Вы находитесь на странице: 1из 13

GOOD GOVERNANCE

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan)


Dosen Pengampu : Diamah Fitriyyah, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 7

Ilham Bahtiar (181420125)


Sri Indah Lestari (181420131)
Alda Dahlia (181420144)
Alfa Nur Putri (181420147)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya
mustahil makalah ini dapat dirampungkan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar


mata kuliah Kewarganegaraan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “good governance”.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
dijadikan sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang good governance.
Juga merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah
semua pihak dalam proses perkuliahan pada mata kuliah Kewarganegaraan.

Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, kami mengharapkan
saran dan kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi.
Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan
upaya yang kami lakukan dapat bermanfaat, aamiin.

Serang, 24 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................5

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian good governance........................................................6


B. Prinsip-prinsip good governance...................................................
C. Unsur-unsur pokok dalam mewujudkan dalam mewujudkan cita-
cita good governance.....................................................................
D. good governance dalam skala kecil (otonomi daerah)..................
E. Kebijakan pemerintah terkait good and clean governance...........
F. Kaitan good governance dengan kinerja birokrasi pelayanan
publik dan gerakan anti korupsi.....................................................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan suatu Negara tidak lain untuk mewujudkan masyarakat dengan
kehidupan yang baik (good life), dimana yang terdapat dalam fungsi negara yaitu
melaksanakan kepentingan rakyat dengan norma yang berlaku untuk mewujudkan
cita-cita Negara. Masyarakat sebagai pelaksana dan tingkatan pemerintah Negara
sebagai pengelola sumber daya pembangunan. Terjadi berbagai permasalahan
seperti krisis ekonomi di Indonesia antara lain menunjukkan tatacara
penyelenggara pemerintah dalam mengelola sumber pembangunan yang tidak di
atur dengan baik.
Penyelenggara pemerintah yang baik sangat dibutuhkan yang dimana
menjadi landasan pembangunan dan pembuatan kebijakan Negara yang
demokratis dalam era globalisasi. Oleh karena itu tata pemerintahan yang baik
perlu segera dilakukan agar segala permasalahan yang timbul dapat diminimalkan,
dipecahkan dan juga dipulihkannya segala bidang dalam masyarakat agar dapat
berjalan dengan baik dan lancar.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian good governance?
2. Apa saja prinsip-prinsip good governance?
3. Apa saja unsur-unsur pokok dalam mewujudkan cita-cita good
governance?
4. Bagaimana good governance dalam skala kecil (Otonomi Daerah)?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah terkait good and clean governance ?
6. Apa kaitan good governance dengan kinerja birokrasi pelayanan publik dan
gerakan anti korupsi?

C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mengetahui pengertian good governance
2. Agar mengetahui prinsip-prinsip good governance
3. Agar mengetahui unsur-unsur pokok dalam mewujudkan cita-cita good
governance
4. Agar mengetahui good governance dalam skala kecil (otonomi daerah)
5. Agar mengetahui kebijakan pemerintah terkait good and clean governance

4
6. Agar mengetahui kaitan good governance dengan kinerja birokrasi
pelayanan publik dan gerakan anti korupsi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Governance

Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam


kosakata ilmu politik. Ia muncul pada awal 1990-an. secara umum, istilah good
and clean governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan
tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
memengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, pengertian good governance tidak
sebatas pengelolaan lembaga pemerintahan semata, tetapi menyangkut semua
lembaga baik pemerintah maupun nonpemerintah (lembaga swadaya masyarakat)

5
dengan istilah good corporate. Bahkan prinsip-prinsip good governance dapat
pula diterapkan dalam pengelolaan lembaga sosial dan kemasyarakatan dari yang
paling sederhana hingga yang berskala besar, seperti arisan, pengajian,
perkumpulan olahraga di tingkat rukun tetangga (RT), organisasi kelas, hingga
organisasi dia atasnya.1

