hilir dari sistem beberapa materi krusial dalam pembahasan UU
pangan, seperti pengaturan tentang industri
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 3
Munawar Khalil N

Pangan. Diharapkan tulisan ini bermanfaat dalam rapat dengar pendapat umum. Sebagai
sebagai pelajaran (lesson learned) dan informasi contoh, salah satu kegiatan untuk menjaring
berharga mengenai perumusan norma-norma pandangan para akademisi di kampus terkait
dalam menyusun sebuah UU, sehingga dapat pemikiran perubahan UU Nomor 7 Tahun 1996
membantu para pemangku kepentingan dalam tentang Pangan, dilaksanakan pada awal
mengimplementasikan UU Pangan secara lebih Februari 2011. Komisi IV DPRRI mengadakan
tepat. rapat konsultasi publik dan jaring pendapat
dengan civitas akademika di Universitas
Metoda kajian untuk penulisan artikel ini
Lampung di Bandar Lampung, Universitas
menggunakan analisis deduktif dan deskriptif.
Udayana di Denpasar, dan Universitas
Sumber data dan informasi untuk telaahan ini
Hasanuddin di Makassar.
sebagian besar berupa berbagai dokumen yang
tersedia dalam proses pembahasan RUU Dalam proses penyusunan RUU Pangan ini,
Pangan, baik yang bersumber dari DPR maupun untuk menginformasikan lebih dahulu kepada
Pemerintah, serta dari pemangku kepentingan unit kerja di Kementerian Pertanian (Kementan)
pembangunan pangan yang terdokumentasi dari yang dinilai akan menjadi mitra kerja dalam
proses konsultasi publik penyusunan UU pembahasan selanjutnya, dilaksanakan rapat
Pangan. Selain itu, bahan kajian ini juga berupa tertutup oleh Komisi IV DPR RI dengan Badan
jurnal ilmiah dan makalah yang relevan, serta Ketahanan Pangan (BKP) pada tanggal 18 Juli
dari media massa yang memuat berbagai 2011, dengan agenda pemaparan oleh Biro
pandangan dan pendapat para ahli, akademisi, Perundang-undangan Sekretariat Jenderal
dan paraktisi yang membahas RUU Pangan. DPRRI mengenai Naskah Akademik dan Draf
RUU tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun
1996 tentang Pangan (DPR- RI 2011, BKP
PROSES PENYUSUNAN DAN PEMBAHASAN 2011a). Selain itu, dalam rangka pendalaman
RUU PANGAN materi RUU Pangan inisiatif DPR, Komisi IV DPR
RI membuat empat tim yang didampingi wakil
dari Kementan untuk melakukan studi banding
Penyusunan suatu UU diatur dalam UU keempat negara, yaitu India, Tiongkok, Jepang,
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan dan Amerika Serikat (Kompas, 8 Desember
Peraturan Perundang-undangan, yang kemudian 2011). Kunjungan tersebut selain melaksanakan
diganti dengan UU Nomor 12 tahun 2011 dengan studi banding untuk RUU Pangan, juga untuk
nama yang sama. UU tersebut menyatakan pendalaman materi terkait RUU Perlindungan
bahwa pembentukan suatu UU dapat diajukan dan Pemberdayaan Petani yang dibahas tahun
oleh Pemerintah maupun DPR melalui hak berikutnya, setelah pembahasan RUU Pangan
inisiatif. Rancangan UU tentang Pangan (RUU selesai.
Pangan) ini merupakan perwujudan dari
pemanfaatan hak inisiatif DPR tersebut. DPR RI secara resmi menyampaikan kepada
Presiden RI dokumen RUU tentang Pangan
Penyusunan RUU Pangan inisiatif DPR telah melalui surat Ketua DPR RI Nomor
melalui proses yang cukup panjang. Inisisasi LG.01.04/9337/DPR RI/X/2011 tanggal 28
dimulai oleh berbagai pemangku kepentingan Oktober 2011, dan memohon menunjuk menteri
(stakeholder) pangan sebelum DPR periode yang akan mewakili Presiden dalam rapat-rapat
2009-2014 bekerja. Proses tersebut pembahasannya. Menindaklanjuti surat dari
dikoordinasikan DPRRI masa kerja periode Ketua DPR tersebut, Presiden melalui surat
sebelumnya dengan melibatkan Pemerintah, kepada Ketua DPR Nomor R-61/Pres/11/2011
akademisi, LSM bidang pangan, wakil aspirasi tanggal 30 Nopember 2011 menginformasikan
daerah termasuk Dewan Perwakilan Daerah penugasan kepada Menteri Pertanian, Menteri
(DPD), melalui berbagai forum pertemuan yang Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri
dilaksanakan di berbagai kota di Indonesia. Dalam Negeri, dan Menteri Hukum dan Hak
Sejalan dengan berbagai kegiatan di atas, dalam Asasi Manusia untuk secara bersama-sama atau
proses penyusunan naskah RUU ini selanjutnya, sendiri-sendiri mewakili Presiden dalam
DPR RI periode 2009-2014 melaksanakan kajian membahas RUU Pangan tersebut. Dalam proses
akademis secara komprehensif melalui (1) selanjutnya, karena substansi RUU lebih
inventarisasi permasalahan yang dihadapi di berdekatan dengan domain tugas Kementan,
lapangan dan mengidentifikasi aspirasi Menteri Pertanian ditunjuk menjadi koordinator
pemangku kepentingan;(2) seminar, lokakarya, bagi Kementerian/Lembaga (K/L) terkait untuk
dan pertemuan yang membahas masalah mewakili Pemerintah.
pangan; (3) pengkajian dan diskusi dengan tim
pakar dalam berbagai pertemuan ilmiah serta Langkah pertama yang dilakukan Menteri
Pertanian untuk menindaklanjuti penugasan
4 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

tersebut adalah membuat Kelompok Kerja (Kemenko Perkonomian), Kementerian


Pembahasan RUU Pangan Pemerintah (Pokja Kesehatan, (Kemenkes), Kementerian Kelautan
Pemerintah) dan menunjuk Kepala BKP sebagai dan Perikanan, Kementerian Kehutanan,
koordinator Pokja. Dalam menjalankan Kementerian Keuangan (Kemenkeu),
tugasnya, Pokja Pemerintah ini menggunakan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara
lembaga Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan PAN-RB),
(DKP) sebagai dapur kegiatan. Karena waktu Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan
yang tersedia untuk mengkaji RUU Pangan Kantor Staf Khusus Presiden RI Bidang Pangan
inisiatif DPR ini sangat terbatas, Pokja dan Energi.
Pemerintah segera melaksanakan tugasnya
Untuk meningkatkan pemahaman dan
dengan melakukan penjaringan aspirasi dan
pendalaman atas materi sistem pangan dan
pandangan dari Pemerintah Daerah (Pemda),
ketahanan pangan, pada pertemuan-pertemuan
akademisi, dan organisasi kemasyarakatan di
tersebut diundang juga para ahli dan akademisi
bidang pangan. Paralel dengan kegiatan
bidang pangan dan gizi dari enam perguruan
tersebut, Pokja Pemerintah harus segera
tinggi di Jawa dan luar Jawa, para peneliti dari
menyusun Daftar Inventarisasi Masalah (DIM,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
suatu istilah yang dipakai dalam proses
dan para pejabat lembaga ketahanan pangan
pembahasan suatu RUU di DPR RI) RUU
daerah untuk memberikan kritik dan masukan
Pangan versi Pemerintah,
atas draft RUU Pangan tersebut (BKP 2011b).
Dua cara digunakan untuk mencapai tujuan Hasil rapat-rapat Pokja RUU Pangan Pemerintah
tersebut, yaitu turun langsung ke beberapa ini berupa dokumen hasil kesepakatan wakil-
ibukota provinsi mengadakan berbagai wakil K/L atas DIM RUU Pangan versi
pertemuan dengan pemangku kepentingan di Pemerintah (Kementan 2011a, 2011b),
daerah dan mengundang seluruh perwakilan unit selanjutnya dokumen tersebut disampaikan
kerja ketahanan pangan provinsi ke pertemuan kepada Presiden RI oleh Menteri Pertanian pada
yang diselenggarakan di Kementan. Selain itu, tanggal 28 Desember 2011.
Sekretariat DKP melaksanakan desk study (studi
Rapat pertama antara DPR RI dan
pustaka) dengan dukungan Food and Agriculture
Pemerintah membahas RUU Pangan
Organization (FAO) dan World Bank untuk
dilaksanakan melalui Rapat Kerja (Raker) Komisi
melakukan analisis perbandingan RUU Pangan
IV DPR dengan mengundang lima menteri yang
dengan UU Pangan di berbagai negara (India,
ditugasi Presiden untuk membahas RUU
Mexico, Nicaragua, Ekuador, dan Afrika Selatan)
Pangan, pada tanggal 18 Januari 2012. Dalam
terkait aspek ketahanan pangan, kedaulatan
Raker tersebut Ketua Komisi IV DPR
pangan, dan keamanan pangan (Bourgois 2011).
menyampaikan garis besar isi dan maksud RUU
Hasil berbagai langkah tersebut dimanfaatkan
Pangan inisiatif DPR (DPR RI 2012a). Menteri
untuk penajaman dan penyempurnaan DIM RUU
Pertanian yang mewakili Pemerintah
Pangan.
menyatakan menyambut baik inisiatif DPR
Tahap kedua, pada tanggal 20 Desember tersebut untuk mewujudkan ketahanan pangan
2011 Sekretariat DKP memfasilitasi pertemuan berbasis kedaulatan dan kemandirian pangan
pleno dengan peserta seluruh pemangku secara berkelanjutan guna menjamin hak atas
kepentingan pembangunan pangan untuk pangan masyarakat. Menteri Pertanian
melakukan pembahasan RUU Pangan. Tiga hari selanjutnya mengemukakan DIM RUU Pangan
berikutnya, berurut-turut, dilaksanakan rapat- versi Pemerintah jumlahnya sebanyak 776 buah,
rapat maraton di Bogor guna menghasilkan DIM dengan rincian 94 DIM tetap seperti rumusan
RUU Pangan versi Pemerintah . Dalam rapat semula, 181 DIM merupakan perubahan
tersebut diundang berbagai fikah yaitu: (1) wakil- redaksional, dan 501 DIM berupa perubahan
wakil dari lima kementerian yang mendapat substansi (Kementan 2012a).
penugasan dari Presiden seperti disebutkan
Rapat pertama Panja Komisi IV DPR RI
terdahulu yaitu Kementan, Kementerian
dengan Pokja RUU Pangan Pemerintah
Perindustrian, Kementerian Perdagangan,
dilaksanakan pada tanggal 27 dan 28 Januari
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan
2012. Selanjutnya, dalam kurun bulan Februari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
sampai Oktober 2012, Raker Komisi IV DPR
(Kemenkumham); (2) anggota Pokja Ahli serta
dengan Pemerintah dilaksanakan sebanyak
Pokja Khusus Dewan Ketahahan Pangan; dan
empat kali, Rapat Panja delapan kali, Rapat Tim
(3) mengingat lingkup sistem pangan dan aspek
Perumus/Tim Kecil dan Tim Sinkronisasi masing-
yang dicakup dalam RUU Pangan inisiatif DPR
masing satu kali (DPR RI 2012b). Selain itu
cukup luas, diundang juga wakil-wakil dari
diadakan Rapat Tim Sekretariat Komisi IV
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
dengan Tim Sekretariat Pemerintah sebanyak
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 5
Munawar Khalil N

