Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan bidang studi yang bersifat
multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan. Secara filsafat keilmuan PKn
memiliki ontology pokok ilmu politik khususnya konsep political democracy
untuk aspek duties and rights of citizen (Chreshore:1886). Dari ontologi pokok
inilah kemudian berkembang konsep Civics yang secara harafiah (dalam bahasa
Latin) adalah civicus yang artinya warga negara pada zaman Yunani kuno.
Berawal dari pengertian itulah kemudian berkembang dan secara akademis diakui
sebagai embrionya civic education. Di Indonesia civic education ini diadaptasi
menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara epistemologis, PKn sebagai
suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi
social studies yakni citizenship transmission (Barr, Barrt, dan Shermis:1978).
Tradisi social studies mengalami perkembangan pesat sehingga kini telah menjadi
suatu body of knowledge yang memiliki paradigma sistemik berisi tiga domain
citizenship education yaitu: domain akademis, kurikuler, dan sosial kultural
(Winataputra:2001)
PKn secara pragmatik memiliki visi socio-pedagogis untuk mendidik warga
negara yang demokratis dalam konteks yang lebih luas, antara lain mencakup
konteks pendidikan formal dan non-formal. Sedangkan secara umum PKn
memiliki visi formal-pedagogis untuk mendidik warganegara yang demokratis
dalam konteks pendidikan formal. Di Indonesia PKn memiliki visi formal-
pedagogis, yakni sebagai mata pelajaran sosial dalam dunia persekolahan dan
perguruan tinggi yang berfungsi sebagai wahana untuk mendidik warganegara
Indonesia yang Pancasilais.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
drama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan
negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan

1
bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Fajar, Arnie. 2005:
141).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajaran
PKn bertujuan agar siswa memiliki kemampuan : (1) berpikir secara kritis,
rasional dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu
kewarganegaraan; (2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab,
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;
(3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya; dan (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam
peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi dan komunikasi.

Dalam pelaksanaan pengajaran PKn haruslah diciptakan kondisi


pembelajaran PKn yang aktif dan kreatif dengan memaksimalkan berbagai sarana
dan prasarana yang ada. Ditegaskan dalam KTSP bahwa cara menyajikan
pelajaran hendaknya memanfaatkan berbagai sarana penunjang yang ada seperti
perpustakaan, alat peraga, media pembelajaran dan sebagainya. Selain hal-hal
tersebut juga dituntut kreativitas dari seorang guru yang baik, yang mampu
menyampaikan materi pengajaran yang baik melalui metode atau strategi belajar
yang relevan dengan menggunakan metode yang sesuai, maka proses
pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa.
Terkait dengan tuntutan kurikulum saat ini, kondisi yang harus tercapai
adalah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efekif, menyenangkan, gembira
dan berbobot, serta dengan memadukan mata pelajaran lainnya ke dalam
pembelajaran PKn. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat menerima transfer
ilmu yang diberikan oleh guru dengan maksimal dan dapat memberikan respon
aktif dalam proses pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa proses belajar
siswa merupakan salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur menarik
atau tidaknya proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh seorang guru. Sebagai
seorang guru sudah selayaknya dapat mendayagunakan seluruh kemampuannya
guna mewujudkan kondisi pembelajaran yang diharapkan. Seorang guru dituntut

2
untuk dapat memahami dan mengerti tujuan dari kurikulum yang berlaku saat ini.
Memiliki strategi pembelajaran yang baik, menguasai berbagai metode
pembelajaran, dan dapat menggunakan media pembelajaran dengan maksimal,
sehingga dalam pembelajaran PKn, siswa dapat menunjukkan aktivitas belajar
yang maksimal pula. Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut harus
didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Kualitas dan keberhasilan
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kompetensi dan ketepatan guru memilih
dan menggunakan model pembelajaran.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sesuai dengan hakikat dan
karakteristiknya memiliki keterkaitan dengan bidang studi lainnya, khususnya
dengan IPS. Sebelum menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yang
menurut Kurikulum Tahun 1994 diberinama Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan adalah bagian dari mata pelajaran IPS.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, diperlukan adanya suatu
model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih
aktif, kreatif dan dapat mengaitkan dengan mata pelajaran lainnya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Model tersebut adalah model Pembelajaran
Terpadu Tipe Integrated.
Sesuai dengan amanat KTSP 2006 yang diatur dalam Permendiknas tahun
2006, bahwa model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model
implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang
pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Namun pada kenyataan pelaksanaannya masih belum
optimal.
Menurut John Dewey dalam Syaefuddin Sa’ud dkk. (2006: 4), istilah
pembelajaran terpadu berasal dari kata “integrated teaching and learning” atau
“integrated curriculum approach” yang merupakan pendekatan untuk
mengembangkan kemampuan anak dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan
interaksi dengan lingkungan dan pengalaman dalam kehidupannya.
Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba untuk memadukan
beberapa pokok bahasan (Beane dalam Syefuddin Sa’ud, 2006: 6). Dibutuhkan
suatu tema atau topik pemersatu dari beberapa pokok bahasan tersebut.

