Вы находитесь на странице: 1из 31

UJIAN IKM PERIODE 5 MARET – 14 APRIL 2018

1. APA ITU DEFINISI SEHAT ?


Jawaban :
Sehat menurut (Undang-undang Nomor 36 Tentang Kesehatan) adalah suatu kondisi
dimana keadaan tubuh baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. SEBUTKAN DEFINISI SEHAT MENURUT WHO ?


Jawaban :
Menurut WHO, sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial
yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Pencapaian derajat
kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental bagi
setiap orang tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin, politik yang di anut, dan tingkat
sosial ekonominya.

3. APA YANG DISEBUT SEBAGAI AGENT, HOST DAN LINGKUNGAN?


Ada 3 unsur yang berperan dalam timbulnya suatu penyakit, yaitu :
1. Penyebab penyakit ( agent )
2. Lingkungan (environment)
3. Pejamu ( host ).
Agent adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit pada
manusia. Agent terdiri atas:
- Agent tak hidup: yaitu sesuatu di luar tubuh (eksogen), diantaranya trauma, polutan
fisik, termis dan kimiawi dan sesuatu di dalam tubuh (endogen), misalnya akumulasi
metabolisme tubuh ( ureum, mineral, hormonal, bahan organik dan anorganik lainya.
- Agent hidup : berupa jasad hidup seperti microba, baik diluar tubuh, di dalam fertilizer,
maupun didalam tubuh; misalnya golongan parasit, bakteri, jamur, virus, basil, dsbnya.
- Agent borderline adalah sesuatu yang tidak termasuk golongan pertama dan kedua,
misalnya cacar, cacar air, dsbnya.

1
Lingkungan yaitu segala sesuatu yang berada di sekitar ruang lingkup manusia/hewan,
diantaranya :
- Lingkungan fisik, : temperatur, cahaya, pertukaran udara (ventilasi), perumahan,
pakaian, air, tanah, dsbnya.
- Lingkungan biologis ; yaitu flora dan fauna
- Lingkungan sosial ; baik, penduduk, kebudayaan, adat istiadat, agama, pendidikan,
kepercayaan, pendapatan perkapita, dsbnya.
Pejamu
- Juga disebut Tuan Rumah ( Host) yaitu manusia atau hewan.
- Masing-masing mempunyai sifat khusus.

Interaksi antar Host dan Agent dipengaruhi oleh


- kondisi yang ada, baik tingkat infektivitas, patogenesitas, virulensi serta
imunogenisitas.
- Kondisi lingkungan, besarnya dosis dan cara penularan tertentu dapat mengubah sifat-
sifat agent tersebut., begitupula bagi host bila ditinjau dari sisi umur, ras, status gizi
dapat mengubah kesanggupan agent dalam menimbulkan infeksi

4. BAGAIMANA MENJELASKAN KONSEP INI TERHADAP ORANG YANG


SEHAT DAN SAKIT ?
Jawaban :
Trias Epidemiologi memiliki 3 unsur ( Host, Agent, Environment ) yang stabil dimana
saling berperan penting dalam menentukan stasus sehat maupun sakit.ketika salah satu
unsur tersebut terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan yang dapat menyebabkan
sakit . Contoh :
- Ketika hubungan antara host agent dan environment berada dalam keadaan seimbang
maka keadaan seseorang SEHAT
H A

- e
Ketika hubungan antara host agent dan environment berada dalam keadaan tidak
seimbang dimana Host mengalami perubahan seperti seseorang yang memiliki daya
tahan tubuh berkurang maka akan dapat menyebabkan SAKIT

E
A
e 2
- Ketika hubungan antara host agent dan environment berada dalam keadaan tidak
seimbang dimana Agent mengalami perubahan seperti peningkatan virulensi suatu
penyakit maka akan dapat menyebabkan SAKIT
- Ketika hubungan antara host agent dan environment berada dalam keadaan tidak
seimbang dimana Environment bergeser dan mempengaruhi salah satu unsur yang
lainnya ( Host/Agent) seperti keadaan lingkungan padat penduduk yang mendukung
terjadi penularan penyakit menular

5. SEBUTKAN UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT !


Jawaban :
a. Health Promotion atau promosi kesehatan. Promosi kesehatan ini berisi ajakan untuk
hidup sehat. Contohnya menyanyikan lagu “bangun tidur ku terus mandi”, mengajak
orang-orang desa agar mandi memakai sabun, mengajak anak-anak untuk gosok gigi
sebelum tidur, mengajak orang untuk tidak merokok, mengajak orang untuk
membuang sampah sembarangan, mengajak orang untuk memakai helm atau masker
saat berkendaraan, dll
b. Health Prevention and Health protection atau pencegahan kesehatan dan
perlindungan kesehatan. Tahap ini merupakan penerapan dari praktek hidup sehat.
Contohnya penyemprotan got untuk membunuh nyamuk malaria, mandi pakai sabun,
pakai masker dan helm saat berkendaraan, tidak merokok, dll ( menjaga kesehatan
lingkungan)
c. Medical Curration (early diagnose + prompt treathment) atau Pengobatan (deteksi
dini + pengobatan cepat tepat). Tahap ini adalah penanganan jika telah ditemukan
penyakit atau indikasi penyakit. Contohnya adalah Check up ke rumah sakit, pergi ke
dokter, pergi ke puskesmas, dll
d. Disability Limitation atau pembatasan kecacatan. Tahap ini untuk membatasi cacat
atau penyakit yang sudah terlanjur menyerang atau menjangkiti seseorang. Contohnya
kontrol ke rumah sakit, dokter mengunjungi pasien untuk menanyakan atau
memeriksa keadaan pasien pasca pengobatan, dll
e. Imunisasi: upaya peningkatan derajat imunitas seseorang terhadap patogen/toksin
tertentu.

3
6. Apa itu PHBS ? Sebutkan payung hukum yang mewajibkan !
Jawaban :
KONSEP PHBS (PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT)
 PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga
anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat (Depkes, 2007 : 2)
 Payung hukum kewajiban PHBS adalah : peraturan menteri kesehatan RI nomor 39
tahun 2016. Tentang penyelenggaraan program Indonesia sehat, dengan pendekatan
keluarga.

7. Bagaimana penerapannya di masyarakat dan Puskesmas


Jawaban :
PHBS di masyarakat mengacu kepada 10 indikator perilaku hidup sehat dengan
melakukan:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
a. Pertolongan persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan, seperti bidan dan
perawat,jika tidak ada tenaga ksehatan di tempat dapat dibantu oleh tenaga
alternative lainnya seperti kader, dukun beranak.
b. Memberikan penyuluhan pada ibu tentang tanda bahaya ibu hamin, Keluarga
Berencana, ASI Eksklusif dan cara merawat bayi
c. Bila asi tidak keluar konsultasikan ke puskesmas / dokter/ tenaga alternative lainnya
atau dapat meminta bantuan pasangan / keluarga untuk membantu mengeluarkan
ASI.
d. Membantu mengembangkan upaya-upaya peningkatan kesehatan bersumberdaya
masyarakat seperti: Tabulin, Dasolin, Ambulan Desa, Donor Darah, dll
2. Memberi ASI Eksklusif
a. Peningkatan pemberian ASI eksklusif dari usia 0- 6 bulan.
b. Sosialisasi permasalahan ibu menyusui dan rencana pemecahan masalah pada
kelompok potensial yang berada di wilayah kerja Puskesmas (PKK, tokoh
masyarakat, tokoh agama, organisasi masyarakat, dunia usaha, RT, RW).
c. Membahas permasalahan yang dialami ibu menyusui di kelompok Sayang Ibu.
d. Mengupayakan setiap bayi mempunyai buku KIA, dan memanfaatkannya setiap
kali kunjungan ke petugas kesehatan.
e. Melaksanakan orientasi dan pembinaan kader tentang pemberian ASI eksklusif