tujuh kali untuk menyelesaikan detail perumusan dapat menjadi landasan yang kokoh bagi
kalimat dan penyempurnaan penggunaan penyelenggaraan pangan nasional. Perbedaan
bahasa Indonesia. pandangan dapat dimaknai sebagai suatu
dinamika yang dapat dikelola secara positif dan
Dalam proses pembahasan tersebut, sebagai
sehat dalam rangka mencari rumusan
upaya untuk melakukan pendalaman atas materi
pengaturan penyelenggaraan pangan nasional
tertentu, Panja RUU Pangan DPR bersama
yang tepat.
Pokja RUU Pangan Pemerintah melakukan focus
group discussion (FGD) di tiga perguruan tinggi, Dari seluruh proses perdebatan, topik yang
yaitu di Universitas Gadjah Mada (UGM), cukup banyak menyita perhatian dan waktu
Universitas Sumatera Utara (USU), dan Institut karena adanya perbedaan pandangan yang
Pertanian Bogor (IPB). Panja RUU Pangan juga cukup tajam di antara beberapa pihak adalah: (1)
mengundang beberapa pakar bidang pangan pengertian kedaulatan pangan; (2) posisi impor
untuk pendalaman atas pandangan mereka yang dalam penyediaan pangan; (3) kelembagaan
menyatakan RUU Pangan terlalu liberal dan tidak pangan; dan (4) kehalalan pangan. Tentu saja
mengutamakan kepentingan dalam negeri dan ada beberapa materi lainnya yang penting dan
kepentingan petani. Selain itu Panja ini memerlukan pembahasan mendalam, namun
mengundang para pemimpin organisasi keempat isu tersebut mendapat respon,
keagamaan yang ada di Indonesia untuk masukan, dan perhatian yang cukup besar baik
memberi masukan khusus tentang materi dari pihak DPR, Pemerintah, maupun
kehalalan pangan dalam RUU Pangan (DPRRI masyarakat. Untuk mengambil pelajaran
2012b, 2012c, 2012d). berharga (lesson learned) dari proses dan
dinamika penyusunan norma-norma dalam UU
Semua materi dalam RUU Pangan baru dapat
Pangan, berikut disajikan jalannya pembahasan
disepakati melalui proses pembahasan selama
dari keempat topik tersebut.
hampir 10 bulan. Tahap akhir pembuatan UU
adalah pengambilan keputusan yang
dilaksanakan dalam Rapat Pleno DPR RI dan Pengertian Kedaulatan Pangan
penandatanganan UU tersebut oleh Presiden.
Materi yang pertama kali didiskusikan pada
Akhirnya pada Raker Komisi IV DPR dengan
rapat perdana pembahasan RUU Pangan adalah
Pemerintah (Pembicaraan Tingkat I) tanggal 16
tentang dasar pemikiran dicantumkannya konsep
Oktober 2012 disepakati RUU tentang Pangan ini
kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan
untuk diserahkan pada Pembicaraan Tingkat II
ketahanan pangan dalam UU Pangan. Suasana
guna mendapat pengesahan DPR RI (DPR RI
rapat perdana ini sangat intens mulai dari diskusi
2012b, Kementan 2012b). Selanjutnya pada
tentang pengertian yang bersifat teoritis,
Rapat Paripurna DPR RI tanggal 18 Oktober
pendekatan akademis, sampai pada tataran
2012, DPR menyetujui RUU tentang Pangan
praktis. Draft RUU inisiatif DPR meletakkan
untuk disahkan menjadi UU tentang Pangan
kedaulatan pangan menjadi landasan dasar atau
(DPR RI 2012c, Kementan 2012c). Sekitar satu
filosofis dalam pembangunan pangan.
bulan, tepatnya pada tanggal 16 Nopember 2012
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono Konsep kedaulatan pangan mulai menjadi
mengesahkan UU tersebut dan diundangkan di perhatian masyarakat internasional setelah
Jakarta keesokan harinya oleh Menteri Hukum muncul gerakan internasional untuk
dan Hak Asasi Manusia. Peraturan Perundang- mempromosikan terminologi kedaulatan pangan
undangan yang mengatur tentang (food sovereignty) yang pertama kali secara
penyelenggaraan pangan ini diberi nama UU formal digulirkan oleh kelompok LSM dan
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang organisasi masyarakat sipil (Civil Society
terdiri dari 154 Pasal dalam 17 BAB. Organization/CSO) yang menyebut dirinya Via
Campesina pada Konferensi Internasional Kedua
di Tlaxcala, Mexico tahun 1996. Selanjutnya,
ISU-ISU STRATEGIS DALAM PEMBAHASAN pada tahun yang sama Via Campesina dengan
RUU PANGAN dukungan LSM/CSO lainnya mengumumkan
perlunya kedaulatan pangan dalam upaya
pemenuhan hak atas pangan bagi setiap orang
Pada rapat-rapat berbagai tingkatan tersebut, pada World Food Summit (Pertemuan Puncak
pembahasan dilakukan secara sungguh- Pangan Dunia) di Roma, Italia, yang
sungguh, intensif, mendalam dengan nuansa
diselenggarakan FAO (Edelman 2014).
akademis dan politis, serta dengan penuh
dinamika namun dalam semangat konstruktif Definisi internasional tentang kedaulatan
untuk menghasilkan UU tentang Pangan yang pangan cukup banyak dan beragam. Definisi dari
International NGO/CSO Planning Committee
6 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

