Вы находитесь на странице: 1из 9

Aset, Maret 2018, hal. 37-45 Vol. 20 No.

1
ISSN 1693-928X

Efektifitas Penerapan Pp No. 46 Tahun 2013 bagi UMKM


terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak
dan Penerimaan Pajak Penghasilan
pada KPP Pratama di Semarang
NIRSETYO WAHDI
SURATMAN

FE Universitas Semarang Jurusan Akuntansi


email : nswahdi.feusm@gmail.com

Diterima 13 November 2017; disetujui 4 Desember 2017

Abstract: Government, in order to facilitate and simplify taxation rules for UMKM,
has issued Government Regulation No.46 of 2013, precisely valid starting from July 1,
2013. Tax in this Government Regulation is calculated from the turnover of each month
by 1% and absolute. UMKM category is the taxpayer whose turnover or business
circulation does not exceed 4.8 billion rupiahs per year. The purpose of this study is to
determine the extent of the taxpayer growth and the income tax revenuefor eighteen
months before and after the application of Government Regulation No.46 of 2013, in
Tax ServiceOffice Pratama Semarang and UMKM which is benefited from the enactment
of Government Regulation No. 46 of 2013. This studywas conducted by using descriptive
method. The data used were secondary data obtained from several sources, the most
important were derived from KPP Pratama Semarang. Data analysis used SPSS19. The
results of the study show that there are significant differences towards the growth of the
number of taxpayers and income tax revenue in KPP Pratama Semarang. After the
application of Government Regulation No. 46 of 2013, the growth of the number of
UMKM taxpayers increased in early 2014. The results show that the average amount of
income tax revenue after the application of Government RegulationNo. 46 of 2013 is
higher than the implementation of the regulation before. While UMKM which is benefited
from the enactment of Government Regulation No. 46 of 2013, i.e the tax is imposed on
the basis of 1% rate of turnover and absolute. If UMKMhas profit rate of more than 8%,
soGovernment Regulation No. 46 of 2013 is more profitable because the tax paid is
lower, compared to the rate of General Income Tax. But if the profit rate of UMKM is
lower than 8%, the tax paid will be higher compared to the general rate. The tax amount
will be the same either using rate ofGovernment RegulationNo. 46 of 2013 or the general
rate when the profit rate is 8%. The newly established and unprofitable UMKM feels that
the enactment of 1% tax from turnover through Government Regulation No.46 is unfair,
because UMKM feel that they have not got the benefit but they have been taxed.

Keywords: Income tax, Government Regulation No. 46 of 2013, UMKM


PENDAHULUAN berasal dari sumber penerimaan dalam negeri,
pajak memegang peranan dan fungsi yang sangat
Seiring dengan meningkatnya tuntutan peme- strategis. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
nuhan pendanaan pembangunan nasional yang negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan
38 WAHDI Aset

uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai Menanggapi hal itu pemerintah pada
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pertengahan tahun 2013, mengeluarkan PP No. 46
pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti Tahun 2013 yang berlaku mulai 1 Juli 2013, yang
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/ diperuntukkan untuk UMKM. Kebijakan tersebut
puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan meng- dituangkan melalui Peraturan Pemerintah No.46
gunakan uang yang berasal dari pajak. Pajak juga tahun 2013, yang populer dengan sebutan PP46,
digunakan untuk mensubsidi barang-barang yang tepatnya berlaku mulai 1 Juli 2013. Selain untuk
sangat dibutuhkan masyarakat serta membantu meningkatkan penerimaan pajak, salah satu
UMKM baik dalam hal pembinaan dan modal. tujuannya adalah guna kemudahan dan
Pencapaian target penerimaan pajak penyederhanaan bagi UMKM dalam memenuhi
merupakan ukuran kuantitatif kinerja Direktorat kewajibannya dalam bidang perpajakan. Pajak
Jenderal Pajak yang harus diamankan dengan baik. berdasarkan ketentuan ini adalah sebesar 1% dari
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, omzet perbulan. Adapun kategori wajib pajak yang
sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan termasuk dalam PP46 adalah untuk wajib pajak
pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan peng- dengan omzet tidak lebih dari Rp.4,8 milyar per
awasan dalam rangka mengoptimalkan penerimaan tahun.
pajak. Sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Pajak tahun 2015-2019, tujuan yang ingin TINJAUAN TEORITIS
dicapai adalah optimalisasi penerimaan negara.
Kondisi yang diinginkan dalam Rencana Strategis Mustikasari (2007) dalam Corry (2013)
tersebut adalah penerimaan pajak optimal. Dalam menyat akan bahwa di Indonesia masih
Rencana Strategis DJP, telah dituangkan menunjukkan adanya tax gap yaitu kesenjangan
Destination Statement DJP bahwa Tax Ratio yang antara penerimaan pajak yangseharusnya terhimpun
ingin dicapai pada tahun 2019 adalah sebesar 15%. dengan realisasi penerimaan pajak yang
Namun faktanya, Tax Ratio Indonesia saat ini adalah dapatdikumpulkan setiap tahunnya.Hal tersebut
sebesar 10,3%. Hal ini menunjukkan bahwa Tax menyimpulkan bahwa meskipunangka penerimaan
Ratio belum tercapai. pajak yang tertera di dalam APBN terlihat
Perekonomian Indonesia secara riil digerakkan besarsesungguhnya penerimaan pajak di Indonesia
oleh para pelaku UMKM dan UMKM merupakan masih rendah. Target penerimaan pajak yang
sektor ekonomi yang mempunyai peran cukup terusmeningkat menuntut DJP untuk mengoptimali-
besar dalam perekenomian nasional. Bank sasikan penerimaan pajak yang dipatok diatas
Indonesia (BI) menilai potensi Usaha Mikro, Kecil, seribu triliun atau mencapaiRp1.310,2 triliun pada
dan Menengah (UMKM) sangat besar dalam APBN 2014. Angka ininaik sebesar Rp117,2 triliun
mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan atau tumbuh sekitar 9,8 persen dibandingkan dengan
kontribusi hingga Rp 850 triliun per tahun pada target pajak dalamAPBN-P 2013 sebesar Rp
Produk Domestik Bruto (PDB) dan berdasarkan 1.192,9 triliun. Reformasi pajak adalah salah satu
data BPS kontribusi UMKM terhadap per- upaya yang telah dilakukan dalam rangka
ekonomian cukup besar mencapai 61.41 persen meningkatkan jumlah penerimaan pajak.Reformasi
Akan tetapi, data menunjukkan bahwa sebagian sendiri berarti perubahan yang mendasar.Suatu
besar penerimaan pajak didominasi oleh wajib sistem perpajakan hendaknya memiliki sifat quasi
pajak besar, sedangkan peran UMKM dalam constitutional.Yang berarti sistem tersebut berlaku
penerimaan pajak kurang dari 1%, hal ini menjadi dalam jangka panjang dan tidak dapat sebentar-
tantangan bagi DJP, bagaimana meningkatkan sebentar dilakukan reformasi.Salah satu bentuk
kepatuhan dan kontribusi penerimaan dari pelaku program kerja strategis DJP adalah memperluas
UMUKM ini dengan mengeluarkan PP46 Tahun basis pajak, termasuk kepada sektor-sektor
2013 bagi UMKM. Enam tahun terakhir rata-rata yangselama ini tidak terlalu banyak digali
Vol. 20 No.1, 2018 Aset 39

