Вы находитесь на странице: 1из 17

I.

JUDUL PERCOBAAN : Pengaruh Penambahan HCl Terhadap Stabilitas


Koloid Susu Kedelai
II. WAKTU PERCOBAAN : Selasa, 16 April 2016 (10.20 – 13.00 WIB)
III. TUJUAN PERCOBAAN : Untuk mengetahui pengaruh penambahan HCl
terhadap stabilitas koloid susu kedelai
IV. DASAR TEORI
1. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdipersi/yang dipecah) tersebar
secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Zat yang terbagi atau zat
yang terdispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang digunakan untuk
mendispersikan disebut fase pendispersi. Berdasarkan perbedaan ukuran zat yang
didispersikan, sistem dispersi dibedakan atas dispersi kasar atau suspensi, dispersi halus
atau koloid, dan dispersi molekuler atau larutan (Sumardjo, 2009). Perbedaan antara
larutan, koloid, dan suspensi telah dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Larutan Koloid Suspensi
Homogen, tak dapat Secara makroskopis Heterogen.
dibedakan walaupun bersifat homogen tetapi
menggunakan heterogen jika diamati
mikroskop ultra. dengan mikroskop ultra.
Semua partikelnya Partikelnya berdimensi Salah satu atau semua
berdimensi (panjang, antara 1 nm sampai 100 dimensi partikelnya
lebar, atau tebal) kurang nm. lebih besar dari 100 nm.
dari 1 nm.
Satu fase. Dua fase. Dua fase.
Stabil. Pada umumnya stabil. Tidak stabil.
Tidak dapat disaring. Tidak dapat disaring Dapat disaring.
kecuali dengan
penyaring ultra.
Contoh : larutan gula. Contoh : campuran susu Contoh : Campuran air
dengan air. dengan pasir.
(Hananta, 2009)
2. Jenis Koloid
Menurut Purba (2006), jenis-jenis koloid terdiri dari :
1. Koloid yang fase terdispersinya padat disebut sol. Ada tiga jenis sol yaitu sol
padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam
gas).
2. Koloid yang fase teridpersinya cair disebut emulsi. Ada tiga jenis emulsi yaitu
emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair
dalam gas).
3. Koloid yang fase terdispersinya gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih yaitu
buih padat dan buih cair. Campuran antara gas dengan gas selalu bersifat
homogen, jadi merupakan larutan, bukan koloid, dengan demikian ada 8 jenis
koloid.

Berikut uraian mengenai 8 jenis koloid yang telah dirangkum dalam tabel di bawah
ini.

Fase Fase Jenis


No Contoh
Terdispersi Pendispersi Koloid
1. Padat Gas Aerosol Asap, debu di udara.
2. Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat.
Intan hitam, gelas
3. Padat Padat Sol Padat
berwarna.
4. Cair Gas Aerosol Kabut dan awan.
Susu, santan, minyak
5. Cair Cair Emulsi
ikan.
Emulsi Jelli, mutiara.
6. Cair Padat
Padat
7. Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
Karet busa, batu apung,
8. Gas Padat Buih Padat
stirofoam.
3. Sifat Koloid
Adapun sifat-sifat koloid menurut Chang (2005) adalah sebagai berikut:

1. Efek Tyndall Efek Tyndall


Efek Tyndall Efek Tyndall yaitu penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Contohnya sorot lampu mobil pada udara yang berkabut.
2. Gerak Brown
Gerak Brown merupakan gerakan zig-zag dari partikel koloid dalam medium
pendispersi disebut dengan gerak brown.
3. Muatan Koloid, meliputi elektroforesis dan adsorpsi.
Elektroforesis, yaitu pergerakan partikel koloid di bawah pengaruh medan listrik.
Partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju katoda, dan sebaliknya.
Sedangkan adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu molekul atau ion pada
permukaan zat. Sifat adsorpsi dari Sistem koloid dapat kita manfaatkan antara
lain, pada proses penyembuhan sakit perut (diare) oleh serbuk karbon (norit) dan
proses pemutihan gula pasir.
4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid membentuk endapan. Apabila
koagulasi terjadi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi
dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit, dan pencampuran koloid yang
berbeda muatan.
5. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid lain dari proses
koagulasi atau penggumpalan. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel
zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
6. Dialisis
Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion terlarut. Koloid dimasukkan ke
dalam kantong yang terbuat dari selaput semi permiabel yaitu selaput yang dapat
dilewati molekul atau ion tetapi tidak dapat dilewati partikel koloid.
7. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid liofil dan koloid liofob menurut Purba (2006), dijelaskan sebagai berikut:
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan
koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarikmenarik
yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka
cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut
koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob
berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika
medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-
masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Contoh koloid hidrofil yaitu :
sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Sedangkan contoh dari koloid
hidrofob yaitu : sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.

