Вы находитесь на странице: 1из 21

ASKEP

MOLAHIDATIDOSA

Disusun oleh :

Rahayu Dwi Astiti Gunesti (P1337420516053)


Ratih Yuniar Widyastuti (P1337420516054)

GATOTKACA 2
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan nasional.Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Angka kematian
ibu pada tahun 1994 di Indonesia tercatat 390 ibu per 100.000 kelahiran hidup
sedangkan pada tahun 2003 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ibu dengan kehamilan di Indonesia termasuk tinggi di Asia. Pada
setiap 2 jam terdapat satu ibu yang meninggal karena melahirkan. Propinsi
penyumbang kasus kematian ibu dengan kehamilan terbesar ialah Papua 730
per 100.000 kelahiran, Nusa Tenggara Barat 370 per 100.000 kelahiran,
Maluku 340 per 100.000.
(Warta Demografi, tahun 2000).
Frekuensi mola pada umumnya pada wanita di asia lebih tinggi (1 atas
120 kehamilan) daripada wanita di negara-negara barat (1 atas 2000
kehamilan).
Menurut Drake tahun 2006, insiden terjadi kehamilan mola yaitu 1-2
kehamilan per 1000 kelahiran di Amerika Serikat dan Eropa.Sedangkan di
Korea Selatan insiden kehamilan mola yaitu 40 kehamilan per 1000 kelahiran
(Kim, 2004).Secara etnis wanita Filipina, Asia Tenggara dan Meksiko, lebih
sering menderita mola daripada wanita kulit putih Amerika. Faktor risiko
terjadinya mola yaitu usia ibu yang sangat muda (belasan tahun) dan usia 36
hingga 40 tahun. Wanita dengan usia lebih dari 40 tahun memiliki risiko 7.5
kali lebih tinggi menderita kehamilan mola, hal ini dikaitkan dengan kualitas
sel telur yang kurang baik pada wanita usia tersebut.
Dari data di atas diatas meskipun ada kecenderungan menurun, tapi
angka kematian ibu (AKI) penduduk Indonesia masih relatif tinggi yaitu 307
per 100.000 kelahiran hidup tahun 2003. Tingginya angka kematian ibu
diantaranya disebabkan oleh beberapa faktor meliputi: perdarahan, toxemia
gravidarum, dan infeksi. Salah satu dari ketiga faktor tersebut adalah
perdarahan dan perdarahan dapat terjadi pada wanita dengan mola hidatidosa.
Melihat permasalahan diatas untuk mencegah timbulnya masalah yang lebih
kompleks pemerintah melakukan berbagai upaya diantaranya: deteksi dini
tanda-tanda kelainan pada kehamilan lewat antenatal care, pemanfaatan
pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan maternal disertai
dengan pelayanan rujukan terjangkau serta pencanangan gerakan sayang ibu
(GSI). Selain upaya-upaya tersebut diatas disini perawat mempunyai
memegang peranan penting dengan memberikan Asuhan keperawatan secara
komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan bio-psiko-sosio kulture
yang diantaranya meliputi: perbaikan keadaan umum pasien, evakuasi
jaringan mola dengan tindakan curettage, histerektomi, pengobatan profilaksis
dengan sitostatika serta pengawasan lanjut, Aspek psikososial juga diperlukan
dan dipusatkan pada makna kehilangan bagi si ibu, penjelasan yang seksama
diberikan sesuai komplikasi yang mungkin terjadi di masa depan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian mengenai penyakit molahidatidosa ?
2. Bagaimana Etiologi mengenai molahidatidosa ?
3. Bagaimana manifestasi klinis terkait dengan molahidatidosa?
4. Bagaimana patofisiologi dari molahidatidosa ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang terkait kasus klien dengan Mola
Hidatidosa ?
6. Apa saja Komplikasi dari penyakit molahidatidosa
7. Bagaimana Konsep Asuhan Keparawatan pada klien molahidatidosa ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang
Mola Hidatidosa dan ASKEP terkait klien dengan Mola Hidatidosa.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengertian Mola Hidatidosa
b. Untuk mengetahui etiologi dari Mola Hidatidosa
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis terkait kasus Mola Hidatidosa
d. Untuk mengetahui patofisiologi terkait Mola Hidatidosa
e. Untuk mengetahui macam pemeriksaan penunjang terkait kasus klien
dengan Mola Hidatidosa
f. Untuk mengetahui macam komplikasi yang terjadi terkait kasus Mola
Hidatidosa
g. Untuk mengetahui dan melakukan asuhan keperawatan terkait klien dengan
kasus Mola Hidatidosa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang
tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung
banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu
disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma
villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal
akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh
terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
(Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh
villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 :
265)
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik
menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.
Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan
menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (HCG)
(Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)

Menurut The US. National Institutes of Health secara klinis pembagian mola
diklasifikasikan yaitu mola komplit dan mola parsialis.

