Вы находитесь на странице: 1из 20

1.

Definisi
Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat dideteksi ketika atau segera
setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra pria.
Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral
batang penis. Seringkali, kendati tidak selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu
chordee, yaitu istilah untuk penis yang melengkuk kebawah. (Speer,2007:168)
Hipospadia adalah congenital anomali yang mana uretra bermuara pada sisi bawah penis
atau perineum. (Suriadi,2010:141)Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra
terdapat pada penis bagian bawah, bukan diujung penis. Beratnya hipospadia bervariasi,
kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis yaitu pada glans penis. Bentuk
hipospadia yang lebih berat terjadi jika luubang uretra terdapat ditengah batang penis atau
pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum atau dibawah skrotum. Kelainan ini sering
berhubungan kordi, yaitu suatu jaringan vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis
melengkung kebawah saat ereksi. (Muslihatum, 2010:163)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hypospadia adalah suatu kelainan
bawaan dimana letak lubang urethra tidak pada tempat yang semestinya, melainkan ada
dibagian bawah penis.
2. Etiologi
Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat dihubungkan dengan faktor genetik,
lingkungan atau pengaruh hormonal. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli
dianggap paling berpengaruh antara lain :
a. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur
organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya
sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone
androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap
saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan
dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
b. Genetika
Terjdi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi
pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut
tidak terjadi.
c. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang
bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi. Faktor resiko.
(Suriadi,2010:142) Penyebab kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genetalia
karena involusi yang premature dari sel interstisial testis.Faktor eksogen antara lain
pajanan prenatal terhadap kokain, alcohol, fenitoin, progesitin, rubella, atau diabetes
gestasional.(Mansjoer, 2000 : 374)
3. Prognosis
Dengan perbaikan pada prosedur anastesi, alat jahitan, balutan, dan antibiotik
yang ada sekarang, operasi hipospadia telah menjadi operasi yang cukup sukses
dilakukan. Hasil yang fungsional dari koreksi hipospadia secara keseluruhan sukses
diperoleh, insidens fistula atau stenosis berkurang, dan lama perawatan rumah sakit
serta prognosis juga lebih baik untuk perbaikan hipospadia.
4. Patofisiologi
Fusi dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus
uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus
ini, dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang
penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal
sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari
penis.
5. Klasifikasi
Tipe hipospadia berdasarkan letak orifisium uretra eksternum/ meatus :
a. Tipe sederhana/ Tipe anterior
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini,
meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat
asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat
dilakukan dilatasi atau meatotomi.
b. Tipe penil/ Tipe Middle
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal.
Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai
dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral,
sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada
kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat
kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak
dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah
selanjutnya.
c. Tipe Posterior
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya
pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida,
meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.
6. Maninfestasi Klinik
a. Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah
penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
b. Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung
penis.
c. Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang
hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
d. Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
e. Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
f. Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
g. Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
h. Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
i. Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
7. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi antara lain striktur uretra (terutama pada
sambungan meatus uretra yang sebenarnya dengan uretra yang baru dibuat) atau fistula.
a. Infertility
b. Resiko hernia inguinalis
c. Gangguan psikososial
Komplikasi paska operasi yang terjadi :
a. Edema / pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya dapat
bervariasi, juga terbentuknya hematom / kumpulan darah dibawah kulit, yang
biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari paska operasi.
b. Sturktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan oleh
angulasi dari anastomosis.
c. Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran kencing
berulang atau pembentukan batu saat pubertas.
d. Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan sebagai
parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur satu tahap saat
ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %.
e. Residual chordee/rekuren chordee, akibat dari rilis korde yang tidak
sempurna, dimana tidak melakukan ereksi artifisial saat operasi atau
pembentukan skar yang berlebihan di ventral penis walaupun sangat jarang.
f. Divertikulum, terjadi pada pembentukan neouretra yang terlalu lebar, atau
adanya stenosis meatal yang mengakibatkan dilatasi yang lanjut.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik berupa pemeriksaan fisik. Jarang dilakukan pemeriksaan
tambahan untuk mendukung diagnosis hipospadi. Tetapi dapat dilakukan pemeriksaan
ginjal seperti USG mengingat hipospadi sering disertai kelainan pada ginjal.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah dengan pemeriksaan radiologis.