4
3. Menimbang Balita Setiap Bulan
a. Melakukan penimbangan bayi dan balita
b. Sosialisasi permasalahan penimbangan bayi dan balita dan rencana pemecahan
masalah pada kelompok potensial yang berada di wilayah kerja Puskesmas seperti
TP-PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi masyarakat, dunia usaha, RT
dan RW.
c. Melakukan pemetaan ulang pada bayi dan balita yang jarang atau tidak hadir pada
penimbangan di Posyandu,
d. Melakukan kunjungan rumah pada keluarga yang memiliki bayi atau balita untuk
membahas permasalahan dan pemecahannya, misalnya mengapa tidak pemah hadir
ke Posyandu, dan apa kendala yang dihadapi.
4. Menggunakan Air Bersih
a. Membantu memecahkan permasalahan penggunaan air bersih.
b. Bersama lintas sektor terkait menyusun Rencana Kegiatan Peningkatan
Penggunaan Air Bersih
c. Sosialisasi permasalahan dan rencana pemecahan masalah penggunaan air bersih
pada kelompok-kelompok potensial yang berada di wilayah kerja Puskesmas
kepada TP-PKK, tokoh masyarakat formal (Ketua RT/RW), tokoh masyarakat
informal, tokoh agama, organisasi masyarakat, dunia usaha.
d. Menggalang kemitraan dengan dunia usaha/swasta dan donatur untuk mendukung
upaya masayarakat untuk penggunaan air bersih di wilayah kerja Puskesmas.
e. Menggerakkan dan Mengembangkan upaya-upaya bersumber daya masyarakat
dalam penyediaan air bersih, seperti Kelompok Pemakai Air (Pokmair), arisan
penyediaan air bersih.
5. Menggunakan Jamban Sehat
a. Bersama lintas sektor terkait menyusun Rencana Kegiatan Peningkatan
Penggunaan Jamban Sehat atata Kegiatan Pemicuan Perubahan Perilaku Buang Air
Besar (CLTS) pada Mini Lokakarya.
b. Sosialisasi permasalahan dan rencana pemecahan masalah pada kelompok-
kelompok potensial yang berada di wilayah kerja Puskesmas, misalnya TP-PKK,
tokoh masyarakat formal (Ketua RT/RW), tokoh masyarakat informal, tokoh
agama, organisasi masyarakat, dunia usaha.

5
c. Melaksanakan kegiatan pemicuan bersama tim fasilitator ke lokasi sasaran
(desa/dusun).
d. Memberikan bimbingan teknis tentang cara-cara membuat jamban sehat yang
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
e. Memantau dan menilai upaya-upaya yang dilakukan dalam perubahan perilaku
buang air besar dengan melihat perkembangan jumlah jamban.
6. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
a. Bersama lintas sektor terkait menyusun Rencana Kegiatan Peningkatan perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
b. Sosialisasi permasalahan dan rencana pemecahan masalah perilaku cuci tangan
pakai sabun pada kelompok-kelompok potensial yang berada di wilayah kerja
Puskesmas kepada Tim Pembina PKK, tokoh masyarakat formal (Ketua RT/RW),
tokoh masyarakat informal, tokoh agama, organisasi masyarakat, dunia usaha.
c. Menggalang kemitraan dengan pihak non pemerintah (swasta) termasuk
perusahaan swasta, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok masyarakat.
d. Menyelenggarkan acara-acara khusus bersama pihak swasta pada hari-hari khusus
yang berkaitan dengan CTPS, seperti Hari Pendidikan Nasional (2 Mei), Hari
Kesehatan Nasional (12 Nopember) dan Hari Ibu (22 Desember).
7. Memberantas Jentik Nyamuk di Rumah Seminggu Sekali
a. Melakukan identifikasi data jumlah penderita dan kematian akibat DBD setiap desa
(data setiap minggu atau setiap bulan).
b. Melakukan orientasi kader dalam rangka peningkatan rumah bebas jentik
c. Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan dalam pencapaian rumah bebas
jentik berdasarkan hasil pendataan pada rapat internal Puskesmas.
d. Bersama pimpinan Puskesmas melakukan advokasi kepada Camat dan lintas sector
terkait (Pokjanal DBD Kecamatan terdiri dari PKK, unsur pendidikan, agama,
lembaga pemberdayaan masayarakat desa/kelurahan (LPMD/K), dunia
usaha/swasta, Ikatan Perusahaan Pengendali Hama Indonesia (IPPHAMI), Asosiasi
Pengendali Nyamuk Indonesia (APNI) dan organisasi kesehatan lainnya untuk
mendapatkan dukungan kebijakan dan dana.
e. Menyusun rencana kegiatan peningkatan pencapaian rumah bebas jentik:
Melakukan sosialisasi permasalahan dan rencana peningkatan rumah bebas jentik
pada kelompok potensial di wilayah kerjanya (PKK, tokoh masyarakat, tokoh

6
agama, organisasi masayrakat, dunia usaha/swasta, RT, RW, Kelurahan/Desa
Siaga).
f. Menyiapkan sarana dan prasarana kegiatan PSN (PSN kit) antara lain senter, buku
catatan, alat tulis, kartu jentik, rumah/bangunan, bubuk pembunuh larva (larvasida),
leaflet, stiker/bendera untuk rumah yang dietmukan adanya larva
8. Makan Buah dan Sayur Setiap Hari
a. Melakukan identifikasi jenis sayur dan buah lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber serat, vitamin, mineral dan juga sebagai sumber pendapatan masyarakat.
b. Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan konsumsi sayur dan buah
masyarakat diwilayah kerjanya berdasarkan hasil pendataan pada rapat internal
puskesmas.
c. Bersama pimpinan puskesmas melakukan advokasi kepada camat dan lintas sektor
terkait seperti partai politk,Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
produsen/penjual sayur dan buah,Pemilik /pengusaha makanan/warung/kantin,
kelompok restaurant makanan tradisional,penyuluh lapangan pertanian untuk
mendukung dikeluarkannya kebijakan dan dana untuk membantu memecahkan
permasalahan dalam peningkatan ketersediaan aneka ragam sayur dan buah.
d. Menyusun rencana kegiatan peningkatan konsumsi sayur dan buah pada mini
lokakarya.
e. Sosialisasi situasi permasalahan konsumsi sayur dan buah dan rencana pemecahan
masalah pada kelompok potensial yang berada diwilayah kerja
Puskesmas(kelompok dasa wisma,kelompok usaha tani sayur dan buah,tokoh
masyarakat,tokoh agama,organisasi masyarakat, RT dan RW).
f. Melaksanakan orientasi kader tentang peningkatan konsumsi sayur dan buah
g. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah
direncanakan,aplikasi kebijakan/peraturan yang telah dibuat,atau pemantauan
realisasi dukungan sarana dan dana yang diberikan oleh mitra.
9. Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari
a. Bersama pimpinan puskesmas melakukan advokasi kepada Camat dan lintas sektor
terkait seperti Persatuan Guru Republik Indonesia, Dewan Kelurahan,Kelopok
Pemuda/Karang Taruna,Pengusaha alat olahraga/pengelola sarana
olahraga,kelompok senam (senam jantung sehat, senam lansia, senam
Osteoporosis, Kelompok Senam Bersatu, Senam Tera/Taichi, Senam Tongkat)

