Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAGIAN II
hEpatologi Hepatitis A dan Hepatitis BLevel Kompetensi : 4Literatur : PAPDI, Sabatine, dan MEDSCAPE
NOTE
PenatalaksanaaN
EdukaSi & PerencanaaN NakaM Latihan Jasmani & Farmakologis
Meliputi Pemahaman Tentang LATIHAN JASMANI
Penyakit DM (pentingnya Pengendalian dan Pemantuan) 3-4 Kali seminggu selama krang lebih 30 Menit.
Komplikasi DM Kegiatan Sehari-Hari seperti Berjalan Kaki ke pasar, naik
Intervensi Farmakologis dan Non-Farmakologis turun Tangga, Berkebun.
Hipoglikemia INTERVENSI FARMAKOLOGIS
Cara Mempergunakan Fasilitas Perawatan Obat Hipoglikemia Oral :
BB ideal dapat dihitung dengan Rumus Broca : Insulin Secretagogue
Berat Badan Ideal = (TB-100)-10% BB (Pria dengan Tinggi <160cm dan wanita o Sulfonilurea
<150cm, Tidak dikurangi 10% lagi. Glikuidon tablet 30 mg, dosis 30-120 mg/Hari,
BB Kurang <90% BB idaman diberikan 2-3x sehari sebelum makan
BB Normal 90-110% BB idaman Glimepirid tablet (1 mg/2 mg/3 mg/4 mg), 1x 0,5
BB lebih 110-120% mg-6 mg/Hari sebelum makan
BB gemuk >120% o Glinid : Repaglinid tablet (o,5 mg/1 mg/2 mg), 1,5
Standard yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi mg-6 mg/hari, terbagi dalam 3 dosis sebelum
makan
Karbohidrat 45-65%&Protein 15-25%&Lemak 20-25%
Penambah sensitivitas terhadap Insulin
Kolesterol <300 mg/Hari (Konsumsi MUFA, Membatasi PUFA dan Asam Lemak Jenuh)
o Metformin tablet (500mg/850 mg), 250 mg-
Jumlah Kandungan Serat +25 gram/Hari.
3000mg/hari, diberikan 1-3x perhari bersama atau
Jumlah Kalori Basal per hari
sesudah makan.
Laki-Laki : 30 Kal/kg BB idaman
o Pioglitazon Tablet 15 mg dan 30 mg. Dosis 1x 15-
Wanita : 25 kal/kgBB Idaman
45 mg/hari. Pemberian tidak tergantung jadwal
Penyesuaian (terhadap kalori basal/hari)
makan
Status Gizi (BB gemuk -20%) & (BB Lebih -10%) & (BB kurang +20%)
Penghambat absorbsi Gula
Umur >40 tahun -5% o Glukosidase alfa inhibitor :acarbose tablet (50 mg
Stress Metabolik (Infeksi, Operasi, dll): + (10 s/d 30%) dan 100 mg). Dosis 100 mg-300 mg/ hari,
Aktifitas : (Ringan +10%) & (Sedang +20%) & (Berat +30%) diberikan 3x/hari bersama suapan pertama
Hamil : (Trimester I, II +300 kal) & (Trimester III/Laktasi +500 Kal) Inkretin mimetik
o GLP-1 analog&DPP-4 Inhibitor
PenatalaksanaaN
INSULIN Sedian InSuLin
endokrinologi Grave DiseaseLevel Kompetensi : 3aLiteratur : Buku ajar Ilmu Penyakit dalam, Harrison, PDT Penyakit dalam Unair
Definisi Etiologi & Faktor Resiko Patogenesis (lihat Gambar Bodrex yakin anak FK pintar)
Endokrinologi KRISIS TIROIDLevel Kompetensi : 3aLiteratur : harrison, Buku ajar IPD, PDT IPD UNAIR
Rheumatologi & imunologi Gout ArtritisLevel Kompetensi : 4Literatur : PAPDI dan Sabatine
Rheumatologi & imunologi OsteoarthritisLevel Kompetensi : 4Literatur : PAPDI dan US National Library of Medicine (ncbi.com)
Subjektif (PAPDI)
o Nyeri tulang, mudah lelah, kelemahan proksimal dan pelunakan Vitamin D2 intramuskuler dan kalsium 600.000 IU atau ergokalsiferol
periartikuler, kelemahan, dan pada kasus berat dapat terjadi tetani, 2000-5000 IU per hari selama 5-12 minggu
rakitis tetani (sambungan kostokondral menonjol) Paparan sinar matahari pematangan vit D di kulit.
Objektif
o Hipotonia
o Tulang panjang menjadi bengkok terutama kaki, dan kifosis di
punggung “waddling gait” (jalan seperti bebek, pelvis drops,
kifosi)
Laboratorium
o Kadar kalsium rendah, hipofosfatemia, alkali fosfatase meningkat,
osteokalsin serum normal, kadar paratiroid meningkat, kadar 1,25
dihidroksi vit D rendah.
Penyakit tulang sistemik yang ditandai Faktor resiko: Tipe I: osteoporosis pasca menopause
penurunan densitas massa tulang dan Umur defisiensi estrogen akibat menopause.
perburukan mikroarsitektur tulang sehingga Genetik (etnis: kaukasia dan oriental > kulit
tulang menjadi rapuh dan mudah patah. hitam dan polinesia, seks: perempuan>laki- Tipe II: Osteoporosis senilis gangguan
laki, riwayat keluarga) absorbs kalsium diusushiperparatiroidisme
Lingkungan (Def.Kalsium, obat2an(steroid, sekunder Osteoporosis.
dll), merokok, alcohol, aktifitas fisik kurang)
Hormonal (def.estrogen, androgen,
tirotoksikosis)
Penyakit kronik ( sirosis hepatis, gagal
ginjal, gastrektomi)
Subjektif: nyeri tulang, kelemahan otot. Estrogen: estrogen terkonjugasi 0,625 mg/hr, 17β-estradiol oral 1-2mg/hr,
Objektif : waddling gait (jalan seperti bebek, pelvis drops, kifosi), kalsifikasi 17β-estradiol transdermal 50µg/hr, 17β-estradiol perkutan 1,5mg/hr, 17β-
ekstraskeletal. estradiol subkutan 25-50mg setiap 6 bulan.
Raloksifen6 mg/hr
Radiologis: penurunan densitas tulangpenipisan korteks dan daerah Bisfosfonat : etidronat 400mg/hr2minggu, klodronat
trabekular yang lebih luscen. Tanda-tanda fraktur. 400mg/hr1bulan, pamidronat 60-90mg/kali selama 4-6jam drip iv,
Alendronat 10mg/hr setiap hari, Risedronat 30mg/hr selama 2 bulan.