maksimal diantaranya sektor UMKM, yaitu pelaku sangat menguntungkan bagi Wajib Pajak
UsahaMikro, Kecil dan Menengah yang memiliki UMKM karena dapat memberi kemudahan dan
tempat usaha di pusat-pusat perbelanjaan penyeder-hanaan cara pembayaran pajak. Pada
dansektor properti. kenyataan di lapangan, Wajib Pajak UMKM justru
Perekonomian Indonesia sesungguhnya secara mem-berikan responnegatif, karena pajak yang
riil digerakkan oleh parapelaku UMKM.Usaha dibayarkan lebih besar dibandingkan pajak yang
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah dibayardengan menganut peraturan lama, yaitu UU
merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran PPh No.36 Tahun 2008.Apalagi dengantidak
cukup besar dalam perekenomian nasional. adanya kompensasi kerugian serta tidak adanya
Berdasarkan data Produksi Domestik Bruto (PDB) PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), untung rugi
tahun 2011, UMKM mempunyai kontribusi kurang tetap dikenakan pajak 1% dari omset.Sehingga
lebih 57% total PDB. Namun demikianapabila beberapa pelaku UMKM menolak atau bahkan
dibandingkan dengan kontribusi UMKM terhadap pura–pura tidak tahu akanadanya peraturan baru
penerimaan pajak, terdapat miss-matchdimana tersebut. Kalimat “memberi kemudahan
kontribusi UMKM pada penerimaan perpajakan pembayaran pajakuntuk UMKM” sepertinya tidak
sangat kecil, yaitu kurang lebih 0.5% daritotal dapat mengajak Wajib Pajak UMKM untuk
penerimaan pajak. Menurut Direktur Penyuluhan lebihdisiplin membayar pajak, dibuktikan dengan
Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (P2Humas) masih banyaknya UMKM yangmemiliki peredaran
Ditjen Pajak, Kismantoro Petrus, pada tahun 2012 bruto tinggi tetapi tidak membayar pajak. (Resyniar,
kontribusi UMKM terhadap total perekonomian 2013).
sekitar 57,94 persen, tetapi kontribusinya terhadap Belum banyak dilakukan penelitian terkait
penerimaan negara dari pajak tergolong kecil yaitu dengan PP No.46 Tahun 2013 karena memang
sebesar 0,7 persen (Admin: www.sindonews.com, peraturan ini baru berlaku per tanggal 1 Juli 2013,
28 Juni 2013).Dan fakta di lapangan menunjukkan sehingga belum banyak data yang bisa diperoleh.
tumbuhnya UMKM tidak seiring dengan jumlah Penelitian mengenai penerapan PP No.46 Tahun
kenaikan penerimaan pajak (Setyaningsih, 2013). 2013 terhadap tingkat pertumbuhan wajib pajak
Jumlah UMKM yang dari tahun ke tahun semakin dan penerimaan PPh pasal 4 ayat (2) pada KPP
maningkat, memberikan peluang kepada pemerin- Pratama Manado dilakukan oleh Hakim dan
tah untuk membidik sektor ini dalam upaya Nangoi (2015) menunjukkan bahwa terjadi
ekstensifikasi pajak. Ketidak imbangan kontribusi penurunan pertumbuhan wajib pajak dan
UMKM tersebut merupakan suatu indikasi bahwa penerimaan pajak masih dalam kategori sangat
tingkat ketaatan UMKM dalam memenuhi kurang. Beberapa penelitian telah dilakukan
kewajiban perpajakan masih sangat rendah. Dari mengenai penerapan dan persepsi wajib pajak
besarnya penerimaan negara yang berasal dari terhadap PP no 46 tahun 2013, diantaranya oleh
sektor UMKM, maka akan berpotensi besar pula Setyaningsih dan Ridwan (2013) yang menunjukkan
jumlah penerimaan pajak dari sektor tersebut. bahwa wajib pajak UMKM belum memahami
Namun, hal tersebut tidak mudah karena dimungkin- perpajakan secara umum serta tata cara perhitungan
kan adanya berbagaipenafsiran dari Wajib Pajak pajak, dan partisipan merasa terbebani dengan
UMKM dalam hal perpajakannya. berlakunya ketentuan PP No.46 tahun 2013
Seperti pada kebanyakan kasus adanya per- sehingga cenderung melakukan negosiasi pajak.
ubahan juga menimbulkan pro dan kontra. Niat baik Penelitian lain dilakukan oleh Syahdan dan Rani
pemerintah untuk memberikan kemudahan dan (2014) yang menunjukkan banyaknya resistensi
penyederhanaan aturan perpajakan serta memberi- terhadap pengenaan pajak 1% dari omset, akan
kan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi tetapi UKM merasa lebih nyaman dalam memenuhi
dalam penyelenggaraan negara sepertinya tidak kewajiban perpajakannya sebagaimana turut serta
disambut dengan baik oleh masyarakat khususnya dalam peningkatan penerimaan negara. Di sisi lain,
sebelum adanya PP 46 Tahun 2013, Mutiah dkk
(2011) menunjukkan implikasi dari adanya pajak
40 WAHDI Aset