7
untuk mendapat dukungan kebijakan,sarana,alat dan dana untuk membantu
kegiatan peningkatan aktivitas fisik di masyarakat.
b. Sosialisasi permasalahan aktivitas fisik dan rencana pemecahan masalah pada
kelompok potensial yang berada diwilayah kerja puskesmas kepada partai politik,
PKK, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Organisasi Masyarakat, Dunia Usaha, RT
dan RW.
c. Melaksanakan orientasi dan pembinaan kader tentang peningkatan aktivitas fisik
d. Membuat jadwal kegiatan senam masyarakat sesuai dengan kelompoknya
e. Membantu mengembangkan upaya-upaya peningkatan kesehatan bersumberdaya
masyarakat seperti pemeriksaan tekanan darah secara berkala pada kelompok usia
tertentu dan mengupayakan ada buku pencatatan tekanan darah, Pemanfaatan lahan
untuk peningkatan aktivitas fisik masyarakat di kelurahan.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi.
10. Tidak Merokok
a. Melakukan pendataan perokok aktif diwilayah kerja
b. Melakukan analisis dan merumuskan permasalahan penduduk perokok (individu
maupun di rumah tangga) diwilayah kerjanya berdasarkan hasil pendataan pada
rapat internal puskesmas.
c. Menyusun rencana kegiatan pencegahan dan pengendalian penggunaan tembakau
dan rokok pada mini lokakarya
d. Sosialisasi permasalahan penggunaan tembakau/rokok dan rencana pemecahan
masalah pada kelompok potensial di wilayah kerja puskesmas ke institusi
pendidikan, PKK, kelompok pemuda, tempat kerja,tempat umum, (tempat ibadah,
pasar, terminal, sarana angkutan), tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi
masyarakat, dunia usaha, RT dan RW
e. Bersama kader menempelkan stiker “Rumah Tangga Tanpa Asap Rokok”
f. Membantu mengembangkan upaya-upaya peningkatan kesehatan bersumberdaya
masyarakat seperti mengembangkan kawasan tanpa asap rokok di RT, RW dan
Balai Desa.
g. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan kebijakan/peraturan
adanya kawasan tanpa rokok, pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian
masalah merokok khususnya di rumah tangga.

8
Penerapan PHBS di puskesmas dan Rumah Sakit
 Penyampaian pesan PHBS di instansi kesehatan (puskesmas dan RS) kepada pasien
& pengunjung seperti melalui penyuluhan, penyebarluasan informasi melalui media
poster, stiker, papan pengumuman, kunjungan rumah ,dsb
 Penyediaan sarana dan prasarana PHBS di institusi kesehatan seperti air bersih,
jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci tangan, disinfektan, dan penyediaan
ruangan merokok dsb.
 Pelaksanaan pengawasan PHBS di institusi kesehatan.

SOAL A
1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN DESENTRALISASI DI BIDANG
KESEHATAN, PEMBAGIAANNYA ADA 3 (TUGAS PELAYANAN, TUGAS
REGULASI, DAN TUGAS PEMBIAYAAN). SEBUTKAN MASING-MASING
CONTOH YANG DILAKUKAN DI DINAS KESEHATAN DAN PUSKESMAS
(SEBANYAK MUNGKIN) !
Jawaban :
Tugas Pelayanan
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu; bayi, anak dan kelompok masyarakat resiko tinggi terlindungi dari penyakit.
Contohnya : Peningkatan SDK ( sumber daya kesehatan ) untuk menunjang pelayanan yang
bermutu
Tugas Regulasi
Salah satu contoh sasaran tugas regulasi adalah pada bidang sumber daya kesehatan sie.
Sumber Daya Manusia yang mengatur perizinan ketenaga kerjaan dan STR yang berlaku 5
tahun. Selain itu,terdapat juga pengaturan yang dilakukan oleh sie. Farmasi dalam mengatur
persediaan dan distribusi obat
Tugas Pembiayaan
Sasaran utama dari strategi ini adalah pembangunan kesehatan memperoleh prioritas
penganggaran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintahan diutamakan
untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanya system jaringan
pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin. Contohnya : salah satu contohnya
adalah kerjasama antara dinkes dengan pemerintah daerah untuk pengadaan dana
pembiayaan obat.

9
2. DINKES MENJALANKAN PEMBAGIAN TUGAS DAN FUNGSI UNTUK
MELAKSANAKAN DESENTRALISASI SEBUTKAN SESUAI DENGAN 3 TUGAS
TERSEBUT DALAM ORGANISASI DAN TATA KERJA DINKES.
Jawaban :
Desentralisasi di bidang kesehatan pembagiannya ada 3 terdiri atas
1. Tugas pelayanan :
Terdapat pada bidang pelayanan kesehatan yang terdiri atas
a. seksi pelayanan primer ( pelayanan kesehatan rawat jalan ,kesehatan ibu anak).
b. Seksis Pelayanan kesahatan tradisional ( pelayanan alat kesehatan
/komplementer )
c. Seksi pelayanan kesehatan rujukan yang berkerja sama dengan dokter spesialis
d. Seksi fasyankes dan peningkatan mutu ( akreditasi )
e. Bidang pelayanan kesehatan masyarakat pada sie. Kesehatan keluarga dan gizi,
sie. Promosi dan permberdayaan masyarakat, sie.Kesling KK dan Olah raga, sie.
Teknis Dinas ( Puskesmas )
2. Tugas regulasi
Terdapat pada bidang Sumber daya Kesehatan pada sie :
a. Sumber daya manusia untuk mengatur ketenaga kerjaan dan perizinan tenaga
kesehatan dan mengatur pendidikan lanjutan atau jenjang tambahan
b. Sie. Kefarmasian ( Instalasi Farmasi ) mengakomodir regulasi obat di 13
Puskesmas di Jayapura
3. Tugas Pembiyaan
Terdapat pada bidang Sumber daya Kesehatan pada sie :
a. Farmasi, bekerja sama dengan Dinkes mengatur dana Pembiayaan pembelian obat
b. Alat kesehatan mengatur dana Pembiayaan pembelian dan perawatan alat
kesehatan.

3. MENGAPA SUATU TEMPAT YANKES DISEBUT PUSKESMAS?


BANDINGKAN DENGAN TEMPAT YANKES LAIN !
Jawaban :
Sesuai dengan definisi, suatu yankes dikatakan puskesmas jika memiliki wilayah kerja,
dimana puskesmas didirikan untuk melayani sebuah kecamatan dan menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat di tingkat pertama yang lebih mengutamakan upaya promotif

10
dan preventif, yang membedakan puskesmas dengan yankes lain adalah puskesmas
memiliki wilayah kerja, memiliki 6 tugas pokok yang dijalankan.

4. APA TUGAS POKOK PUSKESMAS ?


Jawaban :
(Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat)
a. pelayanan promosi kesehatan
b. pelayanan kesehatan lingkungan
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
d. pelayanan perbaikan gizi keluarga
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
f. pelayanan penyuluhan kesehatan

5. URAIKAN PROGRAM KERJA DARI UPAYA PELAYANAN: PERBAIKAN


GIZI KELUARGA, P2M, KESEHATAN IBU ANAK DAN KB, SANITASI
LINGKUNGAN, HEALTH PROMOTION DAN PELAYANAN KESEHATAN
PENGOBATAN TINGKAT PERTAMA DI PUSKESMAS ?
1. Pelayanan promosi kesehatan :
Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM), Sosialisasi program kesehatan , survey
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), penilaian strata posyandu
2. Pelayanan kesehatan lingkungan :
Pengawasan kesehatan lingkungan berupa SPAL (saluran pembuangan air limbah),
SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU (tempat-tempat umum),
institusi perkantoran, dan survey jentik nyamuk (SJN).
3. Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana :
Antenatal Care (ANC), Postnatal Care (PNC), pertolongan persalinan, rujukan ibu
hamil resiko tinggi, pelaynan neonatus, kemtraaan dukun bersalin, menajemen
terpadu balita sakit (MTBS).
4. Pelayanan perbaikan gizi keluarga
Penimbangna bayi balita, pelacakan dan perawatan gizi buruk, stimulasi dan deteksi
dini tumbuh kembang anak, dan penyuluhan gizi.
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit:

11
Surveilens terpadu penyakit (STP), pelacakan kasus seperti TBC, kusta, DBD,
malaria, flu burung, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, infeksi menular
seksual (IMS), penyuluhan penyakit menular.
6. Pelayanan pengobatan :
Pengobatan dalam gedung: poli umum, poli gigi, apotek, unit gawat darurat
(UGD),perwatan penyakit (rawat inap), pertolongan persalinan (kebidanan),
Pengobatan luar gedung: rujukan kasus dan pelayanan puskesmas keliling (pusling).