Rheumatologi & imunologi Paget DiseaseLevel Kompetensi : 3aLiteratur : PAPDI dan MERCK
Rheumatologi & imunologi Rhematoid ArtritisLevel Kompetensi : 3aLiteratur : PAPDI dan Sabatine
Subjektif Kaku pagi hari (>30’), swelling, pain Initial therapy: NSAID
Objektif arthritis >3sendi, arthritis pada sendi tangan, arthritis simetris, DMARD (Disease Modifying Antirematic Drug)
nodul rematoid Klorokuin fosfat 250mg/hr atau Hidroksiklorokuin 400mg/hr
Pemeriksaan Penunjang Sulfazalazine 1x500mg/hrnaik 500mg tiap minggu sampai 4x500mg.
o factor rematoid serum (+) Metrotrexate
o Radiologis: Pada tangan posterior atau pergelangan tangan ada Cyclosporin-A
erosi atau dekalsifikasi tulang. Leflunomide
Rheumatologi & imunologi SLELevel Kompetensi : 3aLiteratur : PAPDI, Medscape, dan sabatine
Definisi: proses inflamasi yang menyebabkan nyeri dan kaku pada otot, sering Terapi
mengenai bahu, leher, panggul, dan lengan atas. Muncul pada orang tua sering di - Lini pertama: Kortikosteroid (Prednison) dosis rendah ≤ 20 mg.
atas usia 35 tahun, jarang di bawah usia 50 tahun. Bisa dimulai dari dosis 10-20 mg/hari. Untuk mencegah kambuh
Kriteria Diagnosis tapering off harus kurang dari 1 mg/bulan.
1. Onset munculnya usia 50 tahun atau lebih tua Jika gejala tidak berkurang setelah pemberian selama 1 minggu,
2. ESR ≥ 40 mm/jam dosis harus dinaikkan dan mempertimbangkan pemeriksaan
3. Nyeri menetap selama ≥ 1 bulan meliputi 2 dari area berikut: leher, bahu, dan untuk giant cell arteritis khususnya jika dosis telah mencapai 20
panggul. mg/hari dan tidak menunjukkan perbaikan.
4. Tidak ada penyakit lain yang bisa menyebabkan gejala musculoskeletal Tapering off bergantung pada respon klinis seperti nyeri dan
5. Kaku di pagi hari ≥ 1 jam kaku berkurang, kaku pagi hari berkurang pada pemeriksaan fisik
6. Respon cepat terhadap prednisone (≤ 20 mg) pasien.
Tanda dan gejala - NSAID dapat diberikan jika tidak ada kontraindikasi untuk
- Low grade fever mengurangi nyeri. NSAID dapat membantu pada saat dosis
- Malaise, lemas kortikosteroid mulai diturunkan.
- Sulit bangun dari tempat tidur di pagi hari
- Sulit berdiri dari dari toilet atau dari kursi PMR dengan komplikasi Giant Cell Arteritis (Temporal Arteritis)
- Sulit melakukan ADL 1 dari 5 orang dengan PMR dapat berkembang menjadi kondisi
- Kaku di pagi hari selama ≥ 1 jam, bisa lebih yang lebih serius yaitu temporal arteritis, dimana terjadi inflamasi
- Kaku pada otot setelah lama tidak beraktivitas pada arteri di sekitar kepala atau leher, dan menyebabkan gejala
- Sinovitis pada sendi-sendi proximal dan struktur periartikular sebagai berikut:
- Periferal arthritis (25% pasien) Nyeri kepala menetap yang berat dengan tenderness pada
- CTS (15% pasien) scalp serta nyeri jika disentuh
- Edema pada distal ektremitas (12% pasien) Nyeri pada otot rahang saat mengunyah
Pemeriksaan Penunjang : darah lengkap ( ESR , CRP ) Penglihatan terganggu, seperti penglihatan ganda atau
Poin untuk diingat! penurunan penglihatan
o Rasa nyeri dan kaku berkembang dengan cepat pada PMR, paling sering
pada bahu dan lengan atas.
o Gejala semakin parah saat pagi hari
o Gejala berespon baik terhadap kortikosteroid dosis rendah, tetapi bisa
muncul kembali saat dosis diturunkan.
Rheumatologi & imunologi DEMAM REMATIK (RHD) -> Level Kompetensi 3A
Definisi: penyakit akibat komplikasi dari faringitis yang tidak diobati Diagnosa 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor
dengan baik. Dapat menyebabkan kerusakan katup jantung. Kriteria mayor: carditis
Arthritis
Etiologi: Bakteri Streptococcus pyogenes grup A Korea
Nodul subkutan
Epidemiologi Eritema marginatum
- Sering pada anak usia 5-15 tahun Kriteria minor: demam
- Mulai muncul setelah sekitar 20 hari pasca faringitis Nyeri sendi
- Rekurensi sering terjadi pada 3-5 tahun setelah episode pertama jika Bukti adanya perubahan irama jantung (EKG)
tidak diberikan antibiotik maintenance dengan dosis rendah. Bukti adanya protein tertentu yang muncul saat ada reaksi
- Komplikasi jantung bisa parah dan lama, terutama jika sudah mengenai inflamasi (darah lengkap)
katup jantung
Terapi
Patofisiologi 1. Anti inflamasi (aspirin, kortikosteroid)
Bakteri streptokokus pyogenes grup A(dinding sel nya mengandung M Drug of choice: Aspirin dosis tinggi 100 mg/kg/h
protein) infeksi faring (faringitis) terbentuk antibodi terhadap M 2. Antibiotik: diberikan setelah ada hasil kultur dari faringitis
protein. 3. Steroid: diberikan jika ada keterlibatan dari jantung, menghindari
Terjadi cross-reactivity antibodi (Hipersensitivitas tipe II) disebut juga kerusakan jaringan jantung lebih lanjut, mencegah sequel seperti mitral
molecular mimikri, dimana antibodi yang terbentuk tadi ternyata juga stenosis.
bereaksi silang dengan myosin jantung, glikogen otot jantung, sel-sel otot 4. Demam rematik + carditis + penyakit jantung yg nyata secara klinis
polos arteri, menginduksi terlepasnya sitokin dan perusakan jaringan. antibiotik minimal 10 tahun setelah episode terakhir; profilaksis
Karakteristik (mikroskopik): Terbentuknya Aschoff bodies, yaitu kumpulan diberikan sampai usia 40-45 tahun bisa seumur hidup.
dari kolagen eosinofil yang membesar dikelilingi oleh limfosit dan 5. Demam rematik + carditis antibiotik selama 10 tahun atau hingga
makrofag. Makrofag yang lebih besar bisa menjadi Aschoff Giant Cell. usia 25 tahun.
Aschoff bodies ditemukan di berbagai lapisan jantung pancarditis 6. Demam rematik sajaaa antibiotik selama 5 tahun hingga usia 18-21
Inflamasi menyebabkan terbentukanya eksudat serofibrinous pericardial tahun.
pericarditis
Perubahan anatomis pada katup jantung bisa berupa penebalan katup,
fusi komisural, pemendekan dan penebalan dari korda tendinosa.