(IPC) dinilai lebih komprehensif dibandingkan pangan berarti terwujudnya sistem produksi,
definisi awal dari Via Campesina, seperti dikutip konsumsi, distribusi, dan pasar pangan yang
Windfur dan Jonsen (2005) sebagai berikut: berfihak pada kedaulatan rakyat. Dengan konsep
kedaulatan pangan ini, pemenuhan pangan
“Food Sovereignty is the right of peoples,
rakyat dipasok dari produksi dalam negeri yang
communities, and countries to define their own
diusahakan oleh para petani, dan menolak impor
agricultural, labour, fishing, food and land
pangan, terutama pangan pokok (Saragih 2009,
policies, which are ecologically, socially,
Ya’kub 2012). Pemikiran yang berkembang di
economically, and culturally appropriate to their
Indonesia ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
unique circumtances. It includes the true right to
pemikiran yang disosialisasikan di tingkat
food and to produce food, which means that all
internasional yang oleh kelompok mayarakat
people have the right to safe, nutritious, and
yang tergabung dalam Via Campesina seperti
cultural appropriate food and to food-producing
disebutkan di atas (Edelman 2014, Saragih
resources and the ability to sustain themselves
2015). Sikap politik pangan tersebut titik beratnya
and their societies”
pada upaya untuk menyejahterakan petani dan
Pada umumnya, hampir semua definisi menjamin hak petani memperoleh akses
kedaulatan pangan mengandung elemen- terhadap lahan, benih hasil produksi sendiri
elemen yang berkaitan dengan ‘hak’ atau (menghindari ketergantungan benih impor,
‘right’(Windfur dan Jonsen 2005, Gordillo dan termasuk benih transgenik), dan input usaha tani
Geronimo 2013. Edelman 2014), namun lainnya.
Edelman menyimpulkan bahwa para pendukung
Dukungan terhadap kedaulatan pangan
konsep kedaulatan pangan tidak mampu
sebagai kebijakan dasar dalam pembangunan
mendefinisikan secara jelas atau menyepakati
pangan nasional datang juga dari para akademisi
pengertian “kedaulatan” dalam istilah
di perguruan tinggi, diantaranya dari UGM dan
“kedaulatan pangan” tersebut. Berdasarkan
IPB (Agus 2012, Machfoedz 2012, Damanhuri
pemikiran yang berkembang seperti diuraikan di
2012, Santosa 2017). Walaupun masing-masing
atas, Windfur dan Jonsen (2005) merinci pihak-
memiliki rumusan berbeda tentang kedaulatan
pihak yang memiliki hak terkait kedaulatan
pangan, pada intinya polapikirnyasamayaitu
pangan tersebut sebagai berikut:
pemenuhan pangan masyarakat secara
a. Petani skala kecil (termasuk peternak, keseluruhan hendaknya diupayakan dengan
nelayan, dan buruh tani) memiliki hak untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
memproduksi pangan sesuai pilihannya. domestik melalui pemberdayaan petani dan
Bersamaan dengan itu terdapat jaminan bukan berasal dari impor. Artinya upaya
akses bagi petani skala kecil pada lahan, air, memproduksi pangan melalui pemberdayaan
benih tanaman serta bibit ternak, dan kredit petani dan yang mampu mensejahterakan petani
modal usaha. perlu menjadi arus utama kebijakan pangan
nasional.
b. Seluruh penduduk mempunyai hak atas
pemenuhan kebutuhan pangannya sesuai Pembahasan intensif dalam rapat Panja RUU
pilihannya untuk dapat hidup sehat, aktif, dan pangan perdana di hari pertama tersebut berhasil
produktif. Konsumen pangan memiliki hak menyepakati kedudukan dan rumusan
untuk memutuskan sendiri pangan yang akan pengertian kedaulatan pangan dalam
dikonsumsinya dan bagaimana serta siapa pembangunan pangan nasional. Kedaulatan
yang memproduksinya pangan diposisikan sebagai landasan filosifis
bagi penyelenggraan pangan yang diatur
c. Negara memiliki hak untuk menentukan
rinciannya pada setiap pasal dalam UU Pangan.
kebijakan pangannya secara mandiri dan hak Pengertian kedaulatan pangan dalam UU Nomor
untuk melindungi dari adanya kondisi under- 18 Tahun 2012 tentang Pangan yang disepakati
priced komoditas impor pangan dan adalah: “Hak negara dan bangsa yang secara
pertanian. mandiri menentukan kebijakan pangan yang
Di dalam negeri, pemikiran tentang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang
kedaulatan pangan berkembang di kalangan memberikan hak bagi masyarakat untuk
LSM bidang pangan diantaranya Serikat Petani menentukan sistem pangan yang sesuai dengan
Indonesia (SPI), Indonesia Human Right potensi sumber daya lokal”. Pengertian ini
Commission for Social Justice (IHCS), Koalisi disepakati cocok untuk Indonesia dan juga telah
Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), memperhatikan pemikiran yang berkembang di
Koalisi Perempuan, dan Bina Desa (Saragih masyarakat secara nasional dan internasional.
2015). Dalam ungkapan praktis, Ketua Umum Pembahasan berikutnya mengenai
SPI Henry Saragih mengemukakan kedaulatan pengertian kemandirian pangan lebih mudah.
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 7
Munawar Khalil N

Disepakati pengertian kemandirian pangan Dengan demikian, pencapaian ketahanan


dalam UU Pangan adalah “kemampuan negara pangan menjadi ukuran kinerja pembangunan
dan bangsa dalam memproduksi pangan yang pangan. Dengan didukung oleh pengembangan
dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan keamanan pangan, hasil akhir (outcome)
yang cukup sampai di tingkat perseorangan, pembangunan pangan nasional adalah
dengan memanfaatkan potensi sumber daya terbentuknya sumber daya manusia (SDM)
alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan Indonesiabaik sebagai suatu kelompok
lokal secara bermartabat”. masyarakat ataupun perseorangan yang sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan
Dengan pengertian kedaulatan dan
(Gambar 1).
kemandirian pangan tersebut di atas, lantas
kedudukan dan pengertian ketahanan pangan Negara yang memanfaatkan filosofi berpikir
menjadi jelas. Walaupun disepakati pada kedaulatan pangan dalam UU ternyata tidak
prinsipnya pengertian ketahanan pangan hanya Indonesia. Konsepsi kedaulatan pangan
mengikuti definisi internasional, dengan telah dimasukkan sebagai norma legal, sebagian
tambahan di sana-sini sesuai kepentingan pada level konstitusi nasional, di beberapa
nasional. Pengertian ketahanan pangan dalam negara seperti Venezuela, Senegal, Mali,
UU pangan adalah: “kondisi terpenuhinya Nikaragua, Ekuador, Nepal, dan Bolivia
pangan bagi negara sampai dengan (Edelman, 2014).
perseorangan, yang tercermin dari tersedanya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun
Pengaturan Impor Pangan
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan Materi tentang impor pangan merupakan isu
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat yang menjadi perhatian banyak pihak dalam
untuk dapat hidup sehat, aktif, produktif secara pembahasan RUU tentang Pangan. Berbagai
berkelanjutan”. pendapat dan posisi para pihak mengemuka baik
secara terbatas atau melalui media yang menilai
Tiga konsep dasar pemikiran yang melandasi
RUU Pangan terlalu bersifat liberal dandapat
keseluruhan pengaturan dalam UU Pangan
membuka ketergantungan pemenuhan
berkaitan dan jalin-menjalin. Kedaulatan pangan
kebutuhan pangan pada impor (Forum Kajian
bersama kemandirian pangan menjadi landasan
Islam Mahasiswa Universitas Ibnu Khaldun
filosofis atau ruh/jiwa penyelenggaraan pangan
Bogor 2012). Pihak lain mengemukakan RUU
untuk mencapai tujuan pembangunan pangan,
pangan berpotensi memperluas pasar beras
yaitu ketahanan pangan nasional. Dengan
impor di Indonesia karena pemerintah pusat dan
ungkapan lain, Syahyuti et al. (2015) menyatakan
daerah dapat membeli beras berapapun dari luar
kedaulatan pangan merupakan suatu strategi
negeri (Antara Jatim 2011) Rachbini dari
dasar untuk melengkapi ketahanan pangan
Lembaga Pengkajian Penelitian dan
sebagai tujuan akhir pembangunan pangan.
Pengembangan Ekonomi Kamar Dagang dan

Kedaulatan
Pangan

SDM Indonesia
Ketahanan
Pangan yang sehat, aktif dan
produktif
secara berkelanjutan.

Kemandirian
Pangan
Keamanan
Pangan

Landasan/ruh pembangunan Ukuran kinerja Outcome (hasil akhir)


pangan

Sumber: Suryana 2012a dan 2012b.


Gambar 1. Kerangka pikir sistem penyelenggaraan pangan nasional
8 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

Industri mengkritik RUU Pangan yang dinilai Pangan melaksanakan kegiatan konsultasi
menyejajarkan impor sebagai sumber pangan publik, di Gedung DPR RI dan di tiga perguruan
bersama produksi dalam negeri dan cadangan tinggi, yaitu UGM, USU dan IPB (DPR RI 2102b).
pangan (Kompas.com 2011). Pokja Pemerintah secara internal juga mengupas
isu impor pangan ini dari berbagai aspek
Di pihak lain, pandangan berbeda terekam
ketahanan pangan.
dalam forum diskusi terbuka dengan topik RUU
Pangan dengan peserta undangan termasuk dari Untuk mendapatkan gambaran rancangan
perwakilan organisasi internasional di Jakarta arah kebijakan impor penyediaan pangan dalam
(Suryana 2012c, BKP 2012a), diantara peserta RUU tentang Pangan, dalam Tabel 1 disajikan
diskusi ada yang mengemukakan pembatasan rumusan norma tentang sumber penyediaan
impor pangan seperti pengaturan dalam RUU pangan dan dalam Tabel 2 dikemukakan norma
Pangan dikhawatirkan meniadakan manfaat dari tentang impor pangan, masing-masing menurut
perdagangan dan bertentangan dengan RUU inisiatif DPR, DIM RUU Pangan
peraturan perdagangan internasional. Dalam Pemerintah, dan rumusan final yang tercantum
konteks stabilisasi harga pangan, beberapa hasil dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
penelitian menyatakan bahwa pembatasan Pangan. Dari Tabel tersebut terlihat tidak ada
perdagangan pangan (ekspor atau impor) tidak perbedaan pemikiran yang mendasar mengenai
memperkuat upaya stabilitas harga pangan pengaturan impor pangan antara DPR dan
(Kornher and Kalkuhl 2014, Gouel 2015). Impor Pemerintah. Rumusan norma dalam kedua
pangan diperlukan untuk menjaga stabilitas dokumen tersebut sebenarnya sudah
harga pangan, apabila kenaikan harga tersebut menangkap aspirasi yang berkembang di
disebabkan oleh ketidak cukupan pasokan mayarakat, dengan memformulasikan norma
pangan dari produksi dalam negeri dan bahwa sumber utama penyediaan pangan untuk
cadangan pangan untuk pemenuhan kebutuhan memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh
pangan seluruh masyarakat. masyarakat berasal dari produksi dalam negeri
dan cadangan pangan nasional, impor pangan
Dengan mengemukanya berbagai pendapat
diposisikan untuk mengatasi kekurangan
para pihak seperti dikemukakan di atas, fihak
penyediaan yang disebabkan pasokan dari
DPR dan Pemerintah sepakat untuk mendalami
produksi domestik dan cadangan pangan tidak
isu tersebut dengan lebih seksama. Di sela-sela
mencukupi.
jadwal rapat pembahasan RUU, Panja RUU