untuk UMKM.Tampaknya dengan adanya pajak kontribusi wajib pajak UMKM dengan memban-
memberikan dampak atau implikasi yang dingkan pertumbuhan jumlah wajib pajak dan
cenderung mengarah pada kerepotan, mereka penerimaan pajak sebelum dan sesudah
merasa banyak yang harus dikerjakan terkait adanya diterapkannya peraturan tersebut. Lokasi penelitian
pajak yang dikenakan. Hal ini mungkin, karena adalah KPP Pratama di Semarang selain untuk
manfaat yang ditimbulkan dari adanya pajak itu memberi batasan pada penelitian ini, dengan
tidak secara langsung dapat mereka rasakan, mempertimbangkan wilayah kerja KPP Pratama
sehingga paradigma yang muncul adalah sesuatu Semarang merupakan kawasan industri yang dapat
yang cenderung berkonotasi negatif. Penelitian mendukung perkembangan Usaha Mikro, Kecil
mengenai kemauan membayar pajak salah satunya dan Menengah (UMKM).
oleh dilakukan Hardiningsih dan Yulianawati (2011) Kerangka Pemikiran. Sebelum 1 Juli 2013,
yang menunjukkan bahwa kesadaran membayar pelaku UMKM , menghitung pajaknya dengan
pajak berpengaruh positif terhadap kemauan menggunakan Norma Penghasilan Netto dan tarif
membayar pajak.Hal ini menunjukkan bahwa progresif, disebut dengan PPh Pasal 25, yang
semakin tinggi kesadaran yang dimiliki wajib pajak menerapkan PTKP dan kompensasi atas kerugian
maka semakin meningkatkan kemauan membayar wajib pajak. Untuk wajib badan tarifnya 25% dari
kewajiban perpajakan. laba. Kemudian pemerintah mengeluarkan PP
Fenomena hasil penelitian yang telah dijelaskan No.46 Tahun 2013, dengan kemudahan tarif 1%
sebelumnya memotivasi peneliti untuk melakukan dr omset yang tentu saja merupakan fasilitas bagi
penelitian lebih lanjut.Penelitian-penelitian pelaku UMKM. Pemerintah mengharapkan PP
sebelumnya yang menganalisis kontribusi suatu No.46 tahun 2013 ini akan memberikan kontribusi
entitas pajak terhadap penerimaan pajak telah lebih kepada tingkat pertumbuhan wajib pajak dan
banyak dilakukan. Maka yang dilakukan peneliti selanjutnya penerimaan pajak penghasilan. Melihat
pada penelitian kali ini adalah membahas bagai kedua hipotesis yang dirumuskan diatas maka
mana efektifitas penerapan PP 46 Tahun 2013 dan disajikan kerangka pemikiran pada Gambar 1.

Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Vol. 20 No.1, 2018 Aset 41

METODE PENELITIAN Penerimaan (MAP) 41125-100, Pasal 25 Badan


(kode MAP 41126-100), dan PPh Final untuk
Sesuai dengan judul yang penulis ajukan yaitu wajib pajak UMKM ( kode MAP 411128-420).
“Efektifitas Penerapan PP 46 Tahun 2013 Bagi Penelitian ini mengambil studi pada Kantor
Pelaku UMKM dan Pengaruhnya Terhadap Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Semarang yang
Pertumbuhan dan Penerimaan Pajak Penghasilan terdapat 7 KPP, dengan mempertimbangkan di
di KPP Pratama Semarang “ maka penelitian ini wilayah kerja KPP Pratama di Semarang
menggunakan dua variabel independen yaitu merupakan kawasan perdagangan dan industri yang
pertumbuhan jumlah wajib pajak (x1) dan dapat mendukung perkembangan Usaha Mikro,
penerimaan pajak penghasilan (x2) di KPP Pratama Kecil dan Menengah (UMKM).
Semarang dengan kurun waktu sebelum dan
sesudah Penerapan PP 46 Tahun 2013 yaitu tahun HASIL DAN PEMBAHASAN
2011 - 2015 dengan data break down per bulan.
Variabel independen adalah kondisi – kondisi atau Pertumbuhan jumlah wajib pajak. Tingkat
karakeristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam pertumbuhan wajib pajak tertinggi setelah
rangka untuk menerangkan hubungannya dengan berlakunya PP No.46 tahun 2013, mengalami
fenomena yang diobservasi. kenaikan dari tahun 2013 sampai dengan tahun
Definisi operasional variabel adalah penjelasan 2017. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya
dari variabel-variabel yang digunakan sebagai PP46 Tahun 2013, masyarakat khususnya UMKM
objek pengamatan dalam penelitian ini. semakin sadar pentingnya memiliki NPWP sebagai
Operasionalisasi variabel adalah penentuan sarana pemenuhan kewajiban dalam perpajakan,
construct sehingga menjadi variabel yang dapat sebagai wujud partisipasi dalam pembangunan
diukur. Variabel yang digunakan dalam penelitian Negara.
ini adalah Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Dari tahun 2013 jumlah wajib pajak untuk
PenerimaanPajak Penghasilan selama tahun 2011 Wajib Pajak Badan dan Non Karyawan sejumlah
- 2015.Definisi operasional dari masing – masing 2.279 wajib pajak terdaftar, meningkat menjadi
variabel penelitian sebagai berikut : 2.713 Wajib Pajak di tahun 2014, dan di tahun
1. Tingkat pertumbuhan jumlah wajib pajak 2015 juga mengalami kenaikan menjadi 4.866, dan
Tingkat pertumbuhan wajib pajak merupakan tahun 2016 sebanyak 5.043 wajib pajak serta
jumlah wajib pajak terdaftar yang terdaftar di KPP mengalami kenaikan yang cukup drastis di tahun
Pratama Semarang selama kurun waktu 3 tahun 2017 yaitu sejumlah 10.775. Hal ini mengindi-
sejak Januari tahun 2011 sampai dengan Desember kasikan bahwa kesadaran masyarakat semakin
2015. Rentang waktu ini dipilih karena PP 46 meningkat dengan ditunjukkannya meningkatnya
berlaku mulai tanggal 1 Juli 2013 , sehingga mewakili jumlah NPWP terdaftar. Jadi dapat disimpulkan
data jumlah wajib pajak terdaftar sebelum dan bahwa dengan adanya PP 46 tahun 2013, terdapat
setelah penerapan PP 46 Tahun 2013. pertumbuhan jumlah wajib pajak yang cukup
2. Pertumbuhan Jumlah Penerimaan Pajak signifikan dan harapanya juga meningkatkan jumlah
Penghasilan penerimaan pajak khususnya dari para pelaku
Penerimaan pajak penghasilan merupakan UMKM. Jumlah pelaku UMKM yang mendaftar-
realisasi penerimaan pajak KPP Pratama Semarang kan diri setelah penerapan peraturan tersebut
selama kurun waktu 5 tahun sejak Januari 2011 meningkat cukup signifikan dikarenakan kegiatan
sampai dengan Desember 2015.Rentang waktu ini sosialisasi dan ektensifikasi yang dilakukan oleh
dipilih karena PP 46 berlaku mulai tanggal 1 Juli petugas KPP Pratama di Semarang sejak diterap-
2013, sehingga jumlah penerimaan tersebut menun- kannya peraturan tersebut.
jukkan data sebelum dan setelah penerapan PP 46 Penerimaan Pajak Penghasilan. Nilai mean
Tahun 2013.Jumlah penerimaan pajak penghasilan penerimaan pajak tertinggi dicapai oleh kelompok
adalah jumlah penerimaan pajak PPh Pasal 25 sesudah diterapkannya PP No.46 tahun 2013 yaitu
Orang Pribadi dengan kode Mata Anggaran 50268179684,57 sedangkan nilai penerimaan
42 WAHDI Aset

Tabel 1
Data pertumbuhan wajib pajak selama tahun 2013 s/d 2017
sesudah diterapkannya PP No.46 tahun 2013

