Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
F PBI Smt.2
Yang dimaksud As-Sunnah adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuannya
(terhadap perkataan atau perbuatan para sahabatnya) yang ditujukan sebagai
syari’at bagi umat ini.
Sudah menjadi kesepakatan seluruh kaum muslimin pada generasi awal, bahwa
As-Sunnah merupakan sumber kedua dalam syari’at Islam di semua sisi kehidupan
manusia, baik dalam perkara ghaib yang berupa aqidah dan keyakinan, maupun
dalam urusan hukum, politik, pendidikan dan lainnya. Tidak boleh seorang pun
melawan As-Sunnah dengan pendapat, ijtihad maupun qiyas. Imam Syafi’i
rahimahullah di akhir kitabnya, Ar-Risalah berkata, “Tidak halal menggunakan qiyas
tatkala ada hadits (shahih).” Kaidah Ushul menyatakan, “Apabila ada hadits (shahih)
maka gugurlah pendapat”, dan juga kaidah “Tidak ada ijtihad apabila ada nash yang
(shahih)”. Dan perkataan-perkataan di atas jelas bersandar kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
HADITS QUDSI
Qudsi menurut bahasa dinisbatkan pada “Qudus” yang artinya suci.Yaitu sebuah
penisbatan yang menunjukkan adanya pengagungan dan pemuliaan, atau
penyandaran kepada Dzat Allah Yang Maha Suci.
Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adalah apa yang disandarkan oleh Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam dari perkataan-perkataan beliau kepada Allah ta’ala.
Al-Qur’an itu lafadh dan maknanya dari Allah, sedangkan hadits qudsi
maknanya dari Allah dan lafadhnya dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam.
Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah dan mendapatkan pahala, sedangkan
membaca hadits qudsi bukanlah termasuk ibadah dan tidak mendapat pahala.
Disyaratkan mutawatir dalam periwayatan Al-Qur’an, sedangkan dalam hadits
qudsi tidak disyaratkan mutawatir.
HADITS SHAHIH
Menurut Ibnu Sholah, hadits shahih ialah hadits yang bersambung sanadnya. Ia
diriwayatkan oleh orang yang adil lagi dhobit (kuat ingatannya) hingga akhirnya tidak
syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih) dan tidak mu'allal
(tidak cacat). Jadi hadits Shahih itu memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :
1. Kandungan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur'an.
2. Harus bersambung sanadnya
3. Diriwayatkan oleh orang / perawi yang adil.
4. Diriwayatkan oleh orang yang dhobit (kuat ingatannya)
5. Tidak syadz (tidak bertentangan dengan hadits lain yang lebih shahih)
6. Tidak cacat walaupun tersembunyi.