Berikut merupakan perbandingan sifat koloid sol hidrofil dan hidrofob yang telah
dirangkum dalam bentuk tabel di bawah ini (Svehla, 1979).

Sol Hidrofob Sol Hidrofil


1. Viskositas sol hampir sama 1. Viskositasnya jauh lebih tinggi
dengan viskositas medium. daripada viskositas medium; sol
Misalnya: sol dari logam, perak mengeras menjadi massa yang
halida, hidroksida logam, dan menyerupai selai; sering
barium sulfat. dinamakan gel (atau koagel).
2. Elektrolit dalam jumlah yang Contoh : sol dari asam silikat,
relatif sedikit sekali, timah (IV), gelatin, kanji, dan
menimbulkan flokulasi atau protein.
koagulasi. Perubahan-perubahan 2. Elektrolit dalam jumlah kecil
umumnya adalah tidak reversibel; mempunyai efek sedikit sekali:
air tidak mempunyai efek atas dalam jumlah banyak
flokulasi. menyebabkan pengendapan,
3. Biasanya partikel-partikel „penggaraman‟. Perubahan
mempunyai muatan listrik dengan umumnya reversibel dengan
tanda muatan tertentu yang hanya penambahan air.
bisa diubah dengan metode- 3. Partikel-partikel dengan mudah
metode khusus. Partikel-partikel dapat berubah muatannya,
bermigrasi kesatu arah dalam misalnya mereka bermuatan
medan listrik (kataforesis atau positif dalam medium asam dan
elektroforesis). bermuatan negatif dalam medium
4. Ultramikroskop memperlihatkan basa. Partikel-partikel yang tidak
partikel-partikel terang dalam bermuatan juga dikenal. Partikel-
gerakan-gerakan yang kuat partikel bisa bermigrasi ke salah
(gerakan Brown). satu arah atau tidak sama sekali
5. Tegangan permukaannya hampir dalam medan listrik.
sama dengan tegangan 4. Hanya cahaya difusi yang terlihat
permukaan air. dalam ultramikroskop.
5. Tegangan permukaannya sering
lebih rendah daripada tegangan
permukaan air: busa-bsa sering
mudah terjadi.

4. Stabilitas Koloid

Stabilitas larutan koloid sangat erat hubungannya dengan muatan listrik pada
partikel-partikel (Svehla, 1979). Contohnya pada pembentukan sol arsenik (III)
sulfida dengan pengendapan menggunakan hidrogen sulfida dalam larutan asam
lemah, ion sulfidalah yang pertama diadsorpsi karena setiap endapan cenderung
mengadsorpsi ionnya sendiri dan agar terjaga kenetralan listrik dari larutannya,
sejumlah ekivalen ion hidrogenlah yang kedua diadsorpsi. Jadi tercipta suatu lapisan
ganda listrik di sekeliling tiap partikel, dengan sisi positif yang menghadap ke
larutan. Akibatnya partikel-partikel koloid saling tolak menolak satu sama lain,
sehingga terhalanglah pembentukan partikel-partikel yang lebih besar. Bila lapisan
ganda ini rusak, koloid akan terkoagulasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan
menambahkan suatu elektrolit dalam jumlah yang lebih besar pada larutan (efek
penggaraman atau salting out effect). Ion-ion elektrolit dalam konsentrasi besar dapat
mengganggu pembentukan lapisan ganda listrik yang berada disekeliling partikel
koloid sehingga partikel-partikel tidak terhalang lagi untuk terkoagulasi. Ion-ion
yang diperlukan untuk koagulasi adalah ion-ion yang bermuatan berlawanan dengan
ion-ion yang diadsorpsi pertama pada permukaan (Svehla, 1979).

