Вы находитесь на странице: 1из 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang wanita untuk
memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilisasi) dapat
menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapat bayi tanpa
resiko apapun atau well health mother dan well born baby dan selanjutnya
mengembalikan kesehatan dalam batas normal (Manuaba, 1999). Masalah
kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini adalah
meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya
menyebabkan kanker, salah satunya kanker serviks yang menyebabkan
kematian no 2 pada wanita (wijaya, 2010).

Pap Smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding
leher rahim dengan mengunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat,
tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat
(Wijaya, 2010). Pemeriksaan Pap Smear bertujuan untuk mendeteksi sel-sel
yang tidak normal yang dapat berkembang menjadi kanker servik. Sedangkan
wanita yang dianjurkan pemeriksaan pap smaer ini adalah wanita yang telah
aktif melakuakn hubungan seksual, biasanya wanita dalam masa usia subur,
karena tingkat seksualnya lebih tinggi sehingga lebih tinggi resiko kanker
servik bagi mereka. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang
tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksaan diri (Sukaca, 2009).

Di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh kanker leher rahim menempati


urutan kedua dari k anker pada wanita. Angka estimasi insiden rate kanker
leher rahim di kota Solok terbilang cukup banyak. Kota Solok memiliki 4
puskesmas yang aktif, dimana target Dinas Kesehatan Kota Solok untuk lima
tahun sebanyak 9.878 wanita yang tinggal diwilayah Kota Solok mengikuti
pemeriksaan deteksi dini IVA, dan target satu tahunnya sebanyak 1.975 wanita.
Sementara pada tahun 2010 hanya 84% wanita saja yang sudah melakukan

1
2

pemeriksaan dini, dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 382
(19%) wanita. Berdasarkan luas wilayah, jumlah sasaran, dan perbandingan
persentase sasaran yang telah melakukan pemeriksaan IVA tahun 2014 di
puskesmas Nan Balimo adalah sebesar 26,5 %.

Selain kaitan antara HPV dan penyakit kanker, ada bukti yang terus
berkembang bahwa penderita HPV yang melakukan hubungan melalui anal
dapat lebih berisiko tinggi karena lesi anal pra kanker serta kanker sel pipih
(squamous cell cancer). Berdasarkan penelitian pada pria homoseksual,
sekitar 60% yang tidak menderira HIV (negative) membawa virus HPV,
sementara hampir 95% yang menderita HIV positif HPV. Lebih lanjut, pria-
pria tersebut terbukti membawa jenis papilloma virus yang sama (misalnya
jenis 16 dan 18) yang menyebabkan kanker leher rahim. Akhirnya,
perempuan dengan infeksi aktif dapat menyebarkan virus tersebut kepada
bayi yang dilahirkan (tranmisi vertical). Pada saat melahirkan yang dapat
menyebabkan virus papilloma pada bayi baru lahir dan kemungkinan terjadi
laryngeal papilomatosis.

Saat ini, tidak ada pengobatan untuk infeksi HPV. Setelah terinfeksi,
seseorang sangat mungkin terinfeksi seumur hidupnya. Dalam banyak kasus,
infeksi aktif dikendalikan oleh system kekebalan tubuh dan menjadi tidak
aktif selama beberapa waktu. Namun demikian, tidak mungkin memprediksi
apakah atau kapan virus tersebut akan aktif kembali. Sebuah penelitian terkini
yang diikuti oleh lebih dari 600 mahasiswi untuk menguji adanya HPV
selama 6 bulan. Setelah 3 tahun berlalu, infeksi HPV baru muncul pada lebih
dari 40% perempuan tersebut. Sebagian besar infeksi berlangsung sekitar 8
bulan kemudian tidak aktif. Tetapi setelah 2 tahun, sekitar 10% perempuan
tersebut masih membawa virus tersebut dalam vagina dan leher rahim. Dalam
penelitian tersebut, infeksi yang berlanjut sebagian besar biasanya terkait
dengan jenis HPV yang ganas dan terkait dengan kanker.
3

USG itu adalah kepanjangan dari Ultrasonography yang artinya adalah alat
yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang
tidak dapat didengar oleh telinga kita.Dengan alat USG ini sekarang
pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada Efek
radiasi).

Sekalipun penggunaan ultrasonografi pada bidang kesehatan sudah meluas,


namun masih banyak orang yang belum mengerti mengenai bagaimana
mekanisme kerja dari alat ini hingga bisa menghasilkan gambar gerak dan
tidak menimbulkan efek radiasi. Oleh karena itu pada makalah ini penulis
akan mencoba membahas mengenai salah satu instrumentai medis bernama
ultrasonografi (USG).

1.2 Rumusan Masalah


a. Menjelaskan tentang Pap Smear?
b. Menjelaskan tentang IVA?
c. Menjelaskan tentang Ultrasonography (USG)?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui tentang Pap Smear
b. Untuk mengetahui tentang IVA
c. Untuk mengetahui tentang Ultrasonography (USG)
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pap smear


a. Defenisi Pap smear
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan
dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan
secara cepat, tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap
smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker
serviks melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina
(Dianada, 2008). Sedangkan samadi, 2010 mengatakan Pap smear
merupakan salah satu deteksi dini terhadap kanker serviks, yang
prinsipnya mengambil sel epitel yang ada di leher rahim yang kemudian
dilihat kenormalannya.

