Вы находитесь на странице: 1из 3

Munculnya tekbologi modern memberi para spesialis humas peluang baru untuk

menjangkau khalayak umum dan yang ditargetkan terlepas dari kondisi geografis, waktu,
dan ruang, kesemuanya memberikan peluang untuk dialog interaktif dan pertukaran
gagasan. Namun, pada saat yang sama, ada resiko tersembunyi dalam teknologi
interaktif yang harus diperhitungkan dan ditangani dengan tepat. Berbagai alat interaktif
dari blog dan halaman web hingga email dan penggunaan jejaring sosial adah bidang
baru peluang dan potensi kegagalan bagi manajer hubungan masyarakat.
Di era disrupsi, Sinarmas sebagai pemain lama paham benar bagaimana
menyikapi perkembangan teknologi komunikasi, utamanya dalam dunia kehumasan
(jurnalistik dan iklan). PR 2.0 identik dengan masa keterbukaan, dialog interaktif dan
pendekatan kolaboratif antara pihak perusahaan dan konsumen. Memungkinkan
konsumen untuk mengakses informasi-informasi dari perusahaan, juga memberikan
aspirasi atas apa yang ada pada perusahaan. Krisis dan masalah yang dialami oleh
sinarmas tentunya merujuk pada aspirasi yang disampaikan konsumen/public, PR 2.0
membuat masalah lebih cepat muncul ke permukaan. Pemerintah sebagai pembuat
kebijakan melihat fenomena baru perkembangan teknologi ini memerlukan peraturan,
karena itu dibuatlah UU Keterbukaan Informasi Publik dan UU Informasi dan Transaksi
elektronik, menjadi landasan bagi perusahaan untuk menyelesaikan krisis yang tidak
melanggar hukum. Oleh karena itu diperlukan analisa oleh praktisi humas (sinarmas)
agar keputusan yang dilaksanakan perusahaan tidak bertentangan dengan hukum, tentu
tetap berpegang terhadap kode etik kehumasan
Analisa berdasarkan UU ITE
Dalam rangka memberikan hak menyatakan pikiran dan kebebasan berpendapat
serta hak memperoleh informasi melalui penggunaan dan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, Sinarmas dalam hal ini telah memenuhi kewajibannya sesuai
dengan ketentuan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE. Beberapa diantaranya adalah
dengan menyediakan website resmi, sinarmas.com yang dapat diakses oleh publik
berkaitan dengan profil perusahaan , proyek yang sedang berjalan, publikasi, hingga pilar
usaha dan ruang warta. website tersebut juga menyediakan customer sevices yang
berisikan nomor telepon, lokasi perusahaan, e-mail, dan berbagai sosial media resmi
SInarmas, sehingga komunikasi interaktif ‘dapat berjalan. Lebih detil, kegiatan digital
diatas memenuhi UU ITE Bab 3 tentang informasi, dokumentasi, dan tanda tangan
elektronik.”
a. Pasal 6 yang berisi “dalam hal tersebut terdapat ketentuan lain selain yang
diatur dalam pasal 5 ayat 4 yang megisyaratkan bahwa informasi harus
berbentuk tertulis atau asli, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses,
ditamoilkan, dijamin keutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga
menerangkan suatu keadaan.” (website untuk diakses)
b. Pasal 9 yang berisi “ pelau usaha yang menawarkan produk melalui sistem
elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan
dengan syarat kontak, produsen dan produk yang ditawarkan.” (lampiran
customer services)
Ketentuan dalam pasal 14 dan 15 juga mewajibkan penyelenggara sistem
elektronik memiliki sertifikat elektronik dan maintenance sistem elektronik agar dapat
bekerja secara andal dan sebagaimana mestinya. Sinarmas dalam hal ini telah
memenuhi syarat syarat tersebut terbukti dari terdaftarnya perusahaan didalam Otoritas
Jasa Keuangan dan E-faktur kantor pajak. Sinarmas juga secara berkala terus
memperbaiki dan memperbarui sistem keamanan dan privasi websitenya.
Karena Sinarmas merupakan perusahaan non-publik yang dikelola secara
