Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1.Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1. Pengertian Kehamilan

Bobak (2014) menjelasakan kehamilan merupakan suatu permulaan kehidupan

baru pada pertumbuhan kondisi kesehatan dimasa lampau sekaligus keadaan

kesehatan ibu saat ini merupakan landasan suatu kehidupan baru. Widy (20 14)

menambahkan bahwa kehamilan adalah suatu keadaan yanga sangat istimewa bagi

seorang wanita sebagai seorang calon ibu, karena pada masa kehamilan akan

terjadi perubahan fisik yang mempenngaruhi kehidupan ibu.

Istiany dan Rusilianti (2013) menjelaskan bahwa kehamilan adalah masa

dimana seseorang wanita telah berhenti haid untuk beberapa waktu hingga proses

persalinan usai. Pada masa kehamilan diperlukan pengaturan gizi demi kesehatan

ibu bagi seorang ibu, yang dialami ketika berhentinya haid hingga terjadinya

proses melahirkan. Rukiah, (2017) menyatakan bahwa kehamilan adalah puncak

peranan wanita dalam kehidupan. Ini membuktikan bahwa dia mampu secara

biologis dan memberi kesempatan padannya untuk menempatkan diri dalam

generasi berikut serta mengembangkan pengaruhnya .

2.1.2. Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan yang dikenal dengan pemeriksaan antenatal atau

Antenatal Care (ANC) merupakan kegiatan yang tidak boleh dilewatkan oleh ibu

hamil. Sebaiknya ibu melakukan ANC setiap bulan atau paling tidak setiap tiga bulan
sekali,sehingga ibu dapat mengetahui perkembangan janin dan kenaikan berat badan

yang telah dicapai. Dengan memeriksakan kehamilan kepada tenaga kesehatan ibu

dapat mengetahui apakah keluhan kehamilan yang ibu alami merupakan hal yang wajar

dan apabila terjadi kejanggalan dapat diatasi segera mungkin. Pemeriksaan ANC

sebaiknya dilakukan 4 kali (Fikawati dkk,2015 : hal 21).

Tabel 2.1 Jadwal Pemeriksaan ANC Selama Kehamilan


Usia Kehamilan Jumlah ANC
Trimester 1 (0-3 bulan) 1 kali
Trimester 2 (4-6 bulan) 1 kali
Trimester 3 (7-9 bulan) 2 kali
Sumber: (Kemenkes,2011)

Pertumbuhan janin pada kehailan dapat dibedakan dalam minggu atau

bulan.Biasanya kehamilan dibagi atas tiga periode yang tiap periodenya terdiri dari tiga

bulan yang disebut trimester, yaitu trimester pertama antara 0-12 minggu,trimester

kedua antara 12-28 minggu,dan trimester ketiga antara 28-40 minggu (Fikawati dkk,

2015).

Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah mengetahui dan mencegah sedini

mungkin kelainan yang dapat timbul, meningkatkan dan menjaga kondisi bada ibu

dalam menghadapi kehamilan,persalinan dan menyusui, serta menanamkan pengertian

pada ibu tentang pentingnya penyuluhan yang diperlukan ibu hamil (Saminem, 2009).

2.2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Janin

Menurut Fikawati dkk, (2015) menyatakan bahwa ada beberapa pertumbuhan

dan perkembangan jani bergantung pada trimester kehamilan ibu.


2.2.3.1 Trimester Pertama Kehamilan

Dalam trisemester pertama anda mungkin terganggu dengan :

1) Mual dan Muntah

Mual dan muntah terjadi karena ada perubahan hormonal tertentu yang terjadi

selama kehamilan serta menurunnya gerakan usus besar,dan biasanya lenyap pada

minggu ke- 12 sampai ke-14 kehamilan.

2) Letih

Berkurangnya makan atau minum dengan mual,dan perubahan-perubahan

hormonal selama kehamilan dini menimbulkan perasaan letih yang biasanya

berkurang di trimester kedua.

3) Pusing

Tekanan darah turun selama kehamilan dan gerakan-gerakan mendadak seperti

berdiri terlalu lama,bangun tiba-tiba dari posisi berbaring atau duduk, mungkin

akan menimbulkan perasaan ngantuk dan tidak stabil.

4) Sering kencing

Rahim yang membesar menekan kandung kemih dan menimbulkan dorongan untuk

kencing.karena itu membatasi minum di sore hari jika dorongan untuk kencing

mengganggu anda pada malam hari.

5) Meningkatnya kerentanan emosional.

Selama kehamilan, seorang wanita mugkin mengalami perubahan mood yang

cepat dan merasa gampag marah.ini disebabkan oleh meningkatnya level hormon
tertentu.Keletihan,mual,dan kecemasan berkenaan dengan kehamilan anda

mungkin membuat anda lekas terganggu dan marah.

2.2.3.2 Trimester Kedua Kehamilan

Trimester kedua mungkin merupakan periode yang paling nyaman dari

kehamilan anda.Ketidak nyamanan yang biasa dirasakan pada kehamilan awal menjadi

tidak terlalu mengganggu lagi, dan anda memperoleh kembali nafsu makan dan

kekuatan anda.

Pada trimester kedua ini, ada perubahan ke arah yang lebih baik,seperti :

1) Mual dan muntah berkurang

2) Dorongan untuk sering kencing hilang

3) Kekhawatiran berkurang setelah mual menjadi lenyap dan tubuh anda

menyesuaikan diri dengan status hormonal yang telah berubah.

