Вы находитесь на странице: 1из 38

MAKALAH

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian


Substantif terhadap Utang Usaha

DISUSUN OLEH:
1. AGZENDY CHRYSTYA H. : 32.13.1521
2. RIZKI APRILIA : 32.16.2114
3. PRAYONI LINDARSARI : 32.16.2121
4. DEWI AYU LESTARI : 32.16.2123

DOSEN PENGAMPU MATAKULIAH :


Oktavima W., SE., MSA., Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Audit
Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami, Oktavima W., SE., MSA.,
Ak yang telah memberi tanggung jawab kepada kami untuk menyusun makalah
ini. Tak lupa kami juga berterima kasih kepada seluruh keluarga mahasiswa Fakultas
Ekonomi khususnya jurusan akuntansi yang telah banyak membantu dan memberikan
bantuan.
Kami berharap agar makalah ini dapat berguna dalam membantu mahasiswa
tahun ajaran berikutnya agar dapat memahami materi yang berjudul Audit Terhadap
Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….....i

DAFTAR ISI………………………………………………………....ii

BAB PENDAHULUAN…………………………………..................1

1.1 Latar Belakang…………………………………………...1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………......2
1.3 Tujuan…………...……………………………………......2

BAB II PEMBAHASAN…………………...……………………......3

2.1 Deskripsi Utang Usaha ……....……..…………………...3

2.2 Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Utang

Lancar dengan pengujian Substantif terhadap

Aktiva Lancar ....................................................………...…..4

2.3 Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian

Utang Lancar Di Neraca …...………………………….........5

2.4 Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha...............6


2.5 Program Pengujian Subtantif Terhadap Utang Usaha..............9
2.5.1 Prosedur Audit Awal...………………......................14
2.5.2 Prosedur Analitik......……….....................................16
2.5.3 Pengujian terhadap transaksi rinci ..………...........17
2.5.4 Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci...................26
2.5.5 Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan................28

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page ii
BAB III PENUTUP………………………………………………....33

3.1 Kesimpulan………………………………………………33

3.2 SARAN………………………………………………..…33

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………....34

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audit terhadap siklus pengeluaran mencakup dua pendekatan yaitu pengujian
kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk
memahami struktur pengendalian intern terhadap siklus penjualan yang
selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian substansi.
Pengujian subtansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi terhadap
kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam
implementasinya, sehingaga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut
juga sangat berbeda.
Seblum membahas lebih lanjut siklus pengeluaran ini, terlebih dahulu perlu
dijelaskan pengertian pengeluaran yaitu rangkaian kegiatan bisnis dan operasional
pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian serta pembayaran
barang dan jasa.
Sistem penjualan ini tidak dibahas mengingat keterbatasan ruang lingkup
pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek
mengenai utang usaha yaitu Audit terhadap siklus pengeluaran pengujian
substantif terhadap saldo utang usaha.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan utang usaha ?
2. Apa perbedaan karakteristik utang lancar dan aktiva lancar ?
3. Apa perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva lancar ?
4. Apa saja yang termasuk prinsip Akuntansi berterima Umum di Indonesia
dalam penyajian utang lancar ?
5. Apa saja tujuan audit terhadap utang usaha ?
6. Prosedur apa saja yang ada pada pengujian substantif terhadap utang usaha ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan mengenai utang usaha
2. Menjelaskan perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar
3. Menjelaskan perbedaan pengujian substantif utang lancar dengan aktiva
lancar
4. Memaparkan PABU dalam penyajian piutang usaha di neraca
5. Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadapa utan usaha
6. Menjelaskan prosedur – prosedur dalam tahapan program pengujian substantif
terhadap utang usaha

