Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya.Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati
aktivitas perawatan diri secara mandiri.

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,


keamanan, dan kesehatan.Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan
personal hygienenya sendiri.Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan
kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan
sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.

1. 2 Tujuan

Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Jiwa.Adapun tujuan lainnya
yaitu:

a) Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.


b) Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
c) Mahasiswa mengetahui manifestasi klinis defisit perawatan diri.
d) d.Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
e) Mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi dari defisit perawatan
diri dan dapat mengimplementasikannya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam


memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes
2000).Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan


untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan diri.Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati
aktivitas perawatan diri secara mandiri.

2.2 Jenis-jenis Perawatan Diri


1) Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2) Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3) Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4) Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :
2004, 79)
2.3 Etiologi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri


adalah sebagai berikut :

1) Kelelahan fisik
2) Penurunan kesadaran

Menurut Depkes (2002:20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Faktor predisposisi:

a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan realistis turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya
situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah / lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000 : 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:

a) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri,
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri maka kemungkinan
akan terjadi perubahan pada personal hygiene.
c) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
g) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hygiene :

1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.4 Tanda Dan Gejala

Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :

1) Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
2. 5 Mekanisme Koping

1) Regresi
2) Penyangkalan
3) Isolasi diri, menarik diri
4) Intelektualisasi
2.6 Rentang Respon Kognitif

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :

1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri


a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus

3.2 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. P
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 25 tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Bertani
Alamat : Dusun Lau Kersik Ds. Kuta Gajah Kec.
Kutambaru Kab. Langkat
Tanggal Masuk RS : 13 Januari 2013
No. Register : 02.91.57
Ruangan/Kamar : Sibual-buali
Tanggal pengkajian : 18 juni 2013
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
II.KELUHAN UTAMA :
Klien sering mengamuk kepada ibunya karena tidak dibelikan rokok;
menghancurkan barang-barang seperti kaca, lemari, dan jendela; bicara dan
tertawa sendiri; dan tidak bisa tidur.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1) Apa penyebabnya :
Klien mengatakan jika putus rokok ia merasa stress lalu memarahi dan
memukul ibunya. Teman-teman klien juga sering mengejek dirinya karena
bau badan. Klien malas mandi karena menurutnya mandi itu bukanlah hal
yang penting.
2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Untuk memperbaiki keadaannya, klien mengatakan harus diberikan rokok
setiap hari.

B. Quantity/Quality
1) Bagaimana dirasakan :
Klien mengatakan sudah merasa tenang selama di rawat di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan, akan tetapi masih sering
melihat bayangan laki-laki lewat pada malam hari dan mendengar suara-
suara yang mengatakan bahwa klien di suruh untuk merokok dan memukul
temannya pada malam hari saja.
2) Bagaimana di lihat :
Klien tampak binggung dan gelisah.
C. Severity
Klien merasa tidak terganggu dengan kondisinya saat ini yaitu sering
mendengar suara-suara palsu pada malam hari yang menyuruhnya untuk
merokok dan memukuli temannya, melihat bayangan laki-laki yang lewat
pada malam hari, dan badannya yang berbau dan kotor karena malas
mandi.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Lebih kurang 1 tahun yang lalu, klien mengalami gangguan jiwa dan di
rawat di RS. Jiwa PROV.SU. Akan tetapi, setelah 6 bulan tinggal di
rumah, klien kembali di rawat di RS. Jiwa PROV.SU karena tidak
mengkonsumsi obat selama tinggal di rumah.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Usaha pengobatan yang pernah dilakukan pada klien yaitu dengan di rawat
RS. Jiwa PROV.SU dan dengan meminum obat.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Lebih kurang 1 tahun yang lalu, klien pernah di rawat di RS. Jiwa
PROV.SU.
D. Lama dirawat
Klien pernah dirawat di RS. Jiwa PROV.SU selama 380 hari.
E. Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Saat ini kedua orang tua klien masih hidup dan tidak memiliki riwayat
penyakit yang sama dengannya. Orang tua klien hanya pernah menderita
penyakit demam biasa.
B. Saudara Kandung
Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama seperti
yang di deritanya yaitu gangguan jiwa.
C. Penyakit keturunan yang ada
Keluarga klien tidak mempunyai penyakit keturunan gangguan jiwa seperti
yang dialaminya.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga klien yang
mengalami penyakit gangguan jiwa sepertinya.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mempunyai persepsi bahwa dirinya mengalami Gangguan Jiwa dan
sedang di rawat di RS. Jiwa PROV.SU. Klien berharap cepat sembuh agar
klien dapat pulang ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya.
B. Konsep Diri
1) Gambaran diri : Klien mengatakan bahwa ia menyukai matanya,
karena mempunyai bulu mata yang lentik.
2) Ideal diri : Klien mengatakan bahwa ia ingin cepat sembuh dan
pulang ke rumahnya.