4) Tonjolan yang perlahan-lahan meningkat di perut anda.

5) Gerakan bayi anda yang sedang tumbuh pertama kali terlihat pada 18 mingu, akan

cepat perkembangannya dalam kehamilan pertama dan sekitar 2 minggu

sebelumnya dalam proses kehamilan selanjutnya.

6) Payudara membesar dan urat nadi menonjol.

7) Lapisan merah muda dan putih kecil mungkin mulai terlihat di perut bawah dan

paha atas.

Pada trimester ini,ada juga berbagai gangguan baik gangguan mayor maupun

minor, seperti :
1) Sembelit; buang air besar melambat karena pengaruh hormon progesterone

sehingga berak menjadi keras dan tidak sering. Minumlah banyak cairan,makanlah

salada segar, sereal,berolahragalahh secara teratur.

2) Wasir; tekanan terus menerus dari kepala bayi menyebabkan pembuluh darah di

sekitar lubang anus membesar dan membengkak.

3) Pembuluh mekar; berdiri atau duduk dengan kaki menyilang dalam waktu yang

lama bisa menyebabkan urat menonjol dan membesar di kaki sehingga terasa sakit.

4) Gusi berdarah; gusi menjadi lunak dan lebih rentan terhadap cedera.Menggosok

gigi dapat meimbulkan cedera dan mengeluarkan darah,untuk menghindari hal ini,

gunakan sikat yang lembut, dan secara rutin pijatlah gusi anda dengan lembut.

5) Sariawan; ada peningkatan peluang untuk terserang sariawan pada vaagina, yakni

kondisi yang dicirikan oleh keluarnya kotoran berdarah pekat dan gatal-gatal di

daerah vagina.

6) Sulit tidur; relaksasi dan latihan pernapasan dapat menghasilkan tidur yang lebih

nyaman,pengaturan bantal yang nyaman,mandi air hangat,dan membaca menjelang

tidur dapat membantu.

7) Berkeringat; sebagian wanita merasa panas dan bisa banyak mengeluarkan keringat

hanya degan gerak fisik ringan.pakaian longgar dan banyak minum air dapat

membantu.

8) Anemia; merupakan kondisi ketika konsentrasi pigmen hemoglobin turun dalam

darah.protein ini membawa oksigen yang merupakan persyaratan vital dalam

melanjutkan kehidupan dan untuk kesejahtraan orang.

2.2.3.3 Trimester Ketiga Kehamilan


Pada tahapan trimester ketiga ini anda harus berkunjung ke dokter sebanyak

dua minggu sekali sampai minggu ke-36, dan setelah itu setiap minggu sampai minggu

ke-40. Dalam kesempatan ini, dokter akan melakukan pemeriksaan:

1) Berat badan dan penambahan berat badan

2) Kepucatan

3) Tekanan darah

4) Membengkaknya wajah,tangan dan badan

5) Varises

6) Pemeriksaan payudara.

2.2. Konsep Dasar Post Partum

2.2.1 Etiologi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup

bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain,

dengan bantuan (Lowdermilk,Perry,Caushion,2013)

1. Partus dibagi menjadi 4 kala :

a. kala satu persalinan dimulai dengan terjadinya kontraksi uterus yang teratur

dan berakhir dengan pembukaan dan perlunakan serviks yang lengkap. Kala

satu terdiri dari 3 fase akut : Fase laten (sampai pembukaan 3 cm), fase aktif

(pembukaan 4-8 cm), dan fase transisi (pembukaan 8-10 cm). Sebagian

besar wanita nullipara dating ke rumah sakit pada fase laten karena belum

pernah mengalami persalinan dan tidak yakin kapan waktu yang tepat untuk
dating. Wanita multipara biasanya baru datang kerumah sakit bilah sudah

dalam fase aktif kala satu persalinan (Lowdermilk,Perry,Caushion,2013).

b. Kala dua persalinan merupakan fase dimana bayi dilahirkan. Fase ini

dimulai dengan pembukaan lengkap serviks (10 cm) dan penipisan yang

lengkap (100%) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Durasi rata – rata kala

dua persalinan adalah 50 menit pada wanita nulipara dan 20 menit untuk

wanita multipara. Selain paritas, ukuran ibu dan berat janin, posisi dan

penurunan juga mempengaruhi lamanya fase ini. Penggunaan anastesi

epidural selama persalinan sering kali memperpanjang kala dua persalinan

karena blok epidural atau mengurangi keinginan pasien untuk mengejan dan

membatasi kemampuannya untuk mengambil posisi tegak saat mengejan.

Saat ini kala dua persalinan dianggp memanjang bila durasinya melebihi

jangka waktu berikut.

Wanita nullipara > 2 jam tanpa penggunaan anastesi

< 3 jam dengan penggunaan anastesi regional

Wanita multipara > 1 jam tanpa penggunaan anastesi

> 2 jam dengan penggunaan anastesi regional

Kala dua persalinan terdiri atas tiga fase : laten, turun, transisi. Perilaku dan

perkataan ibu, aktivitas uterus, dorongan untuk mengejan, dan penurunan

janin mencirikan fase ini (Lowdermilk,Perry,Caushion,2013).

c. Kala tiga persalinan dimulai dari saat lahirnya bayi sampai plasenta keluar.

