Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan laju peningkatan penduduk di dunia dewasa ini tidak
menggembirakan, demikian juga dalam masa yang akan datang tanpa dengan maksimal
tidaklah berfaedah. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha
penanggulangan pertumbuhan penduduk. (Mochtar, 1998).
Program Keluarga Berencana (KB) erat kaitannya dengan berbagai alat kontrasepsi,
penggunaan alat kontrasepsi modern juga di tujukan untuk mengatur jarak kelahiran dan
jumlah anak yang direncanakan. Ada beberapa alat kontrasepsi yang telah dipasarkan di
masyarakat antara lain : Pil, Suntik, AKDR, Implant, Vasektomi dan Tubektomi.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia atau SDKI (2007) munculnya
berbagai macam cara kontrasepsi memberikan lebih banyak pilihan bagi pemakainya. Alat
kontrasepsi spiral banyak digunakan di negaranegara berkembang, sedangkan di Indonesia,
akseptor KB paling banyak menggunakan alat kontrasepsi suntik (57%). Jumlah peserta KB
mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 66,9% dengan jumlah peserta terbanyak
yaitu suntik sebesar 36,8% jumlah ini kemudian kembali mengalami peningkatan di tahun
2010 sebesar 0,7% atau sebesar 67,6% (BKKBN, 2010).
Keluarga berencana menurut UU No 10 tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pengembangan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. (Setyorini, Aniek. 2014 : 131)
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “catur warga" atau
zero population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana nasional
Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia
berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima
hampir semua metode medis teknis keluarga berencana yang dicanangkan oleh pmerintah.
(Manuaba, 2010 : 591)
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana Nasional serta
perminatnya semakin bertambah tinggi, minat pemakai suntikan KB oleh karena aman,
sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca persalinan.
Hal ini lah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuatdokumentasi kebidanan
keluarga berencana khususnya KB suntik sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
penyelenggara pelayanan KB terhadap akseptor KB suntik.
B. Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengetahui pemberian KB suntik pada akseptor KB ulangan
Tujuan Khusus :
Untuk memenuhi tugas asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan KB
Untuk mahasiswa lebih terampil memberikan asuhan kebidanan tentang pemberian KB
suntik ulangan.
C. Manfaat
Agar mengetahui pemberian KB suntik pada akseptor KB ulangan
Memenuhi tugas asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan KB
BAB II
TINJAUAN TEORI KB SUNTIK
IV. Pelaksanaan
1. Memberikan konseling
Konseling akan mempengaruhi antara petugas dan lien dengan meningkatkan hubungan
dan kepercayaan yang sudah ada. Konseling adalah proses yang berjalan menyatu
dengan semua aspek pelayananan KB dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pembagian pelayanan.
Bila klien belum pernah menggunakan kontrasepsi suntik dengan pasangannya disetujui
atau tidak dan faktor apa yang menyebabkan klien menggunakan KB suntik. Bila klien
memilih kontrasepsi, maka pelaksana konseling harus mampu memberikan informasi
spesifik mengenai bagaimana kontrasepsi suntik dapat mencegah kehamilan,
keuntungan, kerugian dan syarat serta efek samping dan tanda-tanda bahaya.
a. DMPA
1) Keuntungan
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak mengandung esterogen, sehingga tidak berdampak penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah
d) Tidak berpengaruh pada ASI
e) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
f) Dapat digunakan wanita >35 th sampai menopause
g) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
h) Menurunkan kanker jinak payudara
i) Mencegah beberapa penyebab PSD
j) Menurunkan resiko anemia bulan sabit
2) Kerugian
a) Sering ditemukan gangguan haid seperti:
Siklus haid yang memanjang/memendek
Perdarahan tidak teratur/perdarahan bercak
Perdarahan yang banyak
Tidak haid sama sekali
b) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
c) Tidak menjamin perlindungan terhadap PMS/hepatitis B/HIV atau AIDS
d) Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
e) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas/kepadatan
tulang
f) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervasitas, jerawat.