3) Harga diri : Klien merasa bahwa ia tidak mampu melakukan apa


apa.

4) Peran diri : Klien berperan sebagai anak ke 3 dari 4 saudara dan


bekerja membantu orang tuanya sebagai petani di sawah milik
orang tuanya.
5) Identitas : Klien seorang laki-laki yang pendidikan terakhirnya
SMP dan bekerja sebagai seorang petani di sawah milik orang
tuanya.
C. Keadaan Emosi
Klien tidak bisa mengontrol emosinya jika tidak diberikan rokok, jika di
paksa mandi oleh orang tua nya, dan jika mendengar suara-suara pada
malam hari yang menyuruh memukul temannya.
D. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang berarti
dihidupnya ialah kedua orang tua nya.
2) Hubungan dengan keluarga : Menurut klien hubungannya dengan
keluarga saat ini kurang baik karena orang tuanya sering
melarangnya untuk tidak merokok dan membuang kebiasaan
buruknya yaitu malas untuk mandi.
3) Hubungan dengan orang lain : Hubungan klien dengan orang lain
kurang baik karena orang-orang terutama temannya sering
mengejeknya kotor dan berbau badan.
4) Hambatan dengan berhubungan dengan orang lain : Menurut klien
hambatannya berhubungan dengan orang lain karena selalu curiga
dengan orang lain yang sering sekali mengatainya kotor dan berbau
badan.
E. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama Islam dan percaya
akan adanya Tuhan Yang Maha Esa di dunia ini.
2) Kegiatan ibadah : Selama di rawat di RS. Jiwa PROV.SU klien
jarang melakukan kegiatan ibadah dan shalat lima waktu karena
malas.
VII. STATUS MENTAL
1. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien binggung karena sering melihat penampakan laki-
laki pada malam hari dan sering mendengar suara-suara yang menyuruhnya
merokok pada malam hari.
2. Penampilan
Penampilan klien terlihat tidak rapi, tampak jorok karena jarang mandi,
mengeluarkan air liur saat diam maupun berbicara, kulit tampak kusam dan
berdaki, kuku terlihat panjang dan kotor, mulut dan giginya tampak kotor
dan berbau.
3. Pembicaraan
Klien selalu berbicara dengan nada yang keras, cepat, tampak berfikir pada
waktu berbicara, dan mampu memulai pembicaraan pada saat di wawancara.
4. Alam perasaan
Klien terlihat periang, sering tertawa berlebihan pada hal tidak ada cerita
yang lucu untuk ditertawakan, tidak pernah merasa ketakutan jika melihat
sosok laki-laki pada malam hari, mendengar suara-suara pada malam hari
yang menyuruhnya merokok dan memukul temannya.
5. Afek
Klien terlihat labil saat di wawancara, mimik wajahnya tidak sesuai dengan
cerita yang sedang di ceritakannya.
6. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif atau nyambung saat di wawancara, terlihat curiga saat di
wawancara, akan tetapi tidak mudah tersinggung, dan kontak matanya
tampak melotot.
7. Persepsi
Klien sering melihat bayangan laki-laki lewat, mendengar suara-suara yang
menyuruhnya merokok dan memukul temannya hanya pada malam hari
saja.
8. Proses pikir
Klien tampak mengulangi perkataannya agar lawan bicaranya percaya
dengan apa yang dikatakannya.
9. Isi pikir
Jika diberikan pertanyaan klien mampu menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan jawaban dari pertanyaan tersebut.
10. Waham
Klien selalu curiga jika melihat orang karena merasa orang-orang
membicarakan tentang dirinya. Akan tetapi, sikap curiga klien belum bisa
dikatakan waham curiga karena rasa curiganya masih batas normal.
11. Memori
Klien mampu mengingat kejadian jangka panjang maupun kejadian jangka
panjang, akan tetapi semua ingatannya tidak tahu kebenarannya karena
belum dipastikan kebenarannya dengan pihak keluarga.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Compos Mentis (CM)
B. Tanda-tanda vital
Pada saat di periksa tekanan darah klien 120/70 mmHg, dengan suhu tubuh
37c, nadi 78x/menit, pernafasan 20x/menit, tinggi badan 160 cm, dan berat
badannya 61 kg.
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut : Bentuk kepala klien simetris, ubun-ubunnya terlihat
normal, dan kulit kepalanya kotor karna tidak pernah memakai shampo.
Rambut : Penyebaran rambut klien tampak merata di seluruh kepala,
rambutnya berwarna hitam dan berbau.
Wajah : Struktur wajah klien berbentuk oval dan berwarna kuning langsat,
pucat, kusam, dan berdaki.
Mata : Kedua mata klien masih baik dan simetris janan dan kiri, tidak ada
kelainan pada palpebra, konjungtiva isokor kanan dan kiri, pupil sama besar
antara kanan dan kiri, cornea dan iris matanya berwarna bening, visus jernih,
tidak ada tekanan pada bola matanya, akan tetapi pada saat berbicara dengan
orang lain klien tampak melotkan matanya.
Hidung : Tidak ada kelainan pada tulang hidung dan posisi septum nasi
klien, lubang hidung klien kotor, dan cuping hidungnya normal.
Telinga : Klien masih bisa mendengar dengan baik, bentuk dan ukuran
telinga simetris kanan dan kiri, akan tetapi lubang telinga klien tampak kotor.
Mulut dan faring : Mulut klien berbau, keadaan bibirnya terlihat basah
karena klien selalu mengeluarkan air liur, tidak ada peradangan pada gusi,
lidah tampak berwarna putih , gigi atas bagian depan terlihat ompong karena
pernah di pukul temannya hal itu terjadi akibat halusinasi pendengaran yang
menyuruh klien memukuli temannya sehingga temannya membalas memukul
bagian mulutnya.
Leher : Posisi trachea klien normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
memiliki suara yang normal, tidak ada pembengkakan pada kelenjar limfe,
tidak ada peningkatan tekanan pada vena jugularis, dan denyut nadi karotis
teraba dengan jelas.
Pemeriksaan integumen : Integumen klien terlihat kotor karena malas mandi
memakai sabun, bagian akralnya hangat, berwarna kuning langsat dan
berdaki, turgor kulit kembali <1 detik, kulit kering, dan tidak ada kelainan
pada kulit.
Pemeriksaan thoraks/dada : Tidak ada kelainan pada thoraks klien,
pernafasan 20x/menit, dan tidak ada tanda kesulitan pada saat bernafas.
Pemeriksaan Abdomen : Pada saat di inspeksi tidak ada pembengkakan
pada abdomen klien.
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya : Rambut pubis klien tumbuh merata,
lubang uretra ada, dan tidak ada kelainan pada anus dan perineum.
Fungsi motorik klien : tidak terganggu, terlihat dari cara berjalannya yang
normal.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