Tabel 2
Vol. 20 No.1, 2018 Aset 43

pajak maximum berada pada kelompok sebelum 1. PP Nomor 46 ini sejatinya mengandung tiga
diterapkannya PP No.46 tahun 2013 sebesar tujuan utama kemudahan tertib administrasi,
159773456434 dan nilai penerimaan pajak transparansi dan peningkatan kontribusi
minimum juga berada pada kelompok sesudah masyarakat dibidang pembangunan.Oleh karena
diterapkannya PP No.46 tahun 2013 adalah itu sudah selayaknya PP 46 dijadikan instrumen
sebesar 25209825811. Berikut penerimaan Pajak untuk menutup defisit penerimaan pajak di tiap-
PPh Final selama 6 tahun pada tabel 2. tiap Kantor Pelayanan Pajak setempat.
Tabel di atas menunjukan bahwa penerimaan 2. Dengan penerapan PP 46 Tahun 2013, pelaku
pajak sesudah diterapkannya PP No.46 tahun 2013 UMKM yang sudah terdaftar dan rutin
mempunyai rata-rata penerimaan pajak yang lebih membayarpajak, memudahkan mereka dalam
tinggi dibanding dengan rata-rata penerimaan pajak menghitung,membayar, dan melaporkan
sebelum diterapkannya PP No.46 tahun 2013. kewajiban perpajakannya. Jumlah pajak yang
Hasil uji statistik ini mengindikasikan bahwa dibayarkan oleh pelaku UMKM akanberkurang
penerimaan sesudah diterapkannya PP No.46 bila dibandingkan dengan penghitungan
tahun 2013 diukur dengan jumlah penerimaan pajak menggunakan Pasal 17 Undang-Undang
yang lebih baik dibanding dengan penerimaan pajak PajakPenghasilan. UMKM akan mendapatkan
sebelum diterapkannya PP No.46 tahun 2013. NPWP. Dengan mendapatkan NPWP, pelaku
Dari tabel 4.4 Penerimaan Pajak Penghasilan KPP UMKM tersebut akan beralih dari usaha
Pratama Semarang dapat dilihat bahwa terdapat informal menuju usaha formal. Maka usaha
kenaikan penerimaan pajak yang cukup tinggi tersebut akan mendapatkan akses ke lembaga
setelah diberlakukannya PP 46 Tahun 2013.Dengan keuangan. UMKM akan memiliki akses kredit
demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan PP perbankan untuk mengembangkan usahanya
46 tahun 2013 memberikan peningkatan menjadi perusahaan menengah kemudian
penerimaan pajak penghasilan yang cukup signifikan menjadi besar.
di 7 KPP Pratama di Semarang. 3. Terdapat perbedaan antara tingkat pertumbuhan
wajib pajak sebelum dan sesudah diterapkannya
PENUTUP PP No. 46 Tahun 2013. Tingkat pertumbuhan
jumlah Wajib Pajak PP No. 46 setiap bulannya
Simpulan. Dengan semakin adanya terus mengalami peningkatan. Dengan demikian
kesederhanan dan kemudahan atas penghitungan, hal ini menunjukkan bahwa upaya ekstensifikasi
penyetoran dan pelaporan pajak terutang dapat yang dilakukan oleh KPP Pratama di Semarang
membantu wajib pajak UMKM dalam untuk menjaring wajib pajak UMKM bisa
menjalankan kewajiban perpajakan sehingga akan dikatakan tercapai dengan baik.
mendorong kepatuhan sukarela wajib pajak dan 4. Terdapat perbedaan antara penerimaan pajak
tentu saja meningkatkan kontribusinya terhadap sebelum dan sesudah diterapkannya PP No. 46
penerimaan negara. Dari hasil pembahasan yang Tahun 2013. Dengan kontribusi yang diberikan
telah dibahas sebelumnya maka dapat ditarik oleh wajib pajak UMKM, penerimaan pajak
kesimpulan sebagai berikut : penghasilan di KPP Pratama di Semarang

Tabel 3
Statistik Deskriptif penerimaan pajak Sebelum
Dan Sesudah Diterapkannya PP 46 Tahun 2013