LAMPiran amebiasisPahami teorinya agar tidak terjadi DISTORSI dalam pengerjaan soal UKDI
27 “ KITAB UKDI Co-Ass Bodrex BOOSTER FKUB DiViSi IPD “
TIM penghimpun materi UKDI FKUB, edisi Januari 2014, Semoga bermanfaat untuk SAUDARA SEJAWAT semuanya
UKDI - DiViSi iLmu Penyakit Dalam (Sekali) - 30% prosentase UKDI 2008, 2007 & 2006
LAMPiran ascaris Pahami teorinya agar tidak terjadi DISTORSI dalam pengerjaan soal UKDI
MAS madya berpesan BUAT catatan ringkas tentang bab INI dan jangan lupa JUGA tentang MORFOLOGI dari telur & tiap stadiumnya karena
biasanya MENGANDUNG jadi CLUE sebuah SOAL -Balada Bodrex-
LAMPiran hookwormPahami teorinya agar tidak terjadi DISTORSI dalam pengerjaan soal UKDI
LAMPiran filariasis Pahami teorinya agar tidak terjadi DISTORSI dalam pengerjaan soal UKDI
MAS madya berpesan BUAT catatan ringkas tentang bab INI dan jangan lupa JUGA tentang MORFOLOGI dari telur & tiap stadiumnya karena
biasanya MENGANDUNG jadi CLUE sebuah SOAL -Balada Bodrex-
Pemeriksaan penunjang
o Direct fecal smear examination mencari cyst atau trophozoit dari
G. lamblia merupakan langkah diagnosis pasti
o Biopsy small intestine
o Antigen parasite sensitivitas dan spesifisitas sama baiknya dengan
direct smear examination
Congenital toxoplasmosis
o Trias gejala visual impairment, makro/mikrocephaly, gangguan
pendengaran
Pemeriksaan penunjang
o SerologyIgG dan IgM toxoplasma
LAMPiran toxoplasmosis Pahami teorinya agar tidak terjadi DISTORSI dalam pengerjaan soal UKDI
LAMPiran taeniasisPahami teorinya agar tidak terjadi DISTORSI dalam pengerjaan soal UKDI
MAS madya berpesan BUAT catatan ringkas tentang bab INI dan jangan lupa JUGA tentang MORFOLOGI dari telur & tiap stadiumnya karena
biasanya MENGANDUNG jadi CLUE sebuah SOAL -Balada Bodrex-
:
Penting iLakes
o Gejala gejala di atas tidak membedakan secara jelas infeksi
trichomoniasis dengan infeksi vaginitis karena penyebab lainnya
LAMPiran tripanosomiasisPahami teorinya agar tidak terjadi DISTORSI dalam pengerjaan soal UKDI
Subyektif
Infeksi ringan pada umumnya tidak menimbulkan gejala.
Infeksi sedang rasa sakit seperti tertusuk tusuk di daerah epigastrium
tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual dan muntah, diare dan
konstipasi saling bergantian.
Pemeriksaan Fisik
-
Penunjang
eosinofilia atau hipereosinofilia
diagnosa pasti dengan menemukan larva rabditiform dalam tinja segar,
biakan atau dalam aspirasi duodenum biakan selama
sekurang0kurangnya 2x24 jam menghasilkan larva filariform
Screening – ELISA
Pemeriksaan penunjang
1. Mencakup pemeriksaan: kultur virus, biopsi limfonodi, PCR
2. Hitung CD4 T-sel: untuk mengetahui kemungkinan terkena infeksi
oportunistik. Normalnya 500-2000 /µl
3. Viral load melalui daraf tepi adalah marker kecepatan replikasi virus.
Clinical Stage 4
Mulainya terapi
1. Adolescent dan dewasa
HIV wasting syndrome, as defined by the CDC (see Table 1, above) - ART diberikan pada stadium 3 dan 4 dan CD4 ≤350 sel/mm3
Pneumocystis pneumonia
- ART diberikan pada pasien dengan CD4 >350 sel/mm3 dan ≤500
Recurrent severe bacterial pneumonia sel/mm3.
Chronic herpes simplex infection (orolabial, genital, or anorectal site for >1 - ART langsung dimulai pada kondisi: HIV+TB aktif
month or visceral herpes at any site) HIV+HBV dengan penyakit hati
Esophageal candidiasis (or candidiasis of trachea, bronchi, or lungs) kronis
Extrapulmonary tuberculosis 2. Wanita hamil dan menyusui
Kaposi sarcoma - Wanita hami dan menyusui langsung diberikan triple ARV, untuk
Cytomegalovirus infection (retinitis or infection of other organs) mengurangi MTCT.
Central nervous system toxoplasmosis 3. Ibu menyusui dengan HIV dengan bayi yang belum diketahui status HIV
HIV encephalopathy
nya HARUS memberikan ASI ekslusif 6 bulan, kemudian dilanjutkan 6
Cryptococcosis, extrapulmonary (including meningitis)
bulan berikutnya disertai makanan pendamping.
Disseminated nontuberculosis mycobacteria infection
Progressive multifocal leukoencephalopathy
Candida of the trachea, bronchi, or lungs Terapi
Chronic cryptosporidiosis (with diarrhea) 1. Dewasa
Chronic isosporiasis First line ART – NRTIs + NNRTI, dengan kombinasi
Disseminated mycosis (e.g., histoplasmosis, coccidioidomycosis, penicilliosis) - TDF (tenofovir) + 3FTC (emtricitabine) + EFV(efavirenz)
Recurrent nontyphoidal Salmonella bacteremia - Jika di atas kontraindikasi kombinasi bisa diganti:
Lymphoma (cerebral or B-cell non-Hodgkin) AZT (azidothymidin) + 3TC + EFV
Invasive cervical carcinoma AZT + 3FTC + NVP (nevirapine)
Atypical disseminated leishmaniasis TDF + 3FTC (or FTC) + NVP
Symptomatic HIV-associated nephropathy 2. Ibu hamil dan menyususi
Symptomatic HIV-associated cardiomyopathy - TDF + 3TC (or FTC) + EFV
Reactivation of American trypanosomiasis (meningoencephalitis or - Bayi dengan ibu yang menerima ART dan menyusui, harus diberi
myocarditis) profilaksis setiap hari dengan NVP. Jika menerima makanan pengganti
ASI profilaksis 4-6 minggu dengan NVP/hari atau AZT 2x/hr
Macam Antiretroviral 3. Profilaksis penyakit oportunistik
- Nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTIs) - PCP: CD4 < 200 Trimethoprim-sulfamethoxazole 1x selama >3 bulan
- Protease inhibitors (PIs) - Toxoplasmosis: CD4 < 100 TMP-SMX 1x selama >3 bulan
- Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs) - CMV: Ganciclovir, induksi 5mg/kg selama 1 jam
- Fusion inhibitors
- CCR5 co-receptor antagonists (entry inhibitors)
- HIV integrase strand transfer inhibitors
Tropik-infeksi LEPTOSPIROSIS
Tanpa Komplikasi, Level komp. 4A
Sumber: PAPDI, Harrison
leptospiruria
S+O Penatalaksanaan
- Demam, menggigil mendadak Level kompetensi 4A
- Nyeri kepala di bagian frontal 1. Terapi antibiotik, dimulai secepat mungkin. Penisilin merupakan pilihan utama
- Anoreksi, myalgia, mual muntah 2. Jika leptospira sudah berada di ginjal (fase leptospiremia terlewati) antibiotik tidak
- Nyeri abdomen dan otot efektif hemodialisa temporer
- Ikterus 3. Pencegahan: Perlindungan khusus bagi penduduk resiko tinggi (pakaian khusus)
- Ruam kulit, fotofobia, mata merah
- Hepatomegali
- Gambaran klinis lain: pneumonia,
hemoptu, delirium, diare, edema,
AKI, perdarahan, spleenomegali,
neuritis, pankreatitis, epidedimitism
asites, miokarditis
Lab:
Leukositosis, peningkatan LED,
peningkatan bilirubin direk tanpa
peningkatan transaminase.