independen, dengan kata lain tanpa bantuan dana pemerintah (APBN/APBD), maka
sinarmas tidak diwajibkan memenuhi UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik sebagaimana tertera. Namun, dalam mengimplementasikan Good
Corporate Governance, Sinarmas menyadari bahwa perusahaan harus memiliki prinsip
keterbukan informasi. Perusahaan menyadari bahwa keberlangsungan usaha tidak
hanya diukur dari performa keuangan dan peningkatan keuntungan, namun juga melalui
performa internal dan eksternal yang baik sesuai etika dan pelaksanaan tata kelola
perusahaan yang baik, Sinarmas menyediakan ruang bagi konsumen/public untuk
menyampaikan aspirasinya melalui kolom comment dan forum aduan pada call center.
Adapun prinsip keterbukaan informasi yang diterapkan oleh Sinarmas adalah
1. Transparansi, pengungkapan informasi perusahaan yang dapat diakses oleh
public
2. Akuntabilitas, pertanggungajwaban atas sasaran usaha dan strategi yang telah
ditetepkan
3. Tanggung Jawab, keselarasan kebijakan perusahaan dengan peratuan
perundang undangan yang berlaku dan pertanggungjawaban kepada
konsumen/publik dan berpegang pada prinsip kehati-hatian
4. Independensi, menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh
stakeholders dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta benturan
kepentingan
5. Kesetaraan, memperhatikan asas keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi
hak-hak pemangku kepentingan yang timbul berlandaskan kebijakan atas
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Dalam penanganan krisis yang telah disebutkan diatas, berikut adalah beberapa
pemecahan yang dilakukan
1. terkait masalah dengan greanpeace SInarmas merilis pers dan publikasi melalu
website dengan cara konservasi hutan, meyakinkan bahwa kegiatan yang
dilakukan bebas dari deforestasi.
2. Gugatan oemerintah atas salah satu anak usaha PT. Bumi Mekar Hijau, putusan
bersalah yang diberikan oleh pengadilan tinggi Palembang dipenuhi dengan
membayar wajib denda sejumlah 78,502 miliar.
3. OTT KPK Oktober 2018 lalu, PR sinarmas melalui website mengucapkan
permintaan maaf atas dugaan suap mengenai fungsi pengawasan lingkungan oeh
DPRD dan mendukung agar keadilan ditegakkan sesuai hukum yang berlaku.
dari ketiga penyelesain permasalahan diatas, humas Sinarmas tidak mencederai kode
etik kehumasan berdasarkan kesesuain tindakannya untuk keseimbangan perusahaan
dalam menangani krisis, diantaranya
1. Code of Conduct, yakni etika dalam berperilaku.
2. Code of Profession, yakni etika dalam melaksanakan profesi humas
3. Code of Publication, etika dalam kegiatan proses dan teknik publikasi (melalui rilis
dan publikasi di media dan website)
4. Code of Enterprise, menyangkut peraturan pemerintah. (mematuhi dan memenuhi
kebijakan pemerintah)

Referensi
UU No 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
UU No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Sinarmas. 2010. Paparan Publik Tahun 2010.
http://dssa.co.id/images/b_public_expose/public_expose4.pdf. Diakses 8 Mei 2019.
Georg, Dieter. October 2014. Public Relations In Digital World : Global Relationship
Management Personal Information.
https://www.researchgate.net/publication/270281374_Public_Relations_in_the_Digital_
World_Global_Relationship_Management_Personal_information/download. Diakses 8
Mei 2019.
Tankosic, Mirjana. December 2016. Features Of Interactive Public Relations : Using Web
2.0 to Establish Two-Way Communication With The Consumers.
https://www.researchgate.net/publication/315713487_Features_of_Interactive_Public_R
elations_Using_Web_20_to_Establish_a_Two-
Way_Communication_with_the_Consumers. Diakses 8 Mei 2019.

Вам также может понравиться