Setiap wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear ke


dokter, baik bagi mereka yang telah melakukan pertama kali
berhubungan seksual maupun yang sudah sering melakukan hubungan
seksual (sudah menikah). Begitupun bagi mereka yang sama sekali yang
belum pernah berhubungna seksual. Karena pemeriksaan Pap Smear ini
dapat mendeteksi samapai 90% kasus kanker serviks secara akurat
dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif untuk
menurunkan angka kematian pada wanita yang menderita kanker serviks.

b. Tujuan pemeriksaan Pap Smear


Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini
adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim.
Meskipun kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar
dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker
servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi
sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak dini

4
5

diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Wijaya,


2010).

Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh


Sukaca, 2009 yaitu :
1) Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
2) Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks
3) Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
4) Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital
dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5) Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya
pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
6) Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks

c. Wanita yang diajurkan Pap smear


Wanita Usia Subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita dan
berlangsung kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya berfungsi
dengan baik antara umur 17-45 tahun. Wanita dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan Pap Smear ke dokter, baik bagi mereka yang
telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun yang sudah
sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah). Begitupun bagi
mereka yang sama sekali yang belum pernah berhubungna seksual.
Karena pemeriksaan Pap Smear ini dapat mendeteksi samapai 90% kasus
kanker servik secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu mahal, dan
sangat efektif untuk menurunkan angka kematian pada wanita yang
menderita kanker serviks.

Kehamilan juga tidak mencegah seorang wanita untuk melakukan


pemeriksaan Pap Smear karena prosedur Pap Smear dapat dilakukan
secara aman selama kehamilan. Sehingga, wanita hamil juga dapat
menjalani test ini. Pemeriksaan Pap Smear tidak direkomendasikan bagi
wanita yang telah melakukan histerektomi (dengan pengangkatan
6

serviks) untuk kondisi yang jinak. Wanita yang pernah melakukan


histerektomi tetapi tanpa pengangkatan (histerektomi subtotal), sebaiknya
melanjutkan skrining sebagaimana halnya wanita yang tidak melakukan
histeretomi (wijaya, 2010).

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear


sebagai berikut :
1) Wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun
aktivitas seksualnya tinggi.
2) Wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita
HPV ( Human Papilloma Virus ) atau kutil kelamin.
3) Wanita yang berusia diatas 35 tahun.
4) Sesering mugkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal
5) Sesering mugkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker
maupun kanker servik.
6) Wanita yang mengunakan pil KB (sukaca, 2009).

d. Waktu untuk melakukan Pap smear


Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat
haid karena darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu
keakuratan hasil pap smear, namun waktu yang tepat untuk melakukan
Pap Smear adalah satu atau dua minggu setelah berakhir masa
menstruasi.

Untuk wanita yang sudah menopause biasa melakukan pemeriksaan pap


smear kapan saja (Dianada, 2008).

Adapun waktu untuk melakukan Pap Smear secara teratur yang


dikemukan oleh Sukaca, 2009 yaitu :
1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah
atau belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
7

2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual


atau pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma Virus) atau
kutil kelamin.
3) Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.
4) Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.
5) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau
untuk wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena
kanker, jika 3 kali berturut-turut hasil pap smear menunjukan
negative.
6) Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.
7) Sesudah 2x pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun dengan
catatan bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering
menjalakan pap tes .
8) Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal sesering
mungkin setelah penilain dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks.

e. Persiapan sebelum untuk melakukan Pap smear


Adapun persiapan sebelum melakukan Pap Smear yaitu sebagai berikut :
1) 24 jam sebelum menjalani pap smear sebaiknya tidak melakukan
pencucian atau pembilasan vagina dengan anti septik .
2) Sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual 48 jam sebelum
pemeriksaan pap smear .
3) Informasikan kepada tenaga kesehatan tentang jenis obat yang di
minum dalam 24 jam sebelum pemeriksaan pap smear (Nurcahyo,
2010).
4) Informasi mengenai haid terakhir, kontrasepsi yang digunakan
kepada petugas kesehatan (Purnomo, 2009).
5) Pada saat pengambilan lendir, usahakan otot-otot vagina rileks
sehigga pada dinding leher rahim dapat terambil cukup tepat untuk
pemeriksaan.
8

f. Prosedur pemeriksaan Pap Smear


Pemeriksaan Pap Smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa
menstruasi. Waktu terbaik untuk melakukan skrining adalah antara 10-20
hari setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari
sebelum pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari
penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ibi dapat
menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal.

Pemeriksaan Pap Smear dilakukan diatas kursi periksa kandungan oleh


dokter atau bidan yang sudah ahli dengan menggunakan alat untuk
mambantu membuka kelamin wanita. Ujung leher rahim diusap dengan
spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher
rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya dibawah
mikroskop.

Hasil pemeriksaan Pap Smear biasanya keluar setelah dua atau tiga
minggu. Pada akhir pemeriksaan Pap Smear, setiap wanita hendaknya
menanyakan kapan dia bias menerima hasil pemeriksaan Pap Smearnya
dan apa yang harus dipelajari darinya.