3
Pembelajaran terpadu sangat diperlukan terutama untuk SD, karena pada jenjang
ini siswa menghayati pengalamannya masih secara totalitas serta masih sulit
menghadapi pemilahan yang artificial (Richmond dalam Syaefuddin Sa’ud, 2006:
5).
Jadi, penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran terpadu adalah sebuah
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam
suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek
perkembangan anak, kebutuhan dan minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan
lingkungan sosial keluarga. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis
makalah yang berjudul “Gambaran Umum dan Karakteristik Pendidikan
Kewarganegaraan serta Mata Pelajaran IPS dan Mata Pelajaran Lainnya di SD”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menyimpulkan
beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Hakikat Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan?;
2. Bagaimana Karakteristik Bidang Studi PKn ?
3. Bagaimana Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD?
4. Bagaimana PKn sebagai mata pelajaran SD dalam Kurikulum ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Hakikat Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan;
2. Untuk mengetahui Karakteristik Bidang Studi PKn; dan
3. Untuk Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan di SD.
4. Untuk mengetahui PKn sebagai mata pelajaran SD dalam Kurikulum

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, penulis merumuskannya
sebagai berikut:
1. Dari segi teoritis, makalah ini bermanfaat sebagai penguat dan penjelas
terhadap teori yang sedang berkembang saat ini. Orang yang mengkaji teori

4
adakalanya mengalami kendala dalam memahami bahasa dari uraian teori
tersebut, tergantung dari perbendaharaan bahasa orang tersebut. Makalah ini
menggunakan bahasa yang sederhana dengan tujuan untuk memudahkan dan
memperjelas teori agar mudah dipahami.
2. Dari segi praktis, makalah ini bermanfaat sebagai acuan sederhana bagi guru
untuk melaksanakan praktik mengajar pada pendidikan dasar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajarn yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-
kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh pancasila dan UUD
1945. Tujuan pendidikan kewarganegaraan secara umum adalah:
1. Memberikan pengertian, pengetahuan, dan pemahaman tentang pancasila.
2. Membentuk pola fikir yang sesuai dengan pancasila.
3. Menanamkan nilai-nilai moral pancasila ke peserta didik.
4. Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga
masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan nilai-
nilai moral pancasila untuk menghadapi arus globalisasi.
5. Memberi motivasi agar berperilaku sesuai dengan nilai, moral, dan norma
pancasila.

B. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang


memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
UUD 1945.
Adapun karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah sebagai
berikut:
a. PKn termasuk dalam proses ilmu sosial (IPS);
b. PKn diajarkan sebagai mata pelajaran wajib dari seluruh program sekolah
dasar sampai perguruan tinggi;
c. PKn menanamkan banyak nilai, diantaranya nilai kesadaran, bela negara,
penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian

6
lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme;
d. PKn memiliki ruang lingkup meliputi aspek Persatuan dan Kesatuan bangsa,
Norma, hukum dan peraturan, Hak asasi manusia, Kebutuhan warga negara,
Konstitusi Negara, Kekuasan dan Politik, Pancasila dan Globalisasi;
e. PKn memiliki sasaran akhir atau tujuan untuk terwujudnya suatu mata
pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and
character building) dan pemberdayaan warga Negara;
f. PKn merupakan suatu bidang kajian ilmiah dan program pendidikan di sekolah
dan diterima sebagai wahana utama serta esensi pendidikan demokrasi di
Indonesia;
g. PKn mempunyai 3 pusat perhatian yaitu Civic Intellegence (kecerdasan dan
daya nalar warga negara baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional
maupun sosial), Civic Responsibility (kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang bertanggung jawa dan Civic Participation
(kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik
secara individual, sosial maupun sebagai pemimpin hari depan);
h. PKn lebih tepat menggunakan pendekatan belajar kontekstual (CTL) untuk
mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter
warga negara Indonesia. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari; dan
i. PKn mengenal suatu model pembelajaran VCT (Value Clarification
Technique/Teknik Pengungkapan Nilai), yaitu suatu teknik belajar-mengajar
yang membina sikap atau nilai moral (aspek afektif).
Dari karakteristik yang ada, terlihat bahwa PKn merupakan mata
pelajaran yang memiliki karakter berbeda dengan mata pelajaran lain. Walaupun
PKn termasuk kajian ilmu sosial namun dari sasaran / tujuan akhir pembentukan
hasil dari pelajaran ini mengharapkan agar siswa sebagai warga negara memiliki
kepribadian yang baik, bisa menjalankan hak dan kewajibannya dengan penuh