a. Rontgen
b. USG sistem kemih kelamin.
c. BNO-IVP
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah dengan cara operasi.
a. Tujuan utama dari penatalaksanaan bedah hipospadia adalah
b. merekomendasikan penis menjadi lurus dengan meatus uretra ditempat yang
normal atau dekat normal sehingga aliran kencing arahnya ke depan dan
dapat melakukan coitus dengan normal.
a. Operasi harus dilakukan sejak dini, dan sebelum operasi dilakukan bayi atau
anak tidak boleh disirkumsisi karena kulit depan penis digunakan untuk
pembedahan nanti.
b. Dikenal banyak teknik operasi hipospadia yang umumnya terdiri dari
beberapa tahap yaitu :
a. Operasi Hipospadia satu tahap(ONE STAGE URETHROPLASTY ) Adalah tekhnik
operasi sederhana yang sering digunakan, terutama untuk hipospadia tipe
distal. Tipe distal ini meatusnya letak anterior atau yang middle. Meskipun sering
hasilnya kurang begitu bagus untuk kelainan yang berat. Sehingga banyak dokter
lebih memilih untuk melakukan 2 tahap. Untuk tipe hipospadia proksimal yang
disertai dengan kelainan yang jauh lebih berat, maka one stage urethroplasty
nyaris dapat dilakukan. Tipe hipospadia proksimal seringkali di ikuti dengan
kelainan-kelainan yang berat seperti korda yang berat, globuler glans yan
bengkok.Kearah ventral ( bawah ) dengan dorsal; skin hood dan propenil bifid
scrotum. Intinya tipe hipospadia yang letak lubang air seninya lebih kearah
proksimal ( jauh dari tempat semestinya ) biasanya diikuti dengan penis yang
bengkok dan kelainan lain di scrotum atau sisa kulit yang sulit di tarik pada
saat dilakukan operasi pembuatan uretra ( saluran kencing ). Kelainan yang
seperti ini biasanya harus dilakukan 2 tahap.
b. Operasi Hipospadia 2 tahap
Tahapan pertama operasi pelepasan chordee dan tunelling dilakukan untuk meluruskan
penis supaya posisi meatus ( lubang tempat keluar kencing ) nantinya letaknya
lebih proksimal ( lebih mendekati letak yang normal ), memobilisasi kulit dan
preputium untuk menutup bagian ventral/bawah penis. Tahap selanjutnya (
tahap kedua ) dilakukan uretroplasty ( pembuatan saluran kencing
buatan/uretra ) sesudah 6 bulan. Dokter akan menentukan tekhnik operasi yang
terbaik. Satu tahap maupun dua tahap dapat dilakukan sesuai dengan kelainan
yang dialami oleh pasien.
B. KONSEP KEPERAWATAN
10 Pengkajian
1. Identitas
a. Usia
Ditemukan saat lahir
b. Jenis kelamin
hipospadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki-laki dengan
angka kemunculan 1:250 dari kelahiran hidup. (Brough, 2007: 130)
2. Keluhan Utama
Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis, penis
melengkung kebawah, penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan
pada kulit dengan penis, jika berkemih anak harus duduk.(Muslihatum, 2010:163)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umumnya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya lubang kencing yang tidak
pada tempatnya sejak lahir dan tidak diketahui dengan pasti penyebabnya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pasien dengan hipospadia ditemukan adanya penis yang melengkung kebawah
adanya lubang kencing tidak pada tempatnya sejak lahir.
4. Riwayat Kongenital
a. Penyebab yang jelas belum diketahui.
b. Dihubungkan dengan penurunan sifat genetik.
c. Lingkungan polutan teratogenik.
5. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
Hipospadia terjadi karena adanya hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan
minggu ke-10 sampai minggu ke-14.
