Вы находитесь на странице: 1из 17

HIPOPARATIROIDISME

KELOMPOK 5

MOH. ANUGRAH

NORMA ONGGANG

NURHAIDA

NURUL HUDA

NURUL SINTA

KELAS 2A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

TAHUN AJARAN 2018/2019


A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Hipoparatirodisme adalah kelainan endokrin dengan hipokalsemia dan
infusiensi kadar hormon paratiroid di sirkulasi, sering terjadi pada orang dewasa
yang mengalami pengangkatan kelenjar tiroid.
Hipoparatirodisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang
disebabkan karna hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid.
Hipoparatiroidisme terjadi akibat kadar PTH yang rendah secara abnormal.

2. Anatomi dan fisiologi


a. Anatomi

Secara normal ada 4 buah kelenjar paratiroid pada manusia yang terletak
tepat di belakang tiroid, 2 tertanam di kutup superior dan 2 di kutup inverior
kelenjar tiroid.
Setiap kelenjar tiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm, lebar 3 mm, tebal
2 mm dan memiliki gambaran mikroskopik lemak coklat kehitaman.
Kelenjar paratiroid orang dewasa terdiri dari sel utama (sel chief) yang
mengandung apparatus golgi yang mencolok dan reticulum endoplasma serta
granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi PTH. Selain itu kelenjar ini
juga terdiri dari sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar yang
mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria di sitoplasmanya,
fungsi oksifil masih belum jelas.

b. Fisiologi

Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon PTH yang bersama dengan


vitamin D3 dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sekresi
terbesar PTH di capai pada kadar ion kalsium 3,5 mg/dl dan sekresi mencapai
level basal pada kadar ion kalsium 5,5 mg/dl. PTH mempercepat penarikan
kalsium melalui transfer ion kalsium dari cairan kanallikuli tulang kedalam
oosit, lalu keluar ke cairan ekstra sel dan melalui rangsangan osteroklast untuk
menyerap tulang yang telah mengalami mineralisasi komplit. PTH juga dapat
meningkatkan penyerapan kalsium dari tubulidistaginjal sehingga
meningkatkan kadar kalsium darah dan menghambat penyerapan fosfat di
tubuli progsimal ginjal.

3. Askep epidemiologi

Prevalensi penyakit hipoparatiroid di indonesia jarang ditemukan. Kira kira


100 kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan dinegara maju seperti di
amerika serikat penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang
lebih 1000 kasus dalam setahun. Dan pada wanita mempunyai resiko untuk terkena
hipoparatiroidisme lebih besar dari pria.

4. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari paratiroidisme adalah ketidak adekuatan
hormon paratiroid setelah terjadi gangguan suplay darah atau pengangkatan jaringan
kelenjar paratiroid selama tirodektomi, paratiroidektomi atau diseksi leher radikal.
Atrofi kelenjar paratiroid dengan etiologi yang tidak di ketahui merupakan
penyebab yang terjadi. Gejalah gejalah yang timbul karna defisiensi parathormon
mengakibatkan kenaikan fosfat darah serta penurunan kalsium darah.
5. Patofisiologi

Pada Hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan


fosfat, yakni kalsium serum menurun (bisa sampai 5mgr%) dan fosfat serum
meninggi (bisa sampai 9,5-12,5mgr%).

Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormopn


paratiroid karena pengangkatan kelenjarparatiroid pada saat operasi. Operasi yang
pertama adalah untuk mengatasi keadaan hipoparatiroid dengan mengangkat
kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid
yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyka jaringan yang diangkat. Operasi
kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal ini disebabkan karena
letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi oleh pembuluh
darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau terangkat.
Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1% pada operasi tiroid. Pada banyak
pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar para tiroid, jadi diagnosis tidak dapat
dibuat segera sesudah operasi.

Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme


tetapi kadar PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak
berespon terhadap hormon, maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat
dua bentuk: (1). Pada bentuk yang lebih sering, terjadi pengurangan conginetal
aktivitas Gs sebesar 50%, dan PTH tidak dapat meningkat secara normal
konsentrasi ANP siklit, (2). Pada bentuk yang lebih jarang, respon ANP siklit
normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu.
6. Pathaway

Hiperparatiroidisme

Dilakukan penanganan dengan operasi

Jaringan terlalu banyak diangkat

Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat

Kalsium serum

Fosfat serum

Hipoparatiroidisme

7. Manifestasi klinik
Hipokalsemia menyebabkan iritabilatas sistem neuromuskuler dan turut
menimbulkan gejala utama hipoparatiroidisme yang berupa tetanus.tetanus
merupakan hipertonio otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontrasi spash
modice atau tak terkordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan
gerakan folunter. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala mati rasa,kesemutan
dank ram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan
serta kaki.pada keadaan tetanus yang nyata (overt),tanda-tanda mencakup
bronkospame karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi
sensi karpopalangeal),disvagia,fotophobia,aritmia jantung serta kejang.gejala
lainnya mencakup ansietas,iritbilitas,depresi dan bahkan delirium.perubahan pada
EKG dan hipotensi dapat juga terjadi.

8. Klasifikasi
a. hipoparatiroid neonatal
Hipoparateriroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang sedang menderita hiperparatiroid.aktivitas paratiroid vetus sewaktu dalam
uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.
b. simpel ideopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang
dewasa.terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya
dengan anti bodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenalin.
Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme,
hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia permisiosa, kegagalan ovarium primer,
hepatitis, alopesia dan kandiasis.
c. hipoparatiroid pasca bedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat opersai kelenjar tiroid,atau paratiroid
atau sesudah operasi radikal karsinoma varing atau esophagus.kerusakan yang
terjadi sewaktu opersai tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah
untuk kelenjar paratiroidesme karna pengikatan arteri tiroid
inverior.hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen.karena itu
kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi operasi
tersebut,3 bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun
tak has yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.

9. Pencegahan
Hipoparatiroidisme dapat dicegah dengan menjaga asupan kalsium dan
Vitamin D dalam diet sehari-sehari. Selain itu, menjaga agar tubuh terhindar dari
gagal ginjal kronik juga dapat mencegah hiperparatiroidisme .
10. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk menaikan kadar kalsium serum 9-10 mg/dl ( 2,2-
2,5 mmol/L dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia.
a. apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pasca tiroidektomi,terapi yang harus
dilakukan adalah pemberian kalsium glukonats intravena.jika terapi ini tidak
segera menurunkan iritabilitas neuromuscular dan serangan kejang,
preparatsedative seperti pemtobarbital dapat diberikan.
b. pemberian preparat hormon paranteral dapat dilakukan untuk mengatasi
hipoparatiroidisme akut disertai tetanus.namun demikian,akibat tingginya
insiden reaksi alergi pada penyuntikan parat hormon,maka penggunaan preparat
ini dibatasi hanya pada pasien hipokalsemia akut.pasiennya mendapatkan parat
hormon memerlukan pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum
dan reaksi alergi .
c. peraparat vit d dengan dosis yang bervariasi biasanya diperlukan dan akan
meningkatkan absorbs kalsium dari traktus gastrointestinal.
1) dihidrotaki serol (AT 10 atau hitakeroyl)
2) ergokal siferol (vit d2)
3) kolekalsiferol (vit d3)
d. trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-
obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan.
e. Diet tinggi kalsium rendah fosfor
1) Meskipun susu produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang
tinggi kalsium,jenis makanan ini harus dibatasi karna kandungan fosfornya
tinggi
2) Bayam juga perlu dihindari karna mengandung oksalat yang akan
membentuk garam kalsium yang tidak larut
3) Tablet oral garam kalsium,seperti kalsium glukonat,dapat di berikan
suplemen dalam diet
4) Gel alumunium hidroksida atau alumunium karbonat ( gelusil,ampogel )
diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan ekskresi
lewat traktus gastrointestinal
f. Pengaturan lingkungan yang bebas dari suara bising angin yang tiba tiba,
cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak adanya iritabilitas
neuromuskuler. Penderita hipokalsemia sangat memerlukan lingkungan
tersebut.

