Вы находитесь на странице: 1из 12

LANDASAN-LANDASAN BIMBINGAN DAN KONSELING

disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Nadhifatuz Zulfa, M.Pd

Muhammad Abduh Asaduddin (2033116017)

JURUSAN ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
KOTA PEKALONGAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia selalu berporses di dalam kehidupannya. Di dalam proses itu,
tentulah manusia mengalami berbagai permasalahan. Permasalahan di dalam
kehidupan manusia tidak dapat dihindari, melainkan harus dihadapi. Hal ini
karena permasalahan adalah bagian dari pendewasaan kehidupan manusia.
Terkadang, manusia tidak mampu untuk menyelesaikan dan memecahkan
masalahnya sendiri. Untuk itulah, diperlukan bimbingan dan konseling. Sebagai
sebuah sarana, bimbingan dan konseling tidak berdiri sendiri. Bimbingan dan
konseling mempunyai landasan dalam praktiknya agar proses bimbingan dan
konseling berjalan sebagaimana mestinya.

B. Latar Belakang Masalah


1. Apa saja landasan bimbingan dan konseling
2. Bagaimana hubungan landasan-landasan tersebut di dalam bimbingan
dan konseling

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui secara sederhana landasan-landasan bimbingan konseling
2. Menganlisis landasan-landasan tersebut dan hubungannya dengan
bimbingan konseling

1
BAB II
PEMBAHASAN
I. Landasan Bimbingan dan Konseling
Sebagai sebuah kegiatan di dalam kehidupan manusia, bimbingan dan
konseling mempunyai beberapa landasan yang dijadikan dasar dalam kegiatannya.
Beberapa landasan tersebut adalah landasan agama, landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun keterangan ringkasnya adalah sebagai berikut:
A. Landasan Agama (Islam)
Al-Quran dan Sunnah memuat nilai-nilai luhur yang sarat makna bagi
tatanan kehidupan islami pada seluruh manusia. Serangkaian kisah sahabat nabi
dan para teladan Islam tidak hanya menampilkan kronologi peristiwa semata,
tetapi membawa moral etika.1 Berdasarkan ayat Al-Quran, Hadis, dan beberapa
pandangan ulama, serta pakar berbagai keilmuan, citra manusia menurut Islam
adalah sebagai berikut:
1. Manusia terdiri dari berbagai unsur yang memiliki satu kesatuan utuh yang
tidak terpisahkan
2. Manusia memiliki empat fungsi sifat atau kedudukan yaitu sebagai
makhluk Allah, sebagai makhluk individu, sebagai anggota masyarakat
atau makhluk sosial, dan sebagai khalifatullah di muka bumi
3. Manusia memiliki sifat-sifat utama, sekaligus memiliki kelemahan-
kelemahan
4. Manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya2
Allah berfirman:

              

             

 

1
El Fiah, Rifda. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. Hal 42
2
Narti, Sri. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam. Hal 10

2
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (Al-Baqarah [2]: 30)

            

         

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Al-Hujurat [49]: 13)
Rasulullah saw. bersabda
ِِ ِ ََ َُ
ِ ّ َ ُ ََ ِِ ِ ‫ِّإ‬
َ ّ ِ ََُ‫َما ِم ْن َم ْولُ ْود إ اَّل يُ ِ َل عَ َل إلْ ِِ ْْ ََ ِِ َََبَ َ َوإ ُُ ُُ َ ِّو َدإ ِ ِِ ََ ي‬
“Tidak seorangpun yang dilahirkan melainkan ia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Lalu, kedua
ِ
orangtuanyalah yang membuat ia menjadi Yahudi, Nasrani, dan Musyrik.”3

B. Landasan Filosofis
Salah satu landasan yang tidak bisa diabaikan dalam bimbingan konseling
adalah landasan filosofis. Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling
terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan
filosofis: apakah manusia itu? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat
yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern, bahkan filsafat
post modern. 4
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis barat seperti Patterson
mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya

3
Imam Muslim. Hadis nomor 2658
4
Lahmuddin. Landasan Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Analytica Islamica. Vol
1. No 1, 2012. Hal 66

3
2. Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,
khususnya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan
yang ada pada dirinya
3. Manusia berusaha terus-menerus mengembangkan dan menjadikan dirinya
sendiri, khususnya melalui pendidikan
4. Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk, dan
hidup berarti, serta berupaya untuk mewujudkan kebaikan dan
menghindarkan keburukan, atau setidak-tidaknya mengontrolnya5
Sementara menurut Victor hakikat manusia adalah sebagai berikut:
1. Manusia, selain memiliki dimensi fisik dan psikologis, juga memiliki
potensi spiritual. Ketiga potensi itu harus dikaji secara mendalam apabila
manusia hendak difahami dengan sebaik-baiknya. Melalui dimensi
spiritualnya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada di luar
dirinya dan mewujudkan ide-idenya
2. Manusia itu unik, dalam arti bahwa manusia mengarahkan kehidupannya
sendiri
3. Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang mencakup kehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa
sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu sendiri6
Dengan demikian, secara filosofis, manusia adalah penentu masa
depannya, baik atau buruk. Nasib yang diperoleh manusia sangat bergantung pada
kemampuan manusia dalam mendesain dan mengarahkan potensi yang
dimilikinya, serta sejauh mana manusia mampu memahami hakikatnya sebagai
manusia dalam arti yang sesungguhnya.7