BUN, ureum< kreatinin dapat meningkat
UL: proteinuria, leuksituria, dan cast.
Serologi: PCR, silver stain, fluorescent
antibody stain, dan mikroskopo lapangan
gelap
Schizont pecah
mengeluarkan merozoit
menginfeksi eritrosit
Patogenesis
Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis RES akan Patogenesis Demam Paroksismal
menginvasi eritrosit dan berkembang secara aseksual Paroksisme demam pada malaria ditentukan oleh waktu
bentuk aseksual parasit dalam eritrosit (EP/ eritrosit dgn yang diperlukan oleh siklus aseksual / skizogoni darah
plasmodium) 2 stadium EP: 1. Ring phase (24 jam I) 2. Matur untuk menghasilkan skizon yang matang (tergantung
phase (24 jam ke II) spesies Plasmodium yang menginfeksi).
1. Sitoadherensi: perlekatan antara EP matur dengan Puncak serangan demam pecahnya skizon yang telah
permukaan endotel vaskular matang dan lepasnya merozoit toksin, pigmen, dan
2. Sekuestrasi: EP matur yang sudah menempel, menetap kotoran/debris sel ke peredaran darah,dan akhirnya
dalam mikrovaskular memicu dihasilkannya TNF oleh makrofag yang
3. Rosetting: berkelompoknya EP matur uang diselubungi 10 teraktifkan (sporulasi). Untuk beberapa hari pertama,
atau lebih eritrosit non parasit obstruksi aliran darah pola demam tidak beraturan, baru kemudian polanya
mempermudah sitoadheren berikutnya yang klasik tampak sesuai dengan spesiesnya. Pada
4. Sitokin: keluar dari sel endotel, monosit, makrofag, setelah malaria falsiparum, pola demam yang ireguler terus
terstimulus oleh malaria toksin (LPS, GPI) TNFa, IL1. IL6, berlanjut.Demam yang tinggi dan beratnya gejala klinis
INFgama, NO. lainnya mempunyai hubungan dengan tingginya kadar
TNF dalam darah.
Plasmodium vivax dan ovale (malaria tertiana) skizon-skizon pecah setiap 48 jam sekali, sehingga
demam timbul setiap hari ke-3 (tertiana)/ 3hari sekali
Plasmodium malariae (malaria quartana) pecahnya skizon terjadi setiap 72 jam sekali, sehingga
serangan pada terjadi setiap hari ke-4 (malaria kuartana)/ 4 hari sekali
Plasmodium falsiparum, kejadiannya mirip dengan malaria vivax, hanya interval demamnya tidak jelas,
biasanya panas badan di atas normal tiap hari, dengan puncak demam cenderung mengikuti pola
malaria tertiana (malaria subtertiana atau malaria quartana).
S+O
1. Riwayat berpergian ke daerah endemik Kondisi Klinis:
2. Gejala klasik “Trias malaria”,(>>pada malaria vivax) secara berurutan: a. Serangan primer: mulai masa inkubasi
- Periode dingin: mulai menggigil, kedinginan. Nadi penderita cepat, tetapi lemah. Bibir dan mulai terjadi serangan paroksismal
dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat, penderita mungkin (trias malaria)
muntah dan pada penderita anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung b. Periode latent: periode tanpa gejala,
selama 15 menit - 1 jam. tanpa parasitemia (diantara 2 keadaan
- Periode panas: muka merah, badan panas, nadi cepat, sakit kepala bertambah keras, dan paroksismal)
sering disertai dengan rasa mual dan muntah-muntah. Biasanya penderita merasa c. Recrudescence: berulangnya gejala klinik
sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 40 ºC. Stadium ini berlangsung dan parasiitemiadalam waktu 8 minggu
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tetes darah a. Preparat darah tetes tebal
Hasil pemeriksaan negatif min 3 kali malaria baru dapat i. Tujuan: menemukan parasit
diexclude ii. Hitung parasit dapat dilakukan dengan menghitung jumlah
Pemeriksaan pada saat pasien demam lebih mudah parasit per 200 leukosit.
menemukan parasit Ex: bila leukosit 10.000/ul
2. Tes Antigen: P-F Test Parasit count: ∑parasit x 50: .............(jumlah parasit)/uL darah
Yaitu mendeteksi antigen dari P. falciparum (Histidine Rich iii. Prosedur:
Protein II). Deteksi sangat hanya 3-5 menit, tidak ~ disediakan alat dan bahan
memerlukan latihan khusus, sensitivitas baik, tidak ~ objek glas dibersihkan dengan kapas alkohol agar terbebas
memerlukan alat khusus. Deteksi dengan antigen vivaks dari lemak , keringkan
sudah beredar di pasaran yaitu dengan metode ICT. Tes ~ diteteskan satu tetes darah pada kedua ujung objek glass
sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase ~ dibuat tetesan menyebar dikedua sisi itu dengan
plasmodium (pLDH) dengan cara immunichromatographic menggunakan ujung objek glass lain dengan cara memutar
telah dipasarkan dengan nama OPTIMAL. Optimal dapat membentuk lingkarang dengan diameter kurang lebih 1cm .
mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat ~ dikeringkan di udara terbuka , pastikan benar-benar kering
membedakan infeksi P. falciparum dan P. vivax. sebelum dilakukan pengecatan.
Sensitivitas 95%, lebih tinggi dari deteksi HRP II. Tes ini ~ setelah kering , dikedua sisi tersebut ditetesi/diwarnai
dikenal sebagai tes cepat (Rapid Test) dengan giemsa yg telah diencerkan dengan buffer 7,2 ( 3 tetes
3. Tes Serologi giemsa : 1 ml buffer) selama 7-10 menit.
Menggunakan tehnik indirect fluorescent antibody testuntuk ~ di basuh air dengan sangat berhati-hati karena tdk difiksasi .
mendeteksi antibodi spesifik malaria atau dimana keadaan ~ dikeringkan
parasit sangat minimal. Kurang bermanfaat untuk diagnosis ~ diperiksa dengan mikroskop dg pembesaran 10x100 (
karena antibodi baru ada setelah terjadi parasitemia. menggunakan minyak anisol)
4. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi b. Preparat darah tetes tipis
amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas i. Tujuan: identifikasi jenis plasmodium
maupun spesifitas tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah ii. Kepadatan parasit dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang
parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah
berupa dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi berat
pemeriksaan rutin. iii. Prosedur:
~disediakan alat dan bahan
~ objek glas dibersihkan dengan kapas alkohol agar terbebas
dari lemak , keringkan
~ diteteskan satu tetes darah pada salah satu ujung objek
glass , dibuat sediaan hapus tipis dengan cara menggeserkan
objek glass yang lain . sehingga terbentuk seperti lidah kucing
( ada ujung yang tipisnya). keringkan .
