Вы находитесь на странице: 1из 1

Phobia Mantan

Cerpen Karangan: Muthyarana Darosha


Kategori: Cerpen Cinta Romantis
Lolos moderasi pada: 9 May 2019

Kugenggam benda persegi panjang yang tipis, lalu kulepas kabel pengisi daya yang tercantol di
ujungnya. Layarnya bercahaya, menampilakan beberapa notifikasi. Kuketuk notif teratas,
pemberitahuan pesan dari Karel. Wah, ada apa gerangan? Ah, aku tak sabaran!

Ia memintaku untuk menemuinya di pondok susu goyang. Pondok kecil itu lebih dikenal dengan
sebutan ‘Sugoy’. Pondok milkshake terbaik di kotaku. Tempat favorit aku dan Karel. Dan itu hanya
dulu.

Sedikit kupaparkan mengenai Karel. Ia adalah mantanku. Empat bulan pasca putus ini,
perlakuannya padaku tak sedikitpun berubah. Walau banyak kudengar rumornya dengan banyak
cewek, tapi dibalik pesan-pesannya untukku persaannya masih bisa kujamin. Ia masih sama
seperti Karelku yang dulu. Banyak kali ia memintaku untuk mengulang romantika cinta seperti
dulu, tetapi aku masih sangat sangsi. Jujur, sebenarnya aku ingin kembali ke pangkuan Karel lagi.
Karel pebasket handal. Idola gadis di kampus ini. Banyak gadis yang kurasa jauh lebih baik dan
cantik daripadaku. Tapi, bisa kutarik kesimpulan bahwa aku dan Karel masih berada dalam zona
saling sayang.
Aku mengetik pesan balasan untuk Karel.

‘Ngapain?’
Sepersekian detik, balasan dari Karel membuat gadgetku bergetar.
‘Mau bicara. Kita jelasin semuanya nanti.’
Ah, jika Karel memintaku untuk kembali mengulang cerita indah bersamanya lagi, aku bersumpah
akan membukakan hati kembali.
Pesan darinya kembali masuk.
‘Bisa nggak?’
‘Bisa, dong.’

Tak lama, klakson berdentang nyaring dari halaman rumahku. Mobil sedan berwarna putih
terparkir di sana. Segera kukembangkan payung. Hari sedikit hujan. Hari ini kukenakan jaket abu-
abu nan penuh kenangan. Hawa dingin berhasil mencuri kalor dari tubuhku satu-persatu. Pintu
mobil terbuka dari dalam, mengisyaratkan agar aku segera masuk. Sekarang aku duduk di
sebelahnya.

“Masih disimpan, ya?” Fokus Karel pada jaket couple yang kami gunakan.
“Masih dong, Rel. Banyak kenangan.”

Mobil melesat menerobos rintik tak diundang yang mulai melebat. Tak lebih dari tiga menit, kami
sampai. Kami sedikit berlari menuju pondok untuk menghindari hujaman jarum bening. Karel
secara spontan menepis buliran bening yang menempel di permukaan jaketku. Persis sama
dengan kejadian setahun lalu. Disaat kami pertama kali bertemu.

Kami duduk. Masih di meja yang dulu. Meja nomor delapan belas. Banyak kenangan di sini.
“Ingat nggak?” Karel mengode ke arah papan nomor meja.
“Masih, dong. Banyak kenangan.” Jawabku sama dengan yang tadi.
“Mau pesan apa?” Tanyanya ringan.
“Milkshake coklat,” Ujarku tanpa pikir.
“Favorit kita.” Tanpa disadari kami mengucapkan kata yang sama kami saling tatap. Memoriku
otomatis berputar ke belakang. Meski jauh di belakang waktu, kenangan aku dan Karel adalah
yang terbaik.

Dering gadget Karel merusak momen. Dapat kubaca kontak yang meneleponnya. Karel sedikit
kikuk setelah membaca nama Geby terpampang di layar gadgetnya. Aku hanya pasang tampang
datar, menyembunyikan kecemburuan yang bertunas di hatiku. Aku tahu, akhir-akhir ini Karel

Вам также может понравиться