Pap Smear hanyalah sebatas skirining, bukan diagnosis adanya kanker


servik. Jadi apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel
abnormal, maka harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
pengobatan oleh dokter ahli. Pemeriksaan tersebut berupa kolposkopi
yaitu pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang
digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan
bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi, akan tampak jelas
lesi-lesi pada permukaan serviks. Setelah itu, dilakukan biopsy pada lesi-
lesi tersebut (wijaya, 2010).
9

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Pap Smear


Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu
meliputi usia, status sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal
ini juga merupakan factor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks (Dianada, 2007).
1) Pengetahuan
Ketidaktahuan atau rendahnya pengetahuan tentang pencengahan
kanker serviks melalui pap smear, dapat menyebabkan tidak
terdeteksinya secara dini kanker serviks. Dan apabila seorang wanita
memiliki pengetahuan yang luas maka akan menimbulkan
kepercayaan terhadap deteksi dini kanker servik (Octavia, 2009).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang


sekedar menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa
manusia, alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini menjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan
terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan yaitu:
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai megingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik
dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
10

b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
d) Analisis (analisys)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis yaitu suatu
kemampuan untuk penyusunan formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f) Eavaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penelitian-penelitian itu berdasarkan dari suatu kriteria yang
ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

2) Pendidikan
Dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasinal (SISDIKNAS)
tahun 2003 BAB 4 Pasal 14 menyatakan bahwa jenjang pendidikan
formal terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,
11

Pendidikan Tinggi. Pendidikan dasar terbentuk Sekolah Dasar (SD),


Madrasah Ibtida’yah (MI), Sekolah Menegah Pertama (SMP),
Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
Perguruan Tinggi berbentuk Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi,
Institusi, Universitas (Duracman, 2009).

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku


seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan wanita
yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian
informasi, sehingga pengetahuan tentang deteksi dini kanker serviks
juga terbatas.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana


diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula penegtahuannya. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh dipendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal, pengetahuan seseorang dengan suatu obyek
juga mengandung dua aspek yaitu positif dan negative. Kedua aspek
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap
obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang
diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut
(Twain, 2009).

3) Status Ekonomi
Status ekonomi merupakan tingkat penghasilan keluarga perbulan.
Satatus ekonomi erat hubungannya dengan pekerjaan, pendapatan
keluarga, daerah tempat tinggal, kebiasaan hidup, dan satatus
ekonomi juga berhubungan erat pula dengan factor psikologi dalam
masyarakat.
12

Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat


status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin
baik kondisi status ekonomi masyarakat semakin tinggi persentasi
yang digunakan untuk pelayanan kesehatan. Data survei Kesehatan
tahun 1992, memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan
kesehatan meningkat berhubungan dengan meningkatnya
pendapatan, baik pria maupun wanita.

wanita pada sosial ekonomi rendah cenderung memulai aktivitas


seksualnya pada umur lebih muda. Kanker serviks banyak dijumpai
pada golongan sosial ekonomi rendah yang berkaitan dengan gizi
dan imunitas, pada sosial ekonomi rendah umumnya kualitas dan
kuantitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

4) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suat stimulasi atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku
yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulasi tertentu (Aziz, 2007).

Thurstone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan


afeksi, baik bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan objek-objek psikologis, seperti simbol, frase, slogan, orang,
lembaga, cita-cita dan gagasan. Sementara itu Kendler
mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecenderungan (tendency),
untuk mendekati (approach), atau menjauhi (avoid), atau melakukan
sesuatu, baik secara positif ataupun secara negatif terhadap suatu
lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep. Pendapat tersebut seiring
dengan pendapat Sarwono, yang menyatakan bahwa sikap adalah
kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu (Febry, 2011).
13

Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap


meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: Keyakinan (aspek kognitif), perasaan (
aspek afektif), dan kecenderungan prilaku (aspek konatif) (Febry,
2011).
a) Aspek keyakinan (kognitif)
Aspek keyakinan ini pada dasarnya berisikan apa yang
dipikirkan dan apa yang diyakini seseorang menggenai objek
sikap. Apa yang diyakini dan dipikirkan tersebut belum tentu
benar. Aspek keyakinan ini bila kita kaitkan dengan pelayan di
sebuah rumah sakit sebagai objek sikap, aspek keyakinan ini
antara lain dapat berupa pengetahuan seseorang menggenai pola
layanan dari rumah sakit bersangkutan. Dalam hal ini, aspek
keyakinan ini positif maka akan menumbuhkan sikap positif,
sedangkan bila negatif akan menumbuhkan sikap negatif
terhadap objek sikap (Febry, 2011).
b) Perasaan (afektif)
Perasaan adalah mencakup 2 hal yaitu: perasaan senang ataupun
perasaan tidak senang terhadap sesuatu. Contohnya Dimisalkan
lagi dalam pelayanan kesehatan, semakin banyaknya hal positif
yang ditunjukkan oleh bidan dalam memberikan layanan
kesehatan kepada pasien, maka semakin positif keyakinan dalam
pribadi klien sehingga mereka menjadi semakin senang terhadap
pelayanan kesehatan tersebut (Febry, 2011).
c) Kecenderungan (konatif)
Kecenderungan prilaku adalah jika seseorang menyenangi suatu
objek, maka ada kecenderungan orang tersebut akan bergerak
untuk mendekati orang tersebut. Sebaliknya, bila seseorang
tidak menyenangi suatu objek itu, maka kecenderungan akan
menjauhi objek tersebut. Sebagai contoh dalam pelyanan
kesehatan di rumah sakit bila para pasien menyenangi sikap para
pelayanan kesehatan dalam melayaninya maka pada suatu ketika
para pelanggan itu cenderung untuk datang kembali ke rumah
14

sakit tersebut, nanum sebaliknya bila tidak disenangi maka ada


kecenderungan tidak mau lagi datang ke rumah sakit tersebut
(Febry, 2011).