6. BAGAIMANA MEMANTAU MUTU PELAYANAN KE 6 TUGAS POKOK YANG


WAJIB? DI P2M SANITASI/KB, PERBAIKAN GIZI, PROMOSI KESEHATAN
DAN PELAYANAN PENGOBATAN TINGKAT PERTAMA
Jawaban :
Cara memantau mutu pelayanan, yaitu dengan :
a. Pemantauan mutu pelayanan pada program perbaikan gizi dengan cara melaksanakan
program-program seperti :
- Program perbaikan gizi keluarga (suatu program menyeluruh yang mencakup
pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos
pelayanan terpadu
- Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang cukup
kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui
- Memberikan vitamin A kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun.
- Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat dan secara perseorangan kepada
mereka yang membutuhkan, terutama dalam rangka program KIA
- Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program perbaikan
gizi
b. Memantau mutu pelayanan P2M di Puskesmas dengan cara :
- Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang masuk,
untuk menemukan kasus-kasus baru dan untuk mengetahui sumber penularan
- Melakukan upaya penyehatan lingkungan sebagai bagian dari pengendalian faktor
risiko penyakit dan lingkungan
- Tindakan permulaan untuk menahan penularan penyakit
- Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi
- Pemberian immunisasi
- Pemberantasan vektor

12
- Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
c. Pemantauan mutu pelayanan pada kesehatan ibu anak dan KB dengan cara :
- Peningkatan pelayanan antenatal bagi seluruh ibu hamil di semua pelayanan
kesehatan dengan mutu sesuai standar serta menjangkau seluruh sasaran.
- Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan diarahkan ke fasilitas
kesehatan.
- Peningkatan pelayanan kesehatan bayi baru lahir, bayi dan anak balita di semua
pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai standar serta menjangkau seluruh
sasaran.
- Peningkatan deteksi dini risiko/komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
- Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir secara adekuat
dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
- Peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak balita sesuai
standar dan menjangkau seluruh sasaran.
- Peningkatan pelayanan KB berkualitas.
- Peningkatan deteksi dini tanda bahaya dan penanganannya sesuai standar pada
bayi baru lahir, bayi dan anak balita.
- Peningkatan penanganan bayi baru lahir dengan komplikasi sesuai standar.
d. Pemantauan mutu pelayanan pada program sanitasi dengan cara :
- Mengevaluasi pelaksanaan program sanitasi masyarakat dengan indikator
pelaksaan dinilai dari aspek input yang terdiri dari tenaga kesehatan, fasilitas
penunjang, dan dana.
- Mengevaluasi pelaksaan program pelayanan sanitasi masyaarakat dinilai dari
aspek proses yakni perencanaan dan pelaksaan.
- Mengevaluasi pelaksaan program pelayanan sanitasi masyarakat dinilai dari aspek
output yang terdiri dari atas kesepakatan sasaran dan tercapainya cakupan
program.
e. Pemantauan mutu pelayanan health promotion dengan cara :
- Kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas
- Kegiatan promosi kesehatan di luar gedung Puskesmas
- Dengan jejaring pelayanan promosi kesehatan puskesmas, yaitu : kecamatan,
lintar sektor lain (dinas pendidikan, kantor urusan agama, polsek, koramil),

13
kelurahan/desa, sekolah TK-SD-SLTP, pondok pesantren, industri rumah
tangga/pabrik, lembaga kemasyarakatan.
f. Pemantauan mutu pelayanan kesehatan-pengobatan tingkat pertama di Puskesmas
dengan cara :

7. BAGAIMANA MEMANTAU PENDERITA TB PARU, KUSTA, FILARIASIS DI


PUSKESMAS ?
Jawaban :
Pemantauan penderita penyakit TB paru, kusta, filariasis pada dasarnya hampir
sama yaitu mulai dari melacak/menjaring pasien suspek atau yang telah positif TB paru,
kusta, filariasis, kemudian melakukan pemantauan kepatuhan minum obat serta melihat
kontak pasien dengan keluarga atau masyarakat.
 Pada penderita TB yang pertama dilakukan yaitu melacak semua orang yang diduga
terkena TB paru, dalam menjaring pasien suspek TB selain dilakukan pada pasien yang
langsung datang ke puskesmas, tetapi juga petugas harus rutin memberikan penyuluhan
mengenai penyakit TB paru sehingga terbentuk kesadaran masyarakat untuk lebih
memperhatikan lingkungan sekitar dan melaporkan kepada petugas jika terdapat
seseorang yang dicurigai sehingga petugas dapat langsung memantau keluarga yang
dicurigai suspek TB untuk ikut melakukan pemeriksaan. Untuk anak-anak yang
dicurigai TB selain anak tersebut petugas dapat langsung memberi edukasi kepada
keluarga untuk ikut melakukan pemeriksaan. Yang tak kalah penting untuk di pantau
petugas yaitu Pemantauan kepatuhan minum obat karena banyak kendala yang dihadapi
didalam masyarakat dalam kepatuhan minum obat misalnya pasien TB yang
mengkonsumsi obat TB tidak sampai tuntas karena merasa telah sembuh walaupun
pengobatan belum tuntas, disinilah petugas melakukan kunjungan rumah selain untuk
memberi pengobatan juga untuk memberikan edukasi sehingga timbul kesadaran pada
masyarakat untuk melanjutkan pengobatan sampai tuntas.
 Pada penderita kusta petugas melakukan pelacakan pasien yang diduga kusta melalui
sekolah ataupun terjun langsung kerumah pasien sesuai pelaporan masyarakat atau pun
kunjungan pasien ke puskesmas. Kemudian petugas juga akan melakukan survei di
daerah tersebut untuk mencari orang-orang yang diduga terjangkit kusta. Kemudian
petugas mengedukasi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan sehingga diagnosa
dapat ditegakan dan dapat langsung diberikan pengobatan. Pengobatan yang diberikan
harus selalu dipantau (pemantauan minum obat oleh petugas) karena seperti halnya

14
penyakit TB pengawasan minum obat oleh pasien harus selalu dilakukan, edukasi ke
masyarakat untuk menambah pengetahuan tentang penyakit kusta, serta penularannya
juga harus dilakukan untuk membentuk kesadaran kepada masyarakat akan bahaya
penularan.
 Pada penderita filariasis hampir sama dengan penyakit TB dan kusta dimana hal yang
pertama dilakukan yaitu penjaringan/pelacakan seseorang suspek filariasis. Kemudian
petugas akan melakukan survei kedaerah tersebut sehingga untuk mencari seseorang
yang dianggap suspek filariasis. Kemudian dilakukan pemeriksaan dipuskesmas untuk
menegakan diagnosis dan segera dilakukan pengobatan. Pengobatan yang diberikan
kepada penderita filariasis ataupun pengobatan pencegahan filariasis dilakukan setahun
sekali selama 5 tahun sehingga pemantauan pengobatan harus selalu dilakukan untuk
memastikan pengobatan berjalan tuntas. Selain penjaringan pasien di daerah-daerah
yang dianggap berpotensi, kemudian pemantauan pengobatan juga yang wajib
dilakukan oleh petugas yaitu edukasi kepada masyarakat daerah tersebut akan bahaya
dan penularan penyakit filariasis sehingga terbentuk kesadaran masyarakat untuk
melakukan pengobatan pencegahan.

