Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan laju peningkatan penduduk di dunia dewasa ini tidak
menggembirakan, demikian juga dalam masa yang akan datang tanpa dengan maksimal
tidaklah berfaedah. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu usaha
penanggulangan pertumbuhan penduduk. (Mochtar, 1998).
Program Keluarga Berencana (KB) erat kaitannya dengan berbagai alat kontrasepsi,
penggunaan alat kontrasepsi modern juga di tujukan untuk mengatur jarak kelahiran dan
jumlah anak yang direncanakan. Ada beberapa alat kontrasepsi yang telah dipasarkan di
masyarakat antara lain : Pil, Suntik, AKDR, Implant, Vasektomi dan Tubektomi.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia atau SDKI (2007) munculnya
berbagai macam cara kontrasepsi memberikan lebih banyak pilihan bagi pemakainya. Alat
kontrasepsi spiral banyak digunakan di negaranegara berkembang, sedangkan di Indonesia,
akseptor KB paling banyak menggunakan alat kontrasepsi suntik (57%). Jumlah peserta KB
mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 66,9% dengan jumlah peserta terbanyak
yaitu suntik sebesar 36,8% jumlah ini kemudian kembali mengalami peningkatan di tahun
2010 sebesar 0,7% atau sebesar 67,6% (BKKBN, 2010).
Keluarga berencana menurut UU No 10 tahun 1992 tentang perkembangan
kependudukan dan pengembangan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. (Setyorini, Aniek. 2014 : 131)
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “catur warga" atau
zero population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana nasional
Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap Indonesia
berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Masyarakat dapat menerima
hampir semua metode medis teknis keluarga berencana yang dicanangkan oleh pmerintah.
(Manuaba, 2010 : 591)
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana Nasional serta
perminatnya semakin bertambah tinggi, minat pemakai suntikan KB oleh karena aman,
sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca persalinan.
Hal ini lah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuatdokumentasi kebidanan
keluarga berencana khususnya KB suntik sebagai salah satu bentuk tanggung jawab
penyelenggara pelayanan KB terhadap akseptor KB suntik.

B. Tujuan
Tujuan umum :
 Untuk mengetahui pemberian KB suntik pada akseptor KB ulangan
Tujuan Khusus :
 Untuk memenuhi tugas asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan KB
 Untuk mahasiswa lebih terampil memberikan asuhan kebidanan tentang pemberian KB
suntik ulangan.

C. Manfaat
 Agar mengetahui pemberian KB suntik pada akseptor KB ulangan
 Memenuhi tugas asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan KB
BAB II
TINJAUAN TEORI KB SUNTIK

