Вы находитесь на странице: 1из 6

KONSEP BERMAIN

I. DEFINISI
Konsep bermain merupakan konsep yang tidak mudah dijabarkan. Menurut Piaget (1961)
bermain merupakan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan.
Freeman (2011) mendefinisikan bermain sebagai suatu aktivitas yang membantu anak
mencapai perkembangan yang utuh, fisik, intelektual, social, moral, dan emosional.
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan social, dan
bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar karea dengan bermain, anak-anak
dapat berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang
dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2000).
Konsep bermain menurut Hurlock (1997) adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

II. FUNGSI BERMAIN


1. Perkembangan Sensorik-Motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensorik-motorik merupakan komponen
terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sesnoris-motoris dan alat permainan untuk usia toddler dan prasekolah
yang banyak membantu perkembangan aktivitas motoric kasar dan halus.
2. Perkembangan Intelektual
Anak akan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada
di lingkungan sekitarnya terutama mengenal warna, bentuj, ukuran, tekstur dan
membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya dan anak akan
belajar memberi dan menerima.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkerasi dimana kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkannya
kedalam bentuk objek dan atau kegiatan yang dilakukannya. Anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Contohnya dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan dan merangsang kreativitasnya untuk semakin
berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Anak akan mengembagkan kemampuannya dan membandingkan dengan oranglain
dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak
tingkah lakunya terhadap oranglain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya terutama orangtua dan
guru. Dengan bermain, kesempatan menerapkan nilai-nilai tersebut dan
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada di lingkungannya,
serta dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Contohnya
merebut mainan temannya.
7. Bermain Sebagai Terapi
Saat dirawat di Rumah Sakit aka nada perasaan yang tidak menyenangkan seperti
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Anak dapat mengalihkan rasa sakitnya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

III. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN


1) Tahap Tumbuh Kembang Anak
Bermain disesuaikna dengan tahap tumbuh kembang anak dan jenis permainan
dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Status Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energy untuk bermain dibandingkan
dengan anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabikan
banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energy.
3) Intelegensi
Anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak yang kurang cerdas. Anak
yang cerdas lebih menyenangi permainan yang bersifat merangsang daya berpikir
mereka.
4) Jenis Kelamin
Anak perempuan akan lebih banyak melakukan permainan yang menghabiskan
banyak energy. Perbedaab ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat
dibandingkan anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak
perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah halus.
5) Status Sosial Ekonomi
Anak-anak yang dibesarkan dilingkungan keluarga yang status social ekonomi
tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkn dengan
anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonomi rendah.
6) Lingkungan
Anak yang dibesarkan dilingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu,
dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak yang
kurang.
7) Peralatan Bermain
Peralatan main yang dimiliki anak mempengaruhi permainan.

IV. KLASIFIKASI BERMAIN


Beberapa jenis permainan ditinjau dari:
1) Isi Permainan
 Social affective play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain.Misalnya, bayi
akan mendapatkan kesenagan dan kepuasan dari hubungan
yang menyenangkan dengan orangtuanya dan/atau orang lain.permainan
yang biasa dilakukan adalah “ciluk ba” berbicara sambiltersenyum/tertawa,
atau sekedar memberikan tangan pada bayi dan menggenggamnya tetapi
dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.

 Sense of pleasure play


Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa
senang pada anak dan biasanya mengasyikan.Misalnya, dengan
menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda
apasaja yangdapat dibentuknya dengan pasir. Bias juga dengan
menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan,
misalnya memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain. Ciri khas
permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik bersentuhan
dengan alat permainan ini dan dengan permainan yangdilakukan sehingga
susah dihentikkan
 Skill play
Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan
ketrampilan anak, khususnya motorik kasar danhalus. Misalkan bayi akan
trampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari tempat
yang satuke tempat yang lain, dan anak trampil naik sepeda.
 Games atau permainan
Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan
alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan/skor. Permainan ini bias
dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau temannya. Banyak sekali
jenis permainan ini mulai dari yang sifatnya tradisional maupun yang
modern. Misalnya : ular tangga, congkla, puzzle,dll.
 Unoccupied behavior
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk,memainkan kursi, meja atau
apa saja yang ada disekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan
alat permainan tertentu, dan situasi atau objek yang ada disekelilingnya
yang digunakannnya sebagai alat permainan. Anak tampak senang,
gembira dan asyik dengan situasi serta lingkungannya tersebut
 Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya pada permainan ini anak memainkan
peran sebagai orang lain melalui permainan.Anak berceloteh sambil
berpakaian meniru orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya,
kakanya, dansebagainya yang ia tiru.
2) Karakter Sosialnya
 Onlooker play
Pada jenis permainan ini anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan, jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temanya.
 Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok
permainan tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan
yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakantemannya, tidak ada kerja sama, atau
komunikasi dengan teman sepermainan.
 Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak
satu sama lain sehingga antara anak yang satu dengan anak yang lain tidak
adasosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak
usia toddler.
 Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak
dengan anak yang lain, tetapi tidak terorganisasitidak ada pemimpin atau
yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh
bermain boneka, bermain hujan-hujanan, bermain masak-masakan.
 Cooperative play
Aturan permainan dlam kelompok tampak lebih jelas
pada permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang
memimpin permainan mengatur dan mengarahkan anggotanya,untuk
bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam
permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola.

V. JENIS PERMAINAN BERDASARKAN KELOMPOK USIA ANAK


1. Usia 0-1 Tahun (Bayi)
Permainan untuk melatih refleks, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan
telinga, melatih mengenal suara, kepekaan perabaan.
Jenis permainan yang dapat digunakan adalah mainan yang dapat dimasukkan kedalam
mulut, gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permainan yang dapat
digoyang dan menimbulkan suara.
Contoh:

2. Usia 1-3 Tahun (Toddler)


Permainan pada usia ini bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong
atau menarik, melatih imajinasi melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan
memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya.
Jenis permainan pada usia ini seperti permainan yang dapat didorong atau ditarik,
berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil berwarna, dan
lain-lain.

Contoh:

3. Usia 3-6 Tahun (Pra-Sekolah)


Pada usia ini, anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan sosialisasi,
mengembangkan dan mengontrol emosi, motorik kasar dan halus.
Jenis permainan yang dapat digunakan seperti benda-benda sekitar rumah, buku
gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.
Contoh:

4. Usia 6-12 Tahun (Sekolah)


Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah dibedakan menurut jenis kelaminnya.
Bermain dengan kelompok, dapat belajar dengan aturan-aturan kelompok, belajar
mandiri, kooperatif bersaing, menerima orang lain dan tingkah laku yang diterima.
Alat permainan yang digunakan: puzzle (teka-teki), kartu, buku, alat untuk
mencatat/melukis, bersepeda, olahraga, mainan kartu.
Contoh:
VI. Bermain Untuk Anak yang Dirawat di Rumah Sakit
Merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak
dan memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran
anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan relaksasi.

VII. Terapi Bermain Pada Anak yang Dihospitalisasi


Tujuan terapi bermain pada anak yang dihospitalisasi adalah sebagai berikut:
1. Anak yang sakit tetap membutuhkan aktivitas bermain.
2. Bermain memberi kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan
dan membangun koping terhadap stress.
3. Bermain menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan menanggulangi
pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Respon hospitalisasi berkurang sehingga anak lebih kooperatif.

VIII. Prinsip Bermain di Rumah Sakit


1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yang sama.
4. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
5. Melibatkan orang tua.

Вам также может понравиться