11. Komplikasi

a. Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari
9mg/100mg. keadaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar
paratiroid. Waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari
kelenjar kelenjar tersebut.
b. Isufiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena
retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini di sebabkan
tidak adanya kerja hormon paratiroid yang di akibatkan oleh keadaan seperti di
atas (etiologi).

B. Proses keperawatan
1. Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah mengkajian
manifestasi distres sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan
hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata
seperti kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom seperti parkinsom atau
adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup :
a. Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui antaranya : Nama, Umur, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Alamat, Jenis kelamin, Status perkawinan,
dan Penanggung biaya.
b. Riwayat Penyakit :
1). Keluhan utama
Biasanya klien merasa ada kelainan bentuk tulang , perdarahan yang
sulit berhenti, kejang-kejang, kesemutan, dank lien merasa lemas atau lemah.
Periksa juga terhadap temuan tanda CHVOSTEKSatau TROUSEAUS
positif. Lagi pula manifestasi distress pernafasan sekunder terhadap
laringospasme. Ada klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji
terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering
juga kaji terhadap sindrom seperti parkinsom atau adanya katarak.
2). Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien manifestasi bekas atau kesemutan disekitar mulut
atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki.

3). Riwayat penyakit terdahulu

Tanyakan pada klien apakah pernah mengalami tindakan operasi khusus


pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid . tanyakan pada klien
apakah ada riwayat penyinaran pada leher.

4). Riwayat penyakit keluarga

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan hipoparatiroid.
c. Pemeriksaan fisik

1). B1 (Breathing)

Amati bunyi suara nafas . pada klien hipoparatiroid biasanya terdengar


suara stridor, suara sesak.

2). B2 (Blood)

Amati adanya distrinia jantung, sianosis, palpitasi.

3). B3 (Brain)

Amati adanya parestesis pada bibir, lidah, jari-jari, kaki. Kesemutan,


premor, hiperplaksia, tanda CHVOSTEK’S dan TROUSSEAUS positif papil
edema, labilitas emosional, peka rangsang, ansietas, perubahan dalam
tingkat kesadaran, tetani kejam.

4). B4 (Bladder)

Pembentukan kalkuli pada ginjal.

5). B5 (Bould)

Mual, muntah dan nyeri abdomen.

6). B6 (Bone)

Amati tanda fisik, seperti : rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk yang
deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan
bentuk tulang.

7). Endokrin

Penurunan sekresi parathormon dari jumlah normal.


2. Diagnose keperawatan

a.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.

b.Ketidak seimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh)berhubungan dengan


intake nutrisi inadekuat

c.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kekakuan ekstremitas

d.Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan
oleh hopokalsemia.

3. Intervensi

a.Diagnosa : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme laring akibat
aktifitas kejang.

Tujuan : pola nafas kembali efektif.

Kriteria hasil : 1). Pola nafas efektif

2). RR 16-20 kali permenit

3). TTV dalam batas normal

4). Ekspansi paru mengembang

Intervensi Rasional

1. Kaji upaya pemempasan dan 1. Pengkajian yang berulang kali


kualitas suara setiap 2 jam sangat penting kerena mugkin
kondisi pasien berubah secara
2. Auskultasi untuk mendengar Stridor
drastic
Laring tiap 4 jam
2 .Suara stridor laring dan diam
3. Baringkan pasien untuk
mengoptimalkan bersihan jalan menggambarkan spasmes
nafas pertahankan dalam posisi laring parsial sampai
alamiah totol.dilakukan agar dapat
segera di berikan tindakan
4. Dorong /bantu pasien dalam nafas
yang tepat.
dan latihan batuk
3. Posisi yang benar akan
5. Berikan oksigen tambahan sesuai
mendorong ventilasi pada lobus
dengan kebutuhan (kolaborasi)
paru bagian bawah

