Вы находитесь на странице: 1из 14

Tugas Kelompok

RINGKASAN MATERI KIMIA LINGKUNGAN

OLEH:

Kelompok II

SARMA A1L1 16 079

AYU WANDIRA A1L1 16 077

WA ODE YANI A1L1 16 043

FINA TAFANA A1L1 16 013

JURUSAN PENDIDIKA KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
BAHAN-BAHAN KIMIA PERAIRAN

A. Logam dalam Lingkungan perairan


1. Senyawa Nitrogen Dalam Air
Senyawa-senyawa nitrogen terdapat dalam keadaan terlarut juga sebagai
tersuspensi. Jenis-jenis nitrogen anorganik utama dalam ion nitrat (NO3), dan
ammonium (NH4). Dalam kondisi tertentu terdapat dalam bentuk nitrit (NO2).
Sebagian dari nitrogen total dalam air terikat sebagai nitrogen organic, yaitu dalam
bahan-bahan yang berprotein, juga dalam bentuk senyawa/ion-ion lainnya dari bahan
pencemar. Nitrogen perairan merupakan penyebab utama pertumbuhan yang sangat
cepat dari ganggang yang menyababkan euotrofikasi. Pada umumnya nitrogen
anorganik dalam perairan aerobic terdapat dalam keadaan bilangan oksidasi +5, yaitu
sebagai NO3-, dan dengan bilangan oksidasi +3, dalam keadaan anaerob, senagai
NH4+ yang stabil. Ion ammonium dan amino nitrogen (R-NH2 dalam bahan
berprotein) mengalami oksidasi dengan adanya talis biologi yang cocok:
NH4+ + 2O3 NO3- + H2O + 2H+
Reaksi ini dapat terjadi misalnya dalam pengolahan air buangan dengan aerosi
yang cukup dari limbah yang mengandung ion ammonium. Dalam keadaan tanpa
oksigen ion nitrat dapat sebagai penerima electron dalam reaksi-reaksi dengan
mikroorganisme sebagai perantara.
O2 + 4H+ + 4 e 2H2O
NO3- + 6H+ + 5 e ½
N2 + 3H2O
Kemampuan ion nitrat sebagai penerima electron digunakan dalam proses
pengolahan air limbah untuk menghilangkan electron dengan membiarkan ion nitrat
mengoksidasi methanol melalui reaksi bermedia bakteri dalam kondisi anaerob :
5CH3OH + 6NO3- + 6H+ 5CO2 + 3N2 + 12H2O
Reaksi ini disebut denitrifikasi. Dalam keadaan ini terjadi perubahan semua
senyawa tersebut menjadi ion NH4+.