8. BAGAIMANA DENGAN SURVEYLANCENYA DARI MASING-MASING


PENYAKIT?
Jawaban:
Pemantauan yang dilakukan petugas terhadap 3 penyakit menular ini hampir sama
yaitu selain pengawasan masyarakat (mencari orang-orang yang dianggap suspek penyakit
TB, kusta dan filariasis), kemudian melakukan pengawasan terhadap kepatuhan minum
obat kepada pasien yang telah di diagnosa penyakit tersebut mulai dari awal minum obat
sampai dinyatakan penngobatan tuntas, edukasi kepada masyarakat sekitar sehingga
terbentuk kesadaran untuk menjaga agar tidak terjadinya penularan, dan yang tak kalah
pentingnya adalah pemantauan angka prevalensi dari ketiga penyakit tersebut dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 330.910 kasus,
meningkat bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014
yang sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi
dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus
tuberkulosis di tiga provinsi tersebut sebesar 38% dari jumlah seluruh kasus baru di
Indonesia. Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru
yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka

15
ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari
tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan
(tren) meningkat atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut 216/100.000
penduduk. Angka keberhasilan pengobatan di Papua baru sekitar 49,6%, nilai ini belum
mencapai target pengobatan >85%.
Provinsi dengan angka penderita kusta tertinggi pada tahun 2015 yaitu Sulawesi
Utara (21,14%), Papua Barat (19,51%) dan Gorontalo (18,53%). Hal itu menunjukkan
kinerja pengobatan kusta di provinsi tersebut masih rendah. Lima provinsi dengan kasus
klinis filariasis tertinggi pada tahun 2015 yaitu Nusa Tenggara Timur (2.864), Aceh (2.372),
dan Papua Barat (1.244), Papua (1.184) dan Jawa Barat (904).

9. CARA MENILAI PUSKESMAS SUDAH SANGAT VITAL BAGI MASYARAKAT?


Jawaban:
Cara menilai Puskesmas sudah sangat vital bagi masyarakat dengan melihat dari
terselenggaranya keenam tugas pokok puskesmas. Yaitu pelayanan promosi kesehatan yang
berkesinambungan dan merata ke seluruh daerah kerja dengan tujuan agar masyarakat di
wilayah kerja mendapatkan pengetahuan mengenai hal-hal penting tentang kesehatan.
Kesehatan lingkungan dengan melihat adanya bukti di lingkungan kerja Puskesmas, seperti
pengawasan sanitasi tempet-tempat umum, penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban
keluarga. Terwujudnya pelayanan KIA dan KB yang dilihat dari penurunan angka kematian
ibu dan anak, serta terealisasikannya program-program KB yang digalakkan. Perbaikan
pelayanan gizi keluarga dengan melihat adanya hasil yang lebih baik dari laporan,
khususnya balita dari tahun ke tahun. Serta terselenggaranya pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit menular dengan adanya bukti penurunan kasus dari waktu ke waktu
dan pelayanan pengobatan yang baik dengan melihat penurunan kasus kesakitan dan juga
penurunan angka kematian.

SOAL B

1. APA YANG PERLU DILAKUKAN PUSKESMAS KALAU DITEMPATNYA


DIARE MERUPAKAN PENYAKIT TERBANYAK DARI 10 PENYAKIT
TERBANYAK DI PUSKESMAS TERSEBUT
Jawaban :
a. Penyuluhan tentang Diare

16
b. Melakukan promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, karena 88%
kejadian diare disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan yang buruk serta mengkonsumsi
air yang tidak dimasak secara baik
Pada Anak:
 Pemberian Oralit. apabila tidak ada Oralit, diberikan cairan rumah tangga seperti Air
Tajin, kuah sayur, sari buah, air teh dan air matang
 Pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan sampai 2 tahun
 Pemberian Makanan Pengganti ASI sesuai umur
 Mengkonsumsi Air rebus
 Penggunaan Air bersih yang cukup
 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah Buang Air
Besar (BAB)
 Buang Air Bersih (BAB) di jamban
 Membuang tinja bayi dengan benar

LINTAS DIARE (LIMA LANGKAH TUNTAS DIARE):


 Pemberian Oralit
 Berikan Tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut
 Teruskan pemberian ASI
 Berikan Antibiotik secara selektif
 Berikan nasihat pada Ibu/keluarga

KRITERIA RUJUKAN:
 Tanda dehidrasi berat
 Terjadi penurunan kesadaran
 Nyeri perut yang signifikan
 Pasien tidak dapat minum oralit
 Tidak ada infus set serta cairan infus di fasilitas pelayanan

17
2. BAGAIMANA ANDA BERSIKAP KALAU ANDA BERADA DI PUSKESMAS
YANG MENGALAMI MASALAH DIARE YANG DIAKIBATKAN KARENA AIR
BERSIH
Jawaban :
 Mencari sumber masalah.
1. Melakukan survey
2. Melaporkan memeriksa sampel air minum yang dikonsumsi di Laboratorium
Kesehatan Daerah dan Balai Pengawasan Obat dan Makanan.
 Melakukan terapi definitif
 Penyuluhan tentang Diare
 Promosi Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
 Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar (Air bersih)
 Gerakan Masyarakat untuk Kesehatan Lingkungan
 Gerakan cuci tangan di tatanan rumah tangga dan sekolah
 UKBM (Unit Kesehatan Bersumber Masyarakat)
 Memperhatikan jarak sarana air bersih seperti sumur gali dengan jamban, kedalaman
sumur gali harus 10 meter dari permukaan tanah, dinding sumur dibuat kedap air agar
dapat menahan air permukaan yang mungkin meresap kedalam umur.

3. BAGAIMANA MENILAI MUTU LAYANAN DI POSYANDU ?


Jawaban :
Mutu pelayanan kesehatan adalah jasa pelayanan kesehatan yang didapatkan dari petugas
posyandu sesuai standar program posyandu yang telah ditetapkan dengan memperhatikan
lima dimensi mutu yaitu tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empaty. Mutu
pelayanan posyandu dapat dinilai dari :
a. Indikator Input : Posyandu yang telah lengkap sarana dan obat-obatnya, jumlah kader
yang telah dilatih dan aktif bekerja, jumlah kader yang mendapat akses untuk
meningkatkan ekonominya, serta adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat
setempat, pemerintah dan lembaga donor untuk kegiatan Posyandu.
b. Indikator Proses : Meningkatnya frekuensi pelatihan kader Posyandu, meningkatnya
frekuensi pendampingan dan pembinaan Posyandu, meningkatnya jenis pelayanan
yang dapat diberikan, meningkatnya partisipasi masyarakat untuk Posyandu, serta
menguatnya kapasitas pemantauan pertumbuhan anak.

18
c. Indikator Luaran : Meningkatkan cakupan bayi dan balita yang dilayani, pencapaian
cakupan seluruh balita, meningkatnya cakupan ibu hamil dan ibu menyusui yang
dilayani, serta meningkatnya cakupan kasus yang dipantau dalam kunjungan rumah.
d. Indikator dampak (Outcome) : Meningkatnya status gizi balita, berkurangnya jumlah
anak yang berat badannya tidak cukup naik, berkurangnya prevalensi penyakit anak
(cacingan , diare, ISPA), berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan ibu
menyusui, mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik di tingkat keluarga serta
mantapnya kesinambungan Posyandu.