4. Dapat meningkatkan
/banyaknya spatum dimana
gangguan ventilasi dan
tambahan ketidak nyaman
upaya bernafas

5. Memaksimalkann bernafas dan


menurunkan kerja nafas,
memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan
membantu pengenceran secret
b. Diagnosa : Ketidak seimbangan nurtisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan intake nutrisi inadekuat

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : 1).Nutrisi Adekuat

2).Masukan makanan dan cairann adekuat

3).Energi adekuat

4).BB normal

Intervensi Rasional

1.tentukan makanan kesukaan Untuk meningkatkan motivasi klien


dengan mempertimbangkan budaya untuk makan
dan keyakinannya

2.kolaborasi : tentukan makanan


Untuk menentukan diet yang sesuai
yang tepat sebagai program diet
dengan kebutuhan klien
3.dorong pasien untuk memilih
Memudahkan klien untuk menelan dan
makanan yang lunak
tidak memperberat kerja usus
4.dorong masukan makanan tinggi
Untuk meningkatkan kadar kalsium
kalslium
dalam tubuh
c. Diagnosa : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekakuan ekstremitas

Tujuan : aktivitas (ADL) kembali normal

Kriteria hasil : 1.mampu makan sendiri

2.memakai pakaian sendiri

3.mandi

4.jalan

5.duduk

Intervensi Rasional

1. kaji ambulasi dan keterbatasan 1.untuk mengetahui tingkat


ambulasi untuk berjalan keterbatasan ambulasi untuk
berjalan klien
2. kaji kebutuhan self care divicit
2.untuk meningkatkan aktivitas
3.rencakan pengobatan kegiatan
kegiatan sehari-hari klien dan
sehari-hari
untuk menghemat energy
4. sediakan pengangan untuk berjalan
3.untuk memungkinkan periode
istirahat yang cukup

4.sesuai keperluan untuk


mempertahankan ambulasi yang
dapat dilakukan oleh klien
d. Diangnosa : resiko cidera berhbungan dengan resiko kejang atau tetani yang
diakibatkan oleh hipokalsemia.

Tujuan : klien tidak mengalami cidera

Kriteria hasil :

1.refleks normal

2.tanda evital stabil

Intervensi Rasional

1.pantau tanda-tanda vital dan refleks 1.untuk mengetahu kelainan sedini


tiap 2 jam sampai 4 jam mungkin

2.pantau fungsi jantung secara terus 2.untuk mengetahui abnormalitas dari


menerus atau gambaran ekg gambaran ekg

3.bila pasien dalam tirai baring berikan 3.untuk mencegah terjadinya injuring
bantalan pada tempat tidur dan atau jatuh
pertahankan tempat tidur dalam
4.untuk menghindari cedera yang
posisi rendah
terjadi akibat benda yang terdapat
4.bila aktivitas kejang terjadi ketika dilingkungan sekitar klien dan
pasien bangun dari tempat tidur mencegah kerusakan lebih berat
bantu pasien untuk akibat kejang
berjalan,singkirkan benda-benda
5.antisipasi terhadap hipokalsemia
yang membahayakan,bantu pasien
dengan cara penanganan medis
dalam menangani kejang dan
reorintesikan bila perlu

5.kolaborasi dari dokter dalam


menangani gejala dini dengan
memberikan dan mememantau
efektifitas cairan parentreal dan
kalsium
DAFTAR PUSTAKA

LeMone priscilla, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 5, vol. 2. EGC : Jakarta

https://www.academia.edu/29719659/HIPOPARATIROIDISME di unduh pada


tanggal 15 / 03 / 2019

` iii

Вам также может понравиться