~ difiksasi dengan larutan metanol absolut selama 30 detik.
Plasmodium Falciparum
(kiri: Tropozoit) signet ring cell.
Khas: dalam 1 sel eritrosit bisa ada multipel tropozoit
G-6-PD);
Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang
padat pada pembuluh kapiler pada jaringan otak
P. falciparum resisten Kina 3 x 650 mg/hari selama 3-7 hari ditambah salah satu obat dibawah Meflokuin sekali 750 mg/oral (15mg/kgBB)
terhadap klorokuin, tanpa ini selanjutnya 500 mg pada 6-8 jam berikutnya
komplikasi Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 7 hari, atau Atau
Klindamisin 2 x 600 mg/hari selama 7 hari, atau
Sulfadoksin + Primetamin (Fansidar) sekali makan tiga tablet Artesuna/artemeter oral, dosis tunggal per
hari; 4 mg/kgBB pada hari ke 1, 2 mg/kgBB
pada hari ke 2 dan ke 3, 1 minggu/kgBB pada
hari 4 sampai 7
Atau
PREVENTIF
• Tindakan pencegahan infeksi malaria sangat penting untuk individu yang non-imun, khusunya turis nasional
maupun internasional. Kemoprofilaksis yang dianjurkan ternyata tidak memberikan perlindungan secara
penuh. Oleh karenanya sangat dianjurkan untuk memperhatikan tindakan pencegahan untuk
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan cara:
• Tidur dengan kelambu sebaiknya dengan kelambu impregnated (dicelup peptisida:pemethrin atau
detamethrin)
• Menggunakan obat pembunuh nyamuk (mosquitos repellents) : gosok, spray, asap, elektrik
• Mencegah berada di alam bebas dimana nyamuk dapat menggigit atau harus memakai proteksi (baju
lengan panjang, kaus/stocking). Nyamuk akan menggigit diantaranya jam 18.00 sampai 06.00. Nyamuk
jarang pada ketinggian di atas 2000m
• Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dar nyamuk dengan kawat anti-nyamuk
• Bila akan digunakan kemoprofilaksis perlu diketahui sensitivitas plasmodium di tempat tujuan sensitivitas
plasmodium di tempat tujuan.
Dosis Profilaksis
Klorokuin fosfat **) Daerah tanpa P. falciparum resisten 500mg (2x@250mg)/minggu, 1-2 minggu sblm tiba dan 4 minggu setelah
meninggalkan daerah endemik
Meflokuin Daerah dengan P. falciparum resisten 250mg/minggu, 1-2 minggu sblm tiba dan 4 minggu setelah meninggalkan
klorokuin daerah endemik
Doksisiklin Daerah dengan P. falciparum yang 100mg/hari, 1-2 hari sblm memasuki daerah endemik dan 4 minggu setelah
resisten dengan banyak obat meninggalkan daerah endemik
Klorokuin fosfat + Regimen pilihan, pengganti meflokuin Klorokuin fosfat 500mg/minggu + Proguanil 200mg/hari. 1-2 hari sblm
Proguanil memasuki daerah endemik dan 4 minggu setelah meninggalkan daerah
endemik
Atovakuon + Proguanil Regimen pilihan, pengganti meflokuin Atovakuon 250mg/hari +proguanil 100mg/hari. obat diberikan 1 hari sebelum
***) masuk daerah endemik dan dilanjutkan sampai 1 minggu meninggalkan
daerah endemik
Primakuin Profilaksis terminal untuk P. vivax dan P. 15mg (basa) per hari sampai 14 hari setelah kunjungan. -2 hari sblm
Ovale memasuki daerah endemik dan 4 minggu setelah meninggalkan daerah
endemik
Tropik-infeksi DHF (Level komp. 4A) dan DSS (Level Komp. 3B)
-
Demam mendadak 2-7 hari
-
Manifestasi perdarahan :
o Rumpleed test atau tourniquet
test (+)
o Petekie
o Ekimosis atau purpura
o Perdarahan mukosa (gusi,
68 “ KITAB UKDI Co-Ass Bodrex BOOSTER FKUB DiViSi IPD “ traktus gastrointestinal)
TIM penghimpun materi UKDI FKUB, edisi Januari 2014, Semoga bermanfaat- untuk SAUDARA SEJAWAT
Trombositopenia (plateletsemuanya
count
<100.000 cell/mm3)
- Adanya tanda kebocoran plasma akibat
peningkatan permeabilitas vaskular
UKDI - DiViSi iLmu Penyakit Dalam (Sekali) - 30% prosentase UKDI 2008, 2007 & 2006
Pemeriksaan Penunjang:
-DD -
- DL Trombosit, hematokrit, leukosit Demam tifoid, campak, influenza,
o NS1 demam hari 1-2 chikunguya, dan leptorpirosis,
o IgM hari ke 3-5, meningkat minggu ke 3, hilang hingga 2 bulan riketsiosis
o IgG hari ke 14 (infeksi primer), hari ke 2 (infeksi sekunder)
- Faal hepar (prn), Faal hemostasis (penting saat kondisi DSS atau perdarahan masif)
- Perdarahan mukosa
- Hepatomegali
- Pucat, akral basah dan dingin
- Oliguria atau anuria dalam 4-6 jam
Pasien yang termasuk dalam kategori:
o Bayi (usia < 1thn)
o Pasien obesitas
o Pasien dengan penyakit lain sebagai komorbid (diabetes, sindroma
nefrotik, gagal ginjal kronis, penyakit hemolitik, asma yang tidak
terkontrol)
o Pasien dengan kondisi sosial buruk (hidup dirumah sendirian, tempat
tinggal jauh dari layahan kesehatan, transportasi sulit)
Protokol 2. Pemberian Cairan pada Tersangka DBD Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Ht> 20%
Dewasa di Ruang Rawat 1. Infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam Pasien kemudian dipantau setelah 3 -4
a. Resusitasi cairan jam pemberian cairan.
DBD tanpa perdarahan spontan dan masif 2. Perbaikan (+), Hct turun, HR turun, tekanan darah stabil, produksi urin meningkat
dan tanpa syok. turunkan menjadi 5 ml/kgBB/jam.
Kristaloid = 1.500 + {20 x (BB dalam kg - 20)} 3. 2 jam kemudian dilakukan pemantauan kembali perbaikan3 ml/kgBB/jam.
b. pemeriksaan Hb, Ht tiap 24jam 4. Bila dalam pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian cairan dapat dihentikan
Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit 24-48 jam kemudian.
< 100.000 jumlah pemberian cairan tetap 5. Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 mlkgBBljam tadi keadaan tetap tidak
seperti rumus di atas tetapi pemantauan membaik 10 ml/kgBB/jam2 jam ada perbaikan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam
Hb,Ht, trombosit dilakukan tiap 12 jam.