7
kesadaran karena wujud cinta atas tanah air dan bangsanya sendiri sehingga tujuan
NKRI bisa terwujud.
Setiap negara pasti memiliki tujuan, hanya warga negara yang baiklah
yang dapat mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu PKn memiliki peran yang
sangat besar untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang bisa
mengemban semua permasalahan negara dan mencapai tujuan negaranya.
Keberadaan PKn dengan karakteristik seperti ini mestinya menjadi
perhatian besar bagi masyarakat, komponen pendidik dan negara. Hal ini
disebabkan karena PKn banyak mengajarkan niai-nilai pada siswanya. Nilai-nilai
kebaikan, kebersamaan, pengorbanan, menghargai orang lain dan persatuan ini
jika di tanamkan dalam diri siswa bisa menjadi bekal yang sangat berharga dalam
kehidupan pribadi maupun berbangsa dan bernegara. Siswalah yang akan menjadi
cikal bakal penerus bangsa dan yang akan mempertahankan eksistensi negara
maka dari itu mereka sangat memerlukan pelajaran PKn dalam konteks seperti ini.
John J. Patrick dalam tulisan ‘Konsep inti PKn’ mengatakan PKn
memiliki kriteria dimana diartikan berkenaan dengan kepentingan warga negara.
Ada 4 kateori yaitu pengetahuan kewarganegaraan dan pemerintahan, keahlian
kognitif warga negara, keahlian partisipatori dan kebaikan pendidika
kewarganegaraan. Jika empat kategori ini hilang dari kurikulum PKn makan PKn
dapat dianggap cacat.
Walaupun pemerintah sudah memberi perhatian besar pada pelajaran
PKn, semua itu tidak akan cukup jika komponen pendidik, siswa, orang tua, dan
masyarakat tidak berpadu untuk bekerjasama menjalankan inti pelajaran PKn ini.
Berkaitan dengan kandungan nilai-nilai dalam PKn saja misalnya, banyak guru
yang luput mengajarkan nilai-nilai kehidupan pada saat mengajar karena terburu
dengan meteri sesuai kurikulum, siswa belajar hanya orientasi materi sehingga
civic intelligent saja yang terpenuhi. Meskipun materi PKn saat ini tidak banyak
mencantumkan secara konkret nilai-nilai kehidupan dalam silabus pengajaran,
semestinya guru mampu berperan memasukan nilai-nilai ini sebagai hiden
curicullum bagi siswa.

8
C. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan

Sejalan dengan uraian pada hakikat bidang studi Pendidikan


Kewarganegaraan maka berikut ini akan diuraikan pula tentang karakteristik atau
ciri-ciri/sifat umum bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui
matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menuntut lahirnya warga negara dan
warga masyarakat yang Pancasila, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang mengetahui dan memahami dengan baik hak-hak dan
kewajibannya yang didasari oleh kesadaran dan tanggungjawabnya sebagai warga
negara. Dapat membuat keputusan secara cepat dan tepat, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain. Warga negara yang yang dimaksud adalah warga negara
dan warga masyarakat yang juga mandiri, bertanggungjawab, mampu berfikir
kritis dan kreatif atau yang secara umum oleh Lawrence Senesh seperti yang
dikemukakan oleh Murphy (1967:57) dengan sebutan desitable socio-civic
behavior atau warga negara yang mampu tink globally while act locally kata Rene
Dubois.