Tujuan penatalaksanaan kala tiga adalah pelepasan dan ekspulsi plasenta

segera dengan cara yang paling mudah serta aman. Kala tiga biasanya
merupakan fase yang paling singkat. Plasenta biasanya keluar dalam 10-15

menit setelah bayi lahir. Jika kala tiga persalinan belum selesai dalam tiga

menit, maka plasenta dianggap retensi dan biasanya langsung dilakukan

intervensi untuk mempercepat lahirnya plasenta

(Lowdermilk,Perry,Caushion,2013).

d. Satu sampai dua jam pertama setelah melahirkan, atau disebut kala empat

persalinan, merupakan waktu yang krusial, untuk ibu dan bayi. Keduanya

tidak hanya memulihkan diri secara fisik karena proses melahirkan, tetapi

juga untuk mengenali satu sama lain dan dengan anggota keluarga yang lain.

Saat ini organ tubuh ibu mengalami penyesuaian awal terhadap keadaan

tidak hamil, dan sistem tubuh mulai stabil, pada kala ini ibu mulai

melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)

(Lowdermilk,Perry,Caushion,2013)
2.2.2 Komplikasi Post partum

1. Perdarahan postpartum

Perdarahan post partum adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah kelahiran

pervaginam dan 1.000ml setelah kelahiran cesar (Lowdermilk, Perry,Cashion, 2013).

2. Syok hemoragik

Syok merupakan kondisi kedaruratan dimana perfusi organ tubuh dapat menjadi sangat

terganggu dan kematian dapt terjadi (Lowdermilk, Perry,Cashion, 2013).

3. Koagulopati

Ketika perdarahan berlanjut dan tidak ada sumber lainnya yang dapat ditemukan,

koagulopati dapat merupakan penyebabnya. Status koagulasi ibu harus diperiksa

dengan cepat dan secara berkelanjutan.

4. Penyakit tromboemboli

Trombosis diakibatkan oleh pembentukan bekuan darah atau sumbatan didalam

pembuluh darah dan disebabkan oleh inflamasi (tromboflebitis) atau obstruksi parsial

pembuluh darah. Tiga kondisi tromboemboli yang dikhawatirkan pada periode post

partum :

1. Trombosis vena superfisial-melibatkan sistem vena safena superfisial.

2. Trombosis vena dalam-keterlibatan barvariasi namun dapat meluas dari kaki hingga

region iliofemoral.
3. Embolisme paru-komplikasi thrombosis vena dalam terjadi ketika bagian dari

bekuan darah lepas dan dibawa ke arteri pulmonal, dimana bekuan darah ini

menyumbat pembuluh darah dan mengobstuksi aliran darah keparu-paru

(Lowdermilk,Perry,Caushion,2013).

2.2.6 Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara

melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai

terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-

bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu

dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (Moctar, 1998).

Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:

1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera

memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir

tidak lengkap.

2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan

bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya

dilakukan penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :

a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah

dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari

lapis dalam kemudian lapis luar.


b. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan

dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan

menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan.

c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan

robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum

dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput

lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.

Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum

dijahit dengan benang catgut secara jelujur.

d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan

rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal

dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.

e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah

karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-

3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali.

Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan

perineum tingkat I.

f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum

Menurut Mochtar (1998) persalinan yang salah merupakan salah satu sebab

terjadinya ruptur perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan

Normal (2008) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang

tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk

mencegah laserasi atau meminimalkan robekan pada perineum.


Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum

spontan, dilakukan berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :

1. Monitor TTV

Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi

suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi,

stress, atau dehidrasi.

2. Pemberian cairan intravena

Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah

dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti

merupakan tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.

3. Pemberian oksitosin

Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan

cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi

uterus dan mengurangi perdarahan post partum.

4. Obat nyeri

Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik

dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara

regional/ umum (Hamilton2015).

2.3 Proses Pembentukan ASI

Setiap payudara wanita terdiri atas sekitar 15 hingga 20 bagian lobus

yang berada diantara lemak dan jaringan ikat serta memiliki suplai pembuluh

darah, pembuluh limfe, serta parsyarafan yang baik. Setiap lobus merupakan

jaringan glandular yang terdiri atas alveoli, sel-sel yang memproduksi susu,
dikelilingi oleh sel-sel mioepitel yang berkontraksi untuk mengalirkan susu

menuju puting susu selama pengeluaran susu. Dalam setiap payudara terdapat

jaringan duktus susu yang kompleks dan berkelok – kelok yang mengalirkan

susu dari alveoli menuju putting susu.

Walaupun hampir setiap wanita dapat menyusui, sejumlah kecil wanita

mengalami perkembangan kelenjar mamae yang tidak adekuat untuk menyusui

bayinya secara esklusif.

Setelah ibu melahirkan, penurunan cepat kadar estrogen dan

progesteron memicu pelepasan prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior.

Selama kehamilan, prolaktin mempersiapkan payudara untuk menyekresi susu

dan selama laktasi, untuk menyintesis dan menyekresi susu. Kadar prolaktin

tinggi terjadi selama 10 hari pertama setelah melahirkan. Perlahan menurun

seiring dengan waktu namun tetap diatas kadar batas selama laktasi.