Di Indonesia, substansi wacana good governance dapat dipadankan


dengan istilah pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa. Pemerintahan
yang baik adalah sikap di mana kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang diatur
oleh berbagai tingkatan pemerintah negara yang berkaitan dengan sumber-sumber
sosial, budaya, politik, serta ekonomi. Dalam praktiknya, pemerintahan yang
bersih (clean government) adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur,
transparan, dan bertanggung jawab.2

B. Prinsip-prinsip Good Governance

UNDP (United National Development Planning) memberikan beberapa


karakteristik pelaksanaan good governance, meliputi:3

1. Partisipasi (Participation), keterlibatan masyarakat dalam perbuatan


keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga
perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut
dibangun atas dasar kebebasan bersosialisasi dan berbicara serta
berpartisipasi secara konstruktif.
2. Penegakan Hukum (Rule of law), kerangka hukum yang adil dilaksanakan
tanpa pandang bulu.
3. Transparansi (Tranparency), transparansi di bangun atas dasar kebebasan
memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan
publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

1 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, ( Jakarta : Prenada Media Group, 2015),
hlm.198
2 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.198
3 Sri Handayani, Ilmu Politik dan Kebijakan Kesehatan, (Yogyakarta : Gosyen
Publishing, 2011), hlm.31

6
4. Responsivitas (Responsiveness), lembaga-lembaga publik harus cepat dan
tanggap dalam melayani stake holders.
5. Orientasi Kesepakatan (Concensus Orientation), berorientasi pada
kepentingan masyarakat luas.
6. Kesetaraan (Equity), setiap masyarakat memeliki kesempatan yang sama
untuk memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
7. Efektivitas dan Efisiensi (Efficiency dan Effectiveness), pengelolaan
sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil
guna (efektif).
8. Akuntabilitas (Accountbility), pertanggungjawaban kepada publik atas
setiap aktivitas yang di lakukan.
9. Visi Strategis (Strategic Vision), penyelenggaraan pemerintah dan
masyarakat memiliki visi jauh kedepan.4

C. Unsur-unsur Pokok dalam Mewujudkan Cita-cita Good Governance

Sebagai sebuah paradigma pengelolaan lembaga negara, good and clean


governance dapat terwujud secara maksimal jika ditopang oleh dua unsur yang
saling terkait: negara dan masyarakat madani yang didalamnya terdapat sektor
swasta. Negara dengan birokrasinya dituntut untuk mengubah pola pelayanan
publik dari perspektif birokrasi elitis menjadi birokrasi populis. Birokrasi populis
adalah tata kelola pemerintahan yang berorientasi melayani dan berpihak kepada
kepentingan masyarakat.5

D. Good Governance dalam Skala Kecil (Otonomi Daerah)

Untuk merealisasikan prinsip-prinsip Good and Clean Governance,


kebijakan otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan
model pemerintahan yang menopang tumbuhnya kultur demokrasi di Indonesia.6

4 Sri Handayani, Ilmu Politik dan Kebijakan Kesehatan, hlm.32


5 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.199
6 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.205

7
Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah
memberikan kewenangan pada daerah untuk melakukan pengelolaan dan
memajukan masyarakat dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya dalam
kerangka menjaga keutuhan NKRI. Dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut,
pencapaian tingkat kesejahteraan dapat diwujudkan secara lebih cepat yang pada
akhirnya akan mendorong kemandirian masyarakat.7

E. Kebijakan Pemerintah Terkait Good and Clean Governance

Sejalan dengan prinsip demokrasi, partisipasi masyarakat merupakan salah


satu tujuan dari penerapan good and clean governance. Keterlibatan masyarakat
dalam proses pengelolaan lembaga pemerintahan pada akhirnya akan melahirkan
kontrol masyarakat akan berdampak pada tata pemerintahan yang baik, efektif,
dan bebas dari KKN. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih
berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance, setidaknya dapat
dilakukan melalui pelaksanaan prioritas program, yakni:8