2.2 IVA
a. Pengertian
IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan
asam asetat 3 - 5 % secara inspekulo dan dilihat dengan pengamatan
mata langsung (mata telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa
sakit, mudah, murah dan informasi hasilnya langsung.

Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan asam asetat 3-5 % akan
berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit setelah diolesi
asam asetat efek akan menghilang sehingga pada hasil ditemukan pada
serviks normal tidak ada lesi putih.

Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan


mengoleskan asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat
reaksi perubahan yang terjadi, prakanker dapat dideteksi. Biaya yang
dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain prosedurnya tidak rumit,
pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus dan juga tidak
menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisan penggunaan
metode ini yakni dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan
sarana khusus.

Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik


yaitu 60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear.
Dalam waktu 60 detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak
putih yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker.
15

b. Keunggulan Test IVA


1) Hasil segera diketahui saat itu juga
2) Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam
pemeriksaan, aman karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek
samping bagi ibu yang memeriksa, dan praktis
3) Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat
kesehatan yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja
4) Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
5) Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
6) Dapat dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih

c. Sasaran
Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai
49 tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah
menikah juga menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Penderita kanker servik
berumur antara 30 – 60 tahun, terbanyak antara 45 – 50 tahun,
frekwensinya masih meningkat sampai kira – kira golongan umur 60
tahun dan selanjutnya frekwensi ini sedikit menurun kembali. Hal
tersebut menjadikan alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker
serviks.

d. Waktu pelaksanaan pemeriksaan IVA


Untuk masyarakat luas, diprogramkan pemeriksaannya 1 kali dalam 1
tahun, kecuali ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan
setiap saat, tidak dalam kedaan haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA
sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam
vagina serta diketahui oleh suami.

Waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari metode


IVA adalah 1-5 menit. Setelah adanya perubahan warna putih dari mulut
rahim maka ada kecurigaan terdapat sel-sel yang memicu kanker rahim.
Hasil dari pemeriksaan IVA dapat dibaca oleh dokter, Bidan maupun
16

petugas kesehatan yang terlatih saat itu juga, sehingga mengurangi


kecemasan yang dialami wanita pasangan usia subur. Jika hasil yang di
dapat IVA (+) maka akan langsung diobati, jika pemeriksaan dilakukan
di Rumah Sakit maka akan langsung dilakukan kryoterapi, serta
diberikannya obat antibiotik serta analgesik, jika pemeriksaan di praktek
swasta maka akan langsung diberikan antibiotik dan analgesik serta
rujukan ke Rumah Sakit untuk melakukan kryoterapi.

5. Biaya Test IVA


Biaya yang dikeluarkan dalam pemeriksaan IVA sangat bervariasi mulai
dari Rp.5000,00 sampai harga tertinggi Rp 50.000,00 atau tergantung
dari tempat pemeriksaan. Biaya yang dikeluarkan oleh pasien untuk
pemeriksaan ini digunakan untuk mengganti jasa pelayanan pemreiksaan
IVA, namun tidak jarang pula ada yang memungut biaya sebagai
pengganti penggunaan alat dan bahan untuk pemeriksaan IVA.

6. Prosedur dalam pemeriksaan IVA


Peralatan dan bahan lain :
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana berikut
ini:
1) Meja periksa
Meja periksa harus membuat petugas dapat memasukkan spekulum
dan melihat serviks.
2) Sumber cahaya/lampu
Cahaya dari jendela biasanya tidak cukup untuk melihat serviks,
maka gunakan sumber cahaya, seperti lampu leher angsa atau senter,
jika tersedia. Cahaya harus cukup kuat agar petugas dapat melihat
ujung vagina dimana serviks berada. Pemeriksaan tidak dapat
dilakukan jika tidak cukup cahaya untuk melihat seluruh serviks.
Penting juga untuk menjaga agar sumber cahaya tidak terlalu panas.
Lampu yang terlalu panas bisa membuat ibu/pasien dan petugas
tidak nyaman. Senter berkualitas tinggi dapat memberi cukup cahaya
17