6. Activity Daily Life
a. Nutrisi Tidak ada gangguan
b. Eliminasi
anak laki-laki dengan hipospadia akan mengalami kesukaran dalam mengarahkan aliran
urinnya, bergantung pada keparahan anomali, penderita mungkin perlu mengeluarkan
urin dalam posisi duduk. Konstriksi lubang abnormal menyebabkan obstruksi urin
parsial dan disertai oleh peningkatan insiden ISK
c. Hygiene Personal
Dibantu oleh perawat dan keluarga
d. Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem kardiovaskuler
Tidak ditemukan kelainan
b. Sistem neurologi
Tidak ditemukan kelainan
c. Sistem pernapasan
Tidak ditemukan kelainan
d. Sistem integumen
Tidak ditemukan kelainan
e. Sistem muskuloskletal
Tidak ditemukan kelainan
f. Sistem Perkemihan
 Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran pada ginjal.
 Kaji fungsi perkemihan
 Dysuria setelah operasi
g. Sistem Reproduksi
 Adanya lekukan pada ujung penis
 Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi
 Terbukanya uretra pada ventral
 Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan, drinage.
11 Diagnosa
A. Pre Operasi
1. Gangguan rasa nyaman
B. Post Operasi
1. Nyeri akut
2. Resiko infeksi
12 Rencana Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pre Operasi NOC NIC
1. Gangguan rasa nyaman 1. Tingkat kenyamanan Pain Management
Definisi: 2. Tingkat ansietas 1. Observasi reaksi nonverbal dari
Merasa kurang senang, lega, ketidaknyamanan
dan sempurna Tujuan dan Kriteria Hasil: 2. Lakukan pengkajian nyeri secara
dalam dimensi Setelah dilakukan tindakan komprehensif termasuk
fisik, keperawatan selama lokasi, karakteristik, durasi,
psikospiritual, 2x24 jam klien frekuensi, skala, kualitas dan
lingkungan dan mampu untuk: faktor presipitasi(otot yang
sosial. 1. Menunjukkan tingkat sudah lama tidak digerakkan)
Batasan Karakteristik: kenyamanan dengan 3. Lakukan tindakan kenyamanan
 Ansietas indicator: untuk meningkatkan
 Menangis  Melaporkan kesejahteraan relaksasi, mis. Pemijatan,
 Gangguan pola tidur fisik mengatur posisi, teknik
 Takut  Melaporkan kepuasan dengan relaksasi.
 Ketidakmampuan untuk kontrol gejala 4. Gunakan teknik panas dan dingin
relaks  Melaporkan kesejahteraan sesuai anjuran untuk
 Iritabilitas psikologis meminimalkan nyeri.
 Merintih  Mengekspresikan kepuasan 5. Pilihlah variasi dari ukuran
 Melaporkan merasa dingin hati dengan pengobatan (farmakologis,
 Melaporkan merasa panas lingkungan fisik nonfarmakologis, dan
 Melaporkan perasaan tidak  Mengekspresikan kepuasan hubungan atar pribadi) untuk
nyaman hati dengan hubungan mengurangi nyeri
 Melaporkan kurang sosial 6. Ajari untuk menggunakan tehnik
senang dengan  Mengekspresikan kepuasan non-farmakologi (spt:
situasi tersebut spiritual biofeddback, TENS,
 gelisah  Melaporkan kepuasan dengan hypnosis, relaksasi, terapi
Faktor yang Berhubungan: tingkat kebebasan musik, distraksi, terapi
 Gejala terkait penyakit  Mengekspresikan kepuasan bermain, acupressure,
 Sumber yangtidak adekuat dengan kontrol nyeri apikasi hangat/dingin, dan
(misalnya 2. Menunjukkan Ansietas pijatan ) sebelum, sesudah
dukungan finansial dengan indikator: dan jika memungkinkan,
dan sosial) 1. Menunjukkan fleksibilitas selama puncak nyeri ,
 Kurang pengendalian peran sebelum nyeri terjadi atau
lingkungan 2. Keluarga menunjukkan meningkat, dan sepanjang
3. fleksibilitas peran para nyeri itu masih terukur
anggotanya 7. Monitor penerimaan pasien
4. Melibatkan angoota keluarga tentang manajemen nyeri
dalam membuat Penurunan Ansietas
keputusan 8. Gunakan pendekatan yang
5. Mengekspresikan perasaan menenangkan
dan kebebasan 9. Nyatakan dengan jelas harapan
emosional terhadap pelaku pasien
6. Menunjukkan strategi 10. Temani pasien untuk
penurunan stress memberikan keamanan dan
mengurangi takut
11. Dorong keluarga untuk menemani
anak
12. Lakukan back / neck rub
13. Dengarkan dengan penuh perhatian
14. Identifikasi tingkat kecemasan
15. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
16. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
17. Berikan obat untuk mengurangi
kecemasan
Kolaborasi
18. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
19. Kolaborasi prosedur pembedahan :
a. Pelepasan chordee dan tunneling
b. uretroplasty
Health Education
20. Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
Managemen Tekanan
21. Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
prosedur
22. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
Post Operasi NOC NIC
2. Nyeri akut 1. Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Definisi: 2. Tingkat Kenyamanan 1. Kaji secara komphrehensif tentang
Pengalaman emosional dan 3. Tingkatan nyeri nyeri, meliputi: lokasi,
sensori yang tidak Tujuan dan Kriteria Hasil: karakteristik dan onset,
menyenangkan Setelah dilakukan tindakan durasi, frekuensi, kualitas,
yang muncul dari keperawatan selama intensitas/ beratnya nyeri,
kerusakan jaringan 2x24 jam klien dan faktor-faktor presipitasi.
