Вы находитесь на странице: 1из 7

TREN & ISSUE PRAKTIK KEPERAWATAN KELUARGA

LEGAL ETIK TELEHEATH DALAM HOME CARE

Disusun Oleh

Kelompok II:

Arista Jawamara (1608.14201.452)

Lisye A. Miru (1608.14201.491)

Marzella.I.C.Milla (1608.14201.498)

Melvianus Maru (1608.14201.500)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2019

1
1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang. Perawat dianggap sebagai


salah satu profesi kesehatan yang harus dilibatkan dalam pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia. Salah satu tujuan
pembangunan kesehatan di Indonesia adalah pemerataan pelayanan kesehatan
ke seluruh daerah di Indonesia (Riskesdas, Balitbangkes, dan Kemenkes RI,
2016). Namun yang menjadi permasalahanya adalah belum adanya sebuah
akses layanan kesehatan yang bisa di gunakan untuk memenuhi layanan
kesehatan hingga pelosok daerah secara menyeluruh dan merata bagi pasien
yang membutuhkan perawatan lanjutan di rumah.

Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2016 prevalensi pasien stroke Nasional


10,3% dan Sumatera Utara 6% dari total populasi. Sementara prevalensi
penyakit DM Nasional 3,4% , Penyakit Jantung coroner 6,7% . Dari ketiga skala
data penyakit ini sangat membutuhkan perawatan lanjutan di keluarga maupun
rumah dalam masa rehabilitasi dan proses pemulihan. Namun yang menjadi
permasalahanya adalah belum tersedianya jasa layanan kesehatan atau
perawatan oleh tenaga professional yang teorganisir secara baik dan
profesional.

Kondisi pasien stroke ketika pulang dari rumah sakit, seringkali masih
mengalami gejala sisa, misalnya gangguan motorik (hemiplegi/hemiparese) atau
pasien yang pulang dengan keadaan bedrest total, kehilangan komunikasi atau
kesulitan berbicara, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek
psikologik akan berdampak pada aktivitas hidup sehari-hari, sehingga peran
keluarga sangat dibutuhkan untuk merawat anggota keluarga pasca stroke
(American Stroke Association, 2014; Mulyatsih, 2010). Sementara hampir 50%
pasien dengan gagal jantung mengalami penurunan kualitas hidup karena
ketidakmampuan secara fisik, sehingga sangat diperlukan adanya home care
sebagai tindak lanjut dari perawatan di rumah sakit untuk menurunkan kejadian
dirawat kembali, menurunkan cost dan meningkatkan kualitas hidup (Smeltzer,
et al, 2008). Pasien DM dengan komplikasi luka, diperlukan teknik perawatan

2
luka yang benar. Perawatan luka tidak bisa dilakukan sendiri oleh pasien atau
keluarga, jika pasien memilih untuk tetap dilakukan rawat inap di rumah sakit
sampai luka sembuh dibutuhkan waktu lama dan biaya yang besar , sehingga
mutlak dibutuhkan perawat home care untuk perawatan luka (Howthorne, et al,
2010).

Home care merupakan bagian atau lanjutan dari pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu dan
keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat
kemandirian dan meminimalkan dampak penyakit. Pelayanan home care juga
meliputi konseling yang bermanfaat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
penggunaan obat, sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun
hilangnya produktivitas) dapat ditekan (Schnipper, 2006). Perawat yang
melakukan pelayanan keperawatan di rumah (home care) mempunyai peran
untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit dan peme-
liharaan kesehatan sehinga penerapan proses keperawatan di rumah, terjadi
proses alih peran dari perawat kepada klien dan keluarga (sasaran), dan
diharapkan secara bertahap dapat mencapai kemandirian klien beserta keluarga
sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.

3
2. Pembahasan

A. Definisi

Telenursing merupakan sistem pemberian pelayanan keperawatan yang


efektif, dimana ia membuat keluarga lebih mudah untuk mendapatkan informasi
pelayanan keperawatan dan meningkatkan kemampuan pasien untuk merawat
dirinya sendiri (Wikipedia, 2011). Selain itu telenursing juga membantu pasien dan
keluarga untuk ikut berpartisipasi aktif dalam perawatan terutama self-management
untuk penyakit kronis dan mengurangi lama perawatan (Length of Stay). Sistem ini
memfasilitasi perawat memberikan informasi dan dukungan yang akurat secara
online.

B. Tujuan

Tujuan dari SIM telenursing adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis,
melainkan difokuskan pada dimensi dari urgensi (Fairchild L.S, Elfrink V, Dieckman
A, 2006). Sehingga para perawat akan lebih terfokus pada informasi, dukungan,
dan meningkatkan pengetahuan. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik
sehingga setiap perkataan akan mudah untuk didengar dan dipahami. Dengan
demikian keluarga akan termotivasi untuk mengikuti saran perawat. Sebuah
komunikasi yang berpusat pada keluarga adalah teknik pendekatan yang disukai
dalam rangka membina hubungan antara keluarga dan tenaga professional
(Hartford Kathleen, 2005

Hasil penelitian ini tersedianya Sistem Informasi Manajemen Berbasis Home


Visit Telenursing Di RSUD Dr. M.YUNUS yang bertujuan melakukan monitoring,
pendidikan, follow up, pengkajian dan pengumpulan data, melakukan intervensi,
memberikan dukungan pada keluarga dan perawatan multidisiplin yang inovatif
serta kolaborasi, terdiri dari 10 menu diantaranya adalah :

a) Program login admin telenursing


b) Tampilan menu utama
c) Database past data
d) Databese vital sign
e) Database riwayat keluarga
f) Database input email
g) Database video mail
h) System audio-vidio, satelit dan system komunikasi yang lain (Jackson S,
2008).

4
C. Aspek Legal Etik
1. Dasar Hukum dalam Home Care
Dasar hokum praktik home care adalah praktek pelayanan mandiri.
Perawat yang di atur dalam beberapa undang-undang. Di antaranya yaitu :
a) UU Kes.No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
b) PP.No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
c) Kepmenkes No.1239 tahun 2001 tentang regitrasi dan praktik
keperawatan.
d) SK Menpen No. 94/KEP/M.PAN/11/2001 tentang jabatan fungsional
perawat.
2. Ruang Lingkup dalam Home Care
Menurut PPNI (2009) ruang lingkup dalam pelayanan Home Care adalah :
a) Memberi asuhan keperawatan secara komperhensif dan holistic
(bio,psiko, sosio, spiritual, cultural)
b) Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan
kepada keluarga.
c) Melakukan koordinasi dengan tim yang lain jika praktik di lakukan
secara berkelompok.
d) Sebagai pembela (advokat klien)
e) Menentukan frekuensi atau lamanya pelayanan keperawatan pada
klien .
f) Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga.
3. Prinsip Pelayanan Home Care.
Menurut PPNI (2009) Prinsip Pelayanan home care adalah :
a) Pengelolaan home care di laksanankan oleh perawat.
b) Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam
praktik.
c) Mengumpulkan data secara akurat, sistematis dan komperhensif.
d) Menggunakan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan dalam
mentakan diagnose.
e) Mengembangkan rencana keperawatan di dasarkan pada kebutuhan
dasar .
f) Memberi pelayanan paripurna yang terdiri dari preventif, kuratif,
promotif, dan rehabilitative.

D.Solusi

a) home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang


dikenal oleh klien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit klien akan
merasa asing dan perlu adaptasi

5
b) home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan
secara fokus pada satu klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi
pada beberapa pasien
c) home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi klien,
dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara komprehensif
(biopsikososiospiritual)
d) home care menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang
berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu;
e) home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam
memonitor kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana
berguna memahami perubahan pola dan perawatan klien
f) home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana keluarga
dapat melakukan kegiatan lain dengan tidak meninggalkan klien
g) pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan kesehatan
yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan dalam pelaksanaan
perawatan yang dilakukan keluarga.

E.Solusi

Menurut Amy Peck (2005) ada tiga ketegori dasar hambatan dalam
telenursing, meliputi: perilaku, legislatif, dan teknologi. Hambatan perilaku, ada
ketakutan bahwa perawat akan mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya
perawat akan resisten terhadap telenursing akibat kurangnya penguasaan
terhadap teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi. Namun dengan
adanya pelatihan dan adanya support system, perawat bisa merasakan manfaat
telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai issue
kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang
telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan standar data
mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa
bekerja. Ketersediaan system penyimpanan data pasien kapanpun dan
dimanapun provider membutuhkannya (Johnsson A-M & Willman A. 2008).

6
F.Kesimpulan

Home Visit Berbasis SIM Telenursing meliputi :

a) Program login admin telenursing

a) Tampilan menu utama


b) database pastdata
c) databese vital sign
d) database riwayat keluarga
e) database input email
f) database video mail
g) database health subcenter
h) database pembayaran)

Home Visit Berbasis SIM Telenursing dikembangkan secara online melalui website,
dengan tahapan input, proses dan output (laporan) baik admin RS maupun pasien.
Telenursing menyediakan program perawatan profesional dengan layanan
konsultasi, evaluasi, dan penelusuran pasti yang dapat meningkatkan aksesibilitas
ke masyarakat yang menerima layanan medis atau informasi proses perawatan di
tempat-tempat terpencil, meningkatkan saluran konsultasi dengan dokter, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi waktu evaluasi yang panjang,
dan meminimalkan pemindahan pasien dan informasi perawatan yang tidak perlu.

Вам также может понравиться