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Deskripsi Utang Usaha


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi
semua kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau
kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan
cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancar atau dengan cara
menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan menjadi 6 kelompok
berikut ini:
1. Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong,suku cadang,dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies). Utang
usaha dapat digolongkan lebih lanjut menjadi dua golongan: (1) utang yang
tidak disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau
account payable) dan(2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai
bukti tertulis tentang kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut
dengan utang wesel notes payable).
2. Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3. Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accurate payable).
4. Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena pcrusahaan ditunjuk sebagai
pemungut pajak Atau iuran yang lain, seperti utang Paiak Pertambahan Nilai
(PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana
pensiun. Utang asuransi karyawan.
5. Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan meskipun:
a. Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
b. Krediturnyan tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk
perusahaan yang dijiual dengan garansi.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 3
c. Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya
utang sewa: pendapatan yang diterima di muka, utang yang jumlahnya
dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.
6. Utang lain yang diperkirakan akan dilunasi dalam jangka waktu pendek
seperti utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang
segera jatuh tempo, utang pajak penghasilan, utang dividen.
Utang usaha merupakan bagian terbesar utang lancar perusahaan, oleh karenaa itu,
pengujian substantif dalam bab ini difokuskan terhadap utang usaha.

2.2 Perbedaan Pengujian Substantif terhadap Utang Lancar dengan pengujian


Substantif terhadap Aktiva Lancar
Karakteristik yang berbeda antara utang lancar dengan karakteristik aktiva lancar
tersebut berpengaruh terhadap pengujian substantif terhadap kedua objek audit
tersebut. Perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar dengan pengujian
substantif terhadap aktiva lancar adalah sebagai berikut:

1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan


adanya penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya
(understatement utang lancar), sedangkan pengujian substantif terhadap aktiva
lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva Iancar). Dalam
pengujian substantif terhadap kas, auditor melakukan penghitungan fisik kas;
dalam pengujian substantif terhadap piutang, auditor mengirimkan konfirmasi
kepada debitur; dalam pcngujian substantif terhadap sediaan, auditor
melakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang dilakukan
oleh klien. Berbagai prosedur audit tersebut ditujukan untuk menemukan
adanya overstatement aktiva lancar. Di lain pihak. pengujian substantif
terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya utang yang belum
dicatat (unrecorded liabilities) pada tanggal neraca. Hal ini dimaksudkan oleh

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 4
auditor untuk mendeteksi adanya kemungkinan penyajian utang lancar yang
lebih rendah dari saldo yang seharusnya (understatement utang lancar).

2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi


masalah penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat
direalisasikan) yang dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva lancar
ini menyangkut penaksiran apa yang akan tcrjadi di masa yang akan datang.
Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar auditor memverifikasi nilai
kas yang disajikan dalam neraca, menguji kewajaran nilai piutang yang
diperkirakan dapat ditagih pada tanggal neraca, dan menguji kewajaran nilai
sediaan dengan melakukan hitung uji (test count), pengujian kompilasi
(compilation test), dan pengujian harga (pricing test). Di lain pihak. dalam
pcngujian substantif tcrhadap utang linear, auditor menghadapi fakta,
menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di
masa yang lalu, yang dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh karna itu,
pengujian substantif terhadap utang lancar memerlukan waktu yang relatif
lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif terhadap aktiva
Iancar.

2.3 Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Utang Lancar Di


Neraca
Sebelum membahas penyajian subtantif terhadap utang usaha, perlu diketahui
terlebih dahulu prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam penyajian
utang lancar di neraca berikut ini :
1. Setiap jenis utang usaha lancar harus disjikan secara terpisah, jika jumlahnya
material.
2. Utang kepada perusahaan afiliasi, pemegang saham, dan karyawan
perusahaan harus dipisahkan dari utang kepada pihak ketiga yang independen.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 5
3. Aktiva yang dijaminkan dalam penarikan utang lancar harus diungkapkan
dalam laporan keuangan.
4. Aktiva dan utang tidak boleh digabungkan penyajiannya dalam jumlah neto.
5. Utang bersyarat harus dijelaskan dalam neraca.