Tabel 1. Pengaturan tentang sumber penyediaan pangan dalam RUU tentang Pangan inisiatif DPR RI,
DIM RUU Pangan dari Pemerintah, dan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
RUU tentang Pangan DIM RUU Pangan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
inisiatif DPR RI Pemerintah Pangan
Bab IV Bab IV Bab IV
Ketersediaan Pangan Ketersediaan Pangan Ketersediaan Pangan
Bagian Kesatu Bagian Kesatu Bagian Kesatu
Umum Umum Umum

Pasal 15 Pasal 15 Pasal 14


(1) Sumber penyediaan pangan (1) Sumber penyediaan pangan (1) Sumber penyediaan pangan
berasal dari produksi pangan berasal dari produksi pangan berasal dari produksi pangan
dalam negeri, cadangan dalam negeri, cadangan dalam negeri dan cadangan
pangan, dan pemasukan pangan, dan pemasukan pangan nasional.
pangan dari luar negeri. pangan dari luar negeri.
(2) Sumber penyediaan pangan (2) Sumber penyediaan pangan (2) Dalam hal sumber penyediaan
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud pada pangan sebagaimana
ayat (1) diutamakan berasal ayat (1) diutamakan berasal dimaksud pada ayat (1) belum
dari produksi dalam negeri. dari produksi dalam negeri. mencukupi, pangan dapat
dipenuhi dengan impor pangan
sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 16 Pasal 16 Pasal 15
(1) Pemerintah mengutamakan (1) Pemerintah mengutamakan (1) Pemerintah mengutamakan
produksi pangan dalam negeri produksi pangan dalam negeri produksi pangan dalam negeri
untuk pemenuhan kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi pangan. konsumsi pangan. konsumsi pangan.
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 9
Munawar Khalil N

Tabel 2. Rumusan norma tentang impor pangan dalam RUU tentang Pangan inisiatif DPR RI, DIM
RUU Pangan dari Pemerintah, dan UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
RUU tentang Pangan DIM RUU Pangan dari UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang
inisiatif DPR RI Pemerintah Pangan
Bab IV Bab IV Bab IV
Ketersediaan Pangan Ketersediaan Pangan Ketersediaan Pangan
Bagian Keempat Bagian Keempat Bagian Kelima
Pemasukan Pangan ke dalam Pemasukan Pangan ke dalam Impor Pangan
Wilayah Negara RI Wilayah Negara RI

Pasal 35 Pasal 15 Pasal 36


(4) Pemasukan pangan sebagai- (4) Pemasukan pangan sebagai- (1) Impor pangan hanya dapat
mana dimaksud pada ayat (1) mana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila produksi
hanya dapat dilakukan apabila hanya dapat dilakukan apabila pangan dalam negeri tidak
produksi pangan dalam negeri produksi pangan dalam negeri mencukupi dan/atau tidak dapat
dan cadangan pangan nasional dan cadangan pangan nasional diproduksi di dalam negeri.
tidak mencukupi atau tidak tidak mencukupi atau tidak
diproduksi di dalam negeri. diproduksi di dalam negeri.
---- ---- (2) Impor pangan pokok hanya dapat
dilakukan apabila produksi
pangan dalam negeri dan
cadangan pangan nasional tidak
mencukupi.
----- (8) Pemasukan pangan tidak Pasal 39
berdampak negatif terhadap Pemerintah menetapkan kebi-jakan
keberlanjutan usaha tani, dan peraturan impor pangan yang
peningkatan produksi, tidak berdampak negatif terhadap
kesejahtreraan pertani dan keberlanjutan usaha tani,
nelayan. peningkatan produksi,
kesejahteraan petani, nelayan,
pembudi daya ikan, dan pelaku
usaha pangan mikro dan kecil.

Diskusi mengenai impor pangan tidak ada tiga, yaitu dari produksi dalam negeri,
terlepas dari konsep dasar tentang ketahanan cadangan pangan nasional, dan impor pangan.
pangan. Pengertian ketahanan pangan yang Definisi global tentang ketahanan pangan tidak
berlaku secara global adalah kondisi terpenuhi- menetapkan posisi dari ketiga sumber tersebut,
nya kebutuhan pangan suatu negara dalam yang penting kebutuhan pangan seluruh rakyat
jumlah dan mutu yang cukup, merata, dan dapat terpenuhi. Sebagai contoh, komunitas
terjangkau oleh seluruh masyarakat hingga internasional mengakui Singapura memiliki
perseorangan. Pengertian ini netral terhadap ketahanan pangan yang tangguh, padahal
asal sumber pangan. Pada tingkat rumah tangga, kemampuan produksi pangan dalam negerinya
perwujudan ketahanan pangan tidak mempersoal- sangat minimal. Pada tahun 2016, posisi
kan asal sumbernya, yang penting kebutuhan Singapura dalam pencapaian seluruh aspek
pangan seluruh anggota rumah tangga terpenuhi ketahanan pangan berdasarkan ukuran Global
sesuai kebutuhan untuk dapat hidup sehat dan Food Secutity Index(GFSI) adalah peringkat tiga
produktif. Sumber pangan rumah tangga dapat dari 113 negara yang dievaluasi (The Economist
berasal dari (a) produksi sendiri, (b) cadangan Intellegence Unit 2016).
pangan yang disimpan di rumah, (c) pemberian
Indonesia tidak seperti dan tidak ingin seperti
keluarga atau tetangga, (d) bantuan pangan
Singapura. Indonesia negara yang luas dengan
Pemerintah, dan (e) diperoleh dari pembelian di
penduduk yang sangat banyak, dan dengan
pasar. Proporsi sumbangan sumber pangan
dominasi beras sebagai pangan pokok. Kondisi
dapat berbeda antar rumah tangga. Untuk rumah
tersebut menjadikan komoditas beras
tangga di perkotaan sumber utama pangan dari
pasar, tertapi untuk rumah tangga petani sumber sebagai pangan pokok sangat strategis secara
utama pangan dari produksi sendiri. sosial, ekonomi, dan politik. Oleh sebab itu,
upaya peningkatan produksi pangan, khususnya
Pada tingkat negara, sumber penyediaan
beras dengan sasaran pertumbuhan/tahun yang
pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan
10 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