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017


44 WAHDI Aset

mengalami kenaikan yang cukup signifikan.Hal peningkatan kepatuhan wajib pajak dengan
ini menunjukkan efektivitas penerapan PP 46 membayar pajak yang semestinya.
Tahun 2013 bagi wajib pajak UMKM sekaligus Keterbatasan Penelitian dan Agenda
bagi realisasi penerimaan pajak KPP Pratama Penelitian Mendatang. Keterbatasan dalam
di Semarang. penelitian ini adalah bahwa dalam data NPWP yang
5. Sedangkan UMKM yang mana yang diperoleh tidak memisahkan antara NPWP yang
diuntungkan dengan berlakunya PP46 tahun tergolong UMKM baik badan maupun WP Orang
2013, yaitu pajak dikenakan atas dasar tarif 1% Pribadi. Untuk jumlah penerimaan sudah dipisahkan
dari omzet dan bersifat final. Jika UMKM jumlah penerimaan PPh Final, tetapi dalam jumlah
dengan tingkat keuntungan lebih dari 8%, maka PPh Final tersebut, seharusnya diperinci lagi
PP46 tahun 2013 lebih menguntungkan karena mengenai PPh Final yang 1% (PPh PP46 tahun
pajak yang dibayar lebih rendah, jika 2013) dan PPh Final yang lain, sehingga dapat
dibandingkan dengan tarif PPh Umum. Tetapi diketahui berapa kenaikan jumlah penerimaan pajak
jika tingkat keuntungan UMKM lebih rendaf dari PPh Final 1% sehubungan diterapkannya PP46
8%, maka pajak yang dibayar akan lebih tinggi tahun 2013.
jika dibandingkan dengan menggunakan tarif Sebaiknya untuk penelitian mendatang harus
umum. Jumlah pajak akan sama baik dipisahkan mengenai NPWP yang benar-benar
menggunakan tarif PP 46 tahun 2013 atau tarif kelompok UMKM dan jumlah penerimaan pajak
umum ketika tingkat laba sebesar 8%. PPh Final 1% yang dibayar oleh Wajib pajak
6. Bagi UMKM yang usahanya masih rugi dan UMKM baik Wajib Pajak Orang Priadi maupun
masih awal-awal usaha merasa bahwa Pajak 1% Wajib Pajak Badan, sehingga hasil penelitian tidak
dari omzet yang ditetapkan melalui PP46, bias dan dapat digunakan untuk referensi pemerintah
menganggap tidak adil karena, untung saja belum guna mengetahui efektif tidaknya dengan
sudah dikenakan pajak. diterapkannya PP46 tahun 2013 ini.
Saran untuk penelitian berikutnya.
1). Peneliti berikutnya agar menggunakan periode DAFTAR PUSTAKA
waktu yang lebih lama misalnya kurun waktu
tahunan.Dengan periode waktu penelitian yang Diatmika, I Putu Gedhe .2013.”Penerapan
l ebih lama diharapkan dapat memonitor Akuntansi Pajak atas PP No. 46 Tahun 2013
bagaimana dampak perubahan Undang- tentang PPh Atas Penghasilan Dari Usaha
Undang perpajakan yang baru terhadap Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu”. Jurnal Akuntansi Bisnis.Vol.3.
penerimaan pajak.
No.2. Hal 113-121
2). Keterlibatan para wajib pajak secara langsung.
Direktorat Jenderal Pajak. 2014. Surat Edaran
Tujuannya adalah untuk mengetahui pendapat Direktur Jenderal Pajak No. SE-32/PJ/2014
mereka tentang perubahan aturan tersebut. tentang Penegasan Pelaksanaan Peraturan
3). Penelitian yang melibatkan wajib pajak secara Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 Tentang
langsung juga dapat mencari tahu masalah- Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
masalah apa saja yang dihadapi oleh wajib Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib
pajak terkait dengan tata cara pembayaran Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto
pajak. Hal tersebut nantinya dapat dijadikan Tertentu. Jakarta.
masukan bagi kantor-kantor pelayanan pajak, Ghozali, Imam.2011.Aplikasi Analisis
tidak hanya di Semarang tetapi juga di daerah Multivariate dengan Program IBM SPSS
19 Edisi ke-5.Undip.Semarang
lain. Tujuannya adalah untuk memberikan
Hardiningsih, Pancawati.2011.”Faktor-Faktor
pelayanan terbaik bagi wajib pajak dan wajib
Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar
pajak menjadi nyaman dan taat dalam Pajak - The Factors That Influence The
membayar pajak. Willingness To Pay The Tax”.
4). Sebagai warga Negara yang baik, sebaiknya DinamikaKeuangandanPerbankan. Vol 3
selalu mendukung program pemerintah melalui No.1 Hal 126-142.
Vol. 20 No.1, 2018 Aset 45