2.4 Tujuan Pengujian Substantif Terhadap Utang Usaha


Tujuan audit terhadap utang usaha adalah:
1. keyakianan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Tujuan utama pengujian substantif terhadap utang usaha adalah membuktikan
bahwa saldo akun Utang Usaha yang dicantumkan dalam neraca mencerminkan saldo
Akun Utang Usaha yang sesungguhnya pada tanggal neraca tersebut. Untuk mencapai
tujuan tersebut dirancang pengujian substantif yang digolongkan dalam lima
kelompok: (1) prosedur audit awal, (2) prosedur analitik, (3) pengujian terhadap
transaksi rinci. (4) pengujian tcrhadap saldo akun rinci, (5) verifikasi terhadap
penyajian dan pengungkapan. Kelima kelompok pcngujian substantif tersebut
ditujukan untuk memverifikasi lima asersi manajemen yang terkandung dalam akun
Utang Usaha: (l) keberadaan dan keterjadian. (2) kelengkapan, (3) penilaian, (4)
kewajiban, dan (5) penyajian dan pengungkapan.
Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan utang usaha. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran
saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca, ia harus memperoleh keyakinan
mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi yang mendukung infomasi utang

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 6
usaha yang disajikan dalam neraca Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara
saldo utang usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun Utang Usaha dalam
buku besar dan selanjutnya ke register bukti kas keluar dan register cek.

Membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian utang usaha yang


dicantumkan di neraca.
Dalam pengujian substantif terhadap uang pada umumnya, pengujian ditujukan
untuk menemukan kemungkinan adanya unrecorded liabilitas. Untuk membuktikan
asersi keberadaan aktiva dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan utang
lancar, auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi piutang usaha
5. Rekonsilasi utang yang dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima
oleh klien dan krediturnya.

Membuktikan asersi kelengkapan utang usaha yang dicantumkan di neraca.


Seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, utang usaha harus
disajikan di neraca pada fakta pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar
jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal neraca. Tidak
seperti halnya dengan piutang usaha yang disajikan di neraca dalam jumlah bruto
dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang usaha, utang usaha
disajikan di neraca pada jumlah kewajiban klien pada tanggal neraca. Dengan
demikian tujuan pembuktian asersi penilaian tidak berlalu terhadap saldo utang usaha
pada tanggal neraca. Pembuktian asersi kelengkapan utang usaha lebih ditujukan
untuk mencari adanya unrecorded liabilitas pada tanggal tersebut. Untuk
membuktikan bahwa utang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua
kewajiban klien pada kreditur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 7
yang berkaitan dengan utang usaha dalam tahun yang diaudit, auditor melakukan
berbagai substantif berikut ini:
1. Pengujian analitik
2. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha.
3. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan utang usaha.
4. Konfirmasi piutang usaha
5. Rekonsilasi utang yang dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang diterima
oleh klien dan krediturnya

Transaksi yang berkaitan dengan timbul dan kekurangannya utang usaha


mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perhitungan saldo utang usaha
pada tanggal neraca, sehingga ketidaktepatan dalam penetapan pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha akan berdampak langsung
terhadap perhitungan akun utang usaha dan pembelian (purchase). Oleh
karena itu salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi
kelengkapan utang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan utang usaha.

Membuktikan asersi kewajiban klien atas utang usaha yang dicantumkan di


neraca.
Utang usaha yang ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada
kreditur pada tanggal tersebut. Untuk membuktikan kewajiban klien yang tercermin
dalam utang usaha yang dicantumkan di neraca, auditor melakukan substantif berikut
ini:
1. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan utang
usaha.
2. Konfirmasi piutang usaha

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 8
3. Rekonsilasi utang yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang yang
diterima oleh klien dan krediturnya
.
Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.
Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan
pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian substantif terhadap utang usaha
diarahkan untuk mencapai salah satu tujuan untuk membuktikan apakah unsur utang
telah disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Pengujian subtantif untuk membuktikan asersi penyajian
dan pengungkapan utang usaha di neraca adalah:
1. Konfirmasi utang usaha
2. Rekonsilasi utang yang dikonfirmasi ke penyataan piutang yang
diterima oleh klien dari krediturnya.
3. Pembandingan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip
akuntansi berterima umum yang diaudit dengan prinsip akuntansi
berterima umum.