Oksitosin merupakan hormon lainnya yang penting pada laktasi. Ketika

puting susu distimulasi oleh isapan bayi, hipofisis posterior diperintahkan oleh

hipotalamus untuk memproduksi oksitosin. Hormon ini bertanggung jawab

untuk reflex ajeksi susu (Milk ejection reflex – MER) atau reflex let down. Sel-

sel mioepitel yang mengelilingi alveoli berespons terhadap oksitosin dengan

kontraksi dan mengeluarkan susu melalui duktus menuju putting susu. Banyak

“let down” dapat terjadi pada setiap sesi menyusui. Pikiran, penglihatan, suara,

atau bau-bauan yang dihubungkan ibu dengan bayinya (Atau bayi lainnya),

seperti mendengar bayinya menangis, dapat memicu MER. Banyak wanita


melaporkan sensasi ditusuk – tusuk oleh peniti atau jarum pada payudara ketika

pengeluaran susu terjadi, walaupun beberapa ibu dapat mendeteksi ejeksi susu

hanya dengan melihat isapan dan menelan pada bayinya. Refleks ejeksi susu

ini juga dapa terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepaskan

selama orgasme. Refleks dapat dihambat oleh rasa takut, stress, dan konsumsi

makanan.

2.4 Masalah – masalah umum pada ibu yang menyusui

Ibu yang menyusui dapat mengalami beberapa masalah umum. Pada

mayoritas kasus, komplikasi-komplikasi ini dapat dicegah jika ibu memerima

edukasi yang tepat mengenai menyusui. Penanganan dini dan usaha

penanganan segera dari masalah – masalah ini penting untuk mencegah

gangguan dalam menyusui dan mempromosi kenyamanan serta kesehatan ibu.

1. Pembengkakan

Pembengkakan merupakan respons yang umum pada payudara terhadap

perubahan mendadak dalam hormone dan onset meningkatnya volume ASI

secara bermakna. Hal ini biasa terjadi dalam 3 sampai 5 hari setelah lahir ketika

ASI “meningkat” dan berlangsung selama 24 jam.Aliran darah pada payudara

meningkat dan menyebabkan peningkatan jaringan disekitar duktus susu.

Duktus susu dapat tersumbat sehingga susu tidak dapat mengalir keluar

payudara. Payudara mengeras, nyeri, dan panas, serta dapat terlihat mengkilap

dan menegang. Areola mengeras, puting susu dapat mendatar, menyebabkan

kesulitan pada bayi untuk menempel pada puting susu. Oleh karena tekanan

pada kelenjar susu yang penuh menghambat produksi susu, jika susu tidak
dikeluarkan dari payudara, suplai susu dapat berkurang. Massage punggung

merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengatasi ketidak

nyamanan karena pembengkakan ASI.

2. Nyeri pada puting susu

Nyeri ringan pada puting susu selama beberapa hari pertama menyusui

umumnya terjadi. Nyeri berat, mengelupas, pacah-pecah, atau berdarah pada

putting susu tidak normal dan sering kali terjadi akibat posisi yang salah,

penempelan bayi yang salah.

3. Infeksi monila

Nyeri pada puting susu terjadi setelah periode bayi baru lahir sering kali

merupakan akibat dari infeksi monila (jamur). Ibu biasanya mengeluhkan nyeri

mendadak pada putting susu yang berat, seperti terbakar, atau menyengat, dan

dapat bersifat tajam, dan nyeri seperti terbakar pada payudara selama dan

setelah menyusui. Putting susus tampak kemerahan dan mengkilap atau dapat

mengelupas ; ruam, vesikel kecil, atau guam (seperti sariawan) dapat terlihat.

4. Duktus susu tersumbat

Duktus susu dapat tersumbat, menyebabkan area payudara membengkak dan

terasa nyeri. Area ini umumnya tidak menjadi kosong atau melembut dengan

menyusui atau pemompaan. Mutiara putih kecil juga dapat terlihat pada ujung

putting susu, mutiara ini merupakan gumpalan susu yang menghambat aliran.

5. Mastitis
Walupun istilah mastisi berarti inflamasi pada payudara, istilah ini paling sering

digunakan untuk merujuk pada infeksi payudara. Mastitis ditandai dengan

gejala seperti influenza dengan onset mendadak, meliputi demam, menggigil,

badan pegal – pegal, serta sakit kepala.

2.5 Tindakan Massage Punggung

1. Definisi massage punggung

Massage punggung merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Massage punggung adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam

dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin

setelah melahirkan (Yohmi & Roesli, 2009).

2. Tujuan Massage punggung

Massage punggung dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex

let down. Atau yang biasa disebut sebagai reaksi pengeluaran ASI serta untuk

mengurangi ketidak nyamanan karena pembengkakan ASI

3. Manfaat Massage punggung

Selain untuk merangsang refleks let down manfaat massage punggung adalah

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),

mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,

mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2010).