A. TINJAUAN TEORI MEDIS


1. Pengertian
a. Akseptor
Adalah orang yang menerima serta mengikuti, melaksanakan program KB. (KBBI,
2005:16)
b. Kontrasepsi
Usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha yang dilakukan ini bersifat
sementara atau permanen.Kontra bersifat mencegah atau melawan, sedangkan sepsi
adalah bertemunya sel telur matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan.Jadi,
kontrasepsi adalah menghindari pertemuan sel telur dan sel sperma tersebut. (BKKBN,
2006:456)
2. Cara Kerja
a. Primer
Mencegah ovulasi
Kadar FSH & LH menurun dan tidak setahan LH.Respon kelenjar hipofisis terhadap
gonadotropin releasing hormone. Hormone eksogesis tidak berubah sehingga
memberikan kesan proses terjadinya dihipotalamus dari pada di kelenjar hipofise.
Penggunaan kontrasepsi suntik tidak menyebabkan hipoeksogenik pada pemakaian
DMPA.Endometrium menjadi dangkal & atrofi dengan kelenjar yang tidak aktif.Sering
stroma menjadi oedematur dengan demikian jangka lama endometrium dapat menjadi
sedemikian rupa sehingga tidak didapatkan atau hanya sedikit sekali jaringan bila
dilakukan biopsy, tapi perubahan-perubahan tersebut kembali normal sebelum 20 hari
setelah suntikan DMPA terakhir. (Hartanto, 2010:166)
b. Sekunder
1) Lendir servix menjadi kental & sedikit sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
2) Membuat endometrium kurang baik atau banyak untuk implantasi yang telah
dibuahi.
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum dalam tuba fallopi.
(Hartanto, 2010:166)
3. Kandungan
a. Esterogen
Mempunyai khasiat kontrasepsi dengan mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum atau
implant ovum dihambat melalui hormone esterogen terhadap hipotalamus & selanjutnya
menghambat FSH/LH.Implantasi sel telur yang sudah dibuahi dihambat esterogen dosis
tinggi (dietil gliserol, etinil estradiol) yang diberikan pada pertengahan siklus
haid.Biopsy endometrium yang diberikan adalah pemberian esterogen dosis tinggi.Pasca
kontrasepsi menunjukan efek esterogen yang dapat menghambat implantasi.Perjalanan
ovum dipercepat dengan pemberian esterogen pasca kontrasepsi. (Winkjosastro,
2010:216)
b. Progesteron
Fungsi progesterone adalah menyiapkan endometrium implantasi & mempertahankan
kehamilan, disamping progesterone mempunyai khasiat kontrasepsi.Lendir servix
mengalami perubahan menjadi lebih pekat sehingga penetrasi & transportasi sperma
selanjutnya lebih sedikit.Kapasitas sperma dihambat progesterone untuk membuahi sel
telur & menembus rintangan disekeliling ovum. Jika progesterone diberikan sebelum
kontrasepsi, perjalanan ovum dalam tuba akan dihambat. Implantasi dihambat bila
progesterone diberikan sebelum ovulasi walaupun ovulasi dapat terjadi produksi
progesterone & corpus luteum akan berkurang sehingga implantasi dihambat.
Penghambatan ovulasi melalui hipofise anterior. (Winkjosastro, 2010:916)
4. Macam-macam Suntikan KB
Dua formasi menentukan suntikan KB hampir bersamaan:
a. IUD Company
1) Depoprovera, mengandung madaxy progesterone aseton 150 mg
2) Cyclofen, mengandung madaxy progesterone asetat 50 mg & komponen esterogen.
b. Sherring AC
Mengest 200 mg merupakan derivate testosterone.
(Manuaba, 2008:144)
5. Efektivitas Kontrasepsi Suntik
a. Baik DMPA maupun NETEN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi.
b. Kontrasepsi suntik sama efektifnya seperti PDR & lebih efektif dari IUD.
c. DMPA 150 mg tiap 3 bulan adalah dosis tinggi setelah suntikan ovulasi tidak terjadi
untuk minimal 14 minggu.
d. Angka kegagalan 0,4-0,8 / 100 wanita per tahun.
e. Neten 200mg lebih efektif bila diberikan pada waktu yang lebih pendek, penyuntikan
tiap 8 minggu angka kegagalan 0,4-0,8 / 100 wanita per tahun.
f. Masa kerja NETEN lebih singkat dari DMPA sehingga tidak terdapat tenggang waktu
suntik, akseptor NETEN yang terlambat disuntik ulang.
(Depkes RI, 2008:32)
6. Indikasi
a. Perempuan yang telah punya anak/ belum
b. Perempuan usia reproduksi sehat
c. Perempuan yang ingin mendapatkan alkon yang efektivitas tinggi