2.5 PROGRAM PENGUJIAN SUBTANTIF TERHADAP UTANG USAHA


Program pengujian subtantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang
dirancang untuk mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraiakan di atas. Tahap-
tahap prosedur audit dimulai dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umum sampai
ke pemeriksaan yang bersifat rinci. Berbagai prosedur audit dilaksanakan dalam lima
tahap berikut ini:
1. Prosedur audit awal
2. Prosedur analitik
3. Pengujian terhadap transaksi rinci
4. Pengujian terhadap saldo akun rinci
5. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 9
Prosedur Audit Kertas Tgl. Pelaksana
kerja Pelaksanaan
Prosedur Audit Awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun
utang usaha yang akan diuji lebih lanjut
a. Usut saldo utang usaha yang tercantum di
dalam neraca ke saldo akun utang usaha
yangbersangkutan di dalam buku besar
b. Hitung kembali saldo akun utang usaha di
dalam buku besar
c. Lakukan revie terhadap mutasi luar biasa
dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
utang usaha
d. Usut saldo awal akun Utang usaha ke kertas
kerja tahun lalu
e. Usut posting pendebitan akun utang Usaha
ke dalam jurnal yang bersangkutan
f. Lakukan ekonsiliasi akun control Utang
Usaha dalam Buku besar ke buku pembantu utang
usaha

Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
a. Hitung ratio berikut ini:
· Tingkat perputaran utang usaha
· Ratio utang usaha dengan utang lancar
b. Lakukan analisis hasil prosedur analitik
dengan harapan yag didasarkan pada data masa

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 10
lalu. Data industry, jumlah yang disanggarkan,
atau data lain
c. Bandingkan akun biaya dengan akun biaya
yang sama tahun lalu atau biaya yang
disanggarkan utnuk mendapatkan indikasi
kemungkinan adanya understatement utang lancar
Pengujian terhadap Transaksi rinci
3. Periksa sampel utang usaha yang tercatat ke
dokumen yang mendukung timbulnya utang
usaha.
a. Periksa pengkreditan akun utang usaha
yang tercatat ke dokumen pendukung bukti kas
keluar, laporan penerimaan barang, surat order
pembelian, atau dokumen pendukung lain
b. Perika pendebitan akun utang usaha ke
dokumen pendukung bukti kas masuk, memo
debit untuk retr pembelian
4. Lakukan verivikasi pisah batas
(cutiff) transaksi pembelian
a. Periksa dokumen yang mendukung
transaksi pembelian dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertam setelah tanggal
neraca
5. Lakukan verivikasi pisah batas
(cutiff) transaksi pngeluaran kas
a. Periksa dokumen yang mendukung
transaksi pmbayaran utang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang di audit dan minggu pertama

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 11
setelah anggal neraca
6. Lakukan pencarian utang yang belum di catat
a. Periksa bukti-bukti yang mendukung
pengeluaran kas yang dicatat setelah tanggal
neraca
b. Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah
tanggal neraca
c. Periksa catatan sediaan barang konsinyasi
masuk
d. Pelajari perturan perpajakan menyangkut
bisnis klien
e. Lkukan review terhadap anggaran modal,
perintah kerja, dan kontrak pembangunan untuk
memperoleh bukti adanya utang yang belum
dicatat

Pengujian terhadap Saldo Akun rinci


7. Lakukan konfirmasi ulang
a. Lakukan identifikasi penjual besar dengan
me-review register bukti kas keluar atau bukti
pembantu utang, arsip induk utang, dan kirimkan
konfirmasi kepada kreditur yang akun utang klien
kepadanya memiliki karakteristik berikut ini:
· Bersaldo besar
· Terdapat kegiatan pembelian yang luar biasa
· Bersaldo kecil atau nol
· Bersaldo debit
b. Lakukan penyelidikan dan sesuaikan jika