secara aktual dan mampu : 2. Lakukan penilaian nyeri secara
potensial atau  Mengontrol nyeri, dengan komprehensif dimulai dari
menunjukkan indikator : lokasi, karakteristik, durasi,
adanya kerusakan  Mampu mengenali faktor frekuensi, kualitas, intensitas
(Assosiation for penyebab dan penyebab.
Study of Pain) :  Mampu melaporkan gejala 3. Gunakan komunikasi terapeutik
serangan pada tenaga agar pasien dapat
mendadak atau kesehatan menyatakan pengalaman
perlahan dari  Mampu mengenali gejala- nyerinya serta dukungan
intensitas ringan gejala nyeri dalam merespon nyeri.
sampai berat yang  Mempertahankan tingkat 4. Tentukan dampak nyeri terhadap
diantisipasi atau kenyamanan, dengan kehidupan sehari-hari (tidur,
diprediksi durasi indikator : nafsu makan, aktifitas,
nyeri kurang dari 6  Dapat melakukan aktivitas kesadaran, mood, hubungan
bulan. seperti biasa tanpa social, performance kerja dan
Batasan Karakteristik: harus merasakan melakukan tanggung jawab
 Melaporkan nyeri secara nyeri. sehari-hari
verbal dan  Menunjukan tingkat nyeri, 5. Modifikasi tindakan mengontrol
nonverbal dengan indikator : nyeri berdasarkan respon
 Menunjukkan kerusakan  Mampu melaporkan adanya pasien.
 Posisi untuk mengurangi nyeri, frekuensi nyeri 6. Tingkatkan tidur/istirahat yang
nyeri dan episode lamanya cukup.
Faktor-Faktor yang nyeri. Pemberian Analgetik
berhubungan:  Tanda-tanda vital kembali 7. Menentukan lokasi, karakteristik,
Agen cedera (biologi, normal. mutu, dan intensitas nyeri
psikologi, kimia, sebelum mengobati klien.
fisika) 8. Cek riwayat alergi obat.
9. Tentukan jenis analgesic yang
digunakan (narkotik, non
narkotik atau NSAID)
berdasarkan tipe dan tingkat
nyeri.
10. Tentukan analgesic yang cocok,
rute pemberian dan dosis
optimal.
11. Mengevaluasi efektivitas analgesic
pada interval tertentu,
terutama setelah dosis awal,
pengamatan juga dilakukan
melihat adanya tanda dan
gejala buruk atau tidak
menguntungkan (
berhubungan dengan
pernapasan, depresi, mual
muntah, mulut kering dan
konstipasi).
Kolaborasi
12. Kolaborasikan dengan pasien,
orang terdekat dan tenaga
profesional lain untuk
memilh teknik non
farmakologi
13. Kolaborasikan dengan dokter jika
terjadi perubahan obat, dosis,
rute pemberian, atau interval,
serta membuat rekomendasi
spesifik berdasar pada
prinsip equianalgesic.