d. Perempuan menyusui pasca persalinan & tidak menyusui
e. Perempuan pasca persalinan > 6 bulan
f. Perempuan anemia
g. Perempuan dengan nyeri haid hebat
h. Perempuan dengan KEK
i. Perempuan yang sering lupa minum pil.
(Saifuddin, 2003)
7. Kontraindikasi
a. Perempuan hamil/diduga hamil.
b. Perempuan menyusui < 6 minggu pasca persalian.
c. Perempuan dengan perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
d. Perempuan dengan hepatitis.
e. Permpuan usia> 35 tahun & merokok.
f. Perempuan dengan riwayat jantung, stroke / dengan TD > 180/110 mmHg.
g. Perempuan dengan riwayat tromboemboli/ kencing manis.
h. Perempuan dengan kelainan pembuluh darah yang mnyebabkan sakit kepala/migren.
i. Perempuan dengan keganasan payudara.
(Hartanto, 2010:100)
8. Waktu Penyuntikan
a. Suntikan pertama dalam waktu 7 hari siklus haid.
b. Bila penyuntikan setelah hari ke-7 haid, klien tidak boleh berhubungnan dengan
mengggunakkontrasepsi selama 7 hari.
c. Bila pasien tidak haid, suntikkan dapat dilakukan kapan sja asal tidak hamil.
d. Pasca persalinan > 6 bulan menyusui, sesudah haid maka diberikan pada hari 1 & 7
e. Pasca persalinan 3 minggu & tidak menyusui.
f. Pasca persalinan < 6 bulan, menyusui tidak diberikan.
g. Perempuan yang sedang memakai metode hormonal lain & mangganti dengan hormonal
kombinasi.
h. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah hormonal & ingin mengganti kombinasi hormonal,
maka suntikan pertama dapat diberikan asal tidak hamil.
(Saifuddin, 2006: MK-36)
9. Keuntungan
a. Keuntungan kontrasepsi
1. Resiko terhadap kesehatan kecil
2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual
3. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4. Jangka panjang
5. Efek samping kecil
6. Klien tidak perlu menyimpan obat
b. Keuntungan Non Kontrasepsi
1. Mengurangi jumlah perdarahan
2. Mengurangi nyeri saat haid
3. Mencegah anemia
4. Mencegah Ca Endometrium & Ovarium
5. Mengurangi penyakit payudara jinak
6. Mengurangi KET
7. Melindungi klien dari penyakit radang panggul
8. Dapat diberikan pada usia pre menopause
10. Kerugian
a. Perubahan pola haid
b. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, & hilang setelah suntikan kedua
c. Klien harus kembali suntik setelah 30 hari
d. Efektivitas menurun jika digunakan bersamaan rifompisin, griseofulfin, & barbiturate
e. Terjadi efek samping yang serius, serangan jantung, bekuan darah & tumor hati
f. Penambahan berat badan
g. Tidak menjamin perlindungan terhadap PMS
h. Terlambat pemulihan kesuburan setelah berhenti pemakaian
(Hartono, 2003:198)
11. Teknik Penyuntikan
a. Penyuntikan dilakukan dalam otot ( 1/3 atas muskulus gluteus maximus )
b. Jangan masase area penyuntikan.
(Hartanto, 2003:196)
12. Cara Penggunaan
a. Suntikan kombinasi diberikan tiap bulan Im, suntikan diulang 7 hari lebih awal dengan
kemungkinan perdarahan.
b. Dapat juga setelah 7 hari asal diyakini tidak hamil & tidak boleh berhubungan selme 7
hari atau menggunakan alkon lain selama 7 hari.
13. Efek samping
a. Gangguan Haid
1) Amenorrhea
2) Pendarahan regular
3) Pendarahan bercak
4) Perubahan dalam frekuensi dan jumlah darah yang hilang
b. Berat Badan Bertambah
1) Antara 1-5 kg pada tahun pertama
2) Penyebab tidak jelas, tampaknya karena pertambahan lemak tubuh
3) DMPA merangsang pusat pengendalian nafsu makan di hipotalamus sehingga klien
makan tambah banyak
(Hartanto, 2003:171)
c. Sakit Kepala, Pusing Mual dan Muntah
Pastikan tidak ada kehamilan, bila hamil rujuk, bila tidak hamil gejala akan hilang dalam
waktu dekat. (Saifuddin, 2006:144)
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Hampir tidak ada efek pada TD/system pembekuan darah/sistem metabolic
2) Perubahan dalam metabolisme lemak terutama HDL kolesterol baik DMPA maupun
NETEN dicurigai menambah resiko penyakit kardiovaskuler.
e. Efek Metabolik
1) DMPA mempengaruhi metabolism KH, tapi tidak ditemukan terjadinya DM
2) WHO tidak menganggap DM sebagai kontraindikasi pemakaian kontrasepsi suntikan
hanya disarankan pemantauan glukosa toleransi