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 12
terjadi perbedaan
c. Periksa dokumen yang mendukung
pembayaran Utang Usaha setelah tanggal neraca
8. Lakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak
dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang
iterima oleh klien dari kreditur

Verifikasi Penyajian dan pengungkapan


9. Bandingkan penyajian utang usaha dengan
prinsip akuntansi berterima umum
a. Periksa klasifikasi piutang usaha di neraca
b. Periksa pengungkapan yang bersangkutan
dengan utang usha
c. Periksa pengungkapan yag bersangkutan
dengan utang usaha
d. Mintalah informasi dari klien untuk
menemukan komitmen yang belum diungkapkan
dan utang bersyarat dan periksa penjelasan yang
bersangkutan dengan utang tersebut
Gambar Program Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha

Pada tahap awal, auditor menempuh prosedur audit untuk memperoleh


keyakinan bahwa informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan kuangan
didukung dengan catatan akuntansi. Pada tahap berikutnya, dalamprosedur analitik,
auditor mengumpulkan berbaai ratio dan perbandingan utnuk memfokuskan kemana
pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci diarahkan. Pada tahap-tahap akhir,
uditor melaksanakan pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci, serta
verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan saldo akun dalam laporan keuangan.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 13
2.5.1 Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkn oleh
kiln di dalam neracanya sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada
tanggal neraca, auditor melakukan rekonsiliasi antara informasi utang usaha
yag dicantumkandi neraca dengan catatn antansi yang mendukungnya.
Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa
informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatn
akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam
prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi informasi utng usaha
di neraca dengan catatn akuntansi yang bersangkutan:
a. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang
Usaha yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoleh
keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercantum di neraca
didukung dengan catatn akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran
mekanisme pencatatnya,maka saldo utang usaha yang di cantumkan di
neraca diusut ke akun buku besar berikut ini:

Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menamung transaksi timbulnya
utang dari transaksi pembelian berbagai golongan sediaan dan
pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan system bukti kas keluar
(voucher system) dalam pengendalian kasnya, akun Utang Usaha ini di
sebut dengan akun Bukti Kas Kelur yang Akan Dibayar (vocher
payable).

Utang Wesel
Utang wesel merupakan utang yang dibuktika dengan surat
beharga (berupa sertifikat wesel) yang dipegang oleh reditur sehinnga
kreditur dapat menjualnya kepada pihak lan. Utang ini timbul dari

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 14
transaksi pembelian berbagai golongan sediaan. Utang wesel dibagi
menjadi dua golongan yaitu utang wesel berbunga dan utang wesel
tidak berbunga.

b. Hitung kembali saldo akun Utang Uasaha di buku besar. Untuk


memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun
Utang Usaha, auditor menghitung kembali saldo akun Utang Usaha
dan utang Wesel dengan cara menambah saldo awal dengan jumlah
pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendeebitan yiap-tiap
akun tersebut.
c. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum
auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang
menyangkut akun Utang Usaha , ia perlu memperoleh keyakinanatas
kebenaran saldo awal akun tersebut.untuk mecapai tujuan ini, auditor
melakukan pengusutan saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja
tahun lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat enyediakan informasi tentang
berbagai koreksi yang diajukan oleh auditor dalam audit tahun yang
lalu sehingga audit dapat mengevaluasi tinak lanjut yang telah
ditempuh oeh kliendalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh
auditor.
d. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun Aktiva tetap dan Akuntansi Depresiasiya.
Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha
dapat ditemukan melalui review atas mutasi luar biasa, baik dalam
jurnal maupun dalam posting dalam akun Utang Usaha
e. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal
yang bersangkutan. Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi
penambahan dan pengurangan utang usaha berasal dari jurnal-jurnal
yang bersangkutan, pengkreditan di alam akun Utang Usaha di usut ke

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 15
jurnal pembelian dan register bukti kas keluar dan pendebiata kea kun
tersebut di usut ke jurnal pengeluaran kas atau check register dan
jurnal umum (untuk transaksi retun pembelian).
f. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control
Utang Usaha di buku besar. Saldo akun Kontrol Utang usaha di buku
besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun
pembantu utang usaha atau ke dalam arsip buku kas keluar yang
belum dibayar untuk memperoleh keyakinan bahwa catatn akuntansi
klien yang bersangkutan dengan utang usaha dapat dipercaya
ketelitiannya.