Bila Hb, Ht meningkat > 20%o dan trombosit
< 100.000 maka pemberian cairan sesuai
dengan protokol penatalaksanaan DBD
dengan peningkatan Ht > 20%.
Protokol 4. Penatalaksanaan Perdarahan Spontan Protokol 5. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada Dewasa
pada DBD Dewasa 1. Oksigen 2-4 lpm.
- Perdarahan spontan dan masif pada 2. cairan kristaloid
diguyur sebanyak 10-20 ml/kgBB/jam dan dievaluasi setelah 15-30 menit Bila renjatan
penderita DBD dewasa adalah: telah teratasi jumlah cairan dikurangi menjadi 7 ml/kgBB/jam Bila dalam waktu 1-2
perdarahan hidung/epistaksis yang tidak jam tetap stabil 5 ml/kgBB/jam 1-2 jam stabil3 ml/kgBB/jamBila dalam 24-48 jam
terkendali walaupun telah diberikan setelah renjatan teratasi cairan perinfus harus dihentikan.
3. Bila dari terapi awal
tampon hidung, perdarahan saluran cerna
masih syokkristaloid 20-30ml/kgBB dievaluasi setelah 20-30 menit. Bila keadaan tetap
(hematemesis dan melena atau belum teratasi, tapi
hematoskesia), perdarahan saluran - HCt meningkat
(perembesan plasma masih berlangsung) koloid10-20 ml/kgBB dan dievaluasi
kencing (hematuria), perdarahan otak atau
setelah 10-30 menit Bila keadaan tetap belum teratasi pasang CVP dan
perdarahan tersembunyi dengan jumlah pemberian koloid dapat ditambah maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5L/hari)
perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. dengan sasaran tekanan vena sentral 15-18 cmH2O
- DL setiap 4-6 jam. Transfusi trombosit - Hctmenurun
(internal bleeding) transfusi darah segar 10 mL/kgBB dan dapat diulang sesuai
hanya diberikan pada pasien DBD dengan
kebutuhan.
perdarahan spontan dan masif dengan 4. Bila keadaan tetap
jumlah trombosit < 100.000/mm3 disertai belum teratasi koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia, anemia,
KID, infeksi sekunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai dengan target
atau tanpa KID. Selama belum terdapat
tetapi renjatan tetap belum teratasi maka dapat diberikan obat inotropik/vasopresor.
tanda perdarahan, tranfusi TC dihindari.
GNA penyakit yang ditandai dengan munculnya tiba-tiba dari edema, Diagnosis
hematuria, proteinuria, dan hipertensi. GNA merupakan penyakit sebagai 1. Anamnesa: onset, identifikasi kemungkinan etiologi (riwayat infeksi), cari
akibat dari mekanisme imunologis yang memicu peradangan dan proliferasi penyakit sistemik, cari akibat dari perkembangan penyakit (gatal, mual,
penurunan nafsu makan, edema tungkai)
dari jaringan glomerular yang mengakibatkan kerusakan pada membran
2. Gejala: hematuria, oliguria, edema (periorbita dan perifer), nyeri pinggang,
basemen, mesangium, atau endotel kapiler. sakit kepala, sesak nafas atau dyspneu.
3. Pemeriksaan fisik
Penyebab paling sering dari GNA ini adalah Poststreptokokus Glomerulonefritis - Tanda-tanda kelebihan cairan: edema periorbita
Akut (PGNA) edema dan hipertensi
crackles (edema paru)
Pada GNA terdapat 2 macam perubahan: peningkatan JVP
1. Perubahan structural ascites dan efusi pleura
- Proliferasi selular - Yang lainnya: rash, pucat, nyeri atau bengkak pada sudut costovertebral,
- Proliferasi leukosit: ditemukan neutrofil dan monosit pada lumen hematuria gross atau micros.
glomerular kapiler 4. Pemeriksaan penunjang
- Penebalan membran basemen glomerular - Urinalisis dan pemeriksaan sedimen:
- Hialinisasi dan sklerosis: irreversible Patognomonik cast eritrosit
Perubahan ini dapat bersifat fokal, difus, dan global. Proteinuria dan hematuria
2. Perubahan fungsional Eritrosit dismorfik
Proteinuria, hematuria, penurunan GFR (oliguria), sedimen urin, RBC cast. - C3 dan C4 sedikit turun.
Penurunan GFR dan retensi garam dan air mengakibatkan peningkatan
- Cek juga BUN dan kreatinin untuk mengukur GFR
volum intravascular, edema, hipertensi.
- Darah lengkap hematokrit sedikit turun anemia dilusi
Etiologi - Serum elektrolit Kalium!!
1. Infeksi: PGNA muncul 1-3 minggu setelah infeksi akut dengan bakteri Terapi
spesifik Streptokokus grup A beta hemolitikus - Suportif, bedrest 3-4 minggu
2. Non infeksi - Antibiotika: hanya untuk mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang
- Penyakit sistemik multisistem: vaskulitis, cryoglobunemia mungkin masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10 hari.
- Penyakit ginjal primer: penyakit Berger, membranoproliferatif - Vasodilator: digunakan jika terdapat hipertensi
glomerulonefritis, idiopatik glomerulonefritis - Loop diuretik: untuk mengurangi kelebihan cairan pada pasien edema
- Lain-lain: GBS, vaksin DPT. - Diet rendah protein (1g/kgBB/hr) dan rendah garam (1g/hr)
Pemeriksaan penunjang
Urinalisis: piuria (>20 leukosit/lpb) Pyelonefritis kronis ditandai dengan peradangan ginjal dan fibrosis yang
bakteriuria (+) diakibatkan infeksi ginjal rekuren atau persisten, vesicoureteral refluk, dan
hematuria penyebab lain dari sumbatan traktus urinarius.
Diagnosis dibuat berdasarkan imaging.
Terapi
Faktor yang mempengaruhi pathogenesis pyelonefritis kronis:
1. Jenis kelamin
First-line therapy 2. Kehamilan
3. Genetik
ciprofloxacin (Cipro) 500 mg PO selama 7 hari atau
4. Faktor virulensi bakteri
ciprofloxacin extended-release (Cipro XR) 1000 mg PO setiap
5. Disfungsi neurogenik buli
77 “ KITAB UKDI Co-Ass Bodrex BOOSTER FKUB DiViSi IPD “
TIM penghimpun materi UKDI FKUB, edisi Januari 2014, Semoga bermanfaat untuk SAUDARA SEJAWAT semuanya
UKDI - DiViSi iLmu Penyakit Dalam (Sekali) - 30% prosentase UKDI 2008, 2007 & 2006
Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisis: piuria, bakteriuria, kadang terdapat proteinuria.
