Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 5
MOH. ANUGRAH
NORMA ONGGANG
NURHAIDA
NURUL HUDA
NURUL SINTA
KELAS 2A KEPERAWATAN
Secara normal ada 4 buah kelenjar paratiroid pada manusia yang terletak
tepat di belakang tiroid, 2 tertanam di kutup superior dan 2 di kutup inverior
kelenjar tiroid.
Setiap kelenjar tiroid memiliki panjang kira-kira 6 mm, lebar 3 mm, tebal
2 mm dan memiliki gambaran mikroskopik lemak coklat kehitaman.
Kelenjar paratiroid orang dewasa terdiri dari sel utama (sel chief) yang
mengandung apparatus golgi yang mencolok dan reticulum endoplasma serta
granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi PTH. Selain itu kelenjar ini
juga terdiri dari sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar yang
mengandung granula oksifil dan sejumlah besar mitokondria di sitoplasmanya,
fungsi oksifil masih belum jelas.
b. Fisiologi
3. Askep epidemiologi
4. Etiologi
Penyebab yang paling umum dari paratiroidisme adalah ketidak adekuatan
hormon paratiroid setelah terjadi gangguan suplay darah atau pengangkatan jaringan
kelenjar paratiroid selama tirodektomi, paratiroidektomi atau diseksi leher radikal.
Atrofi kelenjar paratiroid dengan etiologi yang tidak di ketahui merupakan
penyebab yang terjadi. Gejalah gejalah yang timbul karna defisiensi parathormon
mengakibatkan kenaikan fosfat darah serta penurunan kalsium darah.
5. Patofisiologi
Hiperparatiroidisme
Kalsium serum
Fosfat serum
Hipoparatiroidisme
7. Manifestasi klinik
Hipokalsemia menyebabkan iritabilatas sistem neuromuskuler dan turut
menimbulkan gejala utama hipoparatiroidisme yang berupa tetanus.tetanus
merupakan hipertonio otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontrasi spash
modice atau tak terkordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan
gerakan folunter. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala mati rasa,kesemutan
dank ram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan
serta kaki.pada keadaan tetanus yang nyata (overt),tanda-tanda mencakup
bronkospame karpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi
sensi karpopalangeal),disvagia,fotophobia,aritmia jantung serta kejang.gejala
lainnya mencakup ansietas,iritbilitas,depresi dan bahkan delirium.perubahan pada
EKG dan hipotensi dapat juga terjadi.
8. Klasifikasi
a. hipoparatiroid neonatal
Hipoparateriroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang sedang menderita hiperparatiroid.aktivitas paratiroid vetus sewaktu dalam
uterus ditekan oleh maternal hiperkalsemia.
b. simpel ideopatik hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang
dewasa.terjadinya sebagai akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya
dengan anti bodi terhadap paratiroid, ovarium, jaringan lambung dan adrenalin.
Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan karena menderita hipoadrenalisme,
hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia permisiosa, kegagalan ovarium primer,
hepatitis, alopesia dan kandiasis.
c. hipoparatiroid pasca bedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat opersai kelenjar tiroid,atau paratiroid
atau sesudah operasi radikal karsinoma varing atau esophagus.kerusakan yang
terjadi sewaktu opersai tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah
untuk kelenjar paratiroidesme karna pengikatan arteri tiroid
inverior.hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau permanen.karena itu
kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi operasi
tersebut,3 bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis walaupun
tak has yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.
9. Pencegahan
Hipoparatiroidisme dapat dicegah dengan menjaga asupan kalsium dan
Vitamin D dalam diet sehari-sehari. Selain itu, menjaga agar tubuh terhindar dari
gagal ginjal kronik juga dapat mencegah hiperparatiroidisme .
10. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk menaikan kadar kalsium serum 9-10 mg/dl ( 2,2-
2,5 mmol/L dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia.
a. apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pasca tiroidektomi,terapi yang harus
dilakukan adalah pemberian kalsium glukonats intravena.jika terapi ini tidak
segera menurunkan iritabilitas neuromuscular dan serangan kejang,
preparatsedative seperti pemtobarbital dapat diberikan.
b. pemberian preparat hormon paranteral dapat dilakukan untuk mengatasi
hipoparatiroidisme akut disertai tetanus.namun demikian,akibat tingginya
insiden reaksi alergi pada penyuntikan parat hormon,maka penggunaan preparat
ini dibatasi hanya pada pasien hipokalsemia akut.pasiennya mendapatkan parat
hormon memerlukan pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum
dan reaksi alergi .
c. peraparat vit d dengan dosis yang bervariasi biasanya diperlukan dan akan
meningkatkan absorbs kalsium dari traktus gastrointestinal.