2.5.2 Prosedur Analitik


Pada tahap pengujian substantive trhadap utang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan
dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif, untuk itu,
auditor melakukan perhitungan berbagai ratio beriut ini:

Ratio Formula

Tingkat perputaran utang usaha Pembelian +Rerata utang usaha

Rasio utang usaha dengan Saldo utang usaha+Utang


utang lancar lancar

Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan


auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata ratio industry, atau ratio yang
dianggarkan. Perbandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan:

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 16
peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan
usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

2.5.3 Pengujian terhadap transaksi rinci


Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usahadan utang
wesel, didukung dengan dokumen yang berasal dari pihak luar, maka
keberadaan saldo akun utang dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen pendukung transaksi tersebut. Dalam memverifikasi saldo
utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut,
auditor memeriksaarsip bukti kas keluar yang belum dibayar (open voucher
file) beserta dokumen pendukungnya seperti surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok. Dalam memverifikasi utang
wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan kreditur, namun biasanya
kalienmemiliki copy sertifikat wesel tersebut. Dengan demikian, verifikasi
keberadaan utang wesel dilakukan oleh auditor dengan
memeriksa copysertifikat wesel yang disimpan oleh klien. Dalam
memverifikasi keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian
penarikan keredit dari bank untuk membuktikan eksistensi utang tersebut serta
untuk memperoleh informasi mengenai syarat-syarat kredit dan jumlah pokok
pinjaman, serta tariff bunga.
Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi
yang dikredit dan didebitkan ke dalam akun pelunasan utang ini :

a. Transaksi pembelian kredit

b. Transaksi retur pembelian

c. Transaksi pembayaran kes untuk pelunasang utang usaha.


Disamping itu, keandalan saldo usaha ditentukanpula oleh ketepatan pisah
batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut diatas. Oleh

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 17
karena itu, auditor melakukan pengujian substansif terhadap transaksi rinci
yang mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan pengujian pisah batas
yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut.
a. Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha Ke
Dokumen yang Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang
usaha. Pengujian dilaksanakan dengan mengambil sampel berikut ini :
 Sampel akun debitur yang akan diperiksa transaksi mutasinya.
 Sampel transaksi yang dicatat dala akun kreditur pilihan.
b. Periksa Pengkreditan Akun Utang Usaha Ke Dokumen Pendukung : bukti
kas keluar (voucher), laporan penerimaan barang, dan surat order
pembelian.
Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit
akun kreditur yang terpilih dalam sampel, kemudian melakukan prosedur
audit berikut ini :
 Mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen
pendukungnya : laporan penerimaan barang, faktur pembelian dari
pemasok, dan surat order pembelian.
 Memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
 Memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kaskeluar dan
dokumen pendukungnya.
 Memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun kreditur
berdasarkan bukti kas keluar.
 Memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang
disampel telah dicatat di sebelah debit akun kreditur.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 18
c. Lakukan Verifikasi Pisah Batas (Cutoff) Transaksi Pembelian dan Retur
Pembelian
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien
menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan
transaksi pembelian dan retur pembelian yang termasuk dalam tahun yang
diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya. Jika klien tidak
menggunakan tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya adalah
transaksi pembelian yang seharusnya diakui sebagai unsure penentuan kos
barang yang dijual (cost of goods sold) tahun berikutnya, dicatat oleh
klien sebagai unsure kos barang yang dijual tahun yang diaudit. Di lain
pihak, transaksi pembelian tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien
sebagai unsure kos barang yang dijual tahun berikutnya. Dengan demikian
jika klien tidak konsisten dalam menggunakan tanggal pisah batas,
perhitungan rugi laba tahun yang diaudit akan terpengaruh langsung. Oleh
karena itu, auditor melakukan pemeriksaan terhadap transaksi pembelian
dan retur pembelian, serta transaksi pengeluaran kas untuk pembayaran
utang usaha yang terjadi dalam beberapa minggu sebelum dan sesudah
tanggal neraca, untuk menentukan perlakuan yang tepat terhadap
pengakuan kos barang yang dijual dan pencatatan transaksi pengurangan
utang usaha.
d. Periksa Dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca
Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang
konsisten terhadap transaksi pembelian, auditor memeriksa bukti kas
keluar san dokumen pendukungnya yang dibuat dan dicatat oleh klien
dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca. Dengan
membandingkan tanggal bukti kas keluar, faktur pembelian dari kreditur,
tanggal laporan penerimaan barang, dan syarat pembelian yang digunakan,
auditor dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan timbulnya