2. Senyawa Fosfor Dalam Air


Dalam air, fosfor merupakan suatu komponen yang sangat penting dan sering
menimbulkan permasalahan lingkungan. Fosfor termasuk salah satu dari beberapa
unsur yang essensial untuk pertumbuhan ganggang dalam air. Pertumbuhan ganggang
yang berlebihan disamping hasil hancuran biomas dapat menyebabkan pencemaran
kualitas air. Sumber fosfor adalah limbah industry, hanyutan dari pupuk, limbah
domestic, hancuran bahan organik, dan mineral fosfat.
Keberadaan fosfat di dalam air akan terurai menjadi senyawa ionisasi, antara
lain dalam bentuk ion H2PO4, HPO42-, PO43-. Fosfat diabsorpsi oleh fitoplankton
dann seterusnya masuk kedalam rantai makanan. Senyawa fosfat dalam perairan
berasal dari sumber alami seperti erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan
tumbuhan, dan dari laut serta sungai itu sendiri. Peningkatan kadar fosfat dalam air
laut, akan menyebabkan terjadinya ledakan populasi (blooming) fitoplankton yang
akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan secara massal. Batas optimum fosfat
untuk pertumbuhan plankton adalah 0,27 – 5,51 mg/liter (Hutagalung et al, 1997).
Ortofosfat yang merupakan produk ionisasi dari asam ortofosfat adalah
bentuk fosfor yang paling sederhana di perairan. Fosfat yang berikatan dengan ferri
[Fe2(PO4)3] bersifat tidak larut dan mengendap di dasar perairan. Pada saat terjadi
kondisi anaerob, ion besi valensi tiga (ferri) akan mengalami reduksi menjadi ion
besi valensi dua (ferro) yang bersifat larut dan melepaskan fosfat keperairan,
sehingga meningkatkan keberadaan fosfat di perairan (Effendi, 2003).
Secara rinci perputaran campuran organik yang ditunjukkan di permukaan air
secara garis besar tidak diketahui. Sepenuhnya adalah larutan inorganik fosfor seperti
hasil ionisasi pada H3PO4. Berikut adalah reaksi ionisasi pada fosfat:
H3PO4 → H+ + H2PO4
H3PO4 → H+ + HPO42-
H3PO4 → H+ + PO43-
Berdasarkan kadar fosfat total, perairan diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1. Perairan dengan tingkat kesuburan rendah memiliki kadar fosfat total berkisar
antara 0 – 0.02 mg/liter
2. Perairan dengan tingkat kesuburan sedang memiliki kadar fosfat 0.021 – 0.05
mg/liter
3. Perairan dengan tingkat kesuburan tinggi, memiliki kadar fosfat total 0.051 – 0.1
mg/liter (Effendi, 2003).
3. Silicon dalam air
Silicon merupakan unsure kedua terbanyak dikerak bumi setelah oksigen
yaitu sebesar 27,7 %. Hal ini menyebabkan silicon tersebar luas dalam air berkisar
antara 1- 30 mg/l sebagai SiO2, kadang kala mencapai 100mg/l. suatu fonemena yang
menarik adalah air laut di bagian permukaan umumnya konsentrasi silikonnya sangat
rendah karena unsure ini digunakan oleh kerang dan pembentukan tulang organisme
laut. Silikat dalam air dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari sumber
percemaran. Senyawa silicat digunakan dalam pembuatan senyawa detergen dan
sebagai anti karat. Oleh karena itu silicon/ ion dari senyawa silicon terdapat banyak
dalam air buangan dalam air buangan baik limbah industry maupun limbah domestic.
Silikat dalam perairan laut bisa dalam bentuk terlarut dan partikel. Reaksi dari
kelarutan dari SiO2 adalah
SiO2(s) + 2H2O → Si(OH)4(aq)
Karena Si(OH)4 adalah asam lemah sehingga dapat terionisasi dalam pelarut aqueous.
Si(OH)4 →H+ + Si(OH)3O-
Si(OH)3O- → H+ + Si(OH)2O22-
Dengan pK1* = 9,47 dan pK2* =12,60 untuk ionisasi dari Si(OH)4 dalam 0,6 M NaCl
pada 250C. Sementara pH di laut adalah 8,1 ,nilai dari pK ini memberikan hasil
[Si(OH)4]/[Si ]T = {1+ KHA/[H+]}-1 = 95,9%
[Si(OH)3O- ]/[Si ]T = {1+ [H+]/ KHA}-1 = 4,1%
Bentuk polimer dari Si(OH)4 dan Si(OH)3O- bukan pelarut yang penting
dalam perairan laut. Hal ini disebabkan konsentrasi SiO2 di perairan lebih rendah.
Tetapi jika ion Mg+ atau Ca+ membentuk ikatan kompleks dengan Si(OH)4 dan
Si(OH)3O- , maka akan membentuk konsentrasi yang lebih tinggi.