1) dihidrotaki serol (AT 10 atau hitakeroyl)
2) ergokal siferol (vit d2)
3) kolekalsiferol (vit d3)
d. trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-
obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan pernapasan.
e. Diet tinggi kalsium rendah fosfor
1) Meskipun susu produk susu dan kuning telur merupakan makanan yang
tinggi kalsium,jenis makanan ini harus dibatasi karna kandungan fosfornya
tinggi
2) Bayam juga perlu dihindari karna mengandung oksalat yang akan
membentuk garam kalsium yang tidak larut
3) Tablet oral garam kalsium,seperti kalsium glukonat,dapat di berikan
suplemen dalam diet
4) Gel alumunium hidroksida atau alumunium karbonat ( gelusil,ampogel )
diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan ekskresi
lewat traktus gastrointestinal
f. Pengaturan lingkungan yang bebas dari suara bising angin yang tiba tiba,
cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak adanya iritabilitas
neuromuskuler. Penderita hipokalsemia sangat memerlukan lingkungan
tersebut.
11. Komplikasi
a. Hipokalsemia
Keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari
9mg/100mg. keadaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar
paratiroid. Waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari
kelenjar kelenjar tersebut.
b. Isufiensi ginjal kronik
Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum sangat tinggi, karena
retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi. Hal ini di sebabkan
tidak adanya kerja hormon paratiroid yang di akibatkan oleh keadaan seperti di
atas (etiologi).
B. Proses keperawatan
1. Dalam pengkajian klien dengan hipoparatiroidisme yang penting adalah mengkajian
manifestasi distres sekunder terhadap laringospasme. Pada klien dengan
hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata
seperti kulit dan rambut kering. Kaji juga terhadap sindrom seperti parkinsom atau
adanya katarak. Pengkajian keperawatan lainnya mencakup :
a. Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui antaranya : Nama, Umur, Agama,
Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Alamat, Jenis kelamin, Status perkawinan,
dan Penanggung biaya.
b. Riwayat Penyakit :
1). Keluhan utama
Biasanya klien merasa ada kelainan bentuk tulang , perdarahan yang
sulit berhenti, kejang-kejang, kesemutan, dank lien merasa lemas atau lemah.
Periksa juga terhadap temuan tanda CHVOSTEKSatau TROUSEAUS
positif. Lagi pula manifestasi distress pernafasan sekunder terhadap
laringospasme. Ada klien dengan hipoparatiroidisme akut, perlu dikaji
terhadap adanya tanda perubahan fisik nyata seperti kulit dan rambut kering
juga kaji terhadap sindrom seperti parkinsom atau adanya katarak.
2). Riwayat penyakit saat ini
Tanyakan pada klien manifestasi bekas atau kesemutan disekitar mulut
atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki.
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan hipoparatiroid.
c. Pemeriksaan fisik
1). B1 (Breathing)
2). B2 (Blood)
3). B3 (Brain)
4). B4 (Bladder)
5). B5 (Bould)
6). B6 (Bone)
Amati tanda fisik, seperti : rambut tipis, pertumbuhan kuku buruk yang
deformitas dan gampang patah, kulit kering. Amati apakah ada kelainan
bentuk tulang.
7). Endokrin
a.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme laring akibat aktivitas kejang.
d.Resiko cedera berhubungan dengan resiko kejang atau tetani yang diakibatkan
oleh hopokalsemia.
3. Intervensi
a.Diagnosa : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme laring akibat
aktifitas kejang.
Intervensi Rasional
4. Dapat meningkatkan
/banyaknya spatum dimana
gangguan ventilasi dan
tambahan ketidak nyaman
upaya bernafas
3).Energi adekuat
4).BB normal
Intervensi Rasional
3.mandi
4.jalan
5.duduk
Intervensi Rasional
Kriteria hasil :
1.refleks normal
Intervensi Rasional
3.bila pasien dalam tirai baring berikan 3.untuk mencegah terjadinya injuring
bantalan pada tempat tidur dan atau jatuh
pertahankan tempat tidur dalam
4.untuk menghindari cedera yang
posisi rendah
terjadi akibat benda yang terdapat
4.bila aktivitas kejang terjadi ketika dilingkungan sekitar klien dan
pasien bangun dari tempat tidur mencegah kerusakan lebih berat
bantu pasien untuk akibat kejang
berjalan,singkirkan benda-benda
5.antisipasi terhadap hipokalsemia
yang membahayakan,bantu pasien
dengan cara penanganan medis
dalam menangani kejang dan
reorintesikan bila perlu
LeMone priscilla, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 5, vol. 2. EGC : Jakarta
` iii