Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Berikut uraian mengenai 8 jenis koloid yang telah dirangkum dalam tabel di bawah
ini.
Berikut merupakan perbandingan sifat koloid sol hidrofil dan hidrofob yang telah
dirangkum dalam bentuk tabel di bawah ini (Svehla, 1979).
4. Stabilitas Koloid
Stabilitas larutan koloid sangat erat hubungannya dengan muatan listrik pada
partikel-partikel (Svehla, 1979). Contohnya pada pembentukan sol arsenik (III)
sulfida dengan pengendapan menggunakan hidrogen sulfida dalam larutan asam
lemah, ion sulfidalah yang pertama diadsorpsi karena setiap endapan cenderung
mengadsorpsi ionnya sendiri dan agar terjaga kenetralan listrik dari larutannya,
sejumlah ekivalen ion hidrogenlah yang kedua diadsorpsi. Jadi tercipta suatu lapisan
ganda listrik di sekeliling tiap partikel, dengan sisi positif yang menghadap ke
larutan. Akibatnya partikel-partikel koloid saling tolak menolak satu sama lain,
sehingga terhalanglah pembentukan partikel-partikel yang lebih besar. Bila lapisan
ganda ini rusak, koloid akan terkoagulasi. Hal tersebut dapat dicapai dengan
menambahkan suatu elektrolit dalam jumlah yang lebih besar pada larutan (efek
penggaraman atau salting out effect). Ion-ion elektrolit dalam konsentrasi besar dapat
mengganggu pembentukan lapisan ganda listrik yang berada disekeliling partikel
koloid sehingga partikel-partikel tidak terhalang lagi untuk terkoagulasi. Ion-ion
yang diperlukan untuk koagulasi adalah ion-ion yang bermuatan berlawanan dengan
ion-ion yang diadsorpsi pertama pada permukaan (Svehla, 1979).
5. Susu Kedelai
Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi
dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang hamper sama
dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu
sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan
minuman yang bergizi tinggi, terutama karena kandungan proteinnya yang setara
dengan susu sapi yaitu sekitar 3,5 g /100 g, memiliki kandungan vitamin dan mineral
yang sedikit lebih rendah daripada susu sapi. Selain itu susu kedelai bebas laktosa
dengan kandungan lemak yang lebih rendah (2,5g/100g), sehingga susu kedelai baik
digunakan bagi mereka yang menjalani diet rendah lemak. Susu kedelai sedikit
mengandung kalsium dan fosfor yang berperan dalam pembentukan tulang dan gigi
(Koswara, 2006). Susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium,
fosfor, zat besi, provitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Namun
susu kedelai ini memiliki kharakteristik yang cepat rusak. Susu kedelai yang rusak
ditandai dengan berubahnya bau, warna, rasa, atau mengental, kemudian terjadi
pemisahan air dengan endapan sari kedelai.
6. Kandungan Gizi dan Protein Susu Kedelai
Pada dasarnya semua biji-bijian dapat diproses menjadi susu. Dengan diolah
menjadi susu akan menaikkan nilai cerna dari biji-bijian tersebut. Susu kedelai
memiliki bentuk menyerupai susu sapi. Berikut merupakan rincian perbedaan
kandungan susu kedelai dengan susu sapi yang terkandung didalamnya yang telah
terangkum dalam bentuk tabel di bawah ini.
(Aman dan Hardjo, 1973)
Protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino yang mirip susu sapi
sehingga dapat dijadikan pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi (lactose
intolerance) atau bagi mereka yang tidak menyukai susu sapi. Komposisi asam
amino penyusun protein dari susu kedelai dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Stabilitas Koloid
— disaring
Filtrat Residu
Hasil
VII. HASIL PENGAMATAN
Hasil Pengamatan
No. Perc. Prosedur Penelitian Dugaan Reaksi Kesimpulan
Sebelum Sesudah
1. Susu kedelai - Filtrat susu — Susu kedelai merupakan Susu kedelai
100 mL susu :larutan putih kedelai : larutan koloid berjenis emulsi merupakan koloid
kedelai HCl : larutan putih — Kestabilan koloid karena secara
tidak berwarna - Filtrat + dipengaruhi oleh makroskopis terlihat
— disaring Tawas : disentrifuge : muatan-muatan partikel homogeny namun
Kristal yang terdapat filtrate koloid dan kestabilan ini saat dipisahkan
telah berwarna putih dapat dirusak dengan dengan sentriguse
dihaluskan dan endapan penambahanlarutan terdapat dua bagian
Filtrat Residu menjadi berwarna putih elektrolit (Svehla, 1979) atau komponen yaitu
serbuk - Filtrat + residu residu dan filtrate
— Diambil sebanyak 10 mL berwarna putih + HCl + tawas Semakin besar
dimasukkan kedalam 4 :terbentuk konsentrasi HCl
tabung sentrifuge endapan maka semakin tidak
— Disentrifuge 15 menit berwarna putih stabil larutan susu
yang melayang-
dengan kecepatan 3000 rpm kedelai yang
layang dalam
— Diamati ditunjukkan dengan
filtrat.