3) Tidak ditemukan efek pada hepar
4) Kontrasepsi suntik tidak mempengaruhi metabolism protein
f. Efek Sistem Reproduksi
1) Kembalinya kesuburan/fertilitas
a) 50% mantan akseptor menjalani haid kembali setelah 6 bulan dan kira-kira 85%
setelah 1 tahun.
b) 60% mantan akseptor akan hamil 1 tahun dan 90% selama 2 tahun hamil
secepatnya dan akseptor yang hanya ikut beberapa kali suntikan yang
menunjukan tidak ada komulatif dari obatnya.
g. Efek pada fetus/ janin
1) Tidak ditemukan bertambahnya kelainan kongenital dan prematuritas pada waktu
hamil dan tanpa sengaja DMPA.
2) Beberapa progestin terutama yang berdasarkan dari testoteron kadang-kadang dapat
menyebabkan maskulinisasi dari genetalia eksterna/klitoris membesar dan
penekanan/fase latia bagi perempuan
h. Laktasi
DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi
(Hartanto, 2003:173)
14. Intstruksi Untuk Klien
a. Klien harus kembali kedokter/klinik untuk mendapatkan kembali tiap 3 bulan.
b. Bila tidak haid >2 bulan, klien harus kembali ke dokter/klinik untuk memastikan
hamil/tidak.
c. Jelaskan efek samping tersering yang didapat dari penyuntikan dan apa yang harus
dilakukan bila hal tersebut terjadi, bila klien mengeluh mual, sakit kepala, nyeri
payudara serta pendarahan informasikan kalau keluhan tersebut sering ditemukan dan
hilang pada suntikan ke 2 atau 3 kalinya.
d. Bila klien sedang menggunakan obat TBC / epilepsy akan mengganggu efektifitas
kontrasepsi.
B. TINJAUANTEORI KEBIDANAN
I. Data Subyektif
1. Umur
Metode kontrasepsi progestin (suntikan) dapat digunakan pada masa perimenopause
(usia 40-50 tahun) (Saifuddin, 2010;U-49)
Menurut Hartanto (2003) umur perlu dicantumkan untuk mengetahui klien dalam
fase apa, dalam sasaran KB yaitu fase menunda kehamilan (umur istri < 20 tahun), fase
menjarangkan kehamilan (usia istri 20-35 tahun), dan fase mengakhiri kesuburan usia
istri > 35 tahun.
2. Riwayat Kesehatan
a. TBC dan epilepsy
Apabila klien sedang menggunakan obat-obatan tuberculosis atau obat epilepsi dapat
menyebabkan metabolisme progestine di hati dipercepat dan terjadi beberapa kasus
kegagalan penggunaan kontrasepsi (Saifuddin, 2003: MK-37).
b. Penyakit Hati
Perempuan dengan penyakit hati akut tidak dianjurkan menggunakan suntik.Hormon
progesterone sulit dimetabolisme wanita dengan kelainan hati.Penggunaan
kontrasepsi hormonal jenis etinil estradid/progesterone pada penderita kelainan hati
dapat menyebabkan kelostasis yang dapat menyebabkan prunitas dan ikterus.
(Saifudin, 2006:MK-34)
c. Hipertensi
Kontrasepsi hormonal pada penderita hipertensi mengakibatkan TD meningkat 2-3x
lipat. (Sarwono, 2010:73). Jika sudah menderita hipertensi sebelumnya kontrasepsi
hormonal dapat menyebabkan peningkatkan tekanan darah. Kejadian hipertensi
meningkat hampir 2-3 kali lipat setelah 4 tahun penggunaan kontrasepsi yang
mengandung estrogen.(Baziad, 2002 : 74)
d. Jantung
Kontrasepsi suntik menaikan HDL kolesterol yang menimbulkan aterosklerosis yang
akan memperparah penyakit jantung. (Hanafi, 2003:171)
e. DM
Kontrasepsi hormonal menyebabkan resistensi insulin ringan sehingga memperburuk
toleransi glukosa. (Bazied, 2002 :74). Perempuan dengan riwayat DM lebih dari 20
tahun merupakan kontraindikasi pemakaian suntik
f. Kanker
Pada suntikan jenis kombinasi tidak dianjurkan karena mengandung esterogen yang
mempengaruhi karsinoma tersebut
g. Perdarahan pervaginam tidak diketahui penyababnya
Pada pemberian kontrasepsi suntik, kadang kala dapat terjadi perdarahan diluar
siklus haid. Kondisi ini dapat menyebabkan tertutupnya gejala kehamilan diluar
kandungan, radang serviks, dan walaupun jarang adanya kanker pada
rahim(Manuaba, I.B.G, 1998 : 29)
h. Migren
Migren menjadi lebih sering ditemukan pada wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal dan ini umumnya disebabkan karena komponene
estrogen.(Bazid, 2002 : 72)
i. Stroke
Baik estrogen maupun progestin tampaknya memengaruhi tekanan darah, yaitu
meningkat sedikit.Tetapi bila cukup tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang
permanen termasuk stroke, sehingga dapat membahayakan jiwa. (Hartanto, 2003 :
118)
1. Riwayat Kehamilan
Yang tidak boleh menggunakan suntikkan kombinasi salah satunya adalah hamil atau
diduga hamil. (Saifuddin, 2010;MK-35). Yang tidak boleh menggunakan suntikkan
progestin salah satunya adalah hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7
per 100.000 kelahiran). (Saifuddin, 2010;MK-43).
3. Riwayat KB
Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya
dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja
diyakini ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya
haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan.
Bila sebelumnya menggunakan AKDR dan ingin menggantikan dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid.Cabut segera AKDR.
(Saifuddin, 2010;MK-36).
4. Riwayat Obstetri
a. Mengkaji HPHT untuk mengetahui ibu sedang haid hari yang ke berapa karena
disarankan memulai penggunaan suntik 3-7 hari pertama siklus haid. (Hanafi,
2003:68)
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah telah mempunyai anak hidup karena hal itu merupakan
syarat bagi calon akseptor. (Depkes RI:44). Yang dapat menggunakan kontrasepsi
suntikan progestin adalah seseorang yang nulipara dan yang telah memiliki anak.
(Saifuddin,2010;MK-43).
II. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Vital Sign
TD, tidak hipertensi .Pasien dengan TD 160/90 mmHg/ lebih maka
menggunakan kontrasepsi dengan pengawasan khusus.(Saifuddin, 2006:MK-37)
. Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yang memiliki
tekanan darah <180/110 mmHg. (Saifuddin, 2010;MK-43)
b. Berat Badan
Efek samping dari kontrasepsi progestin salah satunya yaitu meningkatnya atau
menurunnya BB, bahwa penaikan atau penurunan BB dapat terjadi sebanayak 1-
2 kg.Perhatikan diit klien bila perubahan BB terlalu mencolok. Bila BB
berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.(Saifuddin,
2010;MK-48)
2. Pemeriksaan Fisik
1) Wajah
Oedem pada wajah menunjukan retensi cairan yang patologi akibat hipertensi
yang merupakan kontraindikasi suntik.
2) Mata
Tidak ada bekuan darah yang menunjukan tromboemboli karena esterogen
menyebabkan/penyebab utama kelainan pembuluh darah.Kontrasepsi suntik
dengan kandungan progestin rendah dapat dipakai wanita yang mempunyai
kelainan ini.
3) Dada dan Mamae
Tidak ada benjolan payudara/kemungkinan keganasan mamae.Jika terdapat tanda
tersebut, tidak dimungkinkan klien mendapat kontrasepsi suntik. (Saifuddin,
2006:MK-35)
Mamae tidak terjadi hiperpigmentasi areola dan putring serta tidak tegang dan
hiper yang merupakan tanda kehamilan.
4) Abdomen
Tidak ada pembesaran hati karena splenomegati dapat mengarah langsung pada
penyakit hati yang sudah lanjut dengan hipertensi. (Taber, 1994:234)
5) Ekstremitas
1) Kuku berwarna kuning berhubungan dengan penyakit hati akut yang
merupakan kontraindikasi hormonal. (Saifuddin, 2010:10-29)
2) Oedem ekstrenitas merupakan akumulasi cairan akibat hipertensi (Taber,
1994:327)
3) Tidak ada nyeri betis oleh dorsoflexi menandakan tidak ada tromboflebitis.
(Taber, 1994:428)
6) Genetalia
Pendarahan per vaginam yang bukan di saluran kemih vaginitis, serviksitis,
polip servikal, mioma uteri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. PP test untuk membantu menegakan dx adanya kehamilan/tidak dengan
specimen urine. (Depkes, 94:120)
b. Protein urine. Tidak adanya protein urine (konsistensi tidak > 0,3 gram/liter)
urine 24 jam/konsistensi ≥ dan 1 gr/l.
c. Gula darah ≥ 360 mg/100 ml dan px glukosuria ≤ 4 (Taber 94:122)
III. Assesment
a. Diagnosa Kebidanan
Ny... P... A... umur 20-35 tahun ingin menjadi akseptor KB Suntik
Data dasar:
Pertanyaan ibu berupa
1) Para :1/ > 1
2) Usia :20-35 tahun
3) HPHT :tidak sedang hamil
4) Alasan kunjungan :ingin menjadi akseptor KB Suntik
b. Masalah
1) Rasa sakit / nyeri
2) Muntah
3) Keringat dingin / syncope
4) Perforasi (Hartanto, 2010 :216)
1. Diagnosa Potensial
Tidak ada
2. Antisipasi Tindakan Segera, Konsultasi, dan Kolaborasi
Tidak ada