tinggi sudah dimulai oleh Presiden RI pertama Ir. perhitungan yang tepat tentang ketersediaan
Soekarno dan berlanjut sampai pemerintahan pangan dari produksi dalam negeri, cadangan
saat ini. Indonesia menetapkan target untuk tidak pangan, dan kebutuhan konsumsi pangan
tergantung dari negara lain guna memenuhi antarwilayah serta nasional. Selain itu,
kebutuhan pangannya, terutama pangan pokok. keputusan impor pangan harus benar-benar
Indonesia berupaya mencapai ketahanan didasarkan dalam rangka menjaga kepentingan
pangan berkelanjutan, dengan basis produksi nasional (Suryana 2015). Untuk mewujudkan
pangan dalam negeri. Pola pikir tersebut kedaulatan pangan, pengaturan impor pangan
sebenarnya sudah dituangkan dalam RUU dalam UU Pangan harus betul-betul
Pangan, baik inisiatif DPR maupun dari memerhatikan kondisi dan potensi produksi
Pemerintah (Tabel 1, kolom 1 dan 2). pangan nasional serta kemampuan cadangan
pangan nasional dan peningkatan kesejahteraan
Dengan menyerap aspirasi rakyat, akhirnya
petani.
Panja RUU Pangan berhasil merumuskan pasal
mengenai sumber penyediaan pangan seperti Hal penting lainnya terkait kebijakan impor
tercantum dalam UU Nomor 18 Tahun 2012 pangan, dalam UU Pangan ditunjukkan
tentang Pangan pasal 14 dan 15. (Tabel 1, kolom keberpihakan negara kepada para produsen
3). Melalui pasal 14 ayat (1) ditegaskan bahwa pangan, terutama petani skala kecil. Dalam rapat
bagi Indonesia sumber penyediaan pangan yang pembahasan RUU Pangan, Pemerintah
utama hanya ada dua yaitu produksi dalam menginisiasi pemikiran agar impor pangan tidak
negeri dan cadangan pangan nasional. Rumusan berdampak negatif terhadap keberlanjutan usaha
ini merupakan pernyataan politik pangan negara, tani, peningkatan produksi, kesejahteraan petani
yang berbeda dengan pakem internasional. dan nelayan (Tabel 2, kolom 2). DPR menyambut
Selanjutnya pada ayat (2) diatur bahwa dalam hal baik usulan pengaturan ini dan organisasi
dari kedua sumber penyediaan pangan belum kemasyarakatan yang bergerak di bidang
mencukupi pangan dapat dipenuhi dari impor pangan dan organisasi petani mendukung
sesuai dengan kebutuhan. Jadi, pendekatan adanya keberpihakan ini. Norma tersebut
kebijakannya adalah untuk pemenuhan tercantum dalam UU Pangan pasal 39, seperti
kebutuhan pangan nasional, manfaatkan dulu disajikan dalam Tabel 2, kolom 3.
produksi pangan dalam negeri dan cadangan
pangan nasional secara maksimum; bila ternyata
Pembentukan Kelembagaan Pangan
masih belum cukup, baru dipenuhi dari impor. Di
dalam dua ayat di atas terkandung pula Pandangan DPR terkait pembentukan
pengertian bahwa terdapat kewajiban kelembagaan pangan nasional dapat disimak
Pemerintah untuk memprioritaskan peningkatan dalam RUU Pangan inisiatif DPR. Lembaga
produksi dalam negeri dan pengembangan legislatif ini menghendaki adanya kelembagaan
cadangan pangan guna memenuhi kebutuhann pangan nasional yang kuat dan mempunyai
pangan bagi seluruh masyarakat dengan harga otoritas penuh dalam menyusun dan
yang wajar. melaksanakan kebijakan pangan yang
terintegrasi antarwilayah, antarkomoditas, dan
Mengenai pengaturan tentang impor pangan,
antarwaktu. Posisi tersebut selain tercantum
rumusan akhir yang tertera dalam UU Pangan
dalam RUU Pangan juga tercermin dari
mengisyaratkan bahwa impor pangan hanya
pernyataan pimpinan Komisi IV DPR dalam
dapat dilakukan apabila terpenuhi dua syarat,
yaitu (1) produksi pangan dalam negeri tidak Raker DPR RI mengenai Pembahasan Tingkat I
RUU Pangan dengan Pemerintah. Pimpinan
mencukupi dan (2) pangan tersebut tidak dapat
Komisi IV DPR menyampaikan bahwa dalam
diproduksi di dalam negeri. Khusus untuk pangan
rangka mengakomodir perkembangan sistem
pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar
ketatanegaraan, khususnya sistem
masyarakat Indonesia dan sudah pasti
desentralisasi, UU Pangan diarahkan untuk
diproduksi di dalam negeri, impor pangan hanya
mengatur tentang peran dan tanggungjawab
dapat dilakukan apabila produksi pangan dalam
Pemerintah dan pemda dalam mewujudkan
negeri dan cadangan pangan tidak mencukupi
kedaulatan pangan, kemandirian pangan,
(Tabel 2, kolom 3).
ketahanan pangan, keamanan pangan, dan
Frasa “hanya dapat dilakukan” menunjukkan ketersediaan pangan. Dalam RUU Pangan
bahwa kebijakan impor pangan merupakan the inisiatif DPR nama kelembagaan pangan ini
last resort (upaya terakhir) yang dapat dilakukan sudah disebut Badan Otoritas Pangan (DPR RI
oleh Pemerintah ketika syarat-syarat tersebut di 2012a). Dari penjelasan lebih lanjut pimpinan
atas terpenuhi. Impor pangan merupakan Komisi IV diketahui pembentukan kelembagaan
variabel kebijakan yang sah untuk dimanfaatkan, pangan ini dirancang melalui peleburan tiga
tetapi harus dirancang dengan cermat melalui lembaga pangan yang sudah ada, yaitu BKP
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 11
Munawar Khalil N

Kementan, DKP, dan Perum Badan Urusan daerah akan menimbulkan konsekuensi pada
Logistik (Bulog). pengelolaan kelembagaan, SDM aparat, dan
pendanaan. Sementara itu wakil dari Kemenkeu
Penggunaan kata “otoritas” sengaja dipilih
menyebutkan pembentukan kelembagaan baru
perancang RUU Pangan inisiatif DPR sebagai
di pusat dan di daerah akan menimbulkan
penegasan adanya representasi dari kekuatan
konsekuensi kebutuhan pendanaan yang tidak
lembaga pangan ini dalam menentukan
sedikit.
kebijakan pangan nasional dan menjamin
ketersediaan pangan. Ada semacam “imajinasi Pada saat pembahasan di Panja RUU
kolektif” bahwa lembaga pangan nantinya akan Pangan, pihak DPR cukup mantap pada
memiliki kewenangan penuh, tentu saja di bawah posisinya untuk membentuk Badan Otoritas
arahan Presiden RI, dalam menjamin Pangan, walaupun agrumentasinya beragam
ketersediaan pangan yang cukup baik jumlah, sesuai fraksi masing-masing. Sebaliknya, di
mutu, gizi, higienis, dan keamanannya, termasuk pihak Pemerintah belum ada kata sepakat,
menjamin stabilitas harga pangan yang dengan posisi utama pembentukan lembaga
terjangkau daya beli masyarakat. Karena itu, tersebut sebaiknya diserahkan kepada Presiden.
fungsi kelembagaan pangan yang diusulkan Adanya konsekuesi perlunya menata ulang tugas
DPR selain (a) merumuskan kebijakan pangan K/L terkait bidang pangan bila dibentuk Badan
nasional, juga (b) menjamin ketersediaan Otoritas Pangan membayangi setiap diskusi
pangan. Dengan demikian, rancangan lembaga terbatas di pihak Pemerintah dan menjadi
pangan tersebut berperan sebagai regulator dan kendala bagi tercapainya kesepakatan untuk
sekaligus eksekutor untuk beberapa aspek menyetujui pembentukan kelembagaan pangan
strategis dalam menjamin terwujudnya nasional setingkat kementerian.
ketahanan pangan berkelanjutan. DPR juga
Setelah melalui beberapa kali rapat, Panja
menginginkan hadirnya lembaga pangan yang
RUU Pangan sampai pada kesepakatan bahwa
kuat, maka bentuk lembaga pangan setidaknya
isu kelembagaan pangan ini tidak dapat
setingkat kementerian, bahkan ada usulan
diselesaikan di tingkat Panja, karena itu
secara tegas bahwa bentuk lembaga pangan ini
diputuskan untuk dibahas di tingkat Raker Komisi
berupa kementerian.
IV dengan mengundang para menteri yang
Pemerintah mempunyai pandangan yang ditugasi mewakili Presiden dalam pembahasan
sama dengan DPR dalam hal perlunya UU Pangan ini. Panja DPR meminta kepada
menghadirkan kelembagaan pangan yang Pokja Pemerintah untuk mempersiapkan bahan
mempunyai kewenangan yang cukup kuat dan Raker Komisi IV yang mencerminkan posisi
mampu mengoordinasikan pembangunan Pemerintah yang pasti mengenai hal ini.
pangan dengan K/L terkait. Namun seperti
Untuk mempersiapkan bahan Raker dengan
tergambar dalam DIM RUU Pangan Pemerintah,
Komisi IV, Pokja RUU Pangan Pemerintah
rancangan bentuk kelembagaan pangan versi
beberapa kali mengadakan rapat tingkat teknis
Pemerintah menyebutkan lembaga nasional
dengan para wakil K/L terkait, dan
urusan pangan, yang mempunyai tugas (a)
dikoordinasikan di Kantor Kemenko
menetapkan kebijakan pangan dan gizi nasional
Perekonomian. Hasil rapat dilaporkan dan
dan (b) mengoordinasikan, mengintegrasikan,
dibahas dalam rapat tingkat menteri yang
dan menyinkronisasikan pelaksanaan kebijakan
dipimpin oleh Menteri Koordiantor Bidang
pangan dan gizi nasional. Pemerintah tidak
Perekonomian. Akhirnya pada rapat terakhir
mencantumkan nama lembaga serta
tingkat Menteri disepakati hal-hal sebagai
kewenangan yang dimilikinya dalam UU, tetapi
berikut: (1) dibentuk lembaga Pemerintah yang
sepenuhnya diserahkan kepada Presiden.
menangani bidang pangan yang berada di
Rumusan kelembagaan pangan versi bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden;
Pemerintah ini sebenarnya masih menyisakan (2) lembaga ini mempunyai tugas melaksanakan
catatan dari tiga kementerian terkait. Wakil tugas pemerintahan di bidang pangan (dengan
Kementerian PAN dan RB mengingatkan adanya rumusan tugas seperti itu berarti lembaga yang
kebijakan Pemerintah mengenai moratorium dibentuk adalah berupa Lembaga Pemerintah
dalam menambah atau membentuk Non Kementerian/LPNK); dan (3) pengaturan
kelembagaan pemerintah yang baru, serta mengenai organisasi dan tata kerja lembaga
pembentukan organisasi kelembagaan tersebut pangan ini diatur lebih lanjut dengan Peraturan
harus selaras dengan norma dalam UU Nomor Presiden.
39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara
Hasil rapat tingkat menteri ini yang
yang membatasi jumlah kementerian tidak lebih
selanjutnya disampaikan Menteri Pertanian
dari 34 buah. Wakil Kemendagri memberi catatan
sebagai wakil Pemerintah dalam Raker dengan
bahwa pembentukan kelembagaan baru di
12 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

Komisi IV DPR 11 Juni 2012 (Kementan, 2012d). di DPR dan antarwakil Pemerintah, sehingga
Rumusan usulan Pemerintah ini walaupun tidak pembahasannya relatif cepat dan sederhana.
menjanjikan bentuk yang kuat dan tidak memiliki Norma tentang hal ini tercantum dalam pasal
“otoritas” penuh, akhirnya disepakati dalam 129, yang berbunyi:
Raker Komisi IV DPR RI sebagai rumusan
“Lembaga Pemerintah sebagaimana
norma pengaturan kelembagaan pangan dalam
dimaksud dalam pasal 127 dapat
UU Pangan. Dinamika pemikiran tentang
mengusulkan kepada Presiden untuk
kelembagaan pangan di DPR dan Pemerintah
memberikan penugasan khusus kepada
seperti diuraikan di atas, dapat disimak dalam
Badan Usaha Milik Negara di bidang pangan
bentuk rumusan rancangan pasal-pasal
untuk melaksanakan produksi, pengadaan,
mengenai pengaturan kelembagaan tersebut,
penyimpanan, dan/atau distribusi pangan
seperti disajikan dalam Tabel 3.
pokok dan pangan lainnya yang ditetapkan
Satu hal penting mengenai pengaturan oleh Pemerintah”
kelembagaan pangan dalam UU Pangan adalah
disepakatinya norma yang memposisikan BUMN
Aspek Kehalalan Pangan
di bidang pangan sebagai operator dalam
pencapaian ketahanan pangan nasional, melalui Pencantuman kata ‘halal’ dalam UU Pangan
penugasan dari lembaga pangan yang dibentuk disepakati setelah melalui proses yang panjang,
berdasarkan UU ini. Mengenai norma tentang hal dengan pembahasan intensif melalui pendekatan
ini tidak ada perbedaan pandangan antarfraksi akademis, agama, ataupun politik. Beberapa kali

Tabel 3. Dinamika rumusan norma tentang pembentukan kelembagaan pangan dalam penyusunan
UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
RUU tentang Pangan Usul Pemerintah * UU Nomor 18 Tahun 2012
Inisiatif DPR RI tentang Pangan
Badan Otoritas Pangan Untuk mewujudkan ketahanan Pasal 126
sebagaimana dimaksud ... pangan nasional sebagaimana Dalam hal mewujudkan
merupakan lembaga pemerintah dimaksud....dibentuk lembaga kedaulatan pangan, keman-
yang berada di bawah dan nasional urusan pangan yang dirian pangan, dan ketahanan
bertanggungjawab kepada langsung berada di bawah dan pangan nasional, dibentuk
Presiden. bertangungjawab kepada Presiden. lembaga pemerintah yang
menangani bidang pangan yang
berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada
Presiden.
Badan Otoritas Pangan Lembaga nasional urusan pangan Pasal 127
sebagaimana dimaksud ... sebagaimana dimaksud... Lembaga pemerintah
berfungsi: (a) merumuskan mempunyai tugas: (a) menetapkan sebagaimana dimaksud ....
kebijakan pangan nasional, dan (b) kebijakan pangan dan gizi nasional; mempunyai tugas
menjamin ketersediaan pangan dan (b) mengoordinasikan, melaksanakan tugas
nasional. mengintegrasikan, dan pemerintahan di bidang pangan.
menyinkronkan pelaksanaan
kebijakan pangan dan gizi nasional.
Badan Otoritas Pangan (Catatan: rincian tugas dan (Catatan: rincian tugas dan
sebagaimana dimaksud .... kewenangan tidak diatur dalam kewenangan tidak diatur dalam
bertugas dan berwewenang: UU). UU).
a, b, sampai i.
(Dirinci ada 9 butir mulai dari
menyusun kebijakan sampai
kegiatan yang sifatnya teknis
operasional)
Ketentuan lebih lanjut mengenai Ketentuan lebih lanjut mengenai Pasal 129
pembentukan organisasi dan organisasi dan tata kerja lembaga Ketentuan lebih lanjut menge-
mekanisme kerja Badan Otoritas pemerintah sebagaimana dimaksud nai organisasi dan tata kerja
Pangan sebagaimana dimaksud ... .... diatur dengan Peraturan lembaga pemerintah sebagai-
dengan Peraturan Pemerintah. Presiden mana dimaksud ... diatur
dengan Peraturan Presiden
Catatan: *) Pemerintah mengajukan usulan rumusan baru, setelah rumusan dalam DIM RUU Pangan
Pemerintah seperti disajikan dalam Tabel ini tidak disepakati.
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 13
Munawar Khalil N

rapat Panja RUU Pangan tidak dapat mengambil dimaknai mewajibkan sertifikat halal bagi produk
keputusan untuk menyepakati rumusan norma hewan yang memang tidak dihalalkan. Dari
yang didalamnya terdapat kata ‘halal’. Baru Putusan MK tersebut, halal dan sertifikat halal
setelah materi ini dibahas dalam Raker Komisi IV tersebut tidak dibatalkan, namum pemberian
dengan Pemerintah (rapat tingkat menteri) sertifikasi halal hanya berlaku bagi produk hewan
diperoleh jalan keluar dan sampai pada kata yang diproduksi dan/atau dimasukkan ke wilayah
sepakat, walau ada salah satu fraksi yang NKRI yang memang memerlukan sertifikasi
memberikan catatan (DPR RI 2012c) . tersebut.
Berdasarkan penelusuran atas topik ini mulai Proses pembahasan mengenai materi ini
dari awal perumusan konsep RUU Pangan yang cukup intensif terdokumentasi dalam
sampai terumuskannya RUU Pangan inisiatif Laporan Pimpinan Komisi IV dalam rapat
DPR, diketahui bahwa dalam RUU tersebut konsultasi dengan pimpinan DPR dan
sebenarnya kata halal sudah diintroduksi, yaitu Pembicaraan Tingkat II RUU Pangan mengenai
dalam rancangan Bab Keamanan Pangan. Pengambilan Keputusan atas RUU Pangan
Dalam rancangan tersebut dirumuskan bahwa dalam Sidang Paripurna DPR RI (DPR RI 2012c,
salah satu kegiatan penyelenggaraan keamanan 2012d). Dalam beberapa kali rapat Panja,
pangan dilakukan dengan “mencantumkan selanjutnya dibahas dalam Tim Kecil dan Tim
jaminan produk halal”. Pada beberapa rumusan Sinkronisasi, berkembang berbagai rumusan
lain, terdapat elaborasi mengenai hal ini, seperti alternatif dan juga mengidentifikasi pengaturan
pada rancangan rumusan pengertian keamanan apa saja norma tentang kehalalan ini diperlukan.
pangan, di akhir kalimatnya terdapat frasa “.... Rumusan akhir hasil pembahasan berbeda
serta ketidaksesuaian dengan keyakinan agama dengan rancangan awal dalam RUU Pangan,
dan budaya, sehingga aman untuk dikonsumsi.”. baik versi inisiatif DPR maupun DIM dari
Pemerintah.
Sementara itu, dalam DIM RUU Pangan
Pemerintah kata halal atau kehalalan muncul di Permasalahan pencantuman kalimat halal
beberapa bagian khususnya rancangan norma bagi yang dipersyaratkan ini sebetulnya sudah
terkait dengan pemasukan (impor) pangan, mengerucut pada Rapat Panja 10 Juli 2012,
disrtibusi pangan, konsumsi pangan, dan namun masih belum dapat diambil keputusan.
keamanan pangan. Sebagai contoh dalam Pada rapat tersebut diidentifikasi terdapat tiga
rancangan tentang distribusi pangan, terdapat opsi rumusan norma mengenai kehalalan, yaitu:
salah satu ayat dengan rumusan (1) tidak bertentangan dengan agama,
norma:“Pengelolaan sistem distribusi pangan keyakinan, dan budaya masyarakat, (2) sesuai
yang dapat mempertahankan keamanan, mutu, dengan keyakinan dan budaya masyarakat, dan
gizi pangan, dan kehalalan bagi yang (3) halal sesuai dengan yang dipersyaratkan dan
dipersyaratkan”. tidak bertentangan dengan keyakinan dan
budaya masyarakat. Diidentifikasi juga akhirnya
Pencantuman kata halal dalam UU Republik
hanya lima norma yang disepakati
Indonesia yang bukan mengatur secara khusus
dicantumkannya rumusan norma tentang
mengenai aspek halal sebelum UU Pangan
kehalalan, yaitu mengenai pengertian ketahanan
diterbitkan sudah ada, yaitu dalam UU Nomor 8
pangan dan keamanan pangan, impor pangan,
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
distribusi pangan, konsumsi pangan, dan
dan UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang
keamanan pangan (DPR RI 2012d, BKP 2012b),
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dalam UU
seperti disajikan dalam Tabel 4.
Peternakan dan Kesehatan Hewan, pasal 58
ayat (4) berbunyi: “Produk hewan yang Sebelum melanjutkan pembahasan materi
diproduksi dan/atau dimasukkan ke wilayah tentang kehalalan , guna menyamakan persepsi
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk Panja RUU Pangan, pada tanggal 1 Oktober
diedarkan wajib disertai sertifikat veteriner dan 2012 Panja RUU Pangan mengundang tokoh-
sertifikat halal”. Pengaturan ini digugat ke tokoh agama yaitu Ketua Komisi Fatwa Majelis
Mahkamah Konstitusi (MK), terkait dengan Ulama Indonesia, Ketua Umum Persekutuan
implementasi pengaturan sertifikasi halal, karena Gereja-Gereja Indonesia, Ketua Umum
tidak semua komoditas daging yang Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma
diperdagangkan memerlukan sertifikasi halal Indonesia, dan Ketua Umum Dewan Pimpinan
karena bukan untuk konsumsi masyarakat Pusat Perwakilan Umat Budha. Pada Rapat
beragama Islam. Atas gugatan tersebut MK Panja tanggal 15 Oktober 2012, sehari sebelum
memutuskan bahwa: “ Pasal 58 ayat (4) UU Raker Komisi IV dengan agenda pengesahan UU
Nomor 18 Tahun 2009.... tidak mempunyai pangan di tingkat Komisi, akhirnya berhasil
kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa wajib diputuskan ketentuan frasa “halal bagi yang
disertai sertifikat veteriner dan sertifikat halal, dipersyaratkan/sesuai dengan keyakinan
14 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