Secara garis besar mutu posyandu dapat dinilai dari :


 Pembinaan Gizi Kesehatan Ibu dan Anak
 Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
 Kesehatan Lansia
 Bina Keluarga Balita (BKB)
 Pos PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)
 Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
 Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
 Kesehatan Reproduksi Remaja
 Peningkatan Ekonomi Keluarga

4. BAGAIMANA MENILAI STATUS GIZI DI PUSKESMAS ?


Jawaban :
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan
untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan.
Penilaian status gizi yang digunakan posyandu adalah penilaian antropotmetri
karena posyandu dilakukan oleh masyarakat dan petugas kesehatan pendamping, sehingga
pengukuran status gizi hanya menggunakan pengukuran tinggi badan dan berat badan
sebagai alat ukur.
Penilaian status gizi bayi/balita di posyandu dilaksanakan setiap bulan, bersamaan
dengan kegiatan posyandu dan telah berjalan dengan baik sampai saat ini. Penilaian status
gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung.

19
Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang
berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat
gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi
tubuh seseorang. Metode antropometri sangat berguna untuk melihat
ketidakseimbangan energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat
digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik. Adapun empat
variable yang digunakan dalam pengukuran ini yaitu umur, berat badan, tinggi
badan, dan jenis kelamin. Adapun tiga metode lain yang digunakan untuk
mengukur antropometri yaitu lingkar lengan atas (ILA), lingkar kepala, dan
lingkar dada.
Penilaian tidak langsung
a. survey konsumsi makanan
Survey konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun
keluarga. Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data
kuantitatif dapat dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi,
sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang
maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi
b. Statistic vital
Statistic vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui
data-data mengenai statistic kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti
angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,
statistic pelayanan kesehatan dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan
kekurangan gizi.
c. Faktor ekologi
Penilaian status gizi dengan mengunakan faktor ekologi karena masalah
gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis,
faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi
digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah ( malnutrition) disuatu
masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi

20
5. BAGAIMANA MENILAI CAKUPAN IMMUNISASI DI PUSKESMAS BAIK YANG
DASAR MAUPUN LANJUTAN ?
Jawaban :
 Untuk menilai cakupan imunisasi dengan melihat hasil pencatatan di Puskesmas jumlah
bayi yang diimunisasi lengkap dibandingkan dengan sasaran. Cakupan imunisasi di Papua
hanya 52,4-74% masih jauh, dibawah angka nasional sebesar 82%. Program imunisasi
yang tidak merata mengakibatkan anak rentan terhadap berbagai penyakit. Hal itu terlihat
dalam beberapa kasus kesehatan yang tidak juga mengalami penurunan yang signifikan,
misalnya difteri. Bila cakupan imunisasi tinggi dan merata, kejadian luar biasa tidak akan
terjadi. Tolak ukur untuk menilai rata atau tidaknya program imunisasi adalah pencapaian
Universal Child Immunization (UCI) Desa yang harus >80%. Desa/kelurahan UCI adalah
gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Pada tahun 2015 terdapat
tiga provinsi yang memiliki capaian tertinggi yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jawa
Tengah sebesar 100%. Sedangkan Provinsi Papua Barat memiliki capaian terendah
(54,66%), diikuti oleh Riau sebesar 57,67%, dan Aceh sebesar 67.56%. Tidak meratanya
program imunisasi tersebut karena minimnya infrastruktur di daerah terpencil, padahal
vaksin harus segera didistribusikan.
Pendukung keberhasilan imunisasi dasar maupun lanjutan di puskesmas :
 Promosi oleh kader imunisasi dasar
 Promosi oleh kader PKK tentang imunisasi dasar
 Kampanye nasional imunisasi dasar lengkap
 Promosi oleh NAKES/ di FASKES tentang immunisasi dasar
 Tersedianya pelayanan immunisasi dasar maupun lanjutan di Puskesmas.

6. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT APA YANG BISA DILAKUKAN DI


PUSKESMAS ?
Jawaban :
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan (supardan, 2013). Berarti memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk”
masyarakat itu sendiri.

21
 Polindes untuk kegiatan di Pondok Bersalin Desa antara lain melakukan
pemeriksaan (Ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita), memberikan
pertolongan persalinan normal yang bersih dan aman, memberikan pelayanan KB,
memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu
dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan masyarakat.
 Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB atau petugas KB
ditingkat kecamatan.
 Prolanis untuk para orang lanjut usia.
 Posbindu dengan penyakit tidak menular.
Posyandu yang dibantu oleh kader.

SOAL C
1. MENGAPA KB DIPERLUKAN SAAT INI DAN SEBAGAI BAGIAN DARI
PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA
Jawaban :
Perlunya KB sebagai pelayanan kesehatan dan pembangunan manusia:
 KB diperlukan untuk menekan jumlah tingkat kelahiran. Mengingat jumlah wanita
subur (WUS) di indonesia sangat tinggi.
 Untuk membantu pasangan dan perorangan dalam tujuan kesehatan reproduksi yang
berkualitas
 Menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
 Serta membangun keluarga kecil berkualitas
 Mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang

2. URAIKAN PROGRAM KB DI PUSKESMAS DIPERLUKAN UNTUK


MENUNJANG KELUARGA SEJAHTERA
Jawaban :
Program KB Dalam Menunjang Keluarga Sejahtera menurut Drs. Andang Muryanta dalam
Perencanaan Keluarga Sejahtera Melalui Program KB. 16 Desember 2010. Daerah
Istimewa Yogyakarta :
1. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), menjadi sasaran keluarga yang mempunyai anak
remaja yang belum menikah, diharapkan agar kelak bila hendak menikah sudah

22
memasuki usia ideal untuk melangsungkan pernikahan, yaitu usia 25 tahun untuk pria
dan minimal 20 tahun untuk wanita
2.Pengaturan kelahiran, menjadi sasaran untuk Pasangan Usia Subur (PUS) untuk
mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak, dengan jarak 3 – 5 tahun serta jumlah anak 2
lebih baik
3.Pembinaan ketahanan keluarga, menjadi sasaran untuk keluarga yang memiliki anak
balita, remaja dan lansia untuk meningkatkan ketahanan dan keharmonisan keluarga
yaitu dengan mengikuti kegiatan BKB (Bina Keluarga Balita), BKR (Bina Keluarga
Remaja), BKL (Bina Keluarga Lansia) dan BLK (Bina Lingkungan Keluarga).
4.Peningkatan kesejahteraan keluarga, menjadi sasaran untuk seluruh keluarga dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui kelompok kegiatan ekonomi
produktif, yaitu kelompok UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera).

3. MENGAPA PERLU DI PAHAMI TENTANG PERLUNYA KB DALAM


MENGKRITISI SOSIAL KULTUR BUDAYA PAPUA
Jawaban
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan pasal 78, Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga,
fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan Pelayanan KB yang aman, bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut pada Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009, pasal 1 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan
dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

Penerapan program KB di provinsi Papua harus di terjemahkan dalam kearifan


lokal papua. Dalam artian harus memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat papua,
karena ada beberapa daerah di papua yang masih memiliki pemahaman bahwa program
KB dapat membuat etnis papua punah. Hal tersebut harus di jelaskan bahwa program KB
tidak membuat etnis papua punah, program KB bukan pula hanya membatasi masyarakat
mempunyai anak. Tetapi program KB juga dapat digunakan untuk mengatur jarak
kehamilan ibu serta usia yang sesuai sehingga tidak terjadi kematian ibu dan bayi. Sejak
program KB di lupakan angka kematian ibu melahirkan meningkat. Secara nasional angka
kematian ibu melahirkan meningkat dari 228 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup.

23
Artinya dalam satu setengah jam ada ibu melahirkan yang meninggal di Indonesia. Ada 4
hal yang menyebabkan kematian ibu melahirkan yaitu melahirkan usia muda, setiap tahun
melahirkan, banyak anak, melahirkan usia tua. Oleh karena itu, program KB mengatur
jarak kehamilan kesehatan ibu hamil, serta usia yang maksimal sehingga tidak terjadi
kematian ibu yang melahirkan. Dan menghasilkan keluarga yang berkualiatas, bukan
untuk membuat punah. Namun, apabila kehamilan tidak diatur dengan baik, serta
kesehatan ibu tidak diutamakan pada suatu daerah maka kematian ibu akan semakin
meningkat sehingga berdampak kepunahan.