Warga negara yang memiliki pandangan seperti ini memiliki apa yang
disebut cosmopolitan stance atau sikap mental/pendirian yang bersifat
cosmopolitan. Mereka adalah warga negara yang dapat menggunakan sumber-
sumber daya dunia dan mengakumulasikan kebijakan dan kearifan dalam
melahirkan tindakan bersama terhadap masalah bersama yang dihadapi setiap
orang. Warga negara dengan pandangan global memahami saling ketergantungan,
kemajemukan, nilai-nilai dan menemukannya bukan hanya dalam budaya
kelompok mereka sendiri sebagai suatu negara-bangsa, tetapi juga masyarakat
dunia secara keseluruhan. Sehubungan dengan penggambaran seperti
dikemukakan di atas mengarahkan kita pada landasan konsep yang mendasari
Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan dan insan sosial politik yang terorganisasi dengan tujuan agar manusia
Indonesia tersebut memiliki kemauan dan kemampuan untuk:

1. Sadar dan patuh terhadap hukum (melek hukum)


2. Sadar dan bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
(melek politik)

9
3. Memahami dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional (insan
pembangunan)
4. Cinta bangsa dan tanah air (memiliki sikap heroisme dan patriotisme)

Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru, yaitu


bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu bidang kajian ilmiah dan
program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta esensi
pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan melalui berikut ini:

1. Civic Intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam
dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial
2. Civic Reponsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang bertanggungjawab
3. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar
tanggungjawabnya, baik secara individual, sosisal, maupun sebagai pemimpin
hari depan

Sejalan dengan itu kompetensi-kompetensi yang hendak diwujudkan


melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dibagi kedalam 3 kelompok,
yaitu sebagai berikut :

1. Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraana.Memahami


tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi pemerintahan
Republik Indonesia
a) Mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintah daerah dan nasional
sebagaimana keterlibatan warga negara membenuk kebijaksanaan
publik
b) Mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan negara-
negara dan bangsa-bangsa lain beserta masalah-masalah dunia dan atau
internasional
2. Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan
a) Mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui proses
pemecahan masalah dan inkuiri
b) Mengusasai kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu

10
c) Membela atau mempertahankan posisi bagi mengemukakan argumen
yang kritis logis dan rasional
d) Memaparkan suatu informasi yang penting pada khalayak umum
e) Membangun koalisi, kompromi, negosiasi, dan consensus(demokrasi)
3. Kompetensi untuk mengusai karakter kewarganegaraan
a) Memberdayakan dirinya sebagai warga negara yang aktif, kritis dan
bertanggungjawab untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam
berbagai aktifitas masyarakat, politik dan pemerintahan dalam semua
tingkat (daerah dan nasional).
b) Memahami bagaimana warga negara melaksanakan peranan, hak dan
tanggung jawab personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat pada semua tingkatan (daerah dan nasional).
c) Memahami, menghayati dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti,
demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Nasionalisme dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
d) Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari

D. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekolah sebagai


wahana pengembangan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab,
yang secara kurikuler Pendidikan Kewarganegaraan harus menjadi wahana
psikologi-pedagogis yang utama.

Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sekolah seyogyanya di


kembangkan sebagai pranata atau tatanan social-pedagogis yang kondusif atau
memberi suasana bagi tumbuhkembangnya berbagai kualitas pribadi peserta
didik. Kualitas pribadi ini sangat penting karena akan menjadi bekal untuk
berperan sebagai warga negara yang demokratis serta tanggung jawab, dengan
sikap dan perilakunya dilandasi oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, akhlak mulia, kesehatan, ilmu, kecakapan, kreativitas, dan kemandirian. Oleh
karena itu, sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan
sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat,

11
yang mampu memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran demokratis.
Dengan demikian, secara bertahap sekolah akan menjadi komunitas yang
memiliki budaya yang berintikan pengakuan dan penghormatan terhadap hak dan
kewajiban serta keharmonisan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang
tertib, adil dan berkeadaban. Dalam kerangka semua itu matapembelajaran PKn
harus berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara
Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab.

Menyadari betapa pentingnya peran PKn dalam proses pembudayaan dan


pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui pemberian keteladanan,
pembangunan kemauan, dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran maka dengan melalui PKn sekolah perlu dikembangkan sebagai
pusat pengembangan wawasan, sikap, dan ketrampilan hidup dan berkehidupan
yang demokratis untuk membangun kehidupan demokratis. Pendidikan
prasekolahan seyogyanya dikembangkan sebagai wahana social cultural untuk
membangun kehidupan yang demokratis. Hal ini dapat diartikan bahwa sekolah
harus menjadi wahana pendidikan untuk mempersiapkan kewarganegaraan yang
demokratis melalui pengembangan kecerdasan spiritual, rasional, emosional, dan
social warga negara yang baik sebagai aktor social maupun sebagai
pemimpin/kholifah pada hari ini dan hari esok. Karakter utama warga negara yang
cerdas dan baik adalah dimilikinya komitmen untuk secara konsisten, mau dan
mampu memelihara, dan mengembangkan cita-cita dan nilai demokrasi sesuai
perkembangan zaman, dan secara efektif dan langgeng menangani dan mengelola
krisis yang selalu muncul untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia sebagai
bagian integral dari masyarakat global yang damai dan sejahtera.