Tabel 4. Norma dalam UU tentang Pangan yang mengatur tentang “kehalalan” pangan.
No. Norma Rumusan norma
1.a BAB I Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi
KETENTUAN UMUM negara sampai perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
Pasal 1, angka 4 pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara
berkelanjutan.
1.b BAB I Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
KETENTUAN UMUM untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis,
Pasal 1, angka 5 kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
membahayakan kesehatan manusia, serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,sehingga
aman untuk dikonsumsi.
2 BAB IV Impor pangan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
KETERSEDIAAN PANGAN konsumsi dalam negeri wajib memenuhi peryaratan keamanan,
Bagian 5. mutu, gizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat,
Impor Pangan
Pasal 37 ayat (1)
3 BAB V Pengelolaan sistem distribusi pangan yang dapat
KETERJANGKAUAN PANGAN mempertahankan keamanan, mutu, gizi, dan tidak bertentangan
Bagian 2. dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat;
Distribusi Pangan
Pasal 48, ayat (1), huruf b.
4 BAB VI Penyediaan pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan
KONSUMSI PANGAN DAN GIZI tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
Bagian 1. masyarakat;
Konsumsi Pangan
Pasal 59, huruf b
5 BAB VII Keamanan pangan diselenggarakan untuk menjaga pangan
KEAMANAN PANGAN tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan
Bagian 1. Umum dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat;
Pasal 67, ayat (1)

masyarakat menjadi ‘tidak bertentangan dengan PENUTUP


agama, keyakinan, dan budaya masyarakat’
(DPR RI 2012d). Pencantuman frasa dalam lima
UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
norma tersebut di atas memiliki makna UU
merupakan sebuah dokumen yang mengatur
Pangan ini mengakui bahwa bagi umat Islam
arah dan kebijakan penyelenggaraan pangan
pangan halal merupakan bagian yang tidak
nasional, sekaligus merupakan pernyataan
terpisahkan dari ketahanan dan keamanan
politik pangan negara bahwa pembangunan
pangan (Suryana 2014).
pangan dilaksanakan berlandaskan kedaulatan
Terdapat norma lain yang mencantumkan pangan dan kemandirian pangan untuk
kata ‘halal’ dalam Bab VI Keamanan Pangan, mencapai ketahanan pangan nasional
Bagian Kedelapan, yang merupakan rumusan berkelanjutan. Adanya dinamika yang terjadi
dari Pemerintah. Terhadap rancangan norma ini dalam proses penyusunan UU Pangan
dengan lancar dapat disepakati oleh seluruh merupakan suatu kewajaran dalam mencari
fraksi di DPR RI. Pencatuman kata ‘halal’ pada format ideal untuk mengatur hajat hidup dan
norma ini dalam konteks sebagai salah satu kebutuhan dasar warga negara, khususnya
kegiatan penyelenggaraan pangan yang bersifat pangan.
teknis untuk menjamin keamanan pangan, yaitu
Sejak diundangkan lima tahun lalu, UU
jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan,
tercantum pada pasal 69 huruf g; pasal 95 ayat Pangan telah secara signifikan mewarnai
(1) dan (2); dan pasal 97 ayat (3) huruf e. penyelenggaraan pangan nasional, dan dirujuk
oleh para pihak baik pemerintah, pengusaha
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 15
Munawar Khalil N

ataupun masyarakat. Dari empat isu krusial yang UCAPAN TERIMA KASIH
dibahas di atas, konsepsi kedaulatan pangan
menjadi pilar utama dalam penyelenggaran Penulis pertama menyampaikan terima kasih
pangan dan menjadi landasan dalam kepada Menteri Pertanian Bapak Dr Suswono
penyusunan dokumen resmi Pemerintah seperti atas kesempatan langka yang diberikan untuk
Rencana Pembangunan Jangka Menengah mewakili Pemerintah dalam rapat-rapat Panja
Nasional atau Rencana Strategis K/L serta diacu DPR RI dengan agenda pembahasan RUU
dalam perumusan kebijakan pangan nasional. Pangan, sehingga memperkaya pengalaman
Isu impor pangan tetap menjadi permasalahan intelektual mengenai proses dan dinamika
yang hangat. Penolakan terhadap impor pangan, penyusunan sebuah UU. Kami, kedua penulis,
terutama pangan pokok, disuarakan oleh hampir menyampaikan terima kasih kepada pengelola
Forum Peneltian Agro Ekonomi (redaksi
seluruh komponen masyarakat, yaitu Pemerintah
pelaksana, dewan redaksi, mitra bestari) yang
pusat dan daerah yang terkait dengan produksi
memberikan saran-saran untuk penyempurnaan
pangan dan kesejahteraan petani, anggota penulisan artikel ini.
legislatif yang membidangi pertanian, pengusaha
perdagangan pangan, dan organsasi serta tokoh
petani. DAFTAR PUSTAKA
Amanat UU Pangan tentang pembentukan
kelembagaan pangan nasional sampai saat ini Agus A. 2012. Jihad kedaulatan pangan. Forum JKP
belum dilaksanakan oleh Pemerintah. Serupa (Jihad Kedaulatan Pangan), Universitas Gajah
Mada. Februari 2012.Yogyakarta (ID): Universitas
dengan suasana pada saat pembahasan RUU Gajah Mada.
Pangan, proses pembentukan kelembagaan
pangan nasional oleh Pemerintah juga Arifin, B. 2011. Berharap banyak pada revisi Undang-
Undang Pangan. Metro TV News, 7 Februari 2011.
memerlukan pembahasan yang panjang. Sampai [Internet]. [Diunduh 2016 Okt 20]. Tersedia dari:
saat ini kelembagaan pangan tersebut belum https:barifin.wordpress.com>2012/11/19
terbentuk, padahal menurut UU Pangan
Antara Jatim. 2011. RUU Pangan perluas pasar beras
kelembagaan pangan tersebut harus sudah impor. [Internet]. [Diunduh 2017 Jan 20]. Tersedia
dibentuk paling lambat tiga tahun setelah UU dari: https://jatim.antaranews.com/lihat/berita/
Pangan diundangkan, berarti tanggal 17 76945/ruu-pangan-perluas-pasar-beras-impor
Nopember 2015. Bourgois E. 2011. Critical reviewof the draft food law
of Indonesia. World Bank/Food and Agriculture
Sementara itu, ada penilaian bahwa norma
Organization Support to Food Security Agency.
pengaturan tentang halal dalam UU Pangan Jakarta (ID): Food and Agriculture Organization.
belum cukup kuat karena bukan bentuk
[BKP] Badan Ketahanan Pangan, 2011a. RUU
kewajiban (mandatory) bagi pelaku usaha, tentang Pangan inisiatif DPR (Hak Inisiatif DPR).
sehingga tidak memberikan perlindungan dan Bahan tayangan disampaikan dalam rapat
kepastian produk hukum pangan halal bagi pembahasan di Kementan. 14 Nopember 2011.
konsumen (Hasan 2014). Namun demikian di Jakarta (ID): Badan Ketahanan Pangan,
masyarakat, pengaturan kehalalan dalam UU Kementerian Pertanian.
Pangan tidak menjadi topik hangat. Terlebih lagi [BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2011b. Penyusunan
pengaturan tentang kehalalan pangan sudah DIM untuk RUU tentang pangan (Internal
secara komprehensif dituangkan dalam UU kementan). Bahan tayangan dalam diskusi di
Kementerian Pertanian . 5 Desember 211. Jakarta
Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk (ID): Badan Ketahanan Pangan, Kementerian
Halal, yang terbit hampir dua tahun setelah UU Pertanian.
Pangan diundangkan.
[BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2012a. Isi RUU
Dengan memahami dinamika yang terjadi terkait KIKPI (Draft Food Law Related to Program
of Sustainable Food Security). Bahan tayangan
dalam proses pembahasan dan penyusunannya,
disampaikan dalam FGD-KIKPI Pilar I. 2 Agustus
diharapkan para pemangku kepentingan UU 2012. Jakarta (ID): Badan Ketahanan Pangan,
Pangan dapat memedomaninya secara arif. Kementerian Pertanian.
Hasil akhir yang diharapkan dengan terbitnya UU
[BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2102b.
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan ini adalah Pembahasan aspek kehalalan dan kelembagaan
terbentuknya manusia Indonesia yang sehat, pangan dalam RUU tentang pangan. Bahan
aktif, dan produktif secara berkelanjutan. tayangan disampaikan dala FGD Strategi
Ketahanan Pangan, diselengarakan Poksi IV
16 Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 35 No. 1, Juli 2017: 1-17