— Ditambah 1 mL HCl dengan adanya gumpalan.
- Waktu yang
konsentrasi 0,5 ; 1 ; 1,5 ; 2 N dibutuhkan
— Ditambah tawas 2 gram untuk
— Didiamkan selama 20 menit membentuk
— Diamati perubahan yang endapan :
terjadi Tabung I = 12
menit
Tabung II =
Hasil
18,45 menit
Tabung III =
19,55 menit
Tabung IV =
22,20 menit
VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Praktikum berjudul “Pengaruh Penambahan HCl Terhadap Stabilitas
Koloid Susu Kedelai” dilakukan pada hari Selasa, 16 April 2019 dengan tujuan
mengetahui pengaruh penambahan HCl terhadap stabilitas koloid susu kedelai.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdipersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah).
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid karena penambahan suatu
elektrolit atau pelucutan muatan partikel koloid. Koloid distabilkan oleh gerak
Brown dan muatannya.
Susu kedelai adalah cairan berwarna putih yang berasal dari ekstrak
kedelai dengan penampakan dan komposisinya mirip produk susu sapi
(Mudjajanto dan Kusuma, 2005). Kandungan protein susu kedelai mencapai 1,5
kali protein susu sapi. Protein kedelai memiliki susunan asam amino essensial
yang dibutuhkan manusia yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin, sistin,
fenilalanin, treonin, triftofan, valin dan histidin. Selain itu, susu kedelai juga
mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1,
vitamin B2 dan isoflavon.
Tahap pertama yaitu 40 ml susu kedelai dimasukkan kedalam 4 tabung
centrifuge sehingga setiap tabung berisi 10 ml susu kedelai. Kemudian di
centrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Tujuan di centrifuge
yaitu mempercepat koagulasi dan memisahkan endapan dengan filtrat dari susu
kedelai. Pemisahan menggunakan sentrifuge berdasar pada konsep bahwa partikel
yang tersuspensi di sebuah wadah akan mengendap ke dasar wadah karena adanya
gaya gravitasi. Centrifuge menggunakan gaya sentrifugal yang menyebabkan gaya
gravitasi buatan yang besar sehingga memisahkan dan menarik endapan ke dasar
tabung. Prinsip centrifuge adalah memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya.
Setelah di sentrifuge, ditambahkan 1 ml HCl dengan konsentrasi 2M pada tabung
1 ; HCl 1,5M pada tabung 2 ; HCl 1M pada tabung 3 dan HCl 0,5M pada tabung
4. Hasil setelah ditambahkan HCl larutan tetap berwarna putih dan hanya sedikit
gumpalan pada masing-masing tabung. Tujuan penambahan HCl yaitu
mempengaruhi kestabilan koloid pada kondisi asam. Penambahan HCl
menyebabkan emulsi susu akan rusak(pecah) dengan adanya ion-ion H+ dari HCl.
Penurunan pH disebabkan karena HCl tergolong asam kuat sehingga bila
kepekatan ion hidrogen dalam larutan besar, maka larutan tersebut bersifat asam
dengan pH kurang dari 7. Asam amino mempunyai titik isoelektris yang berbeda-
beda. Titik isoelektris adalah saat dimana pada pH asam amino berada pada
bentuk amfoter (zwitter ion), dan pada saat titik isoelektris ini kelarutan protein
menurun dan mencapai angka terendah, protein akan mengendap dan
menggumpal. Pada saat titik isoelektris ini jumlah kation dan anion yang
terbentuk sama banyaknya. Sejalan dengan pendapat (Soeharsono, 1989), yang
menyatakan berdasarkan struktur molekulnya, pada dasarnya asam amino
merupakan senyawa yang bermuatan ganda atau zwitter ion, keadaan ini mudah
berubah karena dipengaruhi oleh keadaan sekitar atau pH lingkungan. Pada pH
rendah (suasana asam) asam amino akan bermuatan positif sedangkan pada pH
tinggi (suasana basa) akan bermuatan negatif. Pada pH 4,8– 6,3 (pH isoelektris)
asam amino akan berada pada keadaan dipolar atau ion zwitter. Pada keadaan ini
kelarutan protein dalam air paling kecil sehingga protein akan menggumpal dan
mengendap.