Harinurdin, Erwin. 2009. “Perilaku Kepatuhan Norsaindan Abu Yasid. 2014. “Pengaruh
Waj i b Paj ak Badan” .Jurnal Ilmu Perubahan Tarif, Kemudahan Membayar
Administrasi dan Organisasi. Vol.16. No.2. Pajak dan Sosialisasi PP Nomor 46 Tahun
Hal 96-104. 2013 Terhadap Persepsi Wajib Pajak
http://perpajakan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/ UMKM”. Jurnal Performance Bisnis dan
perpajakan Akuntansi.Vol IV. No.2
http://pajak.go.id Nurpratiwi, Anisa ;et al .2014.”Analisis Persepsi
Ikhsan ,Arfan dan Muhammad Ishak.2008. Wajib Pajak Pemilik UMKM Terhadap
Akuntansi Keperilakuan. Cetakan 3. Penetapan Kebijakan Pajak Penghasilan
Salemba Empat.Jakarta Final Sesuai Peraturan Pemerintah No.46
Isroah.2013.”Penghitungan Pajak Penghasilan Tahun 2013 (Studi pada KPP Pratama
Bagi UMKM”. Jurnal Nominal. Vol II No.1. Malang Utara”. (Tidak Dipublikasikan)
Kadir. 2015. Statistika Terapan : Konsep, Pamuji, Adi Ratno ;et al .2014.”Faktor-Faktor
Contoh dan Analisis Data dengan Program Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemilik
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Edisi 1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Rajawali Pers.Jakarta. (UMKM) Dalam Memenuhi Kewajiban
KementerianKeuangan. 2013. Peraturan Menteri Perpajakan (Studi pada Wajib Pajak
Keuangan Republik Indonesia No.PMK- Pemilik UMKM Di KPP Pratama Malang
107/PMK.011/2013 tentang Tata Cara Selatan)”.(Tidak Dipublikasikan)
Penghitungan, Penyetoran, dan Pelaporan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia.2013.
Pajak Penghasilan atas Penghasilan Dari PeraturanPemerintahRepublik Indonesia
Usaha yang Diterima atau Diperoleh No. PP46 Tahun 2013 tentang Pajak
WajibPajak yang Memiliki Peredaran Penghasilan Atas Penghasilan Atas
BrutoTertentu. Jakarta. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima
Kharisma, Raditha ; et al. 2015.”Pengaruh Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Peredaran BrutoTertentu. Jakarta
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 Resyniar, Gandhis .2015.”Persepsi Pelaku Usaha
Terhadap Kelangsungan Usaha Mikro Kecil Nikro Kecil Menengah (UMKM) Terhadap
dan Menengah (UMKM)”.(Tidak Penerapan PP 46 Tahun 2013".(Tidak
Dipublikasikan) Dipublikasikan)
Malik, Jamaluddin.2010.”Analisis Perbandingan Setyaningsih, Titik dan Ahmad
Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Ridwan.2013.”Persepsi WajibPajak UMKM
Daerah Terhadap Peningkatan PAD Terhadap Kecenderungan Negosiasi
Sebelum dan Sesudah Otonomi Periode Kewajiban Membayar Pajak Terkait
2006-2010 Pada Kota Tangerang Selatan. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
Skripsi”. Universitas Islam Negeri Syarif 2013". Prosiding Simposium Nasional
Hidayatullah Jakarta. (Tidak Dipublikasikan) Perpajakan. Vol 4.
Mutiah, Mutiara ;et al .2011.”Intepretasi Pajak Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis
dan Implikasinya Menurut Perspektif Wajib (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah R&D). Alfabeta. Bandung
(Sebuah Studi Interpretif)”.Simposium Syahdan, Saifhul Anuar dan Asfida Parama
Nasional Akuntansi.Vol XIV. Rani.2013.”Dimensi Keadilan Atas
Nashrudin, Ahsan; et al.2014.”Pengaruh Persepsi Pemberlakuan PP No. 46 Tahun 2013 Dan
Atas PP Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak”.
Kepatuhan Sukarela Wajib Pajak Yang Prosiding Simposium Nasional Perpajakan.
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu Pada Vol 4.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Undang-Undang Republik Indonesia. 2008.
Rungkut”.Simposium Nasional Akuntansi. Undang-Undang Republik Indonesia No.
Vol 17. UU 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Cetakan ke- Keempat Undang-Undang Nomor 7 Tahun
7. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor. 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta.

Вам также может понравиться