2. BUN dan Cr
3. Kultur urin: bakteri gram negatif Escherichia coli atau Proteus
4. Voiding sistoureterografi (VCUG) didapatkan refluk urin ke pelvis renalis dan dilatasi ureter.
Terapi
1. Antibiotik
Drug of choice: penisilin dan generasi pertama sefalosporin (untuk infants juga)
3-6 tahun: sulfametoxazole atau nitrofurantoin
Dewasa: trimethoprim-sulfametoxazole (Bactrim)
2. Bergantung stadium dari VUR (vesikoureteral refluk)
- VUR stadium I dan II: refluk tanpa dilatasi ureter – antibiotic
- VUR stadium III dan IV (severe refluk): obat-obatan dan terapi pembedahan.
Indikasi pembedahan:
Gagal dengan obat, infeksi berulang, refluk menetap setelah pubertas pada wanita.
- VUR stadium V: pembedahan direkomendasikan pada anak lebih dari 1 tahun dengan refluk bilateral atau tanpa adanya scar ginjal. Pasien 1-5 tahun
dengan refluk unilateral dan tanpa scar diberikan antibiotik profilaksis.
ANEMIA
Anemia Hipokrom Mikrositer MCV<80fl MCH<27pg Anemia Defisiensi Besi
Thalassemia Major
Perdarahan Kronis (Hookworm, Peptic ulcer)
Sideroblastic Anemia
Anemia Normokrom Normositer MCV 80-95fl MCH 27-34pg Acute Blood loss
Anemia aplastik
Anemia Hemolitik
Chronic disease (TB, Rematoid, HIV)
CKD (gangguan eritropoetin)
MDS dan keganasan hematologik lain
Anemia Makrositer MCV>95f Megaloblastik Anemia (def B12, def asam folat)
Non Megaloblastik (Chronic liver diseae,
hipotiroid, MDS)
Anemia Defisiensi Besi adalah Anemia hipokrom 1. Kandungan besi dalam tubuh (laki2 50mg/kgBB, perempuan 35mg/kgBB) terbagi
mikrositer yang timbul akibat berkurangnya menjadi 3 bentuk
sediaan besi untuk eritropoesis akibat cadangan Fe Fungsional (besi yang telah membentuk senyawa yang berfungsi
besi itu sendiri kosong (depleted iron store) dalam tubuh) hemoglobin, myoglobin, enzim-enzim
sehingga pembentukan hemoglobin berkurang. Fe Transportasi (berikatan dengan protein tertentu untuk dipindahkan ke
kompartemen lain) transferin
Prevalensi >>> wanita. Sangat rentan pada wanita Fe Cadangan (persiapan jika intake Fe berkurang) Feritin, Hemosiderin
hamil.
2. Proses Absorbsi Fe, dibagi dalam 3 fases
a. Fase Luminal: pengolahan besi dari makanan dilambung agar siap diserap di
usus, terjadi reduksi dari feri ke fero oleh asam lambung
b. Fase Mukosal
Penyerapan besi terutama di mukosa duodenum dan jejunum, terbanyak di
duodenum proksimal. Terjadi konversi Feri Fero oleh enzim Ferireduktase.
Besi yang telah diserap masuk kedalam sitoplsma, sebagian disimpan sebagai
Besi dalam makanan :
- Besi Heme: daging & ikan, tingkat absorbsi tinggi, tidak Feritin sebagian diloloskan melalui basolateral trasporter menuju kapiler usus.
terpengaruh bahan penghambat (bioavaibilitas tinggi) c. Fase Korporeal: setelah masuk kapiler usus, dalam darah Fe diikat oleh
- Besi non-heme: sumber tumbuh-tumbuhan, absorbsi & apotransferin menjadi transferin. Transferin membawa Fe ke RES dan
melepaskan besi tersebut mellaui proses pinositosis.
bioavaibilitasnya rendah, dipengaruhi bahan pemicu dan
*1 transferin mengikat 2 besi (Fe2-Tf)
penghambat. Ex: bit, sayuran hijau, almond, jamur tiram,
alpukat, semangka, anggur.
Etiologi
Patogenesis
Akibat perdarahan menahun: saluran cerna
(gastric ulcer, penggunaan NSAID, ca Anemia defisiensi besi disebabkan oleh rendanya intake besi, gangguan absorbi, serta kehilangan
gaster, ca colon, divertikulosis, hemorroid, besi akibat perdarahan kronik.
cacing tambang), saluran genital
Derajat Defisiensi Besi
(menorrhagia, metrorhagia), saluran
kencing (hematuria kronis), saluran napas
Iron Depleted State: cadangan besi menurun, tetapi sediaan besi untuk eritropoesis belum
(hemoptu)
terganggu
Faktor nutrisi: rendahnya intake dari
Iron Deficient Erythropoesis: cadangan besi kosong, sediaan besi untuk eritropoesis
makanan, kualitas besi yang dikandung
terganggu, tetapi belum timbul anemia secara laboratorik
makanan tidak baik, bioavaibilitis rendah
Iron Deficiency Anemia: cadangan besi kosong disertai anemia.
(makanna banyak serat, rendah daging,
rendah vit.C)
Kebutuhan besi meningkat: prematuritas,
kehamilan, anak masa tumbuh kembang.
Gangguan absorbsi besi: gastrektomi,
kolitis kronis.
Subyektif + Obyektif
Gejala umum anemia: anemic syndrome (muncul bila Hb<7/dl) Badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-berkunang, telinga
berdenging.
Gejala khas defisiensi besi: disfagia akibat kerusakan epitel hipofaring, pica (memakan yg tidak lazim).
Gejala penyakit dasar: sesuai penyakit penyebab terjadinya anemia, ex: ca colon (gangguan BAB), cacing tambang (parotis
membengkak)
OPemeriksaan Fisik: konjungtiva anemik +/+, jaringan bawah kuku pucat.
Khas koilonychia/ kuku sendok spoon nail (kuku rapuh, bergaris2 vertikal, cekung seperti sendok), atrofi papil lidah, stomatitis
angularis (cheilosis)
*Sindroma Plummer Vinson/Paterson kellytrias: anemia hipokrom mikrositer, atrofi papil lidah, disfagia.
Kelainan Laboratoris
a. Kadar Hb dan indeks eritrosit
Hb menurun, MCV dan MCH menurun, MCHC menurun jika anemia berat dan kronis.
b. Hapusan darah tepi
Anemia hipokrom mikrositer, anisositosis, poikilositosis (ring cell, pencil cell, traget cell) , peningkatan RDW (red cell distribution
width)
c. Konsentrasi Fe dalam tubuh
Serum Iron (SI) menurun < 50 ug/dl
Total Iron Binding Capacity (TIBC) meningkat >350ug/dl
Saturasi Transferin <15%
Serum feritin menurun <12ug/l
Lainnya: protoporfirin >30mg/dl, Kadar reseptor transferin meningkat (normal 4-9ug/L)
BMP: sumsum tulang menunjukkan hiperplasia normoblastik ringan-sedang dengan normoblas kecil-kecil dan butir hemosiderin
negatif
d. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab anemia
- Pemeriksaan feses (cacing tambang), endoskopi, barium in loop, dll.