Tujuan Pkn

Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa


“Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan matapelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia

12
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945”, sedangkan tujuannya, digariskan dengan tegas agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:

1. Berfikir secara krisis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawa, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-
korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.

Tujuan PKn di SD:

1. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila


yang benar dan sah.
2. Meletakkan dan membentuk pola piker yang sesuai dengan Pancasila dan
ciri khas serta watak ke-Indonesiaan.
3. Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik.
4. Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga
masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan melestarikan
nilai-nilai moral Pancasila tanpa menutup kemungkinan bagi
diakomodasikannya nilai-nilai laindari luar yang sesuai dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai moral Pancasila terutama dalam
menghadapi arus globalisasi dan dalam rangka kompetisi dalam pasar
bebas dunia.
5. Memberikan motivasi agar dalam setiap langkah-langkahnya bertindak
dan berperilaku sesuai dengan nilai, moral dan norma Pancasila.

13
6. Mempersiapkan anak didik utuk menjadi warga negara dan warga
masyarakat Indonesia yang baik dan bertanggung jawab serta mencintai
bangsa dan negaranya.

E. Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS


Keterkaitan PKn dengan IPS sangat kuat. Hal ini dikarenakan sebelum
menjadi Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan yang menurut Kurikulum
tahun 1994 diberi nama Bidang Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(sebagai upaya mewujudkan pesan UU sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun
1989 khususnya Pasal 39 Ayat (2) dan (3)), Bidang studi Pendidikan
Kewarganegaraan adalah bagian dari bidang studi IPS. Bidang studi IPS
mencakup aspek Geografi, Ekonomi, dan Sejarah, Pancasila serta UUD 1945
yang menyangkut warga negara serta pemerintahan. Kemudian terjadi pemisahan
menjadi bidang studi IPS yang mencakup aspek Geografi, Ekonomi, dan Sejarah.

 Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu dikembangkan selain untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan, diharapkan siswa juga dapat: (1)
Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna;
(2) Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan
informasi; (3) Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-
nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan; (4) Menumbuhkembangkan
keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai
pendapat orang lain; (5) Meningkatkan minat dalam belajar; dan (6) Memilih
kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
 Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Menurut Depdikbud (1996:3), pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri yaitu: holistik,
bermakna, otentik, dan aktif.
1. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian
sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran

14
terpadu memungkinkann siswa untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa lebih arif
dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada di depan
mereka.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan
di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-
konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak
pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Rujukan yang nyata dari
semua konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep
lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari.
Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional.
Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
3. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara
langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan
belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri,
bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang
diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya
diperoleh siswa melalui eksperimen. Guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator, sedangkan siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan
pemberitahuan.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional
guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan
hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi untuk
terus-menerus belajar. Dengan demikaian, pembelajaran terpadu bukan
hanya sekedar merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata
pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja
dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik

15
aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui
pengembangan tema tersebut.

F. Hubungan Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Mata


Pelajaran Lainnya.
Pendidikan kewarganegaraan (PKN) merupakan program pendidikan yang
memiliki misi untuk mengembangkan nilai luhur dan moral yang berakar pada
budaya dan keyakinan bangsa indonesia yang memungkinkan dapat diwujudkan
dalam perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang bersifat
interdisipliner terutama disiplin ilmu hukum, politik, dan filsafat moral. Sifat
interdisipliner ini menjadikan PKn jelas batang keilmuannya (body of knowledge).

Dalam paradigma PKn sekarang dikenal tiga komponen yang saling berkaitan.
Menurut Udin Saripuddin Winataputra, ada tiga komponen tersebut adalah
sebagaimana uraian berikut ini.

1. Komponen pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berupa materi


pelajaran PKn yang harus dicapai peserta didik.

2. Komponen keterampilan kewarganegaraan (civic skills) berupa kemampuan


bersifat partisipatoris dan kemampuan intelektual.