5. Susu Kedelai
Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi
dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hamper sama
dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu
sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan
minuman yang bergizi tinggi, terutama karena kandungan proteinnya yang setara
dengan susu sapi yaitu sekitar 3,5 g /100 g, memiliki kandungan vitamin dan mineral
yang sedikit lebih rendah daripada susu sapi. Selain itu susu kedelai bebas laktosa
dengan kandungan lemak yang lebih rendah (2,5g/100g), sehingga susu kedelai baik
digunakan bagi mereka yang menjalani diet rendah lemak. Susu kedelai sedikit
mengandung kalsium dan fosfor yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi
(Koswara, 2006). Susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium,
fosfor, zat besi, provitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Namun
susu kedelai ini memiliki kharakteristik yang cepat rusak. Susu kedelai yang rusak
ditandai dengan berubahnya bau, warna, rasa, atau mengental, kemudian terjadi
pemisahan air dengan endapan sari kedelai.
6. Kandungan Gizi dan Protein Susu Kedelai
Pada dasarnya semua biji-bijian dapat diproses menjadi susu. Dengan diolah
menjadi susu akan menaikkan nilai cerna dari biji-bijian tersebut. Susu kedelai
memiliki bentuk menyerupai susu sapi. Berikut merupakan rincian perbedaan
kandungan susu kedelai dengan susu sapi yang terkandung didalamnya yang telah
terangkum dalam bentuk tabel di bawah ini.
(Aman dan Hardjo, 1973)

Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip susu sapi
sehingga dapat dijadikan pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi (lactose
intolerance) atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi. Komposisi asam
amino penyusun protein dari susu kedelai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Asam Amino Kadar (mg)


Nitrogen 0,49
Isoleusin 330
Leusin 470
Metionin 86
Sistin 46
Fenilalanin 330
Treonin 210
Triptofan 85
Valin 360
Arginin 400
Histidin 140
Alanin 280
Asam aspartat 710
Asam glutamat 1.100
Glisin 310
Asam Amino Kadar (mg)
Prolin 470
Serin 350
Lisin 330
(Santoso, 1994)

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
 gelas ukur 10 mL 1 buah
 gelas kimia 100 mL 4 buah
 labu ukur 10 mL 1 buah
 corong 1 buah
 kertas saring 1 buah
2. Bahan :
 Susu kedelai 100 mL
 Tawas 10 gram
 HCl 0,5 ; 1 ; 1,5 ; dan 2 N 1 mL
 Aquades secukupnya
VI. ALUR PERCOBAAN