4. Belerang dalam air


Secara umum sebagian besar belerang yang terdapat dalam air adalah S (IV)
dalam ion sulfat, SO42-. Dalam kondisi anaerobic SO42- dapat direduksi oleh aktivitas
bakteri menjadi H2S, HS-, atau garam sulfide yang tidak larut. Gas H2S yang
dihasilkan dari resuksi sulfat tersrbut menyebabkan bau telur busuk yang dikeluarkan
oleh banyak air yang tergenang dan air-air tanah. Adanya perbedaan jenis belerang
(bilangan oksidasinya) dalam air menggambarkan adanya hubungan antara pH air,
potensial oksidasi, dan aktivitas bakteri. Dalam air ion sulfat, dapat berasal dari
banyak sumber, sulfat dapat berasal dari hasil pencucian mineral utama gips, CaSO4,
2H2O. Oksidasi dari mineral-mineral sulfide yang dipengaruhi oleh mikroorganisme,
seperti pyrite, FeS2, menghasilkan sulfat. Garam sulfat digunakan dalam pembuatan
deterjen dan dalam banyak hasil industry seperti industry pupuk ZE, maka ion sulfat
merupakan komponen yang umum dari air buangan. Air hujan diberbagai belahan
dunia termasuk di Indonesia mengandung sejumlah besar ion sulfat yang dikenal
sebagai hujan asam (acid rain). Hal ini disebabkan oleh adanya pencemaran udara
yang cukup berat oleh gas SO2 yang kemudian mengalami oksidasi di udara sebagai
berikut :
2 SO2 + 2 H2O + O2 4 H+ + 2 SO42-
Adanya H2SO4 di atmosfer inilah yang menyebabkan terjadinya hujan asam
yang kadang kala pH-nya mencapai 4.
5. Kalsium Dan Magnesium Dalam Air
Kalsium adalah unsur kimia yang memegang peranan penting dalam banyak
proses geokimia. Mineral merupakan sumber primer ion kalsium dalam air. Air yang
mengandung karbon dioksida tinggi mudah melarutkan kalsium dan mineral-mineral
karbonatnya. Ion kalsium bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang ion
ferro, ikut menyebabkan kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan sementara
maupun kesadahan tetap. Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya ion-ion
kalsium dan karbonat dalam air dan dapat dihilangkan dengan jalan mendidihkan air
tersebut karena terjadi reaksi :
Ca2+ + 2 HCO3- CaCO3 + CO2 + H2O
Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau magnesium
sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kapur , soda, abu dan proses resin
organic.
Air sadah juga tidak menguntungkan/mengganggu proses pencucian
menggunakan sabun. Bila sabun digunakan pada air sadah mula-mula sabun harus
bereaksi terlebih dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat
dalam air sebelum sabun dapat berfungsi men kalsium dan magnesium yang terdapat
dalam air sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Detergen
mempunyai sifat yang agak berbeda dengan sabun deterjen dapat menurunkan
takanan permukaan air tanpa harus bereaksi dahulu dengan setiap ion kalsium dan
magnesium yang terdapat dalam air. Pada umumnya konsentrasi magnesium dalam
air tawar lebih kecil dibandingkan kalsium. Telah diteliti bahwa larutan magnesium
dalam bentuk larutan lebih lama dari kalsium. Hal ini disebabkan senyawa
Mg2+ mengendap lebih lambat dibandingkan senyawa Ca2+.

6. Alumunium Dalam Air


Alumunium merupakan unsure terbanyak ketiga dalam kerak bumi.
Kebanyakan alumunium yang dibawa air terdapat sebagai partikel-partikel mineral
mikroskopik yang tersuspensi. Konsentrasi dari alumunium yang terlarut dalam
kebanyakan air kemungkinan kurang dari 1,0 Mg/l. pada nilai pH dari 4,0 jenis
alumunium yang terlarut adalah Al(H2O)3+ dan ion Al3+ yang terhidrasi kehilangan
ion hydrogen pada nilai pH lebih besar dari 4,0. Alumunium bersifat amfoter dan
pada perairan alami dengan pH diatas kurang dari 10, terbentuk ion aluminat yanga
larut Al(OH)4-. Ion fluoride membentuk kompleks yang sangat kuat dengan
alumunium dan dengan adanya fluoride dengan konsentrasi tinggi terbentuk jenis
kompleks fluoride seperti AlF2+ mungkin akan terbentuk dalam air.