1. Penguatan fungsi dan peran lembaga perwakilan. Penguatan peran


lembaga perwakilan rakyat, MPR, DPR, dan DPRD, mutlak dilakukan
dalam rangka peningkatan fungsi mereka sebagai pengontrol jalannya
pemerintahan.
2. Kemandirian lembaga peradilan. Untuk mewujudkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa berdasarkan prinsip good and clean governance
peningkatan propesionalitas aparat penegak hukum dan kemandirian
lembaga peradilan mutlak di lakukan. Akuntabilitas aparat penegak hukum
dan lembaga yudikatif merupakan pilar yang menentukan dalam
penegakan hukum dan keadilan.
3. Propesionalitas dan Integritas aparatur pemerintah. Perubahan paradigma
aparatur Negara dari birokrasi elitis menjadi birokrasi populis (pelayan
rakyat) harus di barengi dengan peningkatan propesionalitas dan integritas

7 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.205
8 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.204

8
moral jajaran birokrasi pemerintah. Akuntabilitas jajaran birokrasi akan
berdampak pada naiknya akuntabilitas dan legitimasi birokrasi itu sendiri.
Aparatur birokrasi yang mempunyai karakter tersebut dapat bersinergi
dengan pelayanan birokrasi secara cepat, efektif, dan berkualitas.
4. Penguatan partisipasi masyarakat madani (civil society). Peningkatan
partisipasi masyarakat adalah unsur penting lainnya dalam merealisasikan
pemerintah yang bersih dan berwibawa. Partisipasi masyarakat dalam
proses kebijakan publik mutlak di lakukan dan di fasilitasi oleh negara
(pemerintah). Peran aktif masyarakat dalam proses kebijakan publik pada
dasarnya di jamin oleh prinsip-prinsip HAM masyarakat mempunyai hak
atas informasi, hak untuk menyampaikan usulan, dan hak untuk
melakukan kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah.
5. Peningkatan kesejahteraan rakyat dalam kerangka otonomi daerah, untuk
merealisasikan prinsip-prinsip clean and good governance, kebijakan
otonomi daerah dapat dijadikan sebagai media transformasi perwujudan
model pemerintahan yang menopang tumbuhnya kultur demokrasi di
Indonesia.9

F. Kaitan Good Governance Dengan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik Dan


Gerakan Anti Korupsi

Pelayanan umum atau pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh
pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada
masyarakat, dengan ataupun tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan
atau kepentingan masyarakat. Dengan demikian, yang bisa memberikan pelayanan
publik kepada masyarakat luas bukan hanya instansi pemerintah, melainkan juga
pihak swasta. Pelayanan publik yang di jalankan oleh instansi pemerintah
bermotif sosial dan politik, yakni menjalankan tugas pokok serta mencari
dukungan suara. Adapun, pelayanan publik oleh pihak swasta bermotif ekonomi,
yakni mencari keuntungan.10

9 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.205

9
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan publik menjadi titik strategis
untuk memulai pengembangan dan penerapan good and clean governance di
Indonesia. Pertama, pelayanan publik selama ini menjadi area di mana negara
yang diwakili pemerintah berinteraksi dengan lembaga nonpemerintahan.
Keberhasilan dalam pelayanan publik akan mendorong tingginya dukungan
masyarakat terhadap kerja birokrasi; kedua, pelayanan publik adalah wilayah di
mana berbagai aspek good and clean governance bisa di artikulasikan secara lebih
mudah; ketiga, pelayanan publik melibatkan kepentingan semua unsur
governance, yaitu pemerintah, masyarakat, dan mekanisme pasar. Dengan
demikian, pelayanan publik menjadi titik pangkal efektifnya kinerja birokrasi.11

Menurut Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), korupsi


merupakan tindakan yang merugikan kepentingan umum dan masyarakat luas
demi keuntungan pribadi atau kelompok tertentu. Kasus-kasus korupsi Indonesia
tidaklah berdiri sendiri. Banyak kalangan korupsi kolektif banyak di lakukan para
politisi di saat mereka melakukan dan menentukan anggaran pembangunan hingga
penyelenggaraan tender proyek dan melaksanakan proyek pembangunan.12