4. Hal Yang Dapat Meningkatkan Hormon Oksitosin

1. Ibu dalam keadaan tenang

2. Mencium dan mendearkan celotehan bayi atau tangisannya


3. Melihat dan memikirkan bayinya

4. Ayah menggendong bayi dan diberikan pada ibunya saat akan menyusui

5. Ayah menggantikan popok dan memandikannya

6. Ayah bermain, menggendong, mendengarkan nyayian dan membantu

pekerjaan rumah tangga

7. Ayah memijat bayi

5. Hal Yang Dapat Mengurangi Produksi Oksitosin

1. Ibu merasa takut

2. Ibu bekerja

3. Ibu merasa kwatir produksi ASInya tidak cukup

4. Ibu merasa kesaakitan

5. Ibu merasa sedih, cemas, kesal, dan bingung

6. Ibu merasa malu untuk menyusui

7. Suami atau keluarga kurang mendukung dan menjadi ASI

6. Alat –Alat Yang Digunakan :

1. 2 buah handuk besar bersih

2. Air hangat dan air dingin dalam baskom

3. 2 buah Waslap atau sapu tangan dari handuk

4. Minyak kelapa atau baby oil pada tempatnya

6. Langkah-Langkah Melakukan Massage Punggung Sebagai Berikut

(DEPKES RI, 2010) :

1. Melepaskan baju ibu bagian atas


2. Ibu miring ke kanan maupun ke kiri, lalu memeluk bantal atau bisa

3. Juga dengan posisi duduk

4. Memasang handuk

5. Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil

6. Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

7. Menggunakan dua kepalan tangan, dengan ibu jari menunjuk ke depan

8. Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakangerakan

9. Melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya

10. Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah

11. Bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit

12. Mengulangi pemijatan hingga 3 kali

13. Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan dingin

14. Secara bergantian.

2.6 Proses Keperawatan

2.6.1 Pengkajian

Pengkajian awal secara singkat dilakukan untuk mendeteksi masalah

yang dapat mengganggu transisi bayi baru lahir yang efektif. Setelah bayi stabil

dan kontak ibu dengan bayi sudah terjadi, pengkajian gestasional dan

pemeriksaan lengkap dapat dilakukan (Lowdermilk, Perry, Cashion, 2013).

Pengkajian harus meliputi pengkajian psikososial yang berfokus pada

hubungan kedekatan orang tua dan bayi, penyesuaian terhadap orang tua,

penyesuaian saudara, dukungan sosial, kebutuhan edukasi, serta adaptasi fisik

ibu dan bayi (Lowdermilk, Perry, Cashion, 2013).


Pengkajian yang dilakukan pada ibu post partum adalah :

2.6.1.1 Sistem reproduksi

1. Uterus

- Proses infolusi

Kembalinya uterus kekeadaan normal setelah

melahirkan disebut proses involusi. Proses ini dimulai segera setelah

ekspulsi plasenta dengan kontraksi otot polos uterus. Subinvolusi adalah

gagalnya uterus untuk mengecil kembali keukuran dan keadaaan normal

seperti sebelum kehamilan. Penyebab yang peling sering adalah

tersisanya sebagian plasenta dan infeksi.

- Kontraksi

Hemostatis post partum dicapai terutama dengan kompresi

pembuluh darah didalam miometrium ketika otot uterus berkontraksi,

bukan dengan agresi trombosit dan pembentukan pembekuan darah.

Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis akan memperkuat

dan mengoordinasikan kontraksi uterus ini, yang mengompresi pembuluh

darah dan menyebabkan hemostatis. Selama 1-2 jam post partum,

kontraksi uterus akan berkurang intensitasnya danmenjadi tidak

terkoordinasi. Oleh karena uterus harus tetap keras dan berkontraksi

dengan baik, oksitosin eksogen (Pitocin) biasanya diberikan secara

intravena atau intra muscular segera setelah plasenta keluar.

- Nyeri postpartum
Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan, tonus uterus

biasanya baik, fundus secara umum tetap keras, dan ibu biasanya

merasakan kram ringan. Relaksasi berkala dengan kontraksi yang kuat

lebih umum terjadi pada kehamilan berikutnya dan dapat menyebabkan

rasa kram yang tidak enak yang disebut nyeri post partum (afterpain)

yang menetap selama awal nifas.

- Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan selaputnya keluar, kontriksi

pembuluh darah dan thrombosis akan membuat tempat melekatnya

plasenta menjadi area bernodul irregular dan meninggi. Pertumbuhan

endometrium keatas ini akan menyebabkan terlepasnya jaringn nekrotik

dan mencegah pembentukan jaringan paarut yang merupakan ciri normal

penyembuhan luka.

- Lokia

Cairan dari uterus setelah melahirkan, yang sering disebut lokia,

awalnya berwarna merah (lokia rubra) dan dapat mengandung bekuan

darah kecil. Pada 2 jam pertama setelah melahirkan, jumlah cairan

tersebut kurang lebih sama seperti pada menstruasi yang banyak. Setelah

itu, aliran lokia berkurang.

Lokia rubra mengandung darah, desisual, dan debris

trofoblastik.Cairan tersebut lama – lama memucat, menjadi merah muda

atau kecoklatan (lokia serosa) setelah 3 sampai 4 hari. Lokia serosa

mengandung darah, serum, laukosit, dan debris jaringan. Pada


kebanyakan wanita, sekitar 10 hari setelah melahirkan, cairan tersebut

akan berubah menjadi putih atau kekuningan (lokia alba). Lokia alba

terutama mengandung sel epitel, mucus, serum, dan bakteri. Lokia alba

dapat berlangsung selama 6 minggu selama melahirkan.

2. Serviks

Serviks teraba lunak segera setelah melahirkan.Ekstoserviks ( bagian

serviks yang menonjol kedalam vagina) akan terlihat memar, edema, dan

mungkin terdapat laserasi kecil-kondisi yang optimal untuk terjadinya infeksi.