Stabilitas Koloid

100 mL susu kedelai

— disaring

Filtrat Residu

— Diambil sebanyak 10 mL dimasukkan


kedalam 4 tabung sentrifuge
— Disentrifuge 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm
— Diamati
— Ditambah 1 mL HCl dengan
konsentrasi 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 N
— Ditambah tawas 2 gram
— Didiamkan selama 20 menit
— Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
VII. HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
No. Perc. Prosedur Penelitian Dugaan Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1.  Susu kedelai - Filtrat susu — Susu kedelai merupakan Susu kedelai
100 mL susu :larutan putih kedelai : larutan koloid berjenis emulsi merupakan koloid
kedelai  HCl : larutan putih — Kestabilan koloid karena secara
tidak berwarna - Filtrat + dipengaruhi oleh makroskopis terlihat
— disaring  Tawas : disentrifuge : muatan-muatan partikel homogeny namun
Kristal yang terdapat filtrate koloid dan kestabilan ini saat dipisahkan
telah berwarna putih dapat dirusak dengan dengan sentriguse
dihaluskan dan endapan penambahanlarutan terdapat dua bagian
Filtrat Residu menjadi berwarna putih elektrolit (Svehla, 1979) atau komponen yaitu
serbuk - Filtrat + residu residu dan filtrate
— Diambil sebanyak 10 mL berwarna putih + HCl + tawas Semakin besar
dimasukkan kedalam 4 :terbentuk konsentrasi HCl
tabung sentrifuge endapan maka semakin tidak
— Disentrifuge 15 menit berwarna putih stabil larutan susu
yang melayang-
dengan kecepatan 3000 rpm kedelai yang
layang dalam
— Diamati ditunjukkan dengan
filtrat.
— Ditambah 1 mL HCl dengan adanya gumpalan.
- Waktu yang
konsentrasi 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 N dibutuhkan
— Ditambah tawas 2 gram untuk
— Didiamkan selama 20 menit membentuk
— Diamati perubahan yang endapan :
terjadi Tabung I = 12
menit
Tabung II =
Hasil
18,45 menit
Tabung III =
19,55 menit
Tabung IV =
22,20 menit
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Praktikum berjudul “Pengaruh Penambahan HCl Terhadap Stabilitas
Koloid Susu Kedelai” dilakukan pada hari Selasa, 16 April 2019 dengan tujuan
mengetahui pengaruh penambahan HCl terhadap stabilitas koloid susu kedelai.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdipersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid karena penambahan suatu
elektrolit atau pelucutan muatan partikel koloid. Koloid distabilkan oleh gerak
Brown dan muatannya.
Susu kedelai adalah cairan berwarna putih yang berasal dari ekstrak
kedelai dengan penampakan dan komposisinya mirip produk susu sapi
(Mudjajanto dan Kusuma, 2005). Kandungan protein susu kedelai mencapai 1,5
kali protein susu sapi. Protein kedelai memiliki susunan asam amino essensial
yang dibutuhkan manusia yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin, sistin,
fenilalanin, treonin, triftofan, valin dan histidin. Selain itu, susu kedelai juga
mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1,
vitamin B2 dan isoflavon.
Tahap pertama yaitu 40 ml susu kedelai dimasukkan kedalam 4 tabung
centrifuge sehingga setiap tabung berisi 10 ml susu kedelai. Kemudian di
centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Tujuan di centrifuge
yaitu mempercepat koagulasi dan memisahkan endapan dengan filtrat dari susu
kedelai. Pemisahan menggunakan sentrifuge berdasar pada konsep bahwa partikel
yang tersuspensi di sebuah wadah akan mengendap ke dasar wadah karena adanya
gaya gravitasi. Centrifuge menggunakan gaya sentrifugal yang menyebabkan gaya
gravitasi buatan yang besar sehingga memisahkan dan menarik endapan ke dasar
tabung. Prinsip centrifuge adalah memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya.
Setelah di sentrifuge, ditambahkan 1 ml HCl dengan konsentrasi 2M pada tabung
1 ; HCl 1,5M pada tabung 2 ; HCl 1M pada tabung 3 dan HCl 0,5M pada tabung
4. Hasil setelah ditambahkan HCl larutan tetap berwarna putih dan hanya sedikit
gumpalan pada masing-masing tabung. Tujuan penambahan HCl yaitu
mempengaruhi kestabilan koloid pada kondisi asam. Penambahan HCl
menyebabkan emulsi susu akan rusak(pecah) dengan adanya ion-ion H+ dari HCl.
Penurunan pH disebabkan karena HCl tergolong asam kuat sehingga bila
kepekatan ion hidrogen dalam larutan besar, maka larutan tersebut bersifat asam
dengan pH kurang dari 7. Asam amino mempunyai titik isoelektris yang berbeda-
beda. Titik isoelektris adalah saat dimana pada pH asam amino berada pada
bentuk amfoter (zwitter ion), dan pada saat titik isoelektris ini kelarutan protein
menurun dan mencapai angka terendah, protein akan mengendap dan
menggumpal. Pada saat titik isoelektris ini jumlah kation dan anion yang
terbentuk sama banyaknya. Sejalan dengan pendapat (Soeharsono, 1989), yang
menyatakan berdasarkan struktur molekulnya, pada dasarnya asam amino
merupakan senyawa yang bermuatan ganda atau zwitter ion, keadaan ini mudah
berubah karena dipengaruhi oleh keadaan sekitar atau pH lingkungan. Pada pH
rendah (suasana asam) asam amino akan bermuatan positif sedangkan pada pH
tinggi (suasana basa) akan bermuatan negatif. Pada pH 4,8– 6,3 (pH isoelektris)
asam amino akan berada pada keadaan dipolar atau ion zwitter. Pada keadaan ini
kelarutan protein dalam air paling kecil sehingga protein akan menggumpal dan
mengendap.
Kemudian ditambahkan 2 gram tawas bersamaan dengan menyalakan
stopwatch dan diamati perubahan yang terjadi. Pada percobaan penambahan tawas
terjadi sifat koloid berupa koagulasi dan absorbsi. Absorbsi yaitu peristiwa
penyerapan partikel atau ion pada permukaan partikel koloid yang disebabkan
oleh luasnya permukaan partikel. Larutan menjadi sedikit lebih jernih dan
terbentuk endapan di dasar gelas kimia. Tawas mempunyai kemampuan untuk
mengikat kotoran yang ada dalam suatu larutan. Hal tersebut dikarenakan tawas
akan membentuk Aluminium hidroksida yang akan melepaska ion positif Al3+
dalam air. Ion positif ini akan menetralkan ion-ion negatif koloid dalam larutan
sehingga penyerapan terhadap Al3+ mengakibatkan terjadinya penggumpalan
partikel koloid. Reaksi yang terjadi