Perilaku korup demikian harus diberikan sanksi pidana karena dampaknya


yang sangat merugikan dan merusak bagi pemberi amanah, yaitu rakyat, Negara
dan pemegang saham (bagi swasta). Dampak itu diantaranya dapat berupa
kemiskinan, pengingkaran terhadapa kemanusiaan dan hak asasi manusia,
ketidakadilan, kejahatan dan penyakit sosial yang meluas, lumpuhnya
pemerintahan, kerusakan lingkungan, bencana alam (man-made disarter),
kebangkrutan ekonomi dan perusahaan, dan runtuhnya suatu Negara.13

10 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.209
11 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.209
12 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.206
13 Roby Arya Brata, Good Governance Dan Permasalahan Pemerintahan Strategis,
(Bogor : IN MEDIA, 2014), hlm.14

10
Pada hakikatnya, korupsi tidak dapat ditangkal hanya dengan satu cara.
Penanggulangan korupsi harus dilakukan dengan pendekatan komprehensif,
sistemis, dan terus menerus. Pengggulangan tindakan korupsi dapat dilakukan
antara lain dengan :14

1. adanya political will and political action dari pejabat negara dan lembaga
pemerintah pada setiap satuan kerja organisasi untuk melakukan langkah
proaktif pencegahan dan pemberantasan perilaku dan tindak pidana
korupsi. Tanpa kemauan kuat pemerintah untuk memberantas korupsi di
segala lini pemerintah kampanye pemberantasan korupsi hanya omong
belaka.
2. Penegakan hukum secara tegas dan berat.
3. Membangun lembaga-lembaga yang mendukung upaya pencegahan
korupsi, misalnya komisi Ombudsman sebagai lembaga yang memeriksa
pengaduan pelayanan administrasi publik yang buruk. Di Indonesia telah
dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tim Penuntasan Tindak
Pidana Korupsi (Timtastipikor) dengan tugas melakukan investigasi
individu dan lembaga, khususnya aparatur di pemerintah yang melakukan
korupsi. Selain lembaga bentukan pemerintah, masyarakat juga
membentuk lembaga yang mengemban misi tersebut, seperti Indonesia
Corruption Watch (ICW) dan lembaga sejenis.
4. Membangun mekanisme penyelenggaraan pemerintah yang menjamin
terlaksananya praktik good and clean governance, baik di sektor
pemerintah, swasta, atau organisasi kemasyarakatan.
5. Memberikan pendidikan antikorupsi, baik melalui pendidikan formal,
maupun nonformal.
6. Gerakan agama antikorupsi, yaitu gerakan yang membangun kesadaran
keagamaan dan mengembangkan spiritualitas antikorupsi.15

14 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.207
15 A. Ubaedillah & Abdul Rozak, Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic Education)
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, hlm.208

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Good and clean governance segala hal yang terkait dengan tindakan atau
tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau memengaruhi
urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa sesuai
dengan cita-cita good governance, seluruh mekanisme pengelolaan negara harus
di lakukan secara terbuka. Kontrol masyarakat akan berdampak pada tata
pemerintahan yang baik dan efektif (good goverment) dan bersih (clean
goverment), bebas dari KKN. Serta mewujudkan pemerintahan yang baik dan
bersih berdasarkan prinsip-prinsip pokok good and clean governance

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Ubaedillah & Abdul Rozak. 2015. Pendidikan Kewarga[Negara]an (Civic


Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Jakarta : Prenada Media Group

Brata, Roby Arya. 2014. Good Governance Dan Permasalahan Pemerintahan


Strategi. Bogor : IN MEDIA

Handayani, Sri. 2011. Ilmu Politik dan Kebijakan Kesehatan. Yogyakarta :


Gosyen Publishing

13

Вам также может понравиться