tanpa menghasilkan banyak panas. Selain itu, senter tidak


memerlukan sumber listrik, dapat dibawa-bawa dan ditempatkan
ddalam posisi apapun agar serviks dapat dengan jelas.
3) Bivalved speculum
Bivalve speculum lebih dianjurkan karena lebih efektif dalam
memperlihatkan serviks, tetapi baik Cusco atau Graves dapat diatur
dan dibiarkan terbuka saat serviks sedang diperiksa. Hal ini
membuat tangan petugas bebas mengoles serviks, mengatur sumber
cahaya dan memanipulasi serviks dan spekulum agar dapat melihat
serviks sepenuhnya. Speculum Simms tidak dianjurkan karena hanya
mempunyai satu bilah (blade) dan harus dipegang oleh seorang
asisten.
Selain itu, jika krioterapi akan diberikan bersama dengan tes IVA,
pearalatan yang diperlukan untuk krioterapi harus siap dan tersedia.
4) Rak atau wadah peralatan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk tes IVA harus tersedia
ditempat:
a) Kapas lidi untuk swab
Kapas lidi digunakan untuk menghilangkan mukosa dan ciaran
keputihan dari serviks dan untuk mengoleskan asam asetat ke
serviks. Kapas lidi terebut harus tertutup rata dengan kapas
sehingga dapat mengoleskan asem asetat secara merata dan
tidak membuat lecet atau melukai serviks. Kapas lidi tidak harus
steril. Bahan katun wall yang dibentuk seperti bola dan
dioleskan pada serviks juga dapat diterima.
b) Sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang
telah di Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Sarung tangan periksa harus baru. Jika sarung tangan bedah
digunakan, harus sudah di dekontaminasi, dibersihkan dan di
DTT setiap kali selesai digunakan. Sarung tangan steril tidak
diperlukan. Gunakan sepasang sarung tangan baru untuk setiap
ibu.
18

c) Spatula dari kayu dan atau kondom


Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari
vagina jika menonjol melalui bilas speculum. Gunakan spatula
baru untuk tiap perempuan. Cara lain, kondom dengan ujung
yang dipotong dapat dipasang pada bilas-bilas speculum untuk
mencegah agar dinding vagina tidak menekan kecelah diantara
bilas speculum dan menghalangi pandangan arah ke serviks.
d) Larutkan cairan asam asetat (3-5%) (cuka putih dapat
digunakan)
Asam asetat adalah bahan utama cuka. Dianjurkan asam asetat
3-5%. Di sebagian Negara, tidak tersedia cuka.Sering kali yang
dijual dipasar adalah mengganti cuka sebenarnya adalah asam
asetat. Jika asam asetat tidak tersedia, ahli farmasi atau pemasok
kimia setempat dapat mengencerkan larutan asam asetat dengan
rumus dibawah ini :
Total bagian (TB )air = % konsentrasi
% Larutan
e) Larutan klorin 0,5% untuk dekontanminasi peralatan dan sarung
tangan
Larutan klorin 0,5% digunakan untuk mendekontaminasi
speculum dan sarung tangan bedah tiap kali selesai dipakai.
Setelah dekontaminasi, speculum baki atau wadah peralatan dan
sarung tangan harus dicuci dengan air sabun, bilas sampai
bersih, di DTT atau sterilisasi.
f) Formulir catatan untuk mencatat penemuan
Tindakan umum :
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam
asetat pada serviks. Larutan tersebut menunjukkan perubahan
pada sel-sel yang menutupi serviks dengan menghasilkan reaksi
acetowhite. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan
spekulum untuk meriksa serviks. Lalu serviks dibersihkan untuk
menghilangkan caiaran keputihan (disrcharge), kemudaian asam
19

asetat dioleskan secara merata pada serviks, setelah minimal 1


menit, serviks diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan
acetowhite. Hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas
bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling
jika diperlukan dan tersedia.

2.3 Ultrasonografi (USG)


a. Definisi
Ultrasonography (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa
menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic),
tidak menimbulkan efek samping (non invasif), relatif murah,
pemeriksaannya relatif cepat,dan persiapan pasien serta peralatannya
relatif mudah. Gelombang suara ultrasound memiliki frekuensi lebih
dari 20.000Hz, tapi yang dimamfaatkan dalam teknik ultrasonography
(kedokteran) hanya gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz.

Ultrasound pertama kali digunakan sesudah perang dunia I, dalam


bentuk radar atau teknik sonar( sound navigation and ranging ) oleh
Langevin tahun 1918 untuk mengetahui adanya ranjau-ranjau atau
adanya kapal selam. Namun seiring berkembangnya zaman dan
teknologi, ultrasond sekarang juga digunakan di bidang kesehatan dan
disebut ultrasonography (USG).Ultrasound dalam bidang kesehatan
20

bertujuan Untuk pemeriksaan organ-organ tubuh yg dapat diketahui


bentuk, ukuran anatomis, gerakan, serta hubungannya dengan jaringan
lain disekitarnya.
Sifat dasar ultrasound :
1) Sangat lambat bila melalui media yang bersifat gas, dan sangat
cepat bila melalui media padat.
2) Semakin padat suatu media maka semakin cepat kecepatan
suaranya.
3) Apabila melalui suatu media maka akan terjadi atenuasi.

b. Komponen Alat Ultrasonografi (USG)


1) Transducer

Transducer adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian


tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros
usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transducer terdapat
kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang
disalurkan oleh transducer. Gelombang yang diterima masih dalam
bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi
kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi
gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga
dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.
21

2) Monitor yang digunakan dalam USG (gambar termasuk mesin USG)

Monitor adalah layar yang digunakan untuk menampilkan bentuk


gambar dari hasil pengolahan data komputer. Monitor yang
digunakan pada awal penemuan USG masih berupa layar tabung
besar yang terpisah dari mesin USG. Perkembangan teknologi yang
terus berkembang pesat membawa kemajuan pada teknologi
monitor. Kalau pada awal penemuan memakai layar tabung yang
besar kini sudah menggunakan layar kecil dan tipis. Awal penemuan
USG layar monitor masih hitam putih sekarang sudah berwarna.
Layar monitor sekarang juga menjadi satu dengan alat USG sehingga
bentuk USG lebih terlihat kecil.

3) Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk
mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG
adalah CPUnya USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-
komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.
22

4) Sonograph

Adapun komponen USG selain tiga komponen di atas yaitu :


a) Pulser adalah alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan
untuk merangsang kristal pada transducer dan membangkitkan
pulsa ultrasonik.
b) Tabung sinar katoda adalah alat untuk menampilkan gambaran
ultrasound. Pada tabung ini terdapat tabung hampa udara yg
memiliki beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.
c) Printer adalah alat yang digunakan untuk mendokumentasikan
gambaran yang ditampilkan oleh tabung sinar katoda.
d) Display adalah alat peraga hasil gambaran scanning pada TV
monitor.

5) Prinsip Kerja Ultrasonografi (USG)


Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima
gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah
menjadi energi akustik oleh transducer yang dipancarkan dengan
arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus
jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam pantulan sesuai
dengan jaringan yang dilaluinya.

Pantulan gema yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan


membentur transducer dan akan ditangkap oleh transducer, dan
kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya
diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang
23

ini kemudian diteruskan ke tabung sinar katoda melalui recevier


seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar monitor. Secara
singkat prosesnya dapat dilihat dari gambar berikut :

Proses Pengambilan Gambar

Prinsip kerjanya menggunakan Gelombang Ultrasonik yang


dibangkitkan oleh Kristal yang diberikan gelombang listrik.
Gelombang ultrasonic adalah gelombang suara yang melampaui
batas pendengaran manusia yaitu di atas 20 kHz atau 20.000 getaran
per detik. Kristalnya bisa terbuat dari berbagai macam, salah satunya
adalah Quartz. Sifat Kristal semacam ini, akan memberikan getaran
jika diberikan gelombang listrik. Alat ultrasonik sendiri ada berbagai
tipe. Ada Tipe Scan A, B dan C. Yang biasa untuk mendeteksi crack
pada baja adalah tipe A. Prinsip kerjanya mudah sekali. Tinggal
menggunakan sensor ultrasonik untuk mengirimkan gelombang
ultrasonic dan menangkapnya kembali.

Tipe B yaitu pada layar monitor (screen) echo nampak sebagai suatu
titik dan garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas echo
yang dipantulkan dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam
dua dimensi berupa penampang irisan tubuh. Yang tipe C dapat
menampilkan Citra 3 Dimensi dengan cara menangkap pantulan-
pantulan yang berbeda dari tebal tipisnya benda dalam suatu cairan.
Karena ada berbagai macam gelombang ultrasonik yang dipantulkan
dalam waktu yang berbeda, gelombang-gelombang ini lalu
diterjemahkan oleh prosesor untuk dirubah menjadi gambar.
24

6) Jenis-jenis Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Cara pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Pervaginam
1) Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan
pemeriksaan dalam.
2) Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu.
3) Lebih mudah dan ibu tidak perlu menahan kencing.
4) Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim.
5) Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi.
6) Tidak menyebabkan keguguran.
b) Perabdominan
1) Probe USG di atas perut.
2) Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu.
3) Karena dari atas perut maka daya tembusnya akan melewati
otot perut, lemak baru menembus rahim.

1. USG 2 Dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang).
Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat
ditampilkan.
25

2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang
disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya.
Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat
dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).

3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi
yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG
3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya
dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah
terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai
keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini
meliputi:
26

a) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit).


b) Tonus (gerak janin).
c) Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
d) Doppler arteri umbilikalis.
e) Reaktivitas denyut jantung janin.

7) Manfaat Penggunaan Ultrasonografi (USG) dalam Bidang Kesehatan


Manfaat dari ultrasonografi adalah untuk pemeriksaan kanker pada
hati dan otak, melihat janin di dalam rahim ibu hamil, melihat
pergerakan serta perkembangan sebuah janin, mendeteksi perbedaan
antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, yang tidak dapat
dilakukan oleh sinar x, sehingga mampu menemukan tumor atau
gumpalan lunak di tubuh manusia.

Selain manfaat di atas, ultrasonografi dimanfaaatkan untuk


memonitor laju aliran darah. Pulsa ultrasonik berfrekuensi 5 – 10
MHz diarahkan menuju pembuluh nadi, dan suatu reciever akan
menerima signal hamburan gelombang pantul. Frekuensi pantulan
akan bergantung pada gerak aliran darah. Tujuannya untuk
27

mendeteksi thrombosis (penyempitan pembuluh darah) yang


menyebabkan perubahan laju aliran darah.
Pemeriksaan dengan ultrasonografi lebih aman dibandingkan dengan
pemeriksaan menggunakan sinar-x (sinar Rontgen) karena
gelombang ultrasonik yang digunakan tidak akan merusak material
yang dilewatinya sedangkan sinar x dapat mengionisasi sel-sel
hidup. Karena ultrasonik merupakan salah satu gelombang
mekanik, maka pemeriksaan ultrasonografi disebut pengujian tak
merusak (non destructive testing) . Aplikasi gelombang bunyi dalam
bidang kedokteran yang lain adalah penggunaan ultrasonografi
untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak. Selain itu,
ultrasonografi dapat mengukur kedalaman suatu benda di bawah
permukaan kulit melalui selang waktu dipancarkan sampai
dipantulkan kembali gelombang ultrasonik.

8) Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Ultrasonografi (USG)


a) Kelebihan
1) Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan
memberi hasil yang cepat.
2) Bersifat non invasif (tidak terjadi efek samping) sehingga
dapat dilakukan pula pada anak-anak. Aman untuk pasien
dan operator, karena tidak tergantung pada radiasi ionisasi.
3) Memberi informasi dengan batas struktur organ sehingga
memberi gambaran anatomis lebih besar dari informasi
fungsi organ.
4) Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat
ditentukan bentuk, ukuran, posisi, dan ruang interpasial.
5) Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat
perbedaan interaksi dengan gelombang suara.
6) Dapat mendeteksi struktur yang bergerak seperti pulsasi
fetal
28

7) Dapat juga mendeteksi kanker payudara.


b) Kekurangan
1) Dapat ditahan oleh kertas tipis.
2) Antara tranducer (probe) dengan kulit tidak dapat kontak
dengan baik (interface) sehingga bias terjadi artefak
sehingga perlu diberi jelly sebagai penghantar ultrasound.
3) Bila ada celah dan ada udara, gelombang suara akan
dihamburkan.
4) Tidak 100% akurat
5) Perlu diketahui, akurasi/ketepatan pemeriksaan USG tidak
100%, melainkan 80%.
29

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan dari makalah ini ialah Pap smear
merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim
dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit,
serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan cara yang
mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui pemeriksaan
getah atau lendir di dinding vagina (Dianada, 2008).

Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah
untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Beberapa faktor
yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks yaitu meliputi usia, status
sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal ini juga merupakan factor
dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker serviks (Dianada, 2007).

Dari hasil penelitian mengenai rendahnya kunjungan masyarakat ke


puskesmas untuk pemeriksaan IVA untuk deteksi dini kanker serviks
diwilayah kerja tanah garam tahun 2015. Dari hasil data yang didapat bahwa
masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan IVA dari 5114
orang wanita usia subur, dengan target hanya 16% pertahun maka diharapkan
ada 818 orang yang melakukan pemeriksaan IVA Pertahun tapi hasilnya
hanya didapatkan 81 orang saja yang melakukan pemeriksaan IVA hal ini
jauh dari standar. Jika di persenkan 100% maka hasil yang didapat hanya 10
% didapat dari 818 orang dan hanya 81 orang yang melakukan pemeriksaan
IVA

Dari data yang ada rendahnya kunjungan masyarakat ke Puskesmas Tanah


Garam tahun 2015 sekitar 90% tidak pernah memeriksakan diri ke
puskesmas, hal ini disebakan karena pengetahuan masyarakat yang masih
kurang terhadap pemeriksaan IVA, dimana masyarakat hanya mengetahui

29
30

sedikit saja tentang kanker serviks ini, maka untuk itu akan sering dilakukan
penyuluhan ke kelurahan-kelurahan disekitar tanah garam untuk
meningkatkan kunjungan untuk melakukan pemeriksaan IVA.

Ultrasonography (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang


diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi
yang tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa menggunakan radiasi,
tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek
samping (non invasif), relatif murah, pemeriksaannya relatif cepat,dan
persiapan pasien serta peralatannya relatif mudah. Gelombang suara
ultrasound memiliki frekuensi lebih dari 20.000Hz, tapi yang
dimamfaatkan dalam teknik ultrasonography (kedokteran) hanya
gelombang suara dengan frekuensi 1-10 MHz.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penyusun banyak
berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembacanya
31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Ultrasound Sound Waves. Uniersity Of Washington : Washington


Chan, V., dan Perlas, A. 2004. Basics of Ultrasound Imaging.
Department of Anesthesia, University of Toronto : Toronto

Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan


Penyehatan Lingkungan. 2009. Pencegahan Kanker Rahim dan Kanker
Payudara. Jakarta : DEPKES RI

Diananda, Rama. (2008). Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati.

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Hidayat. 2007. Metode Penelitian. Jakarta : Pustaka Pelajar

in Medicine : New York

Kahn, W. 2004. Veterinary Reproductive Ultrasonografy. Hans Brockler-Alee.


Hanover : Jerman

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan
anak fakultas kedokteran universitas Indonesia

Mansjoer. 2005. Gangguan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC

Muninjaya AAG. Manajemen Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC: 2004

Nurcahyo, Jalu. 2010. Awas bahaya kanker rahim dan kanker payudara.
Yogyakarta: Wahana Totalita Publisher.

Nurwijawa, Hartanti, Andrijono, dan Suheimin. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker
Serviks. Jakarta : Elek Media Komputerindo

Orenstein, B.W. 2008. Radiology Today Vol.9. Mc Laughlin at The 2008 SDMS
Conferencee.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun 2014.


http://sinforeg.litbang.depkes.go.id.
32

Rasjidi, B. 2009. Deteksi Dini Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung
Seto

Romauli, S. 2012. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika

Samadi. 2010. Yes, I Know Everything About Kanker Serviks. Jakarta: Tiga
Kelana

Sukaca. 2009. Kanker Leher Rahim. Yogyakarta : Briliant Books

Trihono. 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta :


Sagung Seto
33

MAKALAH MATERNITAS
PAP SMEAR, IVA DAN ULTRASONOGRAFI (USG)

DOSEN PENGAMPU :
YULIANI BUDIARTI, Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

DWIL LESTARI
MUHAMMAD BAIHAQI
DINI ERMAYANTI
RIZKY FEBRIYANTI
LUKMAN NUL HAKIM
SULISTIANINGSIH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2019
34

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah, sehingga penulisan makalah yang berjudul
“PAP SMEAR, IVA DAN ULTRASONOGRAFI (USG) ”, dapat terselesaikan
dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan
yang kami alami, namun berkat ketekunan dan kerja keras serta do’a sehingga
semua itu dapat terlewati.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam makalah ini.

