Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OLEH:
Kelompok II
KENDARI
2019
BAHAN-BAHAN KIMIA PERAIRAN
Kromium telah dimanfaatkan secara luas dalam kehidupan manusia. Logam ini
banyak digunakan sebagai bahan pelapis (plating) pada bermacam-macam
peralatan, mulai dari peralatan rumah tangga sampai ke mobil. Cr juga banyak
dibentuk untuk menjadi alloy. Bentuk alloy dari Cr sangat banyak dan juga
mempunyai fungsi pemakaian yang sangat luas dalam kehidupan. Persenyawaan
lain yang dapat dibentuk dengan menggunakan logam Cr seperti senyawa-senyawa
khromat dan dikhromat ini adalah dalam bidang-bidang seperti litigrafi, tekstil,
penyamakan, pencelupan, fotografi, zat warna, industri stainless steel, sebagai
bahan peledak dan sebagai geretan (korek api).
Keadaan oksidasi kromium yang paling stabil di lingkungan adalah +3 dan +6.
Kromium dalam bentuk heksavalen (Cr+6) sangat mudah larut dalam air, bersifat
toksik dan karsinogen. Proses kimia didalam air yaitu proses pengkompleksan pada
reaksi redoks. Reaksi ini dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan atau
sedimentasi logam kromium di dasar perairan. Proses kimiawi yang berlangsung
mengakibatkan terjadinya peristiwa reduksi dari senyawa kromium heksavalen
menjadi kromium trivalent (Cr3+) yang kurang beracun dengan reaksi :
CrO42- + 8H+ + 3 e → Cr3+ + 4 H2O
Dalam badan perairan kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara
alamiah dan non lamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masukan
kromium yang terjadi secara nonalamiah lebih merupakan dampak atau efek dari
aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium non-alamiah
diantaranya adalah pembakaran sampah-sampah di kota dan knalpot kendaraan
bermotor. Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas suatu perairan dilakukan
pemantauan kualitas lingkungan perairan melalui pengambilan sampel air tanah dan
air permukaan di perusahaan.
Pengujian kromium dalam perairan mengacu pada metode Hach
menggunakan alat Spektrofotometer UV VIS. Kadar maksimum kromium yang
diperbolehkan dalam air tanah sebesar 0.05 mg/L sebagai total kromium (Permenkes
No 492 Th 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum), dan sebesar 0.05 mg/L
sebagai Cr+6 (Permenkes No 416 Th 1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih
dan PP No 81 Th 2001 tentang Kualitas Air Kelas II).
B. Kelarutan Gas Dalam Air
Kebanyakan gas dalam air larut dengan derajat (konsentrasi) yang berbeda-
beda atau bereaksi secara kimia dengan air. Kedua jenis gas yang paling banyak
membentuk udara ( udara merupakan campuran yang homogen dari berbagai jenis
gas ), yaitu nitrogen dan oksigen meskipun tidak bereaksi dengan air, tetapi larut
dalam jumlah yang terbatas.nitrogen yang larut dalam perairan dapat menyebabkan
masalah berat ketika membentuk gelembung gas dalam darah ikan dan menyebabkan
ikan kejang dan bahkan kematian. Kelantanan dari setiap gas adalah proporsional
dengan tekanan tekanan partial gas yang kontak dengan cairan tersebut, dan dikenal
dengan Hukum Henry. Hokum ini hanya berlaku bagi gas yang tidak melakukan
interaksi (bereaksi) dengan pelarutnya. Jadi, hukum ini tidak berlaku untuk gas
CO2 dan Cl2 karena gas-gas tersebut bereaksi dengan air.
1. Oksigen Dalam Air
Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen tidak terkecuali yang hidup
didalam air. Kehidupan akuantik seperti ikan, mendapatkan oksigen dalam bentuk
oksigen terlarut. Tanpa adanya oksigen terlarut pada tingkat konsentrasi tertentu
banyak jenis organisme akuantik tidak dapat ada dalam air. Banyak ikan mati dalam
perairan tercemar bukan diakibatkan oleh toksitasi zat pencemar langsung, tetapi
karena kekurangan oksigen sebagai akibat dari digunakannya gas tersebut pada
proses penguraian/penghancuran zat pencemar. Dalam udara yang bersih dan kering
terdapat 20.95% oksigen berdasar volume, sebagian besar oksigen dalam air berasal
dari atmosfer.
Oksigen terlarut dapat dianalisis atau ditentukan dengan Metoda titrasi dengan
cara WINKLER Metoda titrasi dengan cara WINKLER secara umum banyak
digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan
menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu
ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2.
Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut
kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan
oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan
standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum
(kanji).