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 19
utang yang terjadi dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca,
telah dicatat dalam periode akuntansi yang seharusnya.
e. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu prtama setelah tanggal
neraca
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas dalam transaksi
berkurangnya utang usaha karena pembayaran kas kepada kreditur, auitor
memeriksa dokumen bukti kas keluar dan kuitansi penerimaan kas dari
kreditur yang dipakai sebagai basis pencatatan ke di dalam kartu utang.
Dari pemeriksaan ini, auditor dapat membuktikan ketetapan pisah batas
yang dipakai oleh klien dalam mencatat pengurangan utang usaha dari
pembayaran kas kepada kreditur.
f. Lakukan verifikasi pisah batas (cutoff) transaksi pengeluaran kas
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas transaksi pengeluaran kas,
auditor melakukan observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada
hari terakhir tahun yang diaudit untuk membuktikan ketetapan pencatatan
pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.
g. Periksa Adanya Utang Usaha yang tidak Dicatat
Sebagaimana telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha, klien
memiliki kecenderungan untuk melakukan understatement utang usaha
dengan cara tidak mencatat kewajiban klien pada tanggal neraca. Oleh
karena itu, focus auditor dalam pengujian subtantif terhadap utang usaha
adalah menemukan adanya unrecorded transaction yang berkaitan dengan
utang usaha.
Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai
akibat dari berbagai keadaan berikut ini :
 Adanya dokumen-dokumen (misalnya surat order pembelian,
laporan penerimaan barang, dan faktur pembelian dari pemasok)

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 20
yang belum diproses untuk pembayaran pada tanggal neraca, dan
baru dibuatkan bukti kas keluar setelah tanggal neraca.
 Adanya barang-barang yang diterima sebelum tanggal neraca,
namun faktur dari pemasok baru dau diterima setelah tanggal
neraca.
 Klien menggunakan basis tunai (cash basis) dalam melaksanakan
system bukti khas keluarnya (voucher system)
 Adanya jasa yang telah dinikmati oleh kliensebelum tunggal
neraca, namun penjual jasa baru menagih harga jas tersebut setelah
tanggal neraca (misalnyabiaya iklan bulan Oktober sampai bulan
Desember, baru ditagih oleh perusahaan surat kabar bulan Januari
tahun berikutnya).
Prodser audit untuk menemukan adanya utang yang belum
dicatat pada tanggal neraca:
a) Periksa bukti bukti yang mendukung transkasi pengeluaran
kas yang dicatat setelah tangga neraca. Seperti telah
dikemukakan di atas, pemeriksaan dokumen yang
mendukung pembayaran utang lancar setelah tanggal
neraca merupakan salah satu prosedur audit untuk
membuktikan eksentensi utang lancar pada tanggal neraca.
Disamping itu, prisedur audit ini dapat pula digunakan
untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada
tanggal neraca. jika perusahaan menggunakan ledgerless
bookkeeping, periksa arsip bukti kas keluaran yang telah
dibayar ( paid voucher file) dan pilihlah bukti kas keluar
yang dibayar setelah tanggal neraca. periksa bukti
pendukungnya mengenai kemungkinan adanya uang yang
belum dicatat pada tanggal neraca. Sebagai contoh, dari