Diagnosis DD
Penatalaksanaan
a. Terapi kausatif
Terapi terhadap penyebab perdarahan
b. Pemberian Preparat Besi
- Oral Fe (Sulfas Ferosus). Dosis 3x200mg (tiap 200mg SF mengandung 66 mg Fe), baik diberikan saat lambung kosong,
namun efek samping menjadi lebih sering (mual, muntah, konstipasi) sehingga untuk pasien intoleran Fe dapat diberika
saat/setelah makan.
Pengobatan 3-6bulan dilanjutkan dosis maintenance 100-200mg perhari
- Fe parenteral
Indikasi: intoleransi terhadap Fe oral, kepatuhan minum obat rendah, gangguan GIT, absorbsi terganggu (gastrectomi),
difisiensi amat berat, kebutuhan Fe yang besar dalam waktu pendek (kehamilan preopretif).
Preparat: iron dextran complex (50mg/ml), iron sorbitol, iron ferrric gluconate, iron sucrose.
Pemberian IV bolus pelan atau IM dalam (nyeri dan memberikan bekas hitam pada kulit)
Kebutuhan besi (mg)= (15-Hb skrg)xBBx2.4+500atau1000mg)
c. Pengobatan lain
- Diet tinggi zat besi
- Vit C untuk meningkatkan penyerapan (3x100mg)
- Transfusi PRC dengan indikasi: ancaman gagal jantung, anemia yang sangat simtomatik, kehamilan trimester akhir, preoperasi.
- Suplemen besi diberikan untuk pencegahan
*Respon terapi Hb meningkat 2g/dl dalam 3-4minggu, Hb normal setelah 4-10minggu.
Anemia hemolitik adalah kadar hemoglobin kurang dari normal Klasifikasi Berdasarkan Etiologi
akibat kerusakan sel eritrosit yang lebih cepat dari kemampuan
sumsum tulang untuk menggantikannya 1. Anemia Hemolisis Herediter
a. Defek Enzim : Defek jalur Embden Meyerhof (def piruvat kinase, def
AIHA tipe Hangat (Warm AIHA) AIHA tipe Dingin (cold AIHA)
Definisi 70% dari kasus AIHA, antibodi bereaksi Hemolisis diperantarai oleh aglutinasi
secara optimal pada suhu 37ºC pada suhu dingin
50% disertai underlying disease
Temuan Klinis - Gejala anemia samar hingga berat dan - Berlangsung kronik dengan anemia
terjadi perlahan ringan Hb 9-12g/dl
- Demam, ikterik, nyeri abdomen - Akrosianosis
- Urin gelap (hemoglobinuri) - Splenomegali
- Splenomegali, hepatomegali
Lab Hb<7g/dl Anemia ringan
Direct Coomb’s test (+) Sferositosis, polikromatosia, Coomb’s
test (+)
Terapi Level kompetensi 3A Level kompetensi 3A
Rujuk ke level pelayanan yang - Menghindari udara dingin
memadai - Rujuk ke level pelayanan yang
memadai
Terapi:
- Kortikosteroid 1-1,5 mg/kgBB/hari Terapi:
hingga terdapat perbaikan klinis - Steroid dan splenektomi tidak
maupun laboratoris (biasanya 1-3 banyak membantu
bulan) kemudian tapp off 10-20mg/hari - Klorambusil 2-4mg/hari
diberikan secara selang sehari - plasmaferesis
(3bulan)
- Splenektomi
- Imunosupresan
- Transfusi jika Hb<3g/dl
HEMATOLOGI → Thalassemia
Definisi:
Anemia yang disebabkan oleh hemoglobinopati akibat mutasi gen αβglobin sehingga eritrosit menjadi rusak dan dengan cepat dihancurkan dalam lien atau
direct hemolisis dalam sirkulasi.
Patofisiologi:
- gangguan produksi salah satu rantai globin (α atau β) disertai peningkatan produksi rantai yang lain
- ketidakseimbangan rantai globin
- apoptosis eritrosit dan hemolisis (inefective eritropoesis)
Klasifikasi:
Hydropsfetalis Thalassemia minor
Four genes deletion -thalassemia 0-thalassemia trait
Thalassaemia major +-thalassemia trait
Transfusion dependent, homozygous Hereditary persistence of fetal Hb
0-thalassemia or other combinations of -thalassemia trait -thalassemia trait
0-thalassemia trait
Thalassaemiaintermedia +-thalassemia trait
Homozygous -thalassemia
Heterozygous -thalassemia
-thalassemia and hereditary persistence of fetal Hb
Hemoglobin H disease
Hair on end
Penatalaksanaan
• Regular blood transfusions agar Hbtetap
diatas 10 g/dl(2-3 unit setiap 4-6 minggu)
• Iron chelation therapy untuk overload
Fe dalam sirkulasi akibat hemolitik
• Asam folat 1x5mg
• Vitamin C 200 mg daily increases
excretion of iron produced by
desferrioxamine
• Splenectomy
• Endocrine therapy
• Allogeneic bone marrow transplantation
ANEMIA MAKROSITIK
Kelainan yang disebabkan oleh terganggunya sintesis DNA dan 1. Gejala klinis anemia+gejala klinis underlying disease
ditandai dengan adanya sel-sel megaloblastik. 2. Pemeriksaan fisik anemia: conjungtiva pucat (+)
3. Laboratoris:
a. Kadar Hb menurun, MCV>100fl makrositosis,
MCV>110fl megaloblastik
Patofisiologi:
b. Hct, retikulosit, leukosit, trombosit, Hitung jenis, LED
Terganggunya sintesis DNA kebanyakan disebabkan oleh defisiensi c. serum vit B12 (normal 300-900pg/ml, nilai
vitamin B12 (kobalamin) dan atau asam folat (asam <200pg/ml=defisiensi ), serum folat (N=6-20ng/ml,
pteroylmonoglutamic). Sel-sel yang pertama dipengaruhi adalah sel-sel nila<4ng/ml= defisiensi), folat eritrosit
hematopoetik. Defek inti sel eritrosit muda dalam sumsum tulang ini d. Hapusan darah: dapat tampak anisositosis, poikilositosis
menyebabkan gangguan maturasi. Pembelahan sel terjadi lambat, tetapi
perkembangan sitoplasmotik normal, sehingga sel menjadi besar
Penatalaksanaan
dengan peningkatan rasio RNA terhadap DNA.
1. Kobalamin parenteral 1000ug IM tiap minggu selama 8 minggu
dilanjutkan suntikan IM kobalamin 1000ug tiap bulan terus
Etiologi: menerus. Atau kristalin B12 2mg/hari
2. Asam folat 100-200mh perhari
1. Defisiensi Vit B12 (kobalamin)
a. Intake yang tidak adekuat: vegetarian
b. Malabsorbsi
Anatomis: gastrektomi, gangguan sekresi asam lambung,
gangguan ileum terminal, neoplasma
Fisiologis: Anemia pernisiosa
c. Lain-lain: NO anestesia, defek enzim
2. Defisiensi Asam Folat
a. Intake yang tidak adekuat:
b. Kebutuhan yang meningkat: bayi, kehamilan, keganasa,
hemolisis
c. Malabsorbsi: sprue topikal dan nontopikal (kerusakan epitel