Al2(SO4)3 + 6H2O → Al(OH)3 + 3H2SO4

Hasil percobaan pada tabung 1 terjadi penggumpalan pada 17 menit. Hasil


percobaan pada tabung 2 terjadi penggumpalan pada 18,45 menit. Hasil percobaan
pada tabung 3 terjadi penggumpalan pada 19,55 menit dan pada tabung 4 terjadi
penggumpalan pada 22,20 menit.
Penggumpalan tersebut disebut koagulasi. Proses koagulasi ini terjadi
akibat tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid stabil bila koloid tersebut
bermuatan positif atau bermuatan negatif. Jika muatan pada sistem koloid tersebut
dilucuti dengan cara menetralkan muatannya, maka koloid tersebut menjadi tidak
stabil lalu terkoagulasi (menggumpal). Koagulasi dengan cara menetralkan
muatan koloid dapat dilakukan pada percobaan kali ini yaitu Penambahan
Zat Elektrolit (HCl). Jika pada suatu koloid bermuatan ditambahkan zat
elektrolit, maka koloid tersebut akan terkoagulasi. Pada hasil percobaan
tersebut hanya penggumpalan hanya terbentuk sedikit. Menurut Nelson et al.
(dalam Omueti dan Ajomale, 2005), kestabilan sistem koloid pada sari kedelai
disebabkan oleh adanya formasi kompleks protein hidrofilik-lemak. Adanya asam
glutamat yang bersifat hidrofilik dalam jumlah yang tinggi menyebabkan
terbentuknya kompleks hidrofilik protein-lemak yang lebih kuat sehingga dapat
membentuk kenampakan koloid yang stabil. Dikarenakan kestabilan tersebut
gumpalan yang terbentuk hanya sedikit.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Susu kedelai merupakan salah satu contoh koloid
2. Semakin besar konsentrasi HCl maka larutan koloid semakin tidak stabil
yang ditunjukkan dengan adanya penggumpalan pada bagian atas larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Aman dan Harjo. 1973. Perbaikan Mutu Susu Kedelai di dalam Botol. Bandung :
Departemen Perindustrian Bogor.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2,
Kimia Koloid (143-152). Jakarta: Erlangga.
Hananta, Ari. 2009. Kimia 2 untuk SMA/ MA Kelas XI, Bab 10 Sistem Koloid (92-
120). Jakarta: Setiaaji.
Koswara S. 2006. Susu Kedelai Tak Kalah dengan Susu Sapi. ebookpangan.com
(21 April 2019).
Mudjajanto, E. S. dan F. R. Kusuma. 2005. Susu Kedelai. Jakarta : Agromedia.
Purba, Michael. 2006. Kimia Jilid 2 untuk SMA Kelas XI, Bab 10 Koloid (281-
302). Jakarta: Erlangga.
Omueti, O. dan K. Ajomale. 2005. Chemical and Sensory Attributes of Soycom
milk Types. African Journal of Biotechnology vol. 4(6) pp. 847- 851
Santoso Budi Hieronymus. 1994. Susu dan Yogurt Kedelai. Yogyakarta :
Kanisius.
Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi ke lima. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta, Bab 13 Larutan
dan Sistem Koloid (489-561). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeharsono, M.T. 1989. Biokimia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
LAMPIRAN FOTO

Foto Keterangan

Gambar 1.
Peralatan yang digunakan selama
praktikum koloid

Gambar 2.
Sampel susu kedelai yang digunakan
adalah susu kedelai segar.

Gambar 3.
Sebanyak 10 mL susu kedelai
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge.

Gambar 4.
Keempat tabung sentrifuge yang sudah
terisi susu kedelai kemudian
disentrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm.
Foto Keterangan

Gambar 5.
Keempat sampel susu kedelai yang
telah disentrifuge menghasilkan
endapan berwarna putih pada dasar
tabung.

Gambar 6.
Menyiapkan larutan HCl yang akan
digunakan dengan cara mengencerkan
larutan HCl 2N menjadi 0,5 N; 1N; dan
1,5 N.

Gambar 7.
Proses pengenceran larutan HCl
menggunakan labu ukur agar
konsentrasi yang didapatkan lebih
akurat.

Gambar 8.
4 larutan HCl yang akan digunakan
yaitu konsentrasi 0,5 N; 1 N; 1,5 N; dan
2 N.
Foto Keterangan

Gambar 9.
Tawas yang akan digunakan dihaluskan
agar mudah melarut dalam susu kedelai.

Gambar 10.
Tawas yang sudah dihaluskan
ditimbang menggunakan neraca analitik
sebesar ± 2 gram.

Gambar 11.
Susu kedelai yang telah ditambahkan
dengan larutan HCl, kemudian
ditambahkan dengan tawas ± 2 gram
dan ditunggu selama 20 menit.

Gambar 12.
Hasil akhir dari praktikum ini adalah
adanya endapan yang menempel pada
dinding tabung sentrifuge. Endapan
yang terbentuk sangat sedikit karena
susu kedelai merupakan contoh koloid
yang stabil.

Вам также может понравиться