Health Education
14. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti: penyebab, berapa
lama terjadi, dan tindakan
pencegahan.
15. Anjurkan pasien untuk memonitor
sendiri nyeri.
3. Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi: 1. Status Imun Kontrol Infeksi
Kenaikan resiko karena 2. Kontrol Infeksi 1. Batasi jumlah
diserang oleh pengunjung/pembezuk.
organisme Tujuan dan Kriteria Hasil: 2. Gunakan sabun anti mikroba untuk
penyakit. Setelah dilakukan tindakan mencuci tangan dengan
Batasan Karakteristik: keperawatan selama benar.
 Penyakit kronik 2x24 jam klien 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Mendapatkan kekebalan mampu untuk: melakukan perawatan pada
yang tidak adekuat 1. Menunjukan status imun, pasien.
 Pertahanan utama yang dengan indikator : 4. Gunakan aturan umum.
tidak adekuat (e.g.,  Tidak adanya infeksi 5. Gunakan sarung tangan yang
kerusakan kulit, berulang, tidak bersih.
jaringan yang luka, adanya tumor, Reaksi 6. Jaga lingkungan agar tetap steril
pengurangan tes kulit cocok selama insersi di tempat
dalam tindakan, dengan pembukaan, tidur.
perubahan pada Kadar zat terlarut 7. Jaga lingkungan agar tetap steril
sekresi PH, pada antibody dalam ketika mengganti saluran dan
mengubah gerak batas normal botol TPN.
peristaltic) 2. Menunjukan kontrol infeksi, 8. Tutup/jaga kerahasiaan system
 Pertahanan kedua yang degan indikator : ketika melakukan
tidak adekuat  Mendeskripsikan mode pemeriksaan invasive
(pengurangan transmisi, hemodynamic.
hemoglobin, mendeskripsikan 9. Ganti peripheral IV dan balutan
leucopenia, respon factor-faktor yang berdasarkan petunju CDC.
yang menekan menyertai transmisi, 10. Pastikan keadaan steril saat
sesuatu yang mendeskripsi-kan menangani IV.
menyebabkan tanda-tanda dan 11. Tingkatkan pemasukkan nutrisi
radang) gejala, yang tepat.
 Pertambahan pembukaan Mendeskripsikan 12. Tingkatkan pemasukan cairan yang
lingkungan pada aktivitas-aktivitas tepat.
pathogen meningkatkan daya 13. Lakukan terapi antibiotic yang
 Agen farmasi (ex: zat yang tahan terhadap tepat.
menghambat infeksi. Health Education
reaksi imun) 14. Ajarkan mencuci tangan untuk
 Membran amniotic pecah memperbaiki kesehatan
sebelum waktunya pribadi.
 Memperpanjang 15. Ajarkan teknik mencuci tangan
perpecahan pada yang benar.
membrane 16. Ajarkan pasien dan keluarga
amniotic tentang tanda-tanda dan
 Trauma/luka berat gejala infeksi dan kapan
 Destruksi jaringan harus melaporkannya pada
tim kesehatan.
17. Ajarkan pasien untuk memakan
antibiotic sesuai resep.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk. (2009).Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2, Jakarta : Media


Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson. (1995). Pathofisiologi. Jakarta: EGC
Santosa, Budi. (2005-2006). NANDA. Prima Medika
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta :EGC.