Reaksi kimia yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :
MnCl2 + NaOH → Mn(OH)2 + 2NaCI
2Mn(OH)2 + O2 → 2MnO2 + 2H2O
MnO2 + 2KI + 2H2O → Mn(OH)2 + I2 + 2KOH
I2 + 2Na2S2C3 → Na2S4O6 + 2NaI
Arah reaksi keseimbangan ini sangat tergantung pada pH air. Dalam perairan
yang pH-nya lebih rendah dari 7, reaksi keseimbangan akan bergeser ke arah kiri. Ini
berarti bahwa senyawa CO2 bebas lebih banyak terdapat dalam air dibandingkan
dengan senyawa HCO3 atau CO3. Sedangkan dalam perairan yang pH-nya lebih
tinggi dari 7, senyawa karbon dioksida umumnya tidak terdapat dalam bentuk bebas,
tetapi terikat dalam bentuk bikarbonat (HCO3) dan karbonat (CO3). Oleh karena air
laut mempunyai pH lebih besar dari 7, maka senyawa karbon dioksida yang terdapat
dalam air laut sebagian besar berada dalam bentuk bikarbonat dan karbonat.
C. Derajat Keasaman (pH)
pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H+]
yang mempunyai skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air tersebut
netral, basa atau asam. Hasil pengukuran pH, menunjukkan kisaran antara 7,5 – 7,7.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perairan Pulau Kerumputan memenuhi baku mutu
air laut sesuai Kepmen LH No. 51 Tahun 2004, untuk kelangsungan hidup biota laut.
Sebaran pH di setiap stasiun pengamatan tersebar merata. Tinggi rendahnya pH suatu
perairan sangat dipengaruhi oleh kadar CO2 yang terlarut dalam perairan tersebut.
Aktivitas fotosintesa merupakan proses yang sangat menentukan kadar CO2 dalam
suatu perairan.
Tingginya konsentrasi CO2 di perairan akan menyebabkan peningkatan
derajat keasaman (pH) perairan atau biasa dikenal sebagai Ocean Acidification
(OA).Pengasaman laut (Ocean Acidification) merupakan istilah yang diberikan untuk
proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat kenaikan
penyerapan karbon dioksida (CO2) di atmosfer yang dihasilkan dari berbagai kegiatan
manusia. Menurut Jacobson (2005), pH di permukaan laut diperkirakan turun dari
8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004. Larutnya CO2 di lautan dapat
menyebabkan naiknya konsentrasi ion hidrogen (H+), sehingga akan mengurangi nilai
pH dan mengakibatkan lautan bersifat asam. Disamping itu, menurut Orr et al.,
(2005), sejak dimulainya revolusi industri pH lautan telah menurun sebesar kurang
lebih 0,1 satuan yang setara dengan peningkatan 30% ion hidrogen dan diperkirakan
akan terus menurun hingga 0,3 s/d 0,4 satuan pada tahun 2100. Hal ini disebabkan
oleh semakin banyaknya gas CO2 yang berasal dari berbagai aktivitas manusia yang
diserap lautan tersebut. Perairan yang asam juga cenderung menyebabkan terjadinya
pengurangan klasifikasi untuk pembentukan cangkang ketika terpapar oleh naiknya
kadar CO2, contohnya pada kerang-kerangan dan hewan bercangkang.
D. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa
menurunkan pH larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh
pengasaman. Dalam budidaya perairan, alkalinitas dinyatakan dalam mg/l CaCO3.
Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat (HC03 -), karbonat (CO3 2- ),
hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti borat (BO3 -), fosfat
(P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990).
Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan
kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap terlentu terhadap ion
karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air
untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi pH perairan semakin rendah.
Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih. D., Setia Budi,S., Sudarsono. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi
Pengendalian Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal
Presipitasi Vol. 9 (2).
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Ndani, L.P.L.M. 2016. Penentuan Kadar Senyawa Fosfat Di Sungai Way Kuripan
Dan Way Kuala Dengan Spektrofotometri Uv-Vis. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: Universitas Lampung.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Oseana. Vol. XXX (3).
Yulfiperiusl, M.R., Toelihere R.A., dan Djadja S.S. 2004. Pengaruh Alkalinitas
Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Lalawak Burbodes sp.
Jurnol Lktiologi Indonesia. Vol. 4(1).
http://idha-chemistry.blogspot.com/2016/05/kimia-air.html.
PETA KONSEP
mempengaruhi
ling. air kualitas air
permukaan
hujan asam
merusak tanaman
ling. tanah
melarutkan logam-
logam berat yang
terdapat dalam tanah
mengurangi hasil
lingkungan tanah
pertanian
mematikan organisme
lingkungan air
laut
penipisan lapisan
os=zon
FAKTOR LINGKU mengubah pola iklim
ALAM NGAN bumi
mencairkan es
dikutub
meningkatnya
ling. air
permukaan air laut
penyakit absetosis