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 21
pemeriksaan terhadap bukti kas keluar yang dibayar setelah
tanggal neraca dan laporan penerimaan barang yang
melampiri bukti kas keluar tersebut dapat diketahui bahwa
barang telah diterima oleh klien sebelum tanggal neraca,
sehingga pembayaran tersebut merupakan pembayaran
utang yang ada pada tanggal neraca. karena bukti kas
keluar tersebut baru dibuat setelah tanggal neraca, maka
utang tersebut seharusnya merupakan kewajiban klien yang
pada tanggal neraca belum dicatat.
b) Periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca.
Untuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada
tanggal neraca,auditor dapat memeriksa bukti kas keluar
yang dibuat setelah tanggal neraca.dengan memeriksa
dokumen yang mendukung bukti kas keluar tersebut,
auditor dapat menemukan adanya unrecorded liabilitie.
c) Periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika
klien menjual barang titipan milik perusahaan lain,
pemeriksaan catatan sediaan barang konsinyasi akan dapat
menunjukkan berapa jumlah barang konsinyasi yang telah
dijual, namun oleh klien belum dikirimkan hasil
penjualannya kepada perusahaan yang menitipkan barang
tersebut. Jumlah tersebut merupakan utang klien kepada
perusahaan penitip barang.
d) Pelajari aturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien.
kemungkinan klien mempunyai kewajiban pajak yang
belum diakui di dalam catatan akuntansinya pada tanggal
neraca. Untuk menemukan hal itu, auditor harus
memahami peraturan perpajakan yang menimbulkan
kewajiban pajak bagi klien.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 22
e) Lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget),
perintah kerja (work order), dan kontrak pembangunan
untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat.
Dengan me-review berbagai dokumen tersebut, auditor
akan dapat menemukan kewajiban sehubungan dengan
pembelian aktiva tetap, pemerintah kerja, dan kontrak
pembangunan, yang telah menjadi kewajiban kelien pada
tanggal neraca, namun beum dicatat dan dijadikan oleh
kelien.
Jika auditor menemukan adanya utang yang pada tanggal belum dicatat
dan tidak disajikan di neraca, ada dua jalan yag dapat ditempuh oleh auditor,
yaitu: (1) mengusulkan adjusment kepada kelien untuk mencatat uang
tersebut, (2) tidak mengusulkan adjustment kepada kelien, dan membiarkan
uang tersebut tetap tidak tercatat. Kriteria yang umumnya dipakai oleh auditor
untuk memutuskan apakah akan mengusulkan adjusment mengenai utang
yang belum dicatat tersebut adalah:
 Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut, penentuan laba-rugi di
dalam tahun yang diaudit akan terpengaruh secara material? Jika
jawabannya “ya”, maka auditor harus mengusulkan kepada kelien
untuk mencatat utang yang belum dicatat tersebut.
 Apakah dengan tidak dicatatnya utang tersebut akan mempengaruhi
jumlah modal kerja secara material? Jika jawabannya “ya” maka
auditor harus mengusulkan jurnal adjusment untuk mencatat utang
tersebut.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 23
Contoh berikut ini akan memberikan ganbaran lebih jelas mengenai
bagaimana auditor memperlakukan utang yang belum dicatat pada tanggal
neraca.
Contoh:
Suatu perusahaan memiliki total aktiva sebesar Rp. 10 miliar, dan laba
menurut perhitungan peusahaan sebesar Rp 500 juta.
Kasus 1
Auditor menemukan sebuah faktur sebesar Rp 7.000.