1. Mola Komplit
Kehamilan mola komplit yaitu kehamilan mola tanpa adanya janin.Pada
pemeriksaan kandungan dijumpai pembesaran rahim tetapi tidak teraba bagian
tubuh janin. Hal ini disebabkan 1 sperma membuahi sel telur dengan gen yang
sudah tidak aktif, kemudian kromosom paternal berkembang menjadi
kromosom 46 XX atau 46 XY yang sepenuhnya merupakan kromosom sang
ayah, sehingga didapati perkembangan plasenta tanpa adanya janin.
2. Mola Parsialis (Inkomplit)
Kehamilan mola parsialis, adalah kehamilan yang terdapat perkembangan
abnormal dari plasenta tetapi masih didapati janin.Kehamilan mola parsialis
biasanya disebabkan karena 2 sperma membuahi 1 sel telur.Hal ini
menyebabkan terjadi nya kehamilan triploidi (69 XXX atau 69 XXY),
sehingga selain terjadinya perkembangan plasenta yang abnormal juga disertai
perkembangan janin yang abnormal pula.Janin pada kehamilan mola parsialis
biasanya juga meninggal di dalam rahim karena memiliki kelainan kromosom
dan kelainan kongenltal seperti bibir sumbing dan syndactily.Selain itu mola
parsialis juga dapat disebabkan adanya pembuahan sel telur yang haploid oleh
sperma diploid 46 XY yang belum tereduksi.

B. Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah :
a. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan.
b. Imunoselektif dari tropoblast
c. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
d. Paritas tinggi
e. Kekurangan protein
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
(Mochtar, Rustam ,1998 : 238)

C. Patofisiologi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
a. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
b. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian
janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari


penyakit trofoblast :

a. Teori missed abortion.


Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi
gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari
villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
b. Teori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana
terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul
gelembung.

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa


semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau
tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya
sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan
cairan.

(Silvia, Wilson, 2000 : 467)

D. Manifestasi Klinik
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b. Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada
keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.
c. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ
sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

E. Komplikasi
1. Anemia
Perdarahan yang berulang ulang dapat menyebabkan anemia.Anemia
adalah defisiensi besi sering dijumpai dan kadang kadang terdapat
eritropoiesis megaloblastik, mungkin akibat kurangnya asupan gizi karena
mual dan muntah disertai meningkatnya kebutuhan folat trofoblas yang
cepat berproliferasi.
2. Syok
Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila tidak segera
ditangani dapat berakibat fatal.Perdarahan mungkin terjadi sesaat sebelum
abortus, atau yang Iebih sering terjadi secara intermiten selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan.Efek dilusi akibat hipervolemia yang
cukup berat dibuktikan terjadi pada sebagian wanita yang
molahidatidosanya Iebih besar.Kadang kadang terjadi perdarahan berat
yang tertutup di dalam uterus.
3. Tirotoksikosis/ Hipertiroidisme
Pada kehamilan biasa, plasenta membentuk Human Chorionic Thyrotropin
(HCT).Pada trimester-1, T4 (tiroksin) meningkat antara 7-12 mg/100 ml,
sedangkan T3 (triyodotiroin) tidak terlalu banyak meningkat, Pada
penyakit molahidatidosa perubahan fungsi tiroid Iebih menonjol Iagi.
Kadar T4 dalam serum biasanya melebihi 12 mg/100 ml, akibatnya kadar
T4 bebas Iebih tinggi.
4. Perforasi uterus (perlubangan pada rahim)
Terjadi saat melakukan tindakan kuretase (suction curettage) terkadang
terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy).Jika terjadi perforasi, harus
segera diambil tindakan dengan bantuan laparoskop.
5. Keganasan ( penyakit trofoblas gestasional)
Penyakit trofoblas ganas (malignant trophoblastic disease) berkembang
pada 20% kehamilan mola.Oleh karena itu, quantitative HCG sebaiknya
dimonitor terus-menerus selama satu tahun setelah evakuasi
(postevacuation) mola sampai hasilnya negatif. (I Nyoman, 2009)

F. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta
hCG darah atau urin
b. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati
ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde
diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan
mola (cara Acosta-Sison)
c. Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan
3 – 4 bulan
d. Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern)
dan tidak terlihat janin
e. Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara
f. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)

G. Penatalaksaan
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
a. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
b. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di
mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
Evaluasi klinik dengan fokus pada :
 Riwayat haid terakhir dan kehamilan
 Perdarahan tidak teratur atau spotting
 Pembesaran abnormal uterus
 Pelunakan serviks dan korpus uteri
 Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
c. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
d. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi
uterus)
e. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.

Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan


khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :

 Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi


berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL
dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara
tepat).
 Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila
sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set
agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri
selesai
 Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik
sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi
 Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia
berat lakukan transfusi
 Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat
trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan
pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu.
Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomi apabila ingin
menghentikan fertilisasi

H. Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut 00132
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenagkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau di
prediksi.
2. Intoleran aktivitas 00092
Definisi : ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin dilakukan.
3. Kelurangan volume cairan 00027
Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan atau intraselular
ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar
natrium.
4. Resiko infeksi 00004
Definisi : rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik
yang dapat mengganggu kesehatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas Pasien dan penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
2. Keluhan Utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervagina
3. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian
seperti perdarahan pervaginan di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih
besar dari usia kehamilan.
4. Riwayat Kesehatan yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam
keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi,
gejala serta keluahan yang menyertainya.
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluhan yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
B. Pola Fungsional
1. Nutrisi metabolic
Sebelum sakit : makan/minum : frekuensi, volume, porsi. Apakah
mengonsumsi obat-obatan seperti vitamin?
Saat sakit : apakah klien merasa mual atau muntah? Apakah klien
mengalami anoreksia, makan minum : frekuensi, volume, porsi.
2. Eliminasi
Sebelum sakit : apakah buang air besar dan buang air kecil teratur,
frekuensi, warna konsisten, keluhan nyeri.
Saat sakit : apakah buang air besar dan buang air kecil teratur,
frekuensi, warna konsisten, keluhan nyeri. Apakah sulit untuk
mengejan saat BAB dan BAK
3. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam
memenuhi kebutuhannya? Apakah mengalami kelelahan saat
aktivitas?
Saat sakit : apakah memerlukan bantuan saat aktivitas? Apakah adda
keluhan saat beraktivitas?
4. Tidur da istirahat
Sebelum sakit : apakah tidur klien terganggu dan berapa lama?
Kebiasaan sebelum tidur?
Saat sakit : apakah tidur klien terganggu, penyebab dan berapa lama?
Kebiasaan sebelum tidur?
5. Kognitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit : bagaimana menghindari rasa sakit? Apakah
mengalami fungsi panca indra?
Saat sakit : bagaimana menghindari rasa sakit? Apakah mengalami
fungsi panca indra? Apakah mengalami nyeri (PQRST) apakah merasa
pusing?
6. Persepsi dan konsep diri
Ssebelum sakit : bagaimana klien menggambarkan dirinya.
Saat sakit : bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait
dengan penyakitnya? Bagaimana harapan klien terhadap penyakitya?
7. Peran dan hubugan dengan sesama
Sebelum sakit : bagaimana hubuungan klien dengan sesama?
Saat sakit : bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga,
perawat dan dokter)?
8. Reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit : apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
Saat sakit : apakah ada gangguan hubungan seksual klien?
9. Mekanisme koping dan toleransi terhadan stress
Sebelum sakit : bagaimana menghadapi masalah? Apakah klie stress
dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang bisa
membantu mengatasi atau mencari solusi?
Saat sakit : bagaimana menghadapi masalah? Apakah klie stress
dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang bisa
membantu mengatasi atau mencari solusi?
10. Nilai dan kepercayaan
sebelum sakit : bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran
agama?
Saat sakit : apakah ada tindakan medis yag bertentangan dengan
kepercayaan? Apakah penyakit yang di alami mengganggu dalam
menjalankan agama yag di anut
C. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi :
 Muka dan badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang
disebut muka mola atau mola face
 Bila gelumbung mola keluar terlihat jelas
2. Palpasi
 Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
 Tidak teraba bagian janin dan ballottement juga gerakan janin
 Adanya fenomena harmonica : darah dan gelembung mola
keluar dan fundus uteri turun lalu naik karena tekumpulnya
darah baru
 Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukkan adanya
komplikasi tiroktoksikosis
3. Auskultasi
 Tidak terdengar DJJ
 Terdengar bising
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Reaksi kehamilan
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada
kehamilan biasa kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L,
sedangkan pada molahidatidosa bias mencapai 5.000.000 IU/L
2. Uji sonde
Sonde dimasukkan secara pelan-pelan dan hati-hati kedalam servik
kanalis dan kavum uteri.Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
3. USG
Akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat janin dan seperti
sarang tawon.
4. Foto rontgen
Tidak terlihat tulang-tulang janin pada kehamilan 3-4 bulan.
E. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens biologi
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas
3. Kelurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
F. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens biologi
NOC
Kontrol nyeri (1605)
1. (160501) Menggambarkan faktor peyebab dipertahankan pada
skala 1 (tidak pernah meunjukkan) ditingkatkan ke skala 5
(secara konsisten menunjukkan)
2. (160502) Mengenali kapan nyeri terjadi dipertahankan pada
skala 1 (tidak pernah meunjukkan) ditingkatkan ke skala 5
(secara konsisten menunjukkan)
3. (160503) Menggunakan tindakan pencegahan dipertahankan
pada skala 1 (tidak pernah meunjukkan) ditingkatkan ke skala
5 (secara konsisten menunjukkan)
4. (160504) Mengguakan tindakan pengurangan [nyeri] tanpa
analgestik dipertahankan pada skala 1 (tidak pernah
meunjukkan) ditingkatkan ke skala 5 (secara konsisten
menunjukkan)
NIC
Manajemen nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas dan
faktor predisposisi,
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan imobilitas
NOC
Daya Tahan
1. (000101) Melakukan aktivitas rutin dipertahankan pada skala 2
(banyak terganggu) ditingkatkan ke skala 5 (tidak terganggu)
2. (000102) aktivitas fisik dipertahankan pada skala 2 (banyak
terganggu) ditingkatkan ke skala 5 (tidak terganggu)
3. (000118) kelelahan dipertahankan pada skala 1 (berat)
ditingkatkann ke skala 5 (tidak ada)
NIC
Terapi aktifitas (4310)
1. Monitor respons emosi, fisik, social, dan spiritual terhadap
aktifitas
2. Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan yang dimilikinya
dibandingkan dengan kelemahan yang dimilikinya
3. Berikan kesempatan keluarga untuk terliat dalam aktifitas
dengan cara yang tepat
4. Berkolaborasi dengan terapi fisik, oktupasi, dan terapis
rekreasioal dalam perencanaan dan pemantuan progam
aktifitas, jika memang diperlukan.

3. Kelurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif
NOC
Keseimbangan cairan (0601)
1. (060101) tekanan darah dipertahankan pada skala 1 (sangat
terganggu) ditingkatkan ke skala 5 (tidak terganggu)
2. (060107) Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam
dipertahankan pada skala 1 (sangat terganggu) ditingkatkan ke
skala 5 (tidak terganggu)
3. (060109) berat badan stabil dipertahankan pada skala 1 (sangat
terganggu) ditingkatkan ke skala 5 (tidak terganggu)
NIC
Manajemen cairan (4120)
1. Monitor stats hidrasi (kelembapan memban mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortotastik) jika diperlukan.
2. Monitor makanan/cairan dan hitung intake kalori harian.
3. Kolaborasi pemberian cairan IV
4. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam
pemberian makanan yang baik
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu
bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) Hasil pembuahan
yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung menyerupai buah anggur.
Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa berkembang
secara cepat. Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa
tampak cepat besar.

Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang
pernah melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa
terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan
seksual.

Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih
belum diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi
sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan
peredaran darah dalam rahim.

Saran

Diharapkan klien dengan kehamilan Molahidatidosa mendapatkan perawatan


dan penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama
12 bulan sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi
keganasan sampai pasien benar-benar dikatakan sembuh atau sehat. Diharapkan
sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik lagi, untuk
meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya yang diakibatkan
kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat Molahidatidosa.
Pertanyaan

1. Salma Kusuma (47)


Apakah pada ibu yang menderita molahidatidosa harus bed rest?
Jawaban :
Iya, terutama pada ibu pasca tindakan kuret harus istirahat total selama 1
sampai 2 hari untuk mengembalikan kondisi ibu seperti semula.

2. Wilujeng (46)
Apakah ibu yang menderita molahidatidosa mengalami muka pucat kekung-
kuningan? Apa alasannya?
Jawaban :
Biasanya pada ibu yang hamil anggur mengalami muka pucat kekuning-
kungingan, dan pada trimester I sering terjadi perdarahan dari vagina dan
menyebabkan mole face atau muka pucat kekuning-kuningan.

3. Hayuning Fani (60)


Penanganan molahidatidosa selain kuret apa saja? Dan apa yang terkandung
dalam janin yang dikuret?
Jawaban :
Selain dikuret bisa dilakukan histeroktomi atau pengangkatan rahim, namun
dilakukan histeroktomi jika tidak ingin mempunyai anak lagi. Selain itu bisa
menggunakan obat, namun sampai saat ini belum ditemukan obat untuk
menangani kasus molahidatidosa.
Kandungan yang terdapat didalam janin jika dikuret yaitu gumpalan darah
karena belum menjadi zigot atau belum sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

1.Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta

2.Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC,


Jakarta

3.Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta

4.Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta

5.Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta

6.Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta

Вам также может понравиться