1) Pola makan dan minum
Setiap harinya klien makan 3 kali sehari dengan nafsu makan yang baik, tidak
ada nyeri pada ulu hati, tidak memiliki riwayat alergi, tidak mual dan muntah,
tampak bergabung dengan temannya pada saat makan. Pada pagi hari klien
makan pukul 08.30 wib, siang hari pukul 12.30 wib, san sore hari pukul 18.00
wib. Setiap makan klien dapat menghabiskan makanannya 1 piring nasi
beserta lauk dan pauk, akan tetapi klien tidak dapat makan seperti layaknya
manusia normal. Klien terlihat berlepotan dan nasinya banyak yang
berjatuhan di pakaian dan lantai.
2) Perawatan diri/personal hygiene
Klien tidak dapat merawat kebersihan tubuhnya, terlihat dari tubuh klien yang
terlihat kotor, berbau, dan berdaki; gigi klien kuning; mulutnya berbau, kuku
kaki dan tangan tampak panjang dan kotor karena tidak di rawat.
3) Pola kegiatan/Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas makan, mandi, BAB/BAK, ganti pakaian
dengan sendirinya, akan tetapi harus diingatkan terlebih dahulu oleh perawat
ruangan. Selama di RS. Jiwa PROV.SU klien jarang melakukan kegiatan
ibadah dan shalat 5 waktu karena malas.
4) Pola Eliminasi
a) BAB
Klien mengatakan bahwa dirinya BAB 2 kali dalam sehari, karakter
fesesnya kadang keras dan kadang lembek, tidak ada perdarahan pada saat
BAB, BAB terakhir pada saat malam hari, tidak terkena diare, dan tidak
menggunakan laksatif.
b) BAK
Klien mengatakan bahwa dirinya BAK 5 kali dalam sehari, karakter urine
tidak menentu terkadang kuning dan putih, tidak merasakan kesulitan dan
tidak merasa nyeri saat BAK, tidak mempunyai riwayat penyakit ginjal.
5. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Klien terlihat kooperatif saat berbicara dengan orang lain, dapat
melakukan teknik relaksasi dengan baik, dan melakukan kegiatan olah
raga setiap pagi dengan teman-temannya.
b. Malaptif
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah minum alkohol, klien
tampak mempunyai reaksi yang berlebihan saat berbicara, dan tidak
pernah mencederai dirinya sendiri.