IV. Pelaksanaan
1. Memberikan konseling
Konseling akan mempengaruhi antara petugas dan lien dengan meningkatkan hubungan
dan kepercayaan yang sudah ada. Konseling adalah proses yang berjalan menyatu
dengan semua aspek pelayananan KB dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pembagian pelayanan.
Bila klien belum pernah menggunakan kontrasepsi suntik dengan pasangannya disetujui
atau tidak dan faktor apa yang menyebabkan klien menggunakan KB suntik. Bila klien
memilih kontrasepsi, maka pelaksana konseling harus mampu memberikan informasi
spesifik mengenai bagaimana kontrasepsi suntik dapat mencegah kehamilan,
keuntungan, kerugian dan syarat serta efek samping dan tanda-tanda bahaya.
a. DMPA
1) Keuntungan
a) Sangat efektif
b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
c) Tidak mengandung esterogen, sehingga tidak berdampak penyakit jantung
dan gangguan pembekuan darah
d) Tidak berpengaruh pada ASI
e) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
f) Dapat digunakan wanita >35 th sampai menopause
g) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
h) Menurunkan kanker jinak payudara
i) Mencegah beberapa penyebab PSD
j) Menurunkan resiko anemia bulan sabit

2) Kerugian
a) Sering ditemukan gangguan haid seperti:
 Siklus haid yang memanjang/memendek
 Perdarahan tidak teratur/perdarahan bercak
 Perdarahan yang banyak
 Tidak haid sama sekali
b) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
c) Tidak menjamin perlindungan terhadap PMS/hepatitis B/HIV atau AIDS
d) Terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
e) Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas/kepadatan
tulang
f) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervasitas, jerawat.
( Saifuddin 2006: MK- 42 )
3) Cara Kerja
a) Mencegah ovulasi dan mengentalkan lendir serviks dan menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
b) Menjadikan selaput lendir, rahim tipis dan atrofi
c) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Saifuddin 2006:MK-41)
b. Cyclofeam
1) Cara Kerja
a) Menahan ovulasi
b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu
c) Perubahan pola endometrium (atrofi) sehingga penetrasi terganggu
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(Saifuddin 2006 : MK-34)
2) Keuntungan
a) Resiko terhadap kesehatan kecil
b) Tidak berpengaruh terhadap kehidupan seksual
c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
d) Efek samping kecil
e) Mengurangi jumlah perdarahan
f) Mengurangi nyeri saat haid
g) Mengurangi penyakit jinak payudara dan kista ovarium
h) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada wanita premenopause
i) Jangka panjang
j) Mencegah anemia
k) Mencegah ca endometrium/ovarium
l) Mencegah KET
m) Melindungi klien dari PRP
n) Tidak perlu menyimpan obat suntik.
3) Kerugian
a) Terjadinya perubahan haid seperti tidak teratur spoting/perdarahan sampai
dengan 10 hari
b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan kelainan akan hilang setelah
suntikan ke-2 dan ke-3
c) Efektivitas berkurang bila digunakan bersama nifamplisin femitan,
barbiturate
d) Tidak menjamin terhadap PMS, hepatitis B, HIV/AIDS
e) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesaburan setelah penghentian
pemakaian
f) Pertambahan BB.