Fraksi PKS DPR RI, Gedung Nusantara DPR RI. Gordillo G., Gerinimo OM. 2013. Food security and
10 September 2012. Jakarta (ID): Badan sovereignty. Rome: Food and Agriculture
Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian.. Organizaton.
Damanhuri D. 2012. Ekonomi politik kedaulatan Gouel C. 2015. Food price stabilization policies
pangan. Bahan tayangan disampaikan dalam lessons from economic theory. Seventh Multi-year
pertemuan penjaringan pendapat RUU Pangan di Expert Meeting on Commodities and Development.
Institut Pertanian Bogor. 15 Februari 2012. Bogor 15-16 April 2015. Geneve (CH): United Nations
(ID): Institut Pertanian Bogor. Conference on Trade and Development.
[DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat Republik Hasan KNS. 2014. Kepasian hukum sertifikasi dan
Indonesia. 2011. Naskah akademik dan draf RUU labelisasi halal produk pangan. JDinamika Huk.
tentang perubahan UU Nomor 7 Tahun 1996 14(2): 227-238.
tentang Pangan. Jakarta (ID): Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2015. Status gizi
pengaruhi kualitas bangsa. [Internet]. [Diunduh
[DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat Republik 2017 Jan 20]. Tersedia dari: www.dekes.go.id/
Indonesia. 2012a. Penjelasaan Komisi IV DPR RI pdf.php?id=15021300004
dalam rapat kerja pembahasan tingkat I atas usul
inisiatif rancangan undang-undang tentang [Kementan] Kementerian Pertanian. 2011a. Daftar
pangan. Masa Persidangan III Tahun Sidang 2011- Inventarisasi Masalah Rancangan Undang-
2012. 18 Januari 2012. Jakarta (ID): Dewan Undang Tentang Pangan. Jakarta (ID):
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.. Kementerian Pertanian.

[DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat Republik [Kementan] Kementerian Pertanian. 2011b. DIM RUU
Indonesia. 2012b. Laporan panitia kerja dalam tentang pangan (versi pemerintah). Bahan
rapat kerja pembahasan tingkat I Rancangan Tayangan diskusi di Kementan. 24 Desember
Undang Undang tentang Pangan. masa 2011. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian..
persidangan i tahun sidang 2012-2013.16 Oktober [Kementan] Kementerian Pertanian. 2012a.
2012. Jakarta (ID): Dewan Perwakilan Rakyat Pandangan Pemerintah pada acara rapat kerja
Republik Indonesia. dengan Komisi IV DPR RI atas Rancangan
[DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat Republik Undang-Undang tentang Pangan. 18 Januari 2012.
Indonesia. 2012c. Laporan Komisi IV DPR RI Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
dalam rangka Pembicaraan Tingkat [Kementan] Kementerian Pertanian. 2012b.
II/Pengambilan Keputusan terhadap Rancangan Pandangan pemerintah disampaikan Menteri
Undang Undang Tentang Pangan dalam Rapat Pertanian pada rapat kerja dengan Komisi IV DPR
Paripurna DPR RI. 18 Oktober 2012. Jakarta (ID): RI mengenai Rancangan Undang-Undang tentang
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Pangan. 11 Juni 2012. Jakarta (ID): Kementerian
[DPR RI] Dewan Perwakilan Rakyat Republik Pertanian.
Indonesia. 2012d. Pengantar Pimpinan Komisi IV [Kementan] Kementerian Pertanian. 2012c. Sambutan
DPR RI dalam Rapat Konsultasi dengan DPR RI pemerintah disampaikan Menteri Pertanian pada
dan Pimpinan Fraksi mengenai RUU Pangan. 10 Rapat Kerja Komisi IV DPR RI mengenai
Oktober 2012. Jakarta (ID): Dewan Perwakilan Pengambilan Keputusan Pembicaraan Tingkat I
Rakyat Republik Indonesia. Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang
The Economist Intelligence Unit. 2016. Global food Pangan. 16 Oktober 2012. Jakarta (ID):
security index 2016. An Annual Measure of the Kementerian Pertanian.
State of Global Food Security. London (UK): The [Kementan] Kementerian Pertanian. 2012d. Sambutan
Economist Intelligence Unit. pemerintah (disampaikan Menteri Hukum dan Hak
Edelman. M. 2014. Food sovereignty: forgotten Asasi Manusia) pada Rapat Paripurna Kerja
genealogies and future regulatory challenges. J of Komisi IV DPR RI tentang Pengambilan Keputusan
Peasant Stud. 41(6): 959-978. Pembicaraan Tingkat II Rancangan Undang-
Unfang (RUU) tentang Pangan. 18 Oktober 2012.
[FAO] Food and Agriculture Organizaton. 2014. Right Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
to Food Hanbooks. 1. The right to food within the
international framework of human right and country Khaeron EH. 2012. Telaah kritis revisi UU Tentang
constitution. Rome (IT): Food and Agriculture Pangan dan kesejahteraan petani. Disampaikan
Organizaton. dalam seminar diselenggarakan Fraksi Partai
Demokrat DPR RI dengan tema Telaah Kritis
Forum Kajian Islam Mahasiswa Universitas Ibnu Revisi UU Pangan di Gedung DPR RI. 2 Maret
Khaldun Bogor. 2012. Ancaman liberalisasi dan 2012. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
ketergantungan pangan dibalik RUU Pangan. 25 Kompas. 2011. Kinerja DPR, kunjungan ke luar
Januari 2012. Bogor (ID): Universitas Ibnu negeri disetujui pimpinan. 8 Desember 2011.
Khaldun. [Internet]. [Diunduh 2017 Jan 20]. Tersedia dari:
https://perpustakaandpr.wordpress.com/category/
klipping.
PROSES DAN DINAMIKA PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PANGAN Achmad Suryana, 17
Munawar Khalil N

KornherL, Kalkuhl M. 2013. Food price volatility in Suryana A. 2014. Menuju ketahanan pangan
developing countries and its determinants. indonesia berkelanjutan 2025: tantangan dan
Quarterly J of Int Agriculture. 52(4):277-308. penanganannya. Forum PenelAgro Ekon.
32(3):123-125.
Machfoedz MM. 2012. Ketersediaan Pangan. Pusat
Studi Pedesaan dan kawasan UGM. Bahan diskusi Suryana A. 2012a. Kerangka pikir RUU tentang
publik tentang RUU Pangan. Yogyakarta (ID): Pangan. Bahan tayangan pada FGD Fraksi PKS
Universitas Gajah Mada. ‘Telaah Kritis RUU tentang Pangan”. 24 Februari
2012. Jakarta (ID): Partai Keadilan Sejahtera.
Rachbini DJ. 2011. Jebakan RUU Pangan. [Internet].
[Diunduh 2017 Mar 20]. Tersedia dari: Suryana A. 2012b. Perkembangan Rancangan
http://nasional.kompas.com/read/2011/12/02/0218 Undang-Undang tentang Pangan. Bahan tayangan
1735/jebakan.ruu.pangan pada Rapat Koordiasi Harmonisasi Rancangan
Peraturan Perundangan yang Harmonis.
Rachmat M. 2015. Percepatan pembangunan pangan Kementerian Hukum dan HAM RI, 28 Maret 2012.
menuju pencapaian ketahanan pangan yang Jakarta (ID): Kementerian Hukum dan HAM RI.
mandiri dan berdaulat. Forum PenelAgro Ekon.
33(1):1-17. Suryana A. 2012c. Draft of indonesian food law. Power
points presented at Round Table “OECD Review of
Saragih H. 2015. Perjuangan petani dalam Indonesia Agriculture Policy”. 6 Maret 2012. Bogor
menegakkan kedaulatan pangan. Makalah dalam (ID): Kementerian Pertanian.
Seminar Tinjauan Akademis, Konsepsi, dan
Strategi Kedaulatan Pangan. Himpunan Syahyuti, Sunarsih, Wahyuni S, Sejati WK, Aziz M.
Mahasiswa Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB. 10 2015. Kedaulatan pangan sebagai basis untuk
Oktober 2015. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. mewujudkan ketahanan pangan nasional. Forum
PenelAgro Ekon. 32(2):95-109.
Saragih H. 2009. Tidak ada ekonomi kerakyatan tanpa
reformasi agraria dan kedaulatan pangan. Makalah Widayati W, Soraida Y, Firdaus, Hidayat, Andiana U,
dalam Diskusi Ini Dia Ekonomi Kerakyatan. KSU Martha M, Primawardani Y, Nurimaniar Y. 2015.
dan SPI, Taman Ismail Marzuki, 3 Juni 2009. Evaluasi hak atas pangan bagi masyarakat miskin:
Jakarta (ID): Serikat Petani Indonesia. studi kasus di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Lebak. Badan Penelitian dan Pengembangan HAM
Sardjoko S. 2016. Pokok-pokok kebijakan Rencana Kementerian Hukum dan HAM RI. Jakarta (ID):
Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG). Deputi Percetakan Pohon Cahaya.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bidang
Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Windfur M, Jonsen J. 2015. Food sovereignty toward
Kebudayaan. Bahan tayangan lokakarya democracy in localized food systems. London
Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), (UK): ITDG Publishing.
12 Nopember 2016. Jakarta (ID): Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Ya’kub A. 2012. Menyelamatkan pertanian rakyat dan
menjamin kedaulatan pangan. Bahan tayangan
Sofyan I. 2015. Politik pluralitas dan demokratisasi dalam seminar Fraksi Partai Demokrat DPR RI
media dalam penguatan masyarakat sipil. dengan tema ‘Telaah Kritis RUU Pangan’ di
Komunikasi. 9(1): 73-82. Gedung DPR RI. 2 Maret 2012. Jakarta (ID):
Dewan Perwakilan Rakyat RI.

Вам также может понравиться