C. Landasan Psikologis
Pada dasarnya, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia.
Apa yang hendak diselediki oleh psikologi adalah segala sesuatu yang dapat

5
Ibid. Hal 66
6
Ibid. Hal 68
7
Ibid. Hal 67

4
memberikan jawaban tentang apa sebenarnya manusia itu, mengapa ia berbuat
atau melakukan sesuatu, apa yang mendorongnya berbuat demikian, apa maksud
tujuannya ia berbuat demikian. R.S. Woodworth memberi batasan mengenai
psikologi sebagai berikut, “Psycologi can be difined as the science of the activities
of the individual.” Dengan kata lain, psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang tingkah laku manusia. Tentu saja, kata tingkah laku di sini harus diartikan
secara lebih luas.8
Seperti halnya landasan filosofis, landasan psikologis juga merupakan
bagian terpenting untuk dibahas dalam bimbingan konseling. Hal ini didasari oleh
kenyataan bahwa klien sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan. Klien juga memiliki interaksi dan dinamika dalam lingkungan,
serta senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan tingkah lakunya. Proses
perkembangan seseorang tidak selalu berkembang secara linier (sesuai dengan apa
yang diharapkan), namun terkadang bersifat stagnasi, atau bahkan mengalami
diskontuinitas perkembangan.9
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi
yang perlu dikuasai oleh konselor adalah motif dan motivasi, pembawaan dan
lingkungan, perkembangan individu, belajar, dan kepribadian. Adapun keterangan
secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Motif dan Motivasi.
Motif adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut mau bertindak sesuatu. Adapun motivasi
adalah pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.10
2. Pembawaan dan lingkungan.
Perkembangan manusia dipengaruhi oleh faktor pembawaan yang telah
ada, dan lingkungan yang mempengaruhinya. Perlu disadari bahwa semua

8
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Hal 1
9
Lahmuddin. Landasan Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Analytica Islamica. Vol
1. No 1, 2012. Hal 69
10
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Hal 71

5
yang dilakukan oleh individu dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungannya. Tiap-tiap sifat dan ciri-ciri manusia dalam
perkembangannya ada yang lebih ditentukan oleh lingkungannya, ada pula
yang lebih ditentukan oleh pembawaannya. Sebagai contoh, seorang anak
dapat berbicara karena ia mempunyai pembawaan dapat berbicara,
kemudian dilatih atau diajar berbicara. 11
3. Perkembangan Individu.
Setiap manusia yang lahir ke dunia ini membawa potensi yang berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut bisa disebabkan
karena faktor dalam (hereditas/ keturunan dari orang tua), dan faktor luar
(pendidikan, pembiasaan, latihan, lingkungan, dan pendidikan)12
4. Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, baik menuju
kepada hal yang lebih baik, ataupun kepada hal yang lebih buruk. Belajar
terjadi melalui latihan ata pengalaman. Untuk bisa disebut sebagai belajar,
maka perubahan itu harus relatif mantap dan merupakan akhir daripada
suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan,
ataupun bertahun-tahun. Belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis, seperti kebiasaan, kecakapan, dan sikap13

5. Kepribadian
Para ahli memberikan definisi yang berbeda mengenai kepribadian. Akan
tetapi, terdapat beberapa persamaan ciri kepribadian dari berbagai definisi
tersebut. Di antaranya adalah bahwa kepribadian itu dinamis, bersifat
psikofistik (saling mempengaruhi antara faktor jasmani dan rohani), dan
bersifat unik.14 Di dalam ranah konseling, membentuk kepribadian

11
Ibid 16 - 17
12
Lahmuddin. Landasan Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Analytica Islamica.
Vol 1. No 1, 2012. Hal 74
13
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Hal 85
14
Ibid. Hal 156

6
individu tidaklah mudah. Harus ada kerjasama antara pembimbing dan
lingkungan tempat ia berinteraksi sehari-hari.