Banjarmasin, April 2019

Penyusun,

ii
35

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah . .................................................................. 3
1.3 Tujuan ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4


2.1 PAP Smear . ............................................................................. 4
2.1 IVA ......................................................................................... 14
2.2 Ultrasonografi (USG) . ............................................................. 19

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 29


3.1 Kesimpulan ............................................................................. 29
3.2 Saran . ....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.

iii

Вам также может понравиться

  • STROKE HEMORAGIK
    STROKE HEMORAGIK
    Документ18 страниц
    STROKE HEMORAGIK
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa CAP
    Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa CAP
    Документ27 страниц
    Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa CAP
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Askep Bronchopneumonia
    Askep Bronchopneumonia
    Документ24 страницы
    Askep Bronchopneumonia
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • KEBERUNTUNGAN
    KEBERUNTUNGAN
    Документ5 страниц
    KEBERUNTUNGAN
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • KONSEP KELUARGA (Print) .
    KONSEP KELUARGA (Print) .
    Документ13 страниц
    KONSEP KELUARGA (Print) .
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Hearing Class
    Hearing Class
    Документ10 страниц
    Hearing Class
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • KRISIS KESEHATAN
    KRISIS KESEHATAN
    Документ28 страниц
    KRISIS KESEHATAN
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Metoda Pemberian Asuhan
    Metoda Pemberian Asuhan
    Документ57 страниц
    Metoda Pemberian Asuhan
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Change Agent
    Change Agent
    Документ126 страниц
    Change Agent
    Ahmad Fauzinor
    Оценок пока нет
  • Triage
    Triage
    Документ46 страниц
    Triage
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Opthalmologi PDF
    Opthalmologi PDF
    Документ128 страниц
    Opthalmologi PDF
    rejotangan
    Оценок пока нет
  • Standar Prosedur Operasional Kala Ii-Iv
    Standar Prosedur Operasional Kala Ii-Iv
    Документ9 страниц
    Standar Prosedur Operasional Kala Ii-Iv
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • ASKEP TB PARU Ok Saem
    ASKEP TB PARU Ok Saem
    Документ27 страниц
    ASKEP TB PARU Ok Saem
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Kegawatdaruratan
    Kegawatdaruratan
    Документ56 страниц
    Kegawatdaruratan
    Alin Erlina Rosyanti
    Оценок пока нет
  • Kelompok 2 PAP Smear
    Kelompok 2 PAP Smear
    Документ35 страниц
    Kelompok 2 PAP Smear
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Askep KX Kemo
    Askep KX Kemo
    Документ10 страниц
    Askep KX Kemo
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Bab I1
    Bab I1
    Документ21 страница
    Bab I1
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Bogor Jakarta
    Bogor Jakarta
    Документ6 страниц
    Bogor Jakarta
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Bab 01 Menjadi Wirausaha
    Bab 01 Menjadi Wirausaha
    Документ25 страниц
    Bab 01 Menjadi Wirausaha
    koem21
    Оценок пока нет
  • CPR 102019
    CPR 102019
    Документ43 страницы
    CPR 102019
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Bahan Ajar d3 - PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
    Bahan Ajar d3 - PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
    Документ34 страницы
    Bahan Ajar d3 - PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Документ27 страниц
    Glaukoma
    DewiYuliana
    Оценок пока нет
  • MENEMUKAN PINTUNYA
    MENEMUKAN PINTUNYA
    Документ16 страниц
    MENEMUKAN PINTUNYA
    puyengs
    Оценок пока нет
  • EtikaBisnisBab7
    EtikaBisnisBab7
    Документ13 страниц
    EtikaBisnisBab7
    Indra Jhon Fischer
    Оценок пока нет
  • Bab 03 Berpikir Kreatif
    Bab 03 Berpikir Kreatif
    Документ19 страниц
    Bab 03 Berpikir Kreatif
    Handrianus Simarmata
    Оценок пока нет
  • Bab 13 Rencana Bisnis
    Bab 13 Rencana Bisnis
    Документ21 страница
    Bab 13 Rencana Bisnis
    Tsabiet M
    Оценок пока нет
  • Bab 02 Berpikir Perubahan
    Bab 02 Berpikir Perubahan
    Документ18 страниц
    Bab 02 Berpikir Perubahan
    Evi Dwi Indriyani
    Оценок пока нет
  • Askep Keluarga
    Askep Keluarga
    Документ54 страницы
    Askep Keluarga
    Raudatus SLecha
    Оценок пока нет
  • Bab 05 Pengambilan Risiko
    Bab 05 Pengambilan Risiko
    Документ17 страниц
    Bab 05 Pengambilan Risiko
    theintelligentgirl
    Оценок пока нет
  • RisikoPerilakuKekerasan
    RisikoPerilakuKekerasan
    Документ13 страниц
    RisikoPerilakuKekerasan
    DewiYuliana
    Оценок пока нет