Wilkinson M. Judith & Nancy R. Ahern. 2010. Buku saku diagnosis keperawatan edisi
9.Jakarta : EGC
Anonim. 2014. Makalah ASKEP HIPOSPADIA (http://.wordpress.com/2010/02/03/)
diakses tanggal 11 Mei 2014 Pukul 20.00 WITA
Anonim. 2014. Askep Hipospadia (http://blogspot.com/2010/02/arie-noki/askep-
hipospadia) diakses tanggal 11 Mei 2014 Pukul 20.00 WITA
Anonim. 2014. Hipospadia (http://www.google.com/ 2010/02/03/ hipospadia/TRI RIZKI
PERURI HARDIANTO MAKALAH HYPOSPADIA.html) diakses tanggal
11 Mei 2014 Pukul 20.00 WITA

Вам также может понравиться

  • Niswah Afifah Kep-Anak
    Niswah Afifah Kep-Anak
    Документ79 страниц
    Niswah Afifah Kep-Anak
    Ajengg Kurrnia
    Оценок пока нет
  • Askep PSTW Fix
    Askep PSTW Fix
    Документ47 страниц
    Askep PSTW Fix
    Cindy Puspitasari Haji Jafar
    Оценок пока нет
  • LAPORAN PENDAHULUAN Orif
    LAPORAN PENDAHULUAN Orif
    Документ16 страниц
    LAPORAN PENDAHULUAN Orif
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LP Peritonitis
    LP Peritonitis
    Документ19 страниц
    LP Peritonitis
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LP DM
    LP DM
    Документ6 страниц
    LP DM
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LP Asma
    LP Asma
    Документ13 страниц
    LP Asma
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Hipospadia 1
    Hipospadia 1
    Документ15 страниц
    Hipospadia 1
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LP DM
    LP DM
    Документ6 страниц
    LP DM
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LAPORAN PENDAHULUAN Orif
    LAPORAN PENDAHULUAN Orif
    Документ16 страниц
    LAPORAN PENDAHULUAN Orif
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Hipospadia 1
    Hipospadia 1
    Документ15 страниц
    Hipospadia 1
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • SAP Latihan Teknik Relaksasi
    SAP Latihan Teknik Relaksasi
    Документ7 страниц
    SAP Latihan Teknik Relaksasi
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LIEFLET
    LIEFLET
    Документ2 страницы
    LIEFLET
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LP Maternitas
    LP Maternitas
    Документ16 страниц
    LP Maternitas
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • LP Asma
    LP Asma
    Документ13 страниц
    LP Asma
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Makalah Keperawatan Komunitas Ii
    Makalah Keperawatan Komunitas Ii
    Документ48 страниц
    Makalah Keperawatan Komunitas Ii
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Makalah Keperawatan Komunitas Ii
    Makalah Keperawatan Komunitas Ii
    Документ48 страниц
    Makalah Keperawatan Komunitas Ii
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Askep PSTW Fix
    Askep PSTW Fix
    Документ47 страниц
    Askep PSTW Fix
    Cindy Puspitasari Haji Jafar
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Diare Yulinda
    Laporan Pendahuluan Diare Yulinda
    Документ17 страниц
    Laporan Pendahuluan Diare Yulinda
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Askep PSTW Fix
    Askep PSTW Fix
    Документ47 страниц
    Askep PSTW Fix
    Cindy Puspitasari Haji Jafar
    Оценок пока нет
  • Askep Tugas Kep Jiwa
    Askep Tugas Kep Jiwa
    Документ15 страниц
    Askep Tugas Kep Jiwa
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • ASKEP Keluarga
    ASKEP Keluarga
    Документ10 страниц
    ASKEP Keluarga
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Askep Tugas Kep Jiwa
    Askep Tugas Kep Jiwa
    Документ15 страниц
    Askep Tugas Kep Jiwa
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Faringitis
    Faringitis
    Документ20 страниц
    Faringitis
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Makalah Gangguan Pendengaran Pada Lansia
    Makalah Gangguan Pendengaran Pada Lansia
    Документ16 страниц
    Makalah Gangguan Pendengaran Pada Lansia
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Keluarga
    Asuhan Keperawatan Keluarga
    Документ2 страницы
    Asuhan Keperawatan Keluarga
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Askep Pada Pasien DHF
    Askep Pada Pasien DHF
    Документ19 страниц
    Askep Pada Pasien DHF
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • Gangguan Penglihatan Pada Lansia
    Gangguan Penglihatan Pada Lansia
    Документ11 страниц
    Gangguan Penglihatan Pada Lansia
    nanda yulinda
    Оценок пока нет
  • SAP Hipertensi TN S
    SAP Hipertensi TN S
    Документ11 страниц
    SAP Hipertensi TN S
    FrendyDwiPrasetyaPrasetya
    Оценок пока нет
  • SAP Ny T Hipertenis Dan Diit
    SAP Ny T Hipertenis Dan Diit
    Документ11 страниц
    SAP Ny T Hipertenis Dan Diit
    nanda yulinda
    Оценок пока нет