( Saifuddin 2006: MK- 42 )
3) Cara Kerja
a) Mencegah ovulasi dan mengentalkan lendir serviks dan menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
b) Menjadikan selaput lendir, rahim tipis dan atrofi
c) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Saifuddin 2006:MK-41)
b. Cyclofeam
1) Cara Kerja
a) Menahan ovulasi
b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu
c) Perubahan pola endometrium (atrofi) sehingga penetrasi terganggu
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Saifuddin 2006 : MK-34)
2) Keuntungan
a) Resiko terhadap kesehatan kecil
b) Tidak berpengaruh terhadap kehidupan seksual
c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
d) Efek samping kecil
e) Mengurangi jumlah perdarahan
f) Mengurangi nyeri saat haid
g) Mengurangi penyakit jinak payudara dan kista ovarium
h) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada wanita premenopause
i) Jangka panjang
j) Mencegah anemia
k) Mencegah ca endometrium/ovarium
l) Mencegah KET
m) Melindungi klien dari PRP
n) Tidak perlu menyimpan obat suntik.
3) Kerugian
a) Terjadinya perubahan haid seperti tidak teratur spoting/perdarahan sampai
dengan 10 hari
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan kelainan akan hilang setelah
suntikan ke-2 dan ke-3
c) Efektivitas berkurang bila digunakan bersama nifamplisin femitan,
barbiturate
d) Tidak menjamin terhadap PMS, hepatitis B, HIV/AIDS
e) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesaburan setelah penghentian
pemakaian
f) Pertambahan BB.
2. Menyerahkan pengambilan keputusan penuh pada klien dan suami. (Sarwono, 2010:4)
4. Menyuntikan obat kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM
dalam didaerah pantat. Apabila suntikkan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikkan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan
diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikkan Noristerat unuk 3 injeksi
berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12
minggu.
Membersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibahasi oleh ethil
atau isopropil alkohol 60-90%. Membiarkan kulit kering sebelum disuntik.Setelah kulit
kering baru disuntik.
Mengkocok dengan baik dan menghindari terjadinya gelembung-gelembung
udara.Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.(Saifuddin, 2010;MK-
45)
5. Memberi jadwal kunjungan ulang
a. Untuk suntik kombinasi : 1 bulan 1x
b. Untuk suntikprogestin : 3 bulan 1x atau bila ada keluhan
Mengetahui,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan dan telah dibandingkan dengan teori pada
akseptor KB Suntik pada Ny. S umur 28 tahun , dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan pengkajian data, diperoleh data bahwa Ny. S umur 28 tahun datang ke PKM
Pringsurat Temanggung karena ingin KB Suntik. Ny.S datang dalam keadaan sehat dan
sadar, tidak sedang dan tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang kontraindikatif seperti
penyakit jantung, DM, TBC pelvik, PMS, ISK, maupun infeski lainnya.
2. Dalam Assessment, didapatkan bahwa Ny. S umur 28 tahun sebagai akseptor KB Suntik
dengan data dasar yang telah sesuai dengan indikasi persediaan KB Suntik habis.
3. Pelaksanan pembeliaan KB Suntik yang dilakukan di PKM Pringsurat Temanggung sudah
sama dengan apa yang ada di teori. Serta tidak terdapat kesenjangan yang mencolok.
B. SARAN
1. Untuk penyelenggara pelayanan KB, diharapkan tetap mempertahankan kualitas dari
pelayanan yang telag diberikan dan akan lebih baik bila meningkatkan prosfesionalisme
dengan mengupdate ilmu-ilmu yang lebih baru.
2. Untuk akseptor KB Suntik, agar dapat lebih kritis dalam menerima pelayanan dalam KB
Suntik. Dapat dengan bertanya mengenai hal hal yang memang belum dimengerti, sehingga
aka nada interksi 2 arah yang dapat meningkatkan kulitas pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA