Вы находитесь на странице: 1из 11

LEMBARAN DAERAH

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI


NOMOR 8 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI


NOMOR 8 TAHUN 2007

TENTANG

PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SERDANG BEDAGAI,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dipandang
perlu menetapkan suatu Peraturan Daerah tentang Pembentukan Badan
Permusyawaratan Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan


Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi
Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4346);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

-1-
3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4262);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4857);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

dan

BUPATI SERDANG BEDAGAI

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN BADAN


PERMUSYAWARATAN DESA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Serdang Bedagai;

-2-
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Serdang Bedagai;

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat


Daerah Kabupaten Serdang Bedagai;

5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Serdang


Bedagai;

6. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai Perangkat Daerah


Kabupaten dan atau Daerah Kota;

7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas


wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;

8. Badan Permusyawaratan Desa selanjutnya disingkat BPD adalah


lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintahan Desa;

9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Desa;

10. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh


Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

BAB II
PERSYARATAN ANGGOTA BPD
Pasal 2

Yang dipilih menjadi anggota BPD adalah penduduk Desa setempat


dengan syarat – syarat :
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. warga negara Republik Indonesia;
c. setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

-3-
d. berpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
atau yang sederajat, serta dibuktikan dengan ijazah/STTB;
e. berumur sekurang-kurangnya 25 tahun dan atau telah menikah;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. berkelakuan baik, jujur dan adil;
h. untuk pegawai negeri/swasta harus mendapat persetujuan tertulis
dari atasan/instansi;
i. terdaftar sebagai penduduk Desa yang bersangkutan sekurang-
kurangnya 2 (dua) tahun terakhir pada saat pendaftaran Bakal Calon
dengan tidak terputus-putus;
j. tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

BAB III
MEKANISME PENETAPAN ANGGOTA BPD dan Musyawarah
Pembentukan Anggota BPD
Pasal 3
(1) Anggota BPD adalah wakil dari penduduk dusun pada desa
bersangkutan.
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari :
a. Ketua Rukun Warga atau sebutan lainnya yang sejajar
kedudukannya.
b. Pemangku adat
c. Golongan profesi
d. Pemuka agama
e. Tokoh/pemuka masyarakat lainnya.
(3) Penetapan jumlah anggota BPD :
a. Jumlah Anggota BPD dibagi habis secara proposional berdasarkan
jumlah dusun, jika terdapat sisa kuota, maka sisa tersebut
diberikan kepada dusun yang lebih banyak penduduknya.
b. Jumlah kuota calon anggota BPD sebagaimana dimaksud pada
huruf a ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Desa dan
diumumkan seluas-luasnya dalam wilayah dusun di Desa yang
bersangkutan.
c. Apabila ternyata jumlah dusun melebihi jumlah kuota anggota BPD
yang ada, maka beberapa dusun dapat bergabung menurut
kreteria sosial, budaya dusun yang bersamaan untuk menunjuk
utusan.

-4-
(4) Musyawarah tingkat dusun :
a. Kepala Dusun memfasilitasi pembentukan panitia musyawarah
tingkat dusun.
b. Panitia musyawarah tingkat dusun berjumlah paling banyak 5
(lima) orang dan bertugas untuk melakukan penjaringan dan
seleksi bakal calon BPD sebagaimana perwakilan dusun dan
bermusyawarah menentukan nomor urut atau peringkat calon
anggota BPD.
c. Jumlah calon anggota BPD sebagai perwakilan dusun adalah 2
(dua) kali jumlah kuota yang ada.
d. Panitia musyawarah dusun tidak berhak mencalonkan diri menjadi
anggota BPD.
e. Hasil musyawarah tingkat dusun dituangkan dalam berita acara.
(5) Musyawarah tingkat Desa :
a. Kepala Desa mengadakan musyawarah pembentukan BPD yang
dihadiri oleh para Kepala Dusun, panitia musyawarah dusun, calon
anggota BPD dari masing-masing dusun.
b. Musyawarah tingkat desa menetapkan keanggotaan BPD sesuai
dengan pengajuan yang disampaikan oleh masing-masing dusun.
c. Calon anggota BPD yang tidak ditetapkan sebagai anggota BPD
dalam musyawarah tingkat Desa, ditetapkan menjadi anggota
pengganti antar waktu (PAW) dari dusun yang sama.
d. Hasil musyawarah tingkat desa dituangkan dalam sebuah berita
acara.
e. Berita acara musyawarah tingkat Desa dan berkas-berkas anggota
calon BPD disampaikan kepada Bupati melalui camat untuk
pembuatan SK peresmiannya.
f. Biaya panitia musyawarah dalam rangka pembentukan BPD
dibebankan kepada APB Desa
(6) Calon anggota BPD yang telah ditetapkan sebagai perwakilan dari
dusun di sampaikan kepada panitia pelaksana musyawarah untuk di
teliti kelengkapan persyaratan calong anggota BPD.
(7) Rapat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk memilih
Bakal Calon Anggota BPD dengan musyawarah dan mufakat diikuti
oleh Panitia Musyawarah, anggota BPD periode sebelumnya, Kepala
Desa, Bakal Calon Anggota BPD, Perangkat Desa, Ketua Rukun Warga
atau sebutan lain, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama,
tokoh pemuka masyarakat lainnya yang ditentukan oleh Panitia
Pelaksana Musyawarah;
(8) Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5
(lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang dengan

-5-
memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan
keuangan desa.
(9) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bagi
habis secara proporsional berdasarkan jumlah dusun di desa yang
bersangkutan.
(10) Apabila setelah di bagi habis perdusun ternyata terdapat sisa kuota,
maka sisa tersebut di serahkan pada dusun – dusun yang memiliki
jumlah penduduk lebih banyak.

Pasal 4
Jumlah anggota BPD ditentukan berdasarkan jumlah penduduk desa yang
bersangkutan dengan ketentuan :
a. jumlah <1500 jiwa = 5 orang anggota;
b. jumlah 1501 jiwa s/d 2000 jiwa = 7 orang anggota;
c. jumlah 2001 jiwa s/d 2500 jiwa = 9 orang anggota;
d. jumlah lebih dari 2501 jiwa = 11 orang anggota;

BAB IV
PENGESAHAN PENETAPAN ANGGOTA

Pasal 5
Hasil penetapan anggota BPD sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2)
ditetapkan dan disahkan dengan Keputusan Bupati.

BAB V
FUNGSI, WEWENANG, HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN BPD
Bagian Kesatu
Fungsi
Pasal 6

(1) BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,


menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
(2) Pelaksanaan fungsi BPD sebagaimana dimaksud ayat (1) dalam pasal
ini ditetapkan dalam Peraturan Tata Tertib BPD.

Bagian Kedua
Wewenang
Pasal 7

Adapun wewenang BPD adalah :


a. membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa;

-6-
b. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa
dan Peraturan Kepala Desa;
c. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa;
d. membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa;
e. mengusulkan pengangkatan penjabat kepala desa atas dasar
musyawarah BPD dengan Perangkat Desa kepada Bupati melalui
Camat;
f. menggali/menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat;
g. menyusun tata tertib BPD;

Bagian Ketiga
Hak
Pasal 8

(1) BPD mempunyai hak :

a. meminta keterangan kepada pemerintah desa;

b. menyatakan pendapat;

(2) Anggota BPD mempunyai hak :

a. mengajukan Rancangan Peraturan Desa;

b. mengajukan pertanyaan;

c. menyampaikan usul dan pendapat;

d. memilih dan dipilih;

e. memperoleh tunjangan;

Bagian Keempat
Kewajiban
Pasal 9
(1) Anggota BPD mempunyai kewajiban :
a. mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
c. mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;

-7-
d. menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat;
e. memproses pemilihan Kepala Desa;
f. mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi,
kelompok dan golongan;
g. menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat
setempat;
h. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga
masyarakat;
i. menyampaikan hasil kinerjanya kepada masyarakat;
(2) Penyampaian hasil kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir i
diinformasikan melalui pertemuan dengan masyarakat dan atau dengan
media cetak, serta diinformasikan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.

Bagian Kelima
Larangan

Pasal 10

(1) Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan


sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.
(2) Pimpinan dan anggota BPD dilarang untuk :
a. sebagai pelaksana proyek desa;
b. membocorkan rahasia negara atau pemerintah;
c. lalai dalam melaksanakan tugas dan kewajiban tugas dan
kewajiban kepentingan umum dan atau masyarakat;
d. menyalahgunakan wewenang sebagai anggota BPD;
e. melakukan hal-hal yang dapat menurunkan martabat dan
kehormatan;
f. melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain;
g. menerima hadiah atau pemberian dari seseorang dengan maksud
tertentu atau imbalan yang mengikat;
h. mengadakan persekutuan dengan Kepala Desa dalam menentukan
kebijaksanaan untuk kepentingan pribadi;
i. merongrong dan atau mensponsori masyarakat untuk berbuat serta
merongrong wibawa pemerintah;
j. melanggar sumpah/ janji jabatan.

-8-
BAB VI
PEMBERHENTIAN, PENGGANTIAN ANTAR WAKTU
DAN MASA KEANGGOTAAN

Pasal 11

(1) Pimpinan dan anggota BPD berhenti karena :


a. Atas permintaan sendiri;
b. Meninggal dunia;
c. Masa keanggotaannya telah berakhir;
d. Diberhentikan karena melanggar larangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2).
e. Meninggalakan Desa minimal 6 (enam) bulan berturut-turut
f. Berdomisili di Desa lain;
(2) Anggota BPD yang berhenti atau diberhentikan dalam masa bhakti
yang masih berjalan, digantikan oleh calon anggota pengganti antar
waktu dari dusun yang bersangkutan.
(3) Anggota BPD Pengganti Antar Waktu (PAW) ditetapkan dan disahkan
oleh Bupati.

Pasal 12
Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat
diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

BAB VII
TATA CARA PENGUCAPAN SUMPAH/ JANJI
Pasal 13
Pimpinan dan anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan
sumpah janji secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu
oleh Bupati atau Pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII
TATA CARA MENGGALI, MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 14
(1) BPD menggali dan menampung aspirasi masyarakat serta
membahasnya dalam rapat BPD

-9-
(2) Hasil keputusan rapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dalam hal tertentu akan
disampaikan kepada Bupati melalui Camat.

BAB IX
TATA TERTIB
Pasal 15
(1) Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
(2) Rapat BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas dinyatakan
sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1/2 (satu per dua) dari
jumlah anggota BPD dan Keputusan ditetapkan berdasarkan suara
terbanyak.
(3) Dalam hal tertentu rapat BPD dinyatakan sah apabila dhadiri oleh
sekurang-kurangya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan
keputusan ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya
1/2(satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang
hadir;
(4) Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi
dengan notulen yang dibuat oleh sekretaris BPD.

BAB X
KEUANGAN BPD
Pasal 16

(1) Pimpinan dan anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan


kemampuan keuangan desa.
(2) Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) di atas ditetapkan dalam APB Desa.

Pasal 17

(1) Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan


keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun
dalam APB Desa.

BAB XI
HUBUNGAN KERJA

-10-
Pasal 18

(1) Hubungan kerja BPD dengan Kepala Desa bersifat koordinasi teknis
fungsional dan teknis operasional
(2) Hubungan kerja BPD dengan lembaga kemasyarakatan di wilayah
kerjanya bersifat koordinasi teknis fungsional.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang


mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati dan atau Keputusan Bupati.
Pasal 20

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka segala ketentuan yang


berhubungan dengan Badan Permusyawaratan Desa disesuaikan dengan
Peraturan Daerah ini.
Pasal 21

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai.

Ditetapkan di Sei Rampah


Pada tanggal 1 Oktober 2007

BUPATI SERDANG BEDAGAI,

dto,

H. T. ERRY NURADI
Diundangkan di Sei Rampah
pada tanggal 1 Oktober 2007

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI,

dto,

H. DJAILI AZWAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2007


NOMOR 8 SERI

-11-

Вам также может понравиться