7. Besi Dalam Air


Besi adalah satu dari lebih unsure-unsur penting dalam air permukaan dan air
tanah. Perairan yang mengandung besi sangat tidak diperlukan untuk kebutuhan
rumah tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin dan
alat-alat lainnya serta menimbullkan rasa yang tidak enak pada air minum pada
konsentrasi diatas kurang lebih 0,31 Mg/l. sifat kimia perairan dari besi adalah sifat
redoks, pembentukan kompleks, metabolism dan mikroorganisme, dan pertukaran
dari besi antara fasa dan fase padat yang mengandung besi karbonat, hidroksida dan
sulfide.
Besi (II) sebagai ion berhidrat yang dapat larut, Fe2+, merupakan jenis besi
yang terdapat dalam air tanah, karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen
dari atmosfer, kosumsi oksigen bahan organic dalam media mikroorganisme sehingga
menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah. Secara umum, Fe (II) terdapat dalam
air tanah berkisar antara 1,0 -10 Mg/l. namun demikian, tingkat kandunngan besi
sampai sebesar 50 Mg/l dapat juga ditemukan dalam air tanah ditempat-tempat
tertentu. Air tanah yang mengandung Fe (II) mempunyai sifat yang unik. Dalam
kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (II) jernih, begitu
mengalami oksidasi dengan oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan
berubah menjadi ion ferri dengan reaksi sebagai berikut :
4 Fe2+ + O2 + 10 H2 4 Fe (OH)3 + 8H+
Dan air menjadi keruh. Pada pembentukan besi (III) oksidasi terhidrat yang tidak
larut menyebabkkan air beerubah menjadi abu-abu.
Besi (III) dapat terjadi sebagai jenis stabil yang larut dalam dasar danau dan
sumber air yang kekurangan oksigen. Ion FeOH+ dapat terjadi dalam perairan yang
bersifat basa, tetapi bias ada CO2 maka terbentuk FeCO3 yang tidak larut. Dalam
perairan dengan pH sangat rendah, kedua bentuk ion ferro dan ferri dapat ditemukan.
Hal ini terjadi bila perairan memperoleh buangan dari limbah tambang asam.

8. Mangan Dalam Air


Tosisitan mangan (Mn) relative sudah tampak pada konsentrasi rendah. Dengan
demikian tingkat kandungan Mn yang diizinkan dalam air yang diperlukan untuk
keperlusn domestic sangat rendah. Yaitu di bawah 0,05 mg/l. dalam kondisi aerob
mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO2 dan pada dasar perairan
tereduksi menjadi mn2+ atau dalam air yang kekuranga oksigen. Oleh karenaa itu,
pemakaian yang berasal dari dasar suatu sumber air, sering ditemukan mengan dalam
konsentrasi tinggi. Air yang berasal dari sumber tambang asam dapat mengandung
mangan terlarut, dan pada konsentrasi kurang lebih 1 mg/l dapat ditemukan pada
perairan dengan aliran yang berasal dari tambang asam. Pada pH yang agak tinggi
dan kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO2, Mn3O4, atau
MnCO3, meskipun oksidasi dari Mn2+ berjalan relative lambat.