Selama 12-18 jam ke depan, serviks akan memendek dan mengeras. Laktasi

akan menghambat produksi lender serviks dan lender lain yang produksinya

dipengaruhi oleh estrogen dan ciri mukosa.

3. Vagina dan Perineum

Berkurangnya estrogen post partum berperan dalam tipisnya mukosa

vagina dan tidak adanya rugae. Vagina yang tadinya sangat terdistensi dengan

dinding yang halus, perlahan akan mengecil dan tonusnya akan kembali,

meskipun tidak akan pernah kembali seperti sebelum hamil.

Awalnya, lubang Vagina terlihat kemerahan dan edema, terutama

didaerah sekitar jahitan episiotomi atau laserasi. Hemoroid (Varises anus)

umum ditemui. Hemoroid interna akan terbuka saat ibu mengejan ketika

melahirkan. Ibu biasanya akan merasakan gejala seperti gatal, tidak nyaman,

dan perdarahan berwarna merah terang saat defekasi. Hemoroid biasanya

mengecil setelah 6 minggu setelah melahirkan.

4. Dukungan Otot Panggul


Struktur penyokong uterus dan vagina dapat terluka saat melahirkan dan

berkontribusi pada masalah ginekologi dikemudian hari. Jaringan penyokong

dasar panggul yang sobek atau teregang saat melahirkan dapat membutuhkan

waktu sampai 6 bulan untuk mendapatkan tonusnya kembali. Latihan kagel,

yang membantu untuk memperkuat otot perineum dan meningkakan

penyembuhan direkomendasikan untuk dilakukan setelah melahirkan.

2.6.1.2 Sistem Endokrin

1. Hormon plasenta

Keluarnya plasenta akan menyebabkan penurunan secara dramatis dari

hormone yang diproduksi oleh organ tersebut. Menurunnya hormon human

chorionic somatotropin, estrogen, kortisol, dan enzim insulinase plasenta akan

membalikkan efek diabetogenik kehamilan, sehingga terjadi kadar gula darah

yang relative labih rendah pada masa nifas. Ibu dengan diabetes tipe 1 akan

membutuhkan insulin yang jauh lebih sedikit daripada saat akhir kehamilan

sampai beberapa hari setelah melahirkan.

2. Hormon Pituitari dan Fungsi Ovarium

Peningkatan kadar prolaktin serum yang menetap pada ibu menyusui

tampaknya bertanggung jawab dalam menekan ovulasi. Kadar prolaktin di

darah akanmeningkat secara progresif selama kehamilan dan tetap meningkat

pada ibu menyusui.

Ovulasi dapat terjadi sejak hari ke-27 setelah melahirkan, dengan waktu

rata- rata sekitar 70 sampai 75 hari. Menstruasi biasanya kembali setelah 4-6

minggu setelah melahirkan pada ibu yang tidak menyusui. Pada ibu yang
menyusui, waktu rata – rata sampai ovulasi kembali sekitar 6 bulan. Pada ibu

yang menyusui, kembalinya ovulasi an menstruasi ditentukan oleh durasi dan

frekuensi menyusui.

2.6.1.3 Abdomen

Setelah dua minggu pertama setelah melahirkan, dinding abdomen akan

berelaksasi. Dibutuhkan selama 6 minggu agar dinding abdomen kembali ke

keadaan sebelum hamil. Kulit akan mendapatkan kembali sebagian besat

elastisnya, namun beberapa striae dapat menetap. Kadang, dengan atau tanpa

distensi yang berlebihan karenabayi yang besar atau lebih dari satu otot dinding

abdomen akakn berpisah, yang disebut diastasis rektus abdominalis.

2.6.1.4 Sistem Perkemihan

Perubahan hoemon selama kehamilan (kadar steroid yang tingggi) dapat

berperan pada meningkatnya fungsi ginjal, berkurangnya kadar steroid setelah

melahirkan dapat menjelaskan penurunan fungsi ginjal yang terjadi pada masa

nifas. Fungsi ginjal akan kembali normal dalam 1 bulan setelah melahirkan.

Dibutuhkan 2-8 minggu sampai hipotonus dan dilatasi ureter dan pelvis ginjal

yang terjadi karena kehamilan kembali seperti sebelum hamil.

1. Komponen urine

Glikosuria ginjal yang diinduksi kehamilan akan menghilang 1 minggu

setelah post partum, namun laktosuria dapat terjadi pada ibu yang menyusui.

Pememcahan protein berlebih di sel otot uterus juga berperan dalam proteinuria

karena kehamilan, yang menghilang 6 minggu post partum. Kadar nitrogen-ure


darah akan kembali seperti sebelum hamil 2 sampai 3 minggu satelah

melahirkan.

2. Uretra dan kandung kemih

Kombinasi trauma karena melahirkan, peningkatan kapasitas kandung

kemih setelah melahirkan, dan efek anastesi akan menyebabkan penurunan

dorongan untuk berkemih. Selain itu, rasa nyeri dipanggul karena tekanan saaat

melahirkan, laserasi atau episiotomi divagina akan menurunkan atau mengubah

reflex berkemih.

2.6.1.5 Sistem Pencernaan

1. Nafsu makan

Ibu biasanya akan merasa lapar segera seteh melahirkan dan dapat

menoleransi menu makanan yang ringan. Permintaan porsi makanan dua kali

lebih banyak dan cemilan yang sering merupakan hal yang umum.