Kemudian ditambahkan 2 gram tawas bersamaan dengan menyalakan
stopwatch dan diamati perubahan yang terjadi. Pada percobaan penambahan tawas
terjadi sifat koloid berupa koagulasi dan absorbsi. Absorbsi yaitu peristiwa
penyerapan partikel atau ion pada permukaan partikel koloid yang disebabkan
oleh luasnya permukaan partikel. Larutan menjadi sedikit lebih jernih dan
terbentuk endapan di dasar gelas kimia. Tawas mempunyai kemampuan untuk
mengikat kotoran yang ada dalam suatu larutan. Hal tersebut dikarenakan tawas
akan membentuk Aluminium hidroksida yang akan melepaska ion positif Al3+
dalam air. Ion positif ini akan menetralkan ion-ion negatif koloid dalam larutan
sehingga penyerapan terhadap Al3+ mengakibatkan terjadinya penggumpalan
partikel koloid. Reaksi yang terjadi
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Susu kedelai merupakan salah satu contoh koloid
2. Semakin besar konsentrasi HCl maka larutan koloid semakin tidak stabil
yang ditunjukkan dengan adanya penggumpalan pada bagian atas larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Aman dan Harjo. 1973. Perbaikan Mutu Susu Kedelai di dalam Botol. Bandung :
Departemen Perindustrian Bogor.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2,
Kimia Koloid (143-152). Jakarta: Erlangga.
Hananta, Ari. 2009. Kimia 2 untuk SMA/ MA Kelas XI, Bab 10 Sistem Koloid (92-
120). Jakarta: Setiaaji.
Koswara S. 2006. Susu Kedelai Tak Kalah dengan Susu Sapi. ebookpangan.com
(21 April 2019).
Mudjajanto, E. S. dan F. R. Kusuma. 2005. Susu Kedelai. Jakarta : Agromedia.
Purba, Michael. 2006. Kimia Jilid 2 untuk SMA Kelas XI, Bab 10 Koloid (281-
302). Jakarta: Erlangga.
Omueti, O. dan K. Ajomale. 2005. Chemical and Sensory Attributes of Soycom
milk Types. African Journal of Biotechnology vol. 4(6) pp. 847- 851
Santoso Budi Hieronymus. 1994. Susu dan Yogurt Kedelai. Yogyakarta :
Kanisius.
Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi ke lima. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta, Bab 13 Larutan
dan Sistem Koloid (489-561). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soeharsono, M.T. 1989. Biokimia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
LAMPIRAN FOTO
Foto Keterangan
Gambar 1.
Peralatan yang digunakan selama
praktikum koloid
Gambar 2.
Sampel susu kedelai yang digunakan
adalah susu kedelai segar.
Gambar 3.
Sebanyak 10 mL susu kedelai
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge.
Gambar 4.
Keempat tabung sentrifuge yang sudah
terisi susu kedelai kemudian
disentrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm.
Foto Keterangan
Gambar 5.
Keempat sampel susu kedelai yang
telah disentrifuge menghasilkan
endapan berwarna putih pada dasar
tabung.
Gambar 6.
Menyiapkan larutan HCl yang akan
digunakan dengan cara mengencerkan
larutan HCl 2N menjadi 0,5 N; 1N; dan
1,5 N.
Gambar 7.
Proses pengenceran larutan HCl
menggunakan labu ukur agar
konsentrasi yang didapatkan lebih
akurat.
Gambar 8.
4 larutan HCl yang akan digunakan
yaitu konsentrasi 0,5 N; 1 N; 1,5 N; dan
2 N.
Foto Keterangan
Gambar 9.
Tawas yang akan digunakan dihaluskan
agar mudah melarut dalam susu kedelai.
Gambar 10.
Tawas yang sudah dihaluskan
ditimbang menggunakan neraca analitik
sebesar ± 2 gram.
Gambar 11.
Susu kedelai yang telah ditambahkan
dengan larutan HCl, kemudian
ditambahkan dengan tawas ± 2 gram
dan ditunggu selama 20 menit.
Gambar 12.
Hasil akhir dari praktikum ini adalah
adanya endapan yang menempel pada
dinding tabung sentrifuge. Endapan
yang terbentuk sangat sedikit karena
susu kedelai merupakan contoh koloid
yang stabil.