Program KB sesungguhnya untuk menyelamatkan generasi muda penerus bangsa


yang berkualitas, sehingga di papua dan papua barat harus mendukung program tersebut.

SOAL D
APA YANG ANDA DAPATKAN SECARA KRITIS TERHADAP KEBERADAAN
PUSAT KLINIK REPRODUKSI ?
Jawaban :
Dengan adanya keberadaan pusat klinik reproduksi:
a. maka seorang yang memiliki pekerjaan/ tergolong berisiko tinggi terhadap penularan
Infeksi menular seksual (Pekerja Seks Komersial, berganti-ganti pasangan,
homoseksual, dll) dapat mencegah, mengurangi penularan IMS dan HIV, dalam
meningkatkan kualitas hidup, serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
IMS, HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.
b. Memberikan informasi secara terus-menerus kepada masyarakat tentang IMS, HIV-
AIDS dan memberikan layanan pemeriksaan.
c. Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan, pengobatan dan dukungan kepada
klien, yang terintegrasi.
d. Memutuskan rantai penularan IMS – HIV melalui pemakaian kondom.
e. Sebagai tempat pelayanan KB suntik, kesehatan reproduksi remaja, deteksi dini
kanker mulit Rahim (IVA)
Dari tugas lapangan di Pusat Kesehatan Reproduksi saya menyimpulkan bahwa
tingginya kasus penyakit IMS di kota Jayapura karena melihat dari data yang diperoleh,
total jumlah kunjungan Pusat Kesehatan Reproduksi dari bulan Januari hingga Juni 2017
terdapat 3.877 kasus IMS. IMS merupakan pintu masuk dari penyakit HIV/AIDS,
sehingga perlu ditekannya kasus IMS di kota Jayapura. Perlu diadakan promosi kesehatan

24
mengenai bahayanya penyakit IMS sebagai pintu masuk dari penyakit HIV/AIDS kepada
masyarakat.
Dari hasil data diperoleh distribusi penyakit IMS terbanyak sesuai pekerjaan
adalah pekerja seks tidak langsung, sebanyak 1.636 dari total jumlah kunjungan 3.877
orang. Perlu ditingkatkannya kesadaran pekerja dari Bar dan Panti Pijat yang ada dikota
Jayapura untuk memeriksakan IMS setiap 2 bulan sekali dan tes HIV setiap 3 bulan sekali.

1. TUPOKSI DAN PROGRAM PKR


1. Pelayanan Pemeriksaan IMS
Merupakan pelayanan rutin (yang sudah dijadwalkan) dan kunjungan sewaktu. Yang
dijadwalkan atau merupakan pemeriksaan rutin adalah bar-bar dan panti pijat yang
berada pada wilayah kerja PKR Kota Jayapura.
2. Pelayanan pemeriksaan HIV/AIDS
3. Pelayanan KB
 Suntik
 Susuk
 Spiral
 Pil
 Kondom
4. Pelayanan Ibu Hamil
5. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Menerima Pelayanan Rujukan IMS
7. Pelayanan Deteksi Dini Kanker Mulut Rahim (IVA)
8. Tindik Telinga

25
2. BAGAIMANA DISTRIBUSI PENYAKIT IMS DAN KARAKTERISTIK
Distribusi berdasarkan Jenis kelamin
a. Jumlah kunjungan layanan IMS bulan Januari – Februari tahun 2018 berdasarkan
jenis kelamin di dapatkan hasil sebagai berikut :
No Jenis Kelamin Jumlah %
1. Laki- laki 48 25,39
2. Perempuan 141 74,60
Jumlah 189 100
Dari tabel diatas distribusi penyakit IMS berdasarkan jumlah kunjungan yang
memeriksakan diri ditemukan bahwa pada jenis kelamin perempuan lebih
banyak sebanyak 141 orang (74,60%) dari 189 orang.
b. Distribusi jumlah kunjungan pasien baru IMS berdasarkan Jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah %
1. Laki – laki 30 58,82
2. Perempuan 21 41,17
Jumlah 51 100
Dari tabel diatas distribusi penyakit IMS berdasarkan jumlah kunjungan
pasien baru yang memeriksakan diri ditemukan bahwa pada jenis kelamin
laki-laki lebih banyak sebanyak 30 orang (58,82%) dari 51 orang.
c. Distribusi kasus IMS yang ditemukan berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Jumlah %
1. Laki – laki 17 21,6
2. Perempuan 66 71,51
Jumlah 83 100
Dari tabel diatas distribusi penyakit IMS berdasarkan jumlah kasus yang
ditemukan yang memeriksakan diri ditemukan bahwa pada jenis kelamin
perempuan lebih banyak sebanyak 66 orang (71,51%) dari 83 orang.
d. Distribusi jumlah kasus IMS berdasarkan jenis kelamin
e. Jenis Kelamin
No Kasus IMS L N % P N %
1. Sifilis Dini - - - 1 - 1,96
2. Sifilis Lanjut - - - - - -
3. Gonorea 3 - 50 6 - 11,76

26
4. Urethritis Gonorea 3 - 50 - - -
5. Urethritis Non GO - - - - - -
6. Servisitis proctitis - - - 44 - 86,27
7. Triconomiasis - - - - - -
8. Herpes Genital - - - - - -
Jumlah 6 100 51 100

Dari tabel diatas distribusi penyakit IMS berdasarkan jenis kelamin pada pria dan
wanita yang memeriksakan diri ditemukan bahwa jenis kelamin perempuan dengan
kasus servisitis proctitis sebanyak 44 orang (86,27%) dari 83 orang.

e. Jumlah kunjungan layanan IMS berdasarkan Kelompok Usia


No Kasus IMS 1-14 15-19 20-24 25-49 ≥ 50 %
tahun tahun tahun tahun tahun
1. Sifilis Dini - - - - - -
2. Sifilis Lanjut - - - - - -
3. Gonorea - - 4 5 -
4. Urethritis Gonorea - - 1 2 -
5. Urethritis Non GO - - 15 29 -
6. Servisitis proctitis - - - - - -
7. Triconomiasis - - - - - -
8. Herpes Genital - - - - - -
Jumlah 20 36
Dari tabel diatas distribusi penyakit IMS berdasarkan kelompok usia pada pria dan
wanita yang memeriksakan diri ditemukan bahwa jenis kelamin perempuan dengan
kasus urethritis Non GO usia 25-49 tahun sebanyak 29 orang dari 83 orang.

f. Jumlah kunjungan layanan IMS berdasarkan kelompok resiko


No Kelompok Resiko N %
1. WPS 126 66,66
2. PPS - -
3. WARIA - -
4. LSL 16 8,46

27
5. IDU - -
6. Pasangan Risk 7 3,70
7. Pelanggan PS 14 7,40
8. Lain-lain 26 13,75
Jumlah 189 100

Ket : WPS adalah wanita penjajah seks, PPS adalah pria penjajah seks, LSL
adalah Laki-laki seks dengan laki-laki, IDU adalah pengguna obat suntik.
Dari tabel diatas distribusi penyakit IMS berdasarkan kelompok resiko pada pria
dan wanita yang memeriksakan diri ditemukan bahwa Wanita Penjajah Seks
sebanyak 126 (66,66%) dari 189 orang.

3. APAKAH ADA KASUS HIV/AIDS DENGAN KARAKTERISTIKNYA?


1. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan laporan VCT Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR) bulan Maret 2018,
ditemukan sebanyak 64 pasien yang diperiksa dengan hasil positif.
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Laki-laki 9 16,4
2 Perempuan 55 83,6
Total 64 100

Dari tabel di atas, distribusi kasus HIV/AIDS dengan karakteristiknya berdasarkan


jenis kelamin di temukan bahwa jenis kelamin perempuan paling banyak yang positif
HIV berjumlah 55 orang dari 64 orang (83,6%). Hal ini bisa dipengaruhi karena lebih
banyaknya perempuan yang melakukan pemeriksaan, dan banyaknya wanita pekerja
seks yang datang ke PKR.