2. Menyerahkan pengambilan keputusan penuh pada klien dan suami. (Sarwono, 2010:4)

3. Mengisi informed consent yang ditandatangani klien dan petugas.


a. Setelah pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi
b. Individu/perorangan diberi informasi lengkap (JHPIEGO, 2003 : 4-5)

4. Menyuntikan obat kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM
dalam didaerah pantat. Apabila suntikkan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikkan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan
diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikkan Noristerat unuk 3 injeksi
berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12
minggu.
Membersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibahasi oleh ethil
atau isopropil alkohol 60-90%. Membiarkan kulit kering sebelum disuntik.Setelah kulit
kering baru disuntik.
Mengkocok dengan baik dan menghindari terjadinya gelembung-gelembung
udara.Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.(Saifuddin, 2010;MK-
45)
5. Memberi jadwal kunjungan ulang
a. Untuk suntik kombinasi : 1 bulan 1x
b. Untuk suntikprogestin : 3 bulan 1x atau bila ada keluhan

6. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan ke dalam buku KB dan buku


akseptor KB.

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Bekti Yuniyanti,S.SiT,MH.Kes Tika Esy Raudhotussyifa


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan dan telah dibandingkan dengan teori pada
akseptor KB Suntik pada Ny. S umur 28 tahun , dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan pengkajian data, diperoleh data bahwa Ny. S umur 28 tahun datang ke PKM
Pringsurat Temanggung karena ingin KB Suntik. Ny.S datang dalam keadaan sehat dan
sadar, tidak sedang dan tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang kontraindikatif seperti
penyakit jantung, DM, TBC pelvik, PMS, ISK, maupun infeski lainnya.
2. Dalam Assessment, didapatkan bahwa Ny. S umur 28 tahun sebagai akseptor KB Suntik
dengan data dasar yang telah sesuai dengan indikasi persediaan KB Suntik habis.
3. Pelaksanan pembeliaan KB Suntik yang dilakukan di PKM Pringsurat Temanggung sudah
sama dengan apa yang ada di teori. Serta tidak terdapat kesenjangan yang mencolok.
B. SARAN
1. Untuk penyelenggara pelayanan KB, diharapkan tetap mempertahankan kualitas dari
pelayanan yang telag diberikan dan akan lebih baik bila meningkatkan prosfesionalisme
dengan mengupdate ilmu-ilmu yang lebih baru.
2. Untuk akseptor KB Suntik, agar dapat lebih kritis dalam menerima pelayanan dalam KB
Suntik. Dapat dengan bertanya mengenai hal hal yang memang belum dimengerti, sehingga
aka nada interksi 2 arah yang dapat meningkatkan kulitas pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : Sagung Seto.


Bickley, L.S.M.D.2010. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI..
Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : EGC.
Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta : Salemba Medika
Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Hartanto, Hanafi.2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Hartanto, Hanafi. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi (KB).Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
Hartanto, dkk, editor. 2010. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Manuaba, I.B.G. 1998. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC
Manuaba, I,B,G.2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Jakarta : EGC.
Nursalam, 2009.Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT.Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, H.2007. Varney’s Midwifery.Bandung : Sekeloa Publisher.

Вам также может понравиться