Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
kekebalan tubuh. Perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh menyerang sel Cluster of
virus yang terus menerus mengakibatkan semakin berat kerusakan sistem kekebalan
tubuh dan semakin rentan terhadap infeksi oportunistik (IO) sehingga akan berakhir
kekebalan tubuh manusia, yang disebabkan oleh HIV.AIDS merupakan tahap akhir dari
infeksiHIV, dimana perjalanan HIV akan berlanjut menjadi AIDS membutuhkan waktu
Dunia II pada tahun 1945. Peningkatan penyakit banyak disebabkan oleh virus dan
Chlamydia; infeksi penyakit kelamin kelasik, genorre dan sifilis. Beberapa sindrom
seperti AIDS dan hepatitis B sering dihubungkan dengan pria homoseksual, tetapi
beberapa penyakit-seksual (AIDS, Hepatitis B, lesi herpetic pada serviks dan uretra,
kutil pada serviks, kemungkinan kanker) juga dapat ditularkan melalui hubungan intim
Kasus HIV/AIDS yang pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1987, dan
jumlah yang terinfeksi HIV terus meningkat pesat dan tersebar luas. Jumlah kasus baru
HIV positif yang dilaporkan dari tahun ketahuncenderung meningkat dan pada tahun
2017 dilaporkan sebanyak 48.300 kasus. Sedangkan jumlah kasus AIDS terlihat adanya
kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru sampai tahun 2013 yang kemudian
terjadi karena jumlah pelaporan kasus AIDS dari daerah masih rendah. Pada tahun 2017
kasus AIDS yang dilaporkan menurun dibandingkan tahun 2017 sebesar 102.667
kasus. Persentase kasus HIV positif dan AIDS tahun 2017 pada laki-laki lebih besar
dibandingkan perempuan. Penderita HIV positif pada laki-laki sebesar 63,6% dan
perempuan sebesar 36,4%. Sedangkan penderita AIDS pada laki-laki sebesar 68,0%
kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2017, kasus HIV sebesar 601 kasus, sedang AIDS
ada sebesar 531 kasus, dengan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 299
Penyakit HIV/AIDS telah menimbulkan masalah yang cukup luas pada individu
yang terinfeksi yakni meliputi masalah, fisik, sosial dan emosional (Smeltzer & Bare
2010).
konteks budaya dan system nilai di mana mereka hidup (WHO,1997). Hasil survey dari
yang didapat, terlihattingkatan kekerasan pada ODHA, baikoleh pasangan dan anggota
keluarga lainyang tinggal bersamanya. Alasananggota keluarga
empat kelompok oleh Djoerban (1999, dalam Irawati, Subandi, & Kumolohadi, 2011)
menyeluruh, keinginan untuk bunuh diri, dan gangguan otak organik (delirium atau
demensia primer) yang disebabkan adanya infeksi oportunistik. Hal utama yang
dirasakan pada saat ODHA pertama di diagnosa yaitu kecemasan terhadap kematian,
Kumolohadi, 2011). Kecemasan terjadi saat individu merasa tidak nyaman padahal ia
kematian diantaranya yaitu manusia tidak mengetahui apa yang dihadapinya nanti
sesudah mati, khawatir pada keluarga yang akan ditinggalkannya kelak, kurangnya
pemahaman makna hidup dan mati, serta sebagainya (Lehto & Stein, 2009).
tidakjelas dan menyebar, berkaitan dengan berbagaiperasaan yang tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi yang sepertiini tidak memiliki objek spesifik yang dapat
dijadikan penyebab dari adanya emosi tersebut. Kecemasan dialami secara subjektif
melalui respon fisiologis dan perilaku. Secara tidak langsunghal ini dapat
mengembangkan defense mechanism yang juga berhubungan dengan coping skill pada
2013)
Dampak lain yang membahayakan akibat kecemasan ialah pada gejala gangguan
mental seperti kurang konsentrasi, depresi, perasaan bersalah, menutup diri, pikiran
tidak teratur, kehilangan kemampuan persepsi, phobia, ilusi, dan halusinasi (Lutfa &
gangguan psikosomatis (Feifel & Nagy,1981 pada Irawati, Subandi, & Kumolohadi,
mencegah dampak negatif yang muncul dari kecemasan tersebut yang seharusnya tidak
perlu terjadi.
Dept Of State (2006, dalam Nugroho, 2008) yaitu tindakan pelayanan perawatan untuk
namun tidak untuk menyembuhkan, dan bertujuan untuk mencapai kualitas hidup yang
HIV/AIDS.
Perawat sebagai profesional kesehatan yang terlibat langsung dalam
penting sebagai careprovider, advocator, dan health educator dalam membantu klien
pasien yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya (Nursalam &
Kurniawati, 2007).
hal verbal, fisik, atau pskilologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai
respons. Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong
dan timbul dalam diri individu, serta tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi
tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan. (Sunaryo, 2013)
Koping yang efektif adalah koping membantu seseorang untuk menolerensi dan
menerima situasi tekanan yang tidak dapat dikuasainya. (Lasarus & folkman,1984.
keluarga lain berupa brang, jasa, informasi dan nasehat yang mampu membuat
penerima dujungan akan merasa disayang, dihargai, dan tentram. Dukungan ini
merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.
peran keluarga yang mereka berikan terhadap penderita kanker serviks berupa
motivassi, membantun kebutuhan sehari-hari dan membantu selama proses
Utara adalah lebih dari setengah responden mengalami kecemasan terhadap kematian
pasien HIV/AIDS yang kurang tidak dipengaruhi oleh kecemasan yang dialami. Masih
ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien HIV/AIDS selain
yang baik hampir seluruhnya kualitas hidup ODHA baik dan sebagian kecil kualitas
kematian dan dukungan sosial memiliki hubungan yang signifikan dan erat dengan
karyawan Odga sementara dukungan sosial berpengaruh positif terhadap motivasi kerja
karyawan ODHA. Semakin rendah tingkat kecemasan akan semakin tinggi motivasi
kerjanya. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima oleh karyawan ODHA, akan
pada saat terinfeksi HIV/AIDS pada ODHA diantaranya adalah perubahan aspek fisik
ODHA, aspek psikologis, aspek sosial, dan sistem pendukung yang ada. Proses
motivasi hidup ODHA terjadi secara bertahap dan membutuhkan dukungan dari
keluarga dan mendapat peer support atau dukungan sebaya. Adanya stigma ODHA
seringkali tidak mau membuka status mereka ke orang lain karena mereka takut dan
sekitarnya.
Berdasarkan hasil penelitian (Diatmi & Fridari, 2018) menandakan bahwa ada
hubungan positif antara dukungan sosial dengan kualitas hidup pada orang dengan HIV
dan AIDS (ODHA). Dukungan sosial yang yang diterima ODHA mampu meredakan
kecemasan atau kondisi stres yang muncul terkaitdengan sakit yang diidapnya,
sehingga ODHA menjadi lebih tenang dan mampu mengarah pada kualitas hidup uang
lebih baik.
antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
gejala-gejala serta resikonya, dan pengobatan masih sangat terbatas. Demikian juga
sosialnya. Ketidaktahuan tentang penyakit serta isu-isu yang terkait disebabkan karena
kekurangan dan kesalahan dalam menerima informasi yang selama ini diperoleh,
manusiawi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dalam masalah penelitian ini adalah “Hubungan dukungan keluargan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umun
2. Tujuan Khusus
Bangkong”
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
pengetahuan dan wawasan serta perkembangan diri khusus dalam penelitian ini serta
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan praktik