9. Logam Kromium (Cr)

Kromium telah dimanfaatkan secara luas dalam kehidupan manusia. Logam ini
banyak digunakan sebagai bahan pelapis (plating) pada bermacam-macam
peralatan, mulai dari peralatan rumah tangga sampai ke mobil. Cr juga banyak
dibentuk untuk menjadi alloy. Bentuk alloy dari Cr sangat banyak dan juga
mempunyai fungsi pemakaian yang sangat luas dalam kehidupan. Persenyawaan
lain yang dapat dibentuk dengan menggunakan logam Cr seperti senyawa-senyawa
khromat dan dikhromat ini adalah dalam bidang-bidang seperti litigrafi, tekstil,
penyamakan, pencelupan, fotografi, zat warna, industri stainless steel, sebagai
bahan peledak dan sebagai geretan (korek api).
Keadaan oksidasi kromium yang paling stabil di lingkungan adalah +3 dan +6.
Kromium dalam bentuk heksavalen (Cr+6) sangat mudah larut dalam air, bersifat
toksik dan karsinogen. Proses kimia didalam air yaitu proses pengkompleksan pada
reaksi redoks. Reaksi ini dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan atau
sedimentasi logam kromium di dasar perairan. Proses kimiawi yang berlangsung
mengakibatkan terjadinya peristiwa reduksi dari senyawa kromium heksavalen
menjadi kromium trivalent (Cr3+) yang kurang beracun dengan reaksi :
CrO42- + 8H+ + 3 e → Cr3+ + 4 H2O
Dalam badan perairan kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara
alamiah dan non lamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masukan
kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak atau efek dari
aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium non-alamiah
diantaranya adalah pembakaran sampah-sampah di kota dan knalpot kendaraan
bermotor. Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas suatu perairan dilakukan
pemantauan kualitas lingkungan perairan melalui pengambilan sampel air tanah dan
air permukaan di perusahaan.
Pengujian kromium dalam perairan mengacu pada metode Hach
menggunakan alat Spektrofotometer UV VIS. Kadar maksimum kromium yang
diperbolehkan dalam air tanah sebesar 0.05 mg/L sebagai total kromium (Permenkes
No 492 Th 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum), dan sebesar 0.05 mg/L
sebagai Cr+6 (Permenkes No 416 Th 1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih
dan PP No 81 Th 2001 tentang Kualitas Air Kelas II).
B. Kelarutan Gas Dalam Air
Kebanyakan gas dalam air larut dengan derajat (konsentrasi) yang berbeda-
beda atau bereaksi secara kimia dengan air. Kedua jenis gas yang paling banyak
membentuk udara ( udara merupakan campuran yang homogen dari berbagai jenis
gas ), yaitu nitrogen dan oksigen meskipun tidak bereaksi dengan air, tetapi larut
dalam jumlah yang terbatas.nitrogen yang larut dalam perairan dapat menyebabkan
masalah berat ketika membentuk gelembung gas dalam darah ikan dan menyebabkan
ikan kejang dan bahkan kematian. Kelantanan dari setiap gas adalah proporsional
dengan tekanan tekanan partial gas yang kontak dengan cairan tersebut, dan dikenal
dengan Hukum Henry. Hokum ini hanya berlaku bagi gas yang tidak melakukan
interaksi (bereaksi) dengan pelarutnya. Jadi, hukum ini tidak berlaku untuk gas
CO2 dan Cl2 karena gas-gas tersebut bereaksi dengan air.
1. Oksigen Dalam Air
Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali yang hidup
didalam air. Kehidupan akuantik seperti ikan, mendapatkan oksigen dalam bentuk
oksigen terlarut. Tanpa adanya oksigen terlarut pada tingkat konsentrasi tertentu
banyak jenis organisme akuantik tidak dapat ada dalam air. Banyak ikan mati dalam
perairan tercemar bukan diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung, tetapi
karena kekurangan oksigen sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada
proses penguraian/penghancuran zat pencemar. Dalam udara yang bersih dan kering
terdapat 20.95% oksigen berdasar volume, sebagian besar oksigen dalam air berasal
dari atmosfer.
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan Metoda titrasi dengan
cara WINKLER Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak
digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan
menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu
ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2.
Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut
kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan
oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan
standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum
(kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCl2 + NaOH → Mn(OH)2 + 2NaCI
2Mn(OH)2 + O2 → 2MnO2 + 2H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2C3 → Na2S4O6 + 2NaI

2. Karbon dioksida dan berbagai jenis karbonat dalam air


Karbon dioksida adalah senyawa kimia yang terbentuk dari 1 atom karbon
dan 2 atom oksigen (CO2), mudah larut dalam air dingin, tidak berbau dan tidak
berwarna. Karbon dioksida termasuk gas yang reaktif dan banyak terdapat dalam air
laut. Karbon-dioksida yang terdapat dalam air laut umum-nya berasal dari udara
melalui proses difusi. terbawa oleh air hujan, hasil proses respirasi mikroorganisme
dan dari hasil penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme. Dalam air laut.
senyawa karbon dioksida terdapat dalam bentuk ion dan bentuk molekul. Dalam
bentuk ion adalah ion bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3) sedangkan dalam
bentuk molekul adalah molekul karbon dioksida bebas (CO2) dan asam karbonat
H2CO3). Menurut HARVEY (1974) keempat bentuk karbon dioksida ini berada
dalam keadaan keseimbangan. Reaksi keseimbang-an ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