3. Komponen watak/karakter kewarganegaraan (civic dispositions) seperti


bertanggung jawab secara moral; disiplin; rasa hormat terhadap nilai dan
martabat kemanusiaan; rasa hormat terhadap peraturan (hukum); mau
mendengarkan, bernegosiasi dan berkompromi untuk mencapai kebaikan
publik; dan menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan.

 Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap ilmu sosial lainnya

1. Hubungan PKn dengan ilmu politik

Pendidikan kewarganegaraan merupakan praktik dari ilmu


kewarganegaraan, sedangkan ilmu kewarganegaraan adalah bagian dari ilmu
politik. Seperti yang dikemukakan oleh checter van yakni bagian dari ilmu
poltik akan membahas tentang hak dan kewajiban warga negara terdapat di
civics/ilmu kewarganegaraan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan

16
kewarganegaraan mengandung praktik-praktik yang diturunkan ilmu politik.
Sesuai dengan tujuan PKn yaitu menjadikan warganegara yang baik. Maka
kita harus memahami teori tentang demokrasi politik yang meliputi
konstitusi, parpol pemilu dan semuan hal itu merupakan adopsi dari ilmu
politik. Dengan memahami teori ilmu politik maka warga negara mempunyai
pengetahuan tentang kenegaraan melalui praktis dari pendidikan
kewarganegaraan maka warga negara dapat melaksanakan kewajibannya dan
mengetahui hak yang harus diterimanya sebagai warga negaa yang baik.

2. Pendidikan kewarganegaraan dengan sosiologi

Sosiologi merupakan ilmu tentang masyarakat. Yang mana yang


dibahas tidak hanya keteraturan dalam msyarakat tetapi juga penyimpangan
sosial. Salah satu penyebab terjadi penyimpangan sosial yaitu
kekurangpahaman masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga
negara. Contoh kasus keterkaitan sosiologi dengan pendidikan
kewarganegaraan, dalam sebuah desa mempunyai kendala dalam aksesbilitas.
Seperti kurang memadainya jalan raya untuk masyarakat desa untuk keluar
dari desa dalam rangka memenuhi kebutuhan, seperti berjualan, melanjutkan
pendidikan, dan membeli kebutuhan rumah tangga yang tidak disediakan
desa. Namun hal tersebut terkendala sehingga menimbulkan ketergangguan
pola kehidupan masyarakat, terjadinya konflik antar masyarakat dan
meresahkan kondisi desa. Bagi masyarakat yang paham dengan haknya
sebagai warganegara maka mereka akan menuntutnya sesuai prosedur tanpa
harus meresahkan kampungnya sendiri. Kemudan jika mereka memahami
tentang kewajiban sebagai warga negara maka mereka akan berusaha
memenuhi kewajibannya seperti pajak supaya pemerintah dapat membangun
sarana umum seperti yang diinginkan dan mengelola sumberdaya ala dengan
baik. Jadi pendidikan kewarganegaraan dapat menjad solusi permasalahan di
masyarakat. Sama-sama mengkaji masyarakat / warga negara.

3. Pendidikan kewarganegaraan dengan ilmu sejarah

Dalam mempelajari sejarah terdapat latar belakang mempelajari


pendidikan kewarganegaraan, proses dan alasannya pendidikan

17
kewarganegaraan dipelajari. Kemudian dengan pada ilmu sejarah dapat
diketahui mengapa perlunya pendidikan yang bertujuan menjadikan warga
negara yang baik. Semua itu didasari oleh sejarah/peristiwa yang terjadi
diwaktu yang lalu. Dengan mempelajari sejarah kita dapat mengetahui
kekurangan apa yang akan terdapat pada era dulu dan diperbaiki pada masa
sekarang sehingga terdapat perbaikan-perbaikan dari waktu ke
waktu. Dengan mempelajari sejarah dapat ditemukan hal positif yang dapat
dipertahankan untuk tercapanya tujuan PKn saat ini atau kedepannya

G. Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Kurikulum S1 PGSD

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran SD dalam kurikulum


tahun 2006 mengganti mata pelajaran PPKn menjadi PKn.berdasarkan landasan
konsep pendidikan kewarganegraan tersebut maka fungsi dan peran serta tujuan
pendidikan kewarganegaraan secara umum sebagai berikut ;
a. Sebagai Pendidikan Nilai dan Moral Pancasila;
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan nilai dan moral karena
yang disampaikan sebagai substansi isi pendidikan kewarganegraan tersebut
adalah nilai-nilai moral yang diperlukan oleh seorang warga negara dalam
kehidupan sehari-hari
Pendidikan kewarganegraan sebagai pendidikan nilai dan moral
diharapkan dapat membantu siswa untuk dapat meningkatkan pengetahuan
serta pemahaman siswa tentang nilai dan moral menjadi warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan nilai mempunyai
fungsi untuk menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai ideologi atau pandangan hidup
bangsa mengandung nilai-nilai yang merupakan hasil perenungan yang
mendalam tokoh-tokoh kenegaraan Indonesia dari kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia, sehingga Pancasila merupakan jiwa bangsa yang yang
menjadi kepribadian bangsa. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan hasil
yang disepakati bersama sehingga ia memiliki peranan sebagai pemersatu
bangsa yang dapat menyatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia.

18
Selain itu, yang terpenting adalah nilai-nilai luhur yang terkandung
didalamnya meliputi nilai keTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan
serta keadilan yang menjadikannya sebagai identitas nasional bangsa
Indonesia.
b. Sebagai Pendidikan Politik
PKn sebagai pendidikan politik yaitu dengan belajar PKn kita dapat
memahami bahwa politik adalah kegiatan dalam suatu sistem politik atau
Negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem tersebut dan
bagaimana melaksanakan tujuannya. Dengan belajar PKn kita dituntut untuk
memahami suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan
tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya, dan juga mengerti kekuasaan
seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok sesuai dengan keinginan dan perilaku. Serta memberikan informasi
kepada kita bahwa Negara memiliki dasar dan pedoman untuk menjalankan
segala kegiatan pemerintahan. Dan akhirnya menjadikan kita sebagai insan
politik.
c. Sebagai Pendidikan Kewarganegaraan

d. Sebagai Pendidikan Hukum dan Kemasyarakatan


PKn sebagai pendidikan hukum. Sebagai alat untuk menjadikan Negara
yang damai dan berprilaku benar maka diciptakannya aturan aturan yang
menyangkut mengenai kesusilaan dan tingkah laku masyarakat sebagai
pedoman bari rakyat. PKn sebagai pendidikan nilai dan moral dapat diartikan
bahwa PKn mendidik setiap individu menjadi warga yang memiliki
kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berfikir

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan

beberapa hal yang terdapat dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajarn yang


memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara
indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh
pancasila dan UUD 1945. Tujuan pendidikan kewarganegaraan secara
umum adalah:
a. Memberikan pengertian, pengetahuan, dan pemahaman tentang
pancasila.
b. Membentuk pola fikir yang sesuai dengan pancasila.
c. Menanamkan nilai-nilai moral pancasila ke peserta didik.
d. Menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga
masyarakat Indonesia untuk selalu mempertahankan dan
melestarikan nilai-nilai moral pancasila untuk menghadapi arus
globalisasi.
e. Memberi motivasi agar berperilaku sesuai dengan nilai, moral, dan
norma pancasila.
2. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan dengan paradigma baru, yaitu

bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu bidang kajian

ilmiah dan program pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana

utama serta esensi pendidikan demokrasi di Indonesia yang dilaksanakan

melalui berikut ini:

a. Civic Intelligence, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara


baik dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial

20
b. Civic Reponsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang bertanggungjawab
c. Civic Participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara
atas dasar tanggungjawabnya, baik secara individual, sosisal,
maupun sebagai pemimpin hari depan
3. karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah sebagai berikut:
a. PKn termasuk dalam proses ilmu sosial (IPS);
b. PKn diajarkan sebagai mata pelajaran wajib dari seluruh program
sekolah dasar sampai perguruan tinggi;
c. PKn menanamkan banyak nilai, diantaranya nilai kesadaran, bela
negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan
perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme;
d. PKn memiliki ruang lingkup meliputi aspek Persatuan dan
Kesatuan bangsa, Norma, hukum dan peraturan, Hak asasi
manusia, Kebutuhan warga negara, Konstitusi Negara, Kekuasan
dan Politik, Pancasila dan Globalisasi;
e. PKn memiliki sasaran akhir atau tujuan untuk terwujudnya suatu
mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak
bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga
Negara;
f. PKn merupakan suatu bidang kajian ilmiah dan program
pendidikan di sekolah dan diterima sebagai wahana utama serta
esensi pendidikan demokrasi di Indonesia;
g. PKn mempunyai 3 pusat perhatian yaitu Civic Intellegence
(kecerdasan dan daya nalar warga negara baik dalam dimensi
spiritual, rasional, emosional maupun sosial), Civic Responsibility
(kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang
bertanggung jawa dan Civic Participation (kemampuan
berpartisipasi warga negara atas dasar tanggung jawabnya, baik
secara individual, sosial maupun sebagai pemimpin hari depan);