2. Defekasi

Defekasi spontan mungkin baru terjadi 2-3 hari post partum. Penundaan

ini dapat disebabkan oleh berkurangnya tonus otot di usus selama melahirkan

dan masa nifas, diare sbelum persalinan, kurangnya makanan dan dehidrasi.

Pergerakan usus yang biasa dan teratur akan kembali setelah tonus otot

kembali.

2.6.1.6 Payudara

Segera setelah melahirkan, terjadi penurunan kadar hormon (estrogen,

progesteron, hGC, prolaktin, kortisol, dan insulin) yang menstimulasi

perkembangan payudara selama kehamilan. Waktu yang dibutuhkan untuk


hormon – hormon ini kembali seperti sebelum hamil sebagian ditentukan oleh

apakah ibu menyusui atau tidak.

2.6.1.7 Sistem Kardiovaskuler

1. Volume darah

Perubahan volume darah dimasa post partum bergantung pada beberapa

faktor, seperti hilangnya darah saat melahirkan dan jumlah cairan

ekstravaskuler yang dimobilisasi dan dieksresi.

2. Curah jantung

Frekuensi denyut jantung, volume sukuncup, dan curah jantung akan

meningkat selama kehamilan. Curah jantung akan tetap meningkat minimal

sampai 48 jam pertama post partum karena peningkatan volume sekuncup.

3. Tanda Vital

Suhu selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38°C karena efek

dehidrasi selama persalinan atau merupakan efeksamping anastesi epidural.

Setelah 24 jam, pasien seharusnya tidak demam lagi. Nadi akan kembali kenilai

sebelum hamil dalam beberapa hari post partum, meskipun seberapa cepatnya

kembali akan bervariasi pada setiap wanita. Respirasi seharusnya menurun

sampai frekuensi normal sebelum hamil 6- 8 minggu setelah melahirkan.

Tekanan darah sedikit berubah atau tidak sama sekali. Hipotensi ortostatik yang

diindikasikan dengan perasaan seperti akak pingsan atau pusing segera setelah

berdiri dapat muncul dalam 48 jam pertama karena pembesaran splangnik yang

dapat terjadi saat malahirkan.

2.6.1.8 Sistem Muskuloskeletal


Adaptasi sisitem muskuloskeletal ibu yang terjadi saat hamil akan

kembali saat masa nifas. Adaptasi ini termasuk relaksasi dan hipermobilisasi

sendi dar perubahan pusat gravitasi ibu sebagai respon terhadap uterus yang

membesar. Meskipun semua sendi lainnya kembali kekeadaan sebelum hamil,

sendi dikaki tidak akan kembali. Ibu mungkin akan mendapatkan bahwa ukuran

sepatunya membesar.

2.6.1.9 Sistem Integumen

Kolasma kehamilan (topeng kehamilan) biasanya menghilang pada

akhir kehamilan. Hiper pigmentasi aerola dan linea nigra mungkin tidak akan

menghilang sepenuhnya setelah melahirkan. Beberapa wanita akan mempunyai

warna yang lebih gelap secara permanen pada area tersebut. Striae gravidarum

dipayudara, abdomen, panggu, akan memudar tapi biasanya tidak menghilang.

2.6.1.10 Sistem Imun

Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada sisitem imun ibu pada

masa post partum. Ibu dinyatakan membutuhkan vaksinasi rubella atau

pencegahan isoimunisasi Rh.


2.6.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan menyusui dan nutrisi bayi yaitu :

1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu yang

terlihat dari tehnik penempelan yang salah

2. Pola menyusui yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan untuk

mengoordinasikan proses mengisap dengan menelan

3. Kecemasan berhubungan dengan Pola menyusui yang tidak efektif

4. Resiko defisiensi volume cairan berhubungan dengan atonei uterus dan

perdarahan

5. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan fisiologis post partum (Hemoroid,

episiotomi, pembengkakan payudara, putting luka dan nyeri)

6. Pola tidur yang terganggu berhubungan dengan rasa senang, ketidak nyamanan

dan gangguan dari luar)

7. Resiko gangguan berkemih berhubungan dengan trauma perineum dan efek

anastesi

2.6.3 Rencana Asuhan Keperawatan

1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu yang

terlihat dari tehnik penempelan yang salah

Hasil yang diharapkan :

- Ibu akan menunjukkan teknik penempelan yang tepat.

- Bayi akan menempel dan mengisap dengan gerakan rahang yang cara dan

suaranya terdengar.
- Ibu akan merasakan tarikan diputing tanpa rasa sakit saat bayi mengisap

Intervensi keperawatan/Rasional

- Kaji pengetahuan dan motivasi ibu untuk menyusui dengan cari tahu mengenai

keinginan ibu untuk mendapatkan hasil yang efektif dan untuk mendapatkan titik

awal untuk edukasi.

- Amati sesi menyusui untuk mendapatkan dasar pengkajian untuk identifikasi

masalah dan pemberian dukungan.

- Menggambarkan dan mendemonstrasikan cara menstimulasi reflex mengisap,

berbagai posisi menyusui, dan menggunakan bantal selama menyusui untuk

memberikan kenyamanan bagi ibu dan bayi serta agar penempelan efektif.