Arah reaksi keseimbangan ini sangat tergantung pada pH air. Dalam perairan
yang pH-nya lebih rendah dari 7, reaksi keseimbangan akan bergeser ke arah kiri. Ini
berarti bahwa senyawa CO2 bebas lebih banyak terdapat dalam air dibandingkan
dengan senyawa HCO3 atau CO3. Sedangkan dalam perairan yang pH-nya lebih
tinggi dari 7, senyawa karbon dioksida umumnya tidak terdapat dalam bentuk bebas,
tetapi terikat dalam bentuk bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3). Oleh karena air
laut mempunyai pH lebih besar dari 7, maka senyawa karbon dioksida yang terdapat
dalam air laut sebagian besar berada dalam bentuk bikarbonat dan karbonat.
C. Derajat Keasaman (pH)
pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H+]
yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air tersebut
netral, basa atau asam. Hasil pengukuran pH, menunjukkan kisaran antara 7,5 – 7,7.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perairan Pulau Kerumputan memenuhi baku mutu
air laut sesuai Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, untuk kelangsungan hidup biota laut.
Sebaran pH di setiap stasiun pengamatan tersebar merata. Tinggi rendahnya pH suatu
perairan sangat dipengaruhi oleh kadar CO2 yang terlarut dalam perairan tersebut.
Aktivitas fotosintesa merupakan proses yang sangat menentukan kadar CO2 dalam
suatu perairan.
Tingginya konsentrasi CO2 di perairan akan menyebabkan peningkatan
derajat keasaman (pH) perairan atau biasa dikenal sebagai Ocean Acidification
(OA).Pengasaman laut (Ocean Acidification) merupakan istilah yang diberikan untuk
proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat kenaikan
penyerapan karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan
manusia. Menurut Jacobson (2005), pH di permukaan laut diperkirakan turun dari
8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004. Larutnya CO2 di lautan dapat
menyebabkan naiknya konsentrasi ion hidrogen (H+), sehingga akan mengurangi nilai
pH dan mengakibatkan lautan bersifat asam. Disamping itu, menurut Orr et al.,
(2005), sejak dimulainya revolusi industri pH lautan telah menurun sebesar kurang
lebih 0,1 satuan yang setara dengan peningkatan 30% ion hidrogen dan diperkirakan
akan terus menurun hingga 0,3 s/d 0,4 satuan pada tahun 2100. Hal ini disebabkan
oleh semakin banyaknya gas CO2 yang berasal dari berbagai aktivitas manusia yang
diserap lautan tersebut. Perairan yang asam juga cenderung menyebabkan terjadinya
pengurangan klasifikasi untuk pembentukan cangkang ketika terpapar oleh naiknya
kadar CO2, contohnya pada kerang-kerangan dan hewan bercangkang.

D. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh
pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas dinyatakan dalam mg/l CaCO3.
Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HC03 -), karbonat (CO3 2- ),
hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3 -), fosfat
(P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990).
Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu terhadap ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air
untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH perairan semakin rendah.
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih. D., Setia Budi,S., Sudarsono. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal
Presipitasi Vol. 9 (2).

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Ndani, L.P.L.M. 2016. Penentuan Kadar Senyawa Fosfat Di Sungai Way Kuripan
Dan Way Kuala Dengan Spektrofotometri Uv-Vis. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Lampung.

Salim,D., Yuliyanto, Baharuddin. 2017. Karakteristik Parameter Oseanografi Fisika-


Kimia Perairan Pulau Kerumputan Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan.
EISSN: 2527-5186 Jurnal Enggano. Vol. 2(2).

Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Oseana. Vol. XXX (3).

Sudarmadji. 2006. Perubahan Kualitas Airtanah Di Sekitar Sumber Pencemar Akibat


Bencana Gempa Bumi Changes Of Groundwater Quality In The Sorrounding
Pollution Sources Due To Earthquake Dissaster. Forum Geografi. Vol. 20
(2).

Susana, T. 1998. Karbon Dioksida. Jurnal Oseana. Vol. XIII (1).

Yulfiperiusl, M.R., Toelihere R.A., dan Djadja S.S. 2004. Pengaruh Alkalinitas
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Lalawak Burbodes sp.
Jurnol Lktiologi Indonesia. Vol. 4(1).

http://idha-chemistry.blogspot.com/2016/05/kimia-air.html.

PETA KONSEP
mempengaruhi
ling. air kualitas air
permukaan

hujan asam
merusak tanaman

ling. tanah
melarutkan logam-
logam berat yang
terdapat dalam tanah

mengurangi hasil
lingkungan tanah
pertanian

mematikan organisme
lingkungan air
laut
penipisan lapisan
os=zon
FAKTOR LINGKU mengubah pola iklim
ALAM NGAN bumi

mencairkan es
dikutub

meningkatnya
ling. air
permukaan air laut

POLUSI perubahan iklim yang


UDARA ekstrim

efek rumah kaca meningkatnya suhu

dampak sosial dan


penyakit sikikosis
politik

FAKTOR KESEHAT penyakit antarkosis ganguan geologis


MANUSIA AN

penyakit absetosis

Вам также может понравиться