D. Landasan Sosial Budaya


Setiap individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial
budaya di mana ia hidup sejak lahirnya. Ia sudah dididik dan diajarkan untuk
mengembangkan pola-pola prilaku sejalan dengan tuntutan sosial budaya yang
ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan tersebut dapat
mengakibatkan ia tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial budaya yang
melatar belakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan
perbedaan pula dalam proses pembentukan prilaku dan kepribadian individu yang
bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial budaya ini tidak dijembatani, maka
tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal yang pada akhirnya
dapat menghambat proses perkembangan pribadi dan prilaku individu yang
bersangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.15
Budaya dan pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan sikap dan perlakuan orang
tua atau keberfungsian keluarga terhadap seseorang. Sedangkan faktor eksternal
dipengaruhi oleh lingkungan di mana seseorang itu dilahirkan dan dibesarkan,
serta pergaulan dan pengalaman yang ditempuh oleh seseorang itu. Sebagai
contoh, keluarga yang harmonis, tentram dan damai memberikan warna dan
budaya tersendiri bagi seseorang. Jika suatu keluarga dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik, maka anggota keluarganya dapat berkembang ke arah
yang baik, termasuk dalam berbuat, bertindak, dan dalam berbudaya.16

E. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi memiliki fungsi yang beragam di dalam kehidupan manusia. Dengan
adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka kegiatan bimbingan dan

15 15
Lahmuddin. Landasan Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Analytica Islamica.
Vol 1. No 1, 2012. Hal 77
16
ibid

7
konseling merupakan kegiatan yang bersifat ilmiah, bukan hanya perkiraan
semata. Menurut Prayitno, perkembangan teori dan pendekatan bimbingan dan
konseling boleh jadi dapat dikembangkan di belakang meja melalui proses
pemikiran dan perenungan. Akan tetapi, perkembangan yang lebih lengkap dan
teruji di dalam praktek bimbingan dan konseling adalah apabila pemikiran dan
perenungan itu memperhatikan hasil-hasil penelitian di lapangan.17

II. Hubungan dan Keterkaitan Masing-Masing Landasan di


dalam Bimbingan dan Konseling
Setelah mengkaji beberapa landasan di atas, maka dapat kita lihat bahwa
semua landasan tersebut adalah segala hal yang berkaitan dengan proses
perkembangan individu. Dimulai dari landasan agama, karena manusia
merupakan ciptaan Allah yang Maha Esa. Kemudian, bimbingan dan konseling
dijadikan sebuah pemikiran di dalam landasan filosofis. Aspek jiwa individu
diperdalam di dalam landasan psikologis. Adapun keberadaan sebuah individu di
lingkungan dan sosialnya dibahas di dalam landasan sosial dan budaya. Di akhir
pembahasan, bimbingan dan konseling diperkuat dengan data-data ilmiah dan
menggunakan teknologi yang memadai yang dibahas di landasan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Mengetahui berbagai landasan tersebut sangat berguna untuk membantu
pembimbing dan konselor agar mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Tujuan
bimbingan dan konseling yang paling utama adalah untuk membantu klien
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya menjadi lebih mampu, dan
mendorong orang-orang di dalam lingkungannya untuk menunjang perkembangan
tersebut. Secara ringkas, Kartadinata menyebutkan tujuan bimbingan dan
konseling yang paling esensial adalah memandirikan individu. Menurut beliau,
kemandirian inilah yang menjadi tujuan utama bimbingan dan konseling.18
Berdasarkan landasan-landasan tersebut, hal yang perlu diperhatikan di
dalam bimbingan dan konseling adalah kenyataan bahwa manusia berkembang
secara bertahap. Menurut Syamsuddin, perubahan yang terjadi pada individu

17
Ibid. Hal 79
18
Susanto, Ahmad. Bimbingan Konseling di Sekolah. Konsep, Teori, dan Aplikasinya. Hal8

8
dalam proses perkembangan bersifat maju meningkat, dan/ atau mendalam, dan/
atau meluas, baik secara kuantitatif, maupun kualitatif.19 Oleh karena itu, para
pembimbing dan konselor harus menjadi bagian positif dari proses perubahan
tersebut dan membimbing klien agar menjadi pribadi yang berkembang secara
positif, sadar potensi diri, dan mandiri dalam menghadapi masalah yang ia hadapi
di kehidupannya.

19
Azam, Ulul. Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah. Teori dan Praktik. Hal 5

9
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat mengetahui beberapa hal, yaitu:
Pertama, minimal, ada lima landasan dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling, yaitu landasan agama, landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
sosial budaya, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kedua, kelima landasan tersebut saling berkaitan dan berhubungan erat
sebagai faktor penting di dalam bimbingan konseling agar tujuan bimbingan
konseling dapat tercapai secara maksimal.

10
DAFTAR PUSTAKA
Azam, Ulul. Bimbingan dan Konseling Perkembangan di Sekolah. Teori dan
Praktik. 2016. Yogyakarta: Dipublish

El Fiah, Rifda. Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. 2017. Jakarta: Raja
Grafindo Persada

Lahmuddin. Landasan Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.


Analytica Islamica. Vol 1. No 1, 2012.

Narti, Sri. Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam. 2014. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. 1990. Bandung: Remaja Rosdakarya

Susanto, Ahmad. Bimbingan Konseling di Sekolah. Konsep, Teori, dan


Aplikasinya. 2018. Jakarta: Prenamedia Grup

11

Вам также может понравиться