ANALISA DATA

No Data Masalah Keperawatan


1. DS : Defisit Perawatan Diri
 Klien mengatakan selalu mandi asal-
asalan karena malas mandi.
 Klien mengatakan malas mandi pakai
sabun.
 Klien mengatakan malas menyikat
giginya.
 Klien mengatakan malas untuk memotong
kuku kaki dan tangannya
DO :
 Klien tampak kotor dan tidak
 rapi.
 Kulit klien tampak kusam, kotor, dan
berdaki.
 Mulut klien tampak kotor, giginya
berwarna kuning, dan berbau mulut.
 Pada saat makan klien terlihat asal-asalan
sehingga nasinya berlepotan di sekitar
wajahnya dan jatuh di lantai.
 Klien terlihat mengeluarkan air liur saat
diam maupun berbicara.
2. DS : Halusinasi Penglihatan
 Klien Mengatakan sering mendengarkan dan Pendengaran
suara-suara pada malam hari yang
menyuruhnya untuk merokok, memukul
ibu nya jika tidak di beri rokok, dan
memukul temannya tanpa sebab.
 Klien mengatakan sering terbangun dan
melihat bayangan laki-laki yang lewat di
hadapannya pada malam hari.
 Karena sering melihat sosok laki-laki
yang muncul dihadapannya pada malam
hari, klien jadi sulit untuk tidur kembali.
DO:
 Klien terlihat tersenyum sendiri.
 Klien sering tampak binggung.
 Mata klien tampak sedikit merah karena
mengantuk.
 Kantung mata klien sedikit kehitaman.
 Klien terlihat menguap saat di wanancara.
 Wajah klien terlihat kusam

3. DS : Perilaku Kekerasan
 Klien mengatakan sering marah-marah
karena tidak dibelikan rokok pada ibunya.
 Klien mengatakan pernah memukuli
ibunya jika tidak dibelikan rokok.
 Klien mengatakan pernah memecahkan
jendela tetangga, memecahkan kaca
lemari di rumahnya karena sering di ejek
bau badan dan gila oleh teman-temannya.
 Klien mengatakan pernah memukuli
temannya karena ada suara-suara yang
menyuruhnya.
DO :
 Wajah klien terlihat kesal saat
mengatakan tidak dibelikan rokok oleh
ibunya, saat di ejek bau badan dan gila
oleh teman-temannya.
 Mata klien tampak melotot dengan nada
suara yang keras.
3.3 MASALAH KEPERAWATAN
1) Defisit Perawatan Diri

2) Halusinasi Penglihatan dan Pendengaran

3) Perilaku Kekerasan

3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)


1) Defisit Perawatan Diri

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya.Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.Seperti pada orang sehat
dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri.Cara perawatan diri
menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.

3.2 Saran

Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran
sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.Jakarta :
EGC.

Depkes.2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7.Jakarta : EGC

Keliat.B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI .Jakarta : EGC

Keliat.B.A. 2006.Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.


Yogyakarta : Momedia

Perry, Potter. 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC


Rasmun S. Kep. M 2004.Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan.Jakarta : CV Sagung Seto

Stuart, Sudden, 1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3.Jakarta : EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006.
Jakarta : Prima Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan


Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC

Вам также может понравиться