2. Distribusi Berdasarkan Jenis Pekerjaan


No Jenis Pekerjaan Jumlah %
1 PNS 0 0
2 Swasta 5 7,8
3 Pelajar/mahasiswa 2 3,1
4 PSK langsung 13 20,3

28
5 PSK tak langsung 40 62,5
6 Buruh 0 0
7 WBP 0 0
8 Ibu Rumah Tangga 2 3,1
9 TNI/Polri 0 0
10 Supir/Ojek 1 1,6
11 Tenaga Jasa 0 0
12 Tidak Bekerja 1 1,6
13 Dll 0 0
Total 64 100

Dari tabel diatas distribusi kasus HIV/AIDS dengan karakteristiknya berdasarkan jenis
pekerjaan menunjukkan bahwa jenis pekerjaan pekerja seksual tidak langsung lebih
banyak yang positif terkena HIV yaitu 40 orang (62,5%) dari 64 orang. Hal ini
disebabkan karena pekerja seksual tidak langsung adalah kelompok pekerja seksual
yang melakukan transaksi seksual dimanapun ( freeland) atau tidak tersedia tempat
khusus yang telah disediakan, misalnya pada panti pijat, bar, SPG (sales promotion girl),
sedangkan pekerja seksual langsung adalah kelompok pekerja seksual yang melakukan
transaksi seksual pada tempat khusus yang telah disediakan misalnya lokalisasi tangga
seribu argapura.Kejadian HIV banyak terdapat pada PSK tidak langsung karena tidak
terbatas jumlah, luas wilayahnya dan tidak teroganisir.

3. Distribusi Berdasarkan Golongan Umur


No Jenis Golongan Umur Jumlah %
1 5-14 tahun 0 0
2 15-19 tahun 1 1,6
3 20-24 tahun 24 37,5
4 25-49 tahun 38 59,3
5 >50 tahun 1 1,6
Total 64 100
Dari tabel diatas distribusi kasus HIV/AIDS dengan karakteristiknya berdasarkan
golongan umur ditemukan bahwa kelompok umur 25-49 tahun adalah kelompok umur
paling banyak terkena HIV positif, berjumlah 38 orang (59,3%) dari 64 orang.

29
4. Distribusi Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Jumlah %
1 Tidak Sekolah 0 0
2 SD 8 12,5
3 SMP 19 29,7
4 SMA 34 53,1
5 Perguruan Tinggi 3 4,7
Total 64 100
Dari tabel diatas distribusi kasus HIV/AIDS dengan karakteristiknya berdasarkan
tingkat pendidikan ditemukan bahwa pada tingkat pendidikan SMA lebih banyak yang
terkena HIV positif, berjumlah 34 orang (53,1%) dari 64 orang.

5. Distribusi Berdasarkan Agama


No Agama Jumlah %
1 Islam 55 85,9
2 Kristen Protestan 8 12,5
3 Kristen Katolik 1 1,6
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
6 Advent 0 0
Total 64 100
Dari tabel diatas distribusi kasus HIV/AIDS berdasarkan agama yang memeriksakan
diri ditemukan bahwa pada agama islam lebih banyak terinfeksi HIV positif berjumlah
55 orang (85,9%) dari 64 orang.
6. Distribusi Berdasarkan Daerah Asal
No Daerah Asal Jumlah %
1 Papua 3 4,7
2 Sumatera 0 0
3 Jawa 30 46,9
4 Betawi 4 6,3
5 Sunda 12 18,8
6 Kalimantan 5 7,8
7 NTT 1 1,5

30
8 NTB 0 0
9 Sulawesi Utara 4 6,3
10 Sulawesi selatan 3 4,7
11 Sulawesi Tenggara 0 0
12 Sulawesi Tengah 1 1,5
13 Sulawesi Barat 0 0
14 Maluku 1 1,5
15 Bali 0 0
16 Dll 0 0
Total 64 100
Dari tabel diatas distribusi kasus HIV/AIDS berdasarkan daerah asal yang
memeriksakan diri ditemukan bahwa yang berasal dari daerah jawa lebih banyak
terinfeksi HIV positif berjumlah 30 orang (46,9%) dari 64 orang.

31

Вам также может понравиться

  • Manajemen Nyeri
    Manajemen Nyeri
    Документ9 страниц
    Manajemen Nyeri
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • HPK
    HPK
    Документ7 страниц
    HPK
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Kondiloma
    Kondiloma
    Документ1 страница
    Kondiloma
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • HPK
    HPK
    Документ1 страница
    HPK
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • HPK
    HPK
    Документ7 страниц
    HPK
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • HIV
    HIV
    Документ1 страница
    HIV
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Kondiloma
    Kondiloma
    Документ1 страница
    Kondiloma
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • COVER Jurnal PDF
    COVER Jurnal PDF
    Документ2 страницы
    COVER Jurnal PDF
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Tugas Bedah
    Tugas Bedah
    Документ7 страниц
    Tugas Bedah
    Muhamad Agung Supriyanto
    Оценок пока нет
  • Acc Daftar Isi
    Acc Daftar Isi
    Документ5 страниц
    Acc Daftar Isi
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Jurnal Indo Fix
    Jurnal Indo Fix
    Документ11 страниц
    Jurnal Indo Fix
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • BP
    BP
    Документ13 страниц
    BP
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Brain Tumor - Bahasa Indonesia PDF
    Brain Tumor - Bahasa Indonesia PDF
    Документ10 страниц
    Brain Tumor - Bahasa Indonesia PDF
    mohhammadfaisaal
    Оценок пока нет
  • Leaflet Hemoroid
    Leaflet Hemoroid
    Документ2 страницы
    Leaflet Hemoroid
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Sensus Pasien Bedah
    Sensus Pasien Bedah
    Документ2 страницы
    Sensus Pasien Bedah
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • TAHI
    TAHI
    Документ12 страниц
    TAHI
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • PARADE
    PARADE
    Документ18 страниц
    PARADE
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Trauma Toraks HGJGKJL
    Trauma Toraks HGJGKJL
    Документ14 страниц
    Trauma Toraks HGJGKJL
    Salsa Fadhzillah Zamiah
    Оценок пока нет
  • MR Igd 20 Juli
    MR Igd 20 Juli
    Документ12 страниц
    MR Igd 20 Juli
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Sensus Pasien Bedah
    Sensus Pasien Bedah
    Документ2 страницы
    Sensus Pasien Bedah
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Ujian Snell
    Ujian Snell
    Документ57 страниц
    Ujian Snell
    Nyco
    Оценок пока нет
  • SAP Anak
    SAP Anak
    Документ2 страницы
    SAP Anak
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • TAHI
    TAHI
    Документ12 страниц
    TAHI
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • ACUAN
    ACUAN
    Документ22 страницы
    ACUAN
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • BUKU PANDUAN TEKNIK PF Dan PROSEDUR PDF
    BUKU PANDUAN TEKNIK PF Dan PROSEDUR PDF
    Документ178 страниц
    BUKU PANDUAN TEKNIK PF Dan PROSEDUR PDF
    Anggun Permata Sari Sukna
    Оценок пока нет
  • Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Документ60 страниц
    Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Ima Mori
    100% (3)
  • ACUAN
    ACUAN
    Документ22 страницы
    ACUAN
    Yehuda Simbiak
    Оценок пока нет
  • Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Документ60 страниц
    Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Ima Mori
    100% (3)
  • Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Документ60 страниц
    Urologi Diagnosis (Malang) PDF
    Ima Mori
    100% (3)