21
h. PKn lebih tepat menggunakan pendekatan belajar kontekstual
(CTL) untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan,
keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia. Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari; dan
i. PKn mengenal suatu model pembelajaran VCT (Value
Clarification Technique/Teknik Pengungkapan Nilai), yaitu suatu
teknik belajar-mengajar yang membina sikap atau nilai moral
(aspek afektif).

4. Pembelajaran terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan tema-

tema yang over lapping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian

dibahas dalam suatu pembelajaran. Model pembelajaran terpadu

merupakan model pembelajaran dengan pendekatan yang menekankan

pada aspek-aspek bersifat umum seperti thinking skills, social skill, values

dan attitudes. Model Pembelajaran ini dapat diterapkan pada semua mata

pelajaran. ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut : (a) Holistik,

suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu

dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu

fenomena dari segala sisi; (b) Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep

lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan

anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan

masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya; (c) Aktif, pembelajaran

terpadu dikembangkan melalui pendekatan discoveri-inquiri. Peserta didik

22
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung

dapat memotivasi anak untuk belajar.

5. Pembelajaran terpadu dalam Pendidikan Kewarganegaraan, bukanlah hal

yang baru, terutama jika hal tersebut dihubungkan dengan hubungan

historis dan akademik dengan studi sosial atau sekarang lebih dikenal

dengan Ilmu Pengetahuan Sosial. Dikatakan demikian karena untuk satuan

pendidikan SD pendekatan pengajaran yang dianggap lebih tepat

adalah pendekatan terpadu, karena pada umumnya guru SD adalah guru

kelas. Dengan melihat sifat dan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

maka di dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya telah terdapat

sifat keterpaduan, dengan kata lain Pendidikan Kewarganegaraan dapat

saja menggunakan pembelajaran terpadu dalam pengajarannya. Hal itu

misalnya akan lebih jelas bila dihubungkan dengan hakikat pembelajaran

terpadu, khususnya tentang dasar-dasar pertimbangan pengembangan

program pembelajaran terpadu.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa

saran di antaranya:

1. Pendidikan Kewarganegaran merupakan mata pelajaran penting yang harus

dilaksanakan oleh setiap tingkat satuan pendidikan, mulai dari Pendidikan

dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Kebijakan ini diterapkan agar out-put

pendidikan dapat menciptakan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil

dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan

23
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan

amanat Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu menurut hemat penulis

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan harus tetap ada pada semua

jenjang pendidikan.

2. Model Pembelajaran terpadu sangat tepat diterapkan pada pendidikan dasar,

karena sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar.

3. Karena begitu eratnya kaitan antara pendidikan kewarganegaraan dan Ilmu

Pengetahuan Sosial, maka penerapan model pembelajaran terpadu pada mata

pelajaran tersebut tepat dan memudahkan guru dalam proses pembelajaran

disekolah.

4. Pendidikan Kewarganegaraan sangat baik sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada

budaya bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk prilaku dalam

kehidupan sehari-hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

Mardiati, Yayuk, dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan

Nasional

Sapriya. 2012. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Jakarta:

Dikjen PAI Kemenag RI

Winataputra, Udin S, dkk. 2014. Materi Pokok Pembelajaran PKN di SD.

Tangerang Selatan: Universitas Terbuka

Artikel

http://www.paklativi.com/2014/03/ruang-lingkup-kajian-dan-tujuan-
pembelajaran-pkn-di-sd-mi.html
http://www.andreanperdana.com/2013/04/pengertian-pembelajaran-terpadu-
ciri.html
http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/karakteristik-pembelajaran-terpadu.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1959081
41985031-JOHAR_PERMANA/Pembelajaran_Terpadu.pdf
http://rohimzoom.blogspot.com/2014/01/desain-model-pembelajaran-pkn-
sdmi.html
http://digilib.unila.ac.id/849/7/BAB%20I.pdf
https://boejankbta.wordpress.com/2010/10/24/model-pembelajaran-terpadu-pada-
pkn-di-sekolah-dasar/
https://prezi.com/k9d5j_nh6oe7/model-pembelajaran-pkn-di-sd-kelas-rendah/

25

Вам также может понравиться