- Awasi posisi mulut bayi di aerola , posisi kepala dan badan serta berikan

dukungan positif bila posisi sudah tepat dan perbaiki posisi yang kurang tepat.

- Berikan ibu informasi mengenai diet saat menyusui, cara mengeluarkan susu

dengan tangan atau memompa, dan cara menyimpan susu yang sudah

dikeluarkan untuk mendapatkan informasi dasar.

- Pastikan ibu mempunyai informasi tertulis mengenai semua aspek menyusui

untuk mempertegas seluruh untruksi secara oral dan demonstrasi.

2. Pola menyusui yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak mampuan untuk

mengoordinasikan proses mengisap dengan menelan

Hasil yang diharapkan .

- Bayi dapat mengoordinasikan proses mengisap dengan menelan untuk mencapai

pola menyusui yang efektif.

Intervensi keperawatan/Rasional
- Kaji faktor yang mungkin memepengaruhi proses mengisap dan menelan yang

tidak efektif untuk memberikan dasar rencana keperawatan.

- Ajari ibu untuk mengamati tanda siap menyusui dari bayi untuk meningkatkan

proses menyusui yang efektif.

- Modifikasi metode menyusui sesuai keperluan untuk menjaga status dehidrasi

dan kebutuhan nutrisi.

- Tingkatkan lingkungan yang tenang untuk memberikan pengalaman menyusui

yang menyenangkan bagi ibu dan bayinya.

3. Kecemasan berhubungna dengan pola menyusui yang tidak efektif

Hasil yang diharapkan :

- Ibu akan melaporkan rasa cemas yang berkurang dan menunjukkan kepuasan

terhadap proses menyusui.

Intervensi keperawatan/Rasional

- Mengawasi tingkat kecemasan ibu selama menyusui untuk mendapatkan dasar

perencanaan keperawatan.

- Memberikan dukungan positif terhadap peningkatan pola menyusui untuk

menurunkan rasa cemas.

- Mengawasi berat, asupan, dan pengeluaran bayi untuk memberikan informasi

mengenai proses menyusui yang efektif.

4. Resiko defisiensi volume cairan berhubungan dengan atonei uterus dan

perdarahan

Hasil yang diharapkan :

- Fundus keras dan berada digaris tengah


- Lokia sedan, serta tidak ada bukti adanya perdarahan

Intervensi keperawatan/ Rasional

- Mengamati lokia (warna, jumlah, konsistensi) dan menghitung berat pembalut

bila jumlah lokia banyak untuk mengevaluasi jumlah perdarahan

- Mengamati dan mempalpasi lokasi dan tonus fundus untuk menentukan status

uterus dan menentukan intervensi selanjutnya karena autonia uterus merupakan

penyebab paling umum dari perdarahan post partum.

- Mengamati tanda – tanda vital ( nadi dan pernapasan meningkat, tekanan darah

menurun) serta suhu tubuh dan warna untuk mendeteksi tanda adanya perubahan

atau syok

5. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan fisiologis post partum (Hemoroid,

episiotomi, pembengkakan payudara, putting luka dan nyeri)

Hasil yang diharapkan :

- Ibu menunjukkan tanda berkurangnya ketidak nyamanan

Intervensi keperawatan/Rasional

- Kaji lokasi, jenis, dan kualitas rasa nyeri untukmengarahkan intervensi

- jelaskan kepada pasien mengenai sumber dan penyebab nyeri, lamanya nyeri

diharapkan, dan terapi untuk mengurangi kecemasan dan perasaan memiliki

kontrol

- Berikan terapi non farmakologi untuk mengurangi ketidak nyamanan

-Berikan obat penghilang rasa sakit yang diresepkan untuk menghilangkan rasa

sakit
6. Pola tidur yang terganggu berhubungan dengan rasa senang, ketidak nyamanan

dan gangguan dari luar)

Hasil yang diharapkan :

- Ibu bias tidur selama periode tertentu tanpa gangguan dan menyatakan bahwa ia

merasa segar saat bangun

Intervensi keperawatan/ Rasional

- Tentukan pola tidur pasien dan bandingkan dengan pola saat ini, cari faktor yang

mengganggu tidur untuk menentukan luasnya masalah dan mengarahkan

intervensi

- hindari keadaan atau rutinitas yang mengganggu tidur untuk mempromosikan

pola tidur yang sehat

- Nasihati ibu dan pasangan untuk mengunakan waktu tidur bayi sebagai waktu

untuk mengembalikan energy serta menguragi rasa lelah

7. Resiko gangguan berkemih berhubungan dengan trauma perineum dan efek

anastesi

Hasil yang diharapkan :

- Ibu akakn berkemih 6-8 jam setelah melahirkan dan akan mengosongkan

kandung kemihnya.

Intervensi keperawatan/Rasional

- Kaji posisi dan karakter fundus uterus dan kandung kemih untuk menentukan

apakah ada intervensi yang lebih jauh yang perlu dilakukan

- Mengukur asupan dan keluaran untuk mengkaji adanya dehidrasi dan

penurunan produksi urine.


- Meningkatkan asupan oral untuk mengganti cairan yang hilang saat melahirkan

dan mencegah dehidras

- Memasang kateter bila diperlukan dengan metode pamasangan terus menerus

atau hanya satu waktu untuk memastikan kandung kemih kosong dan tidak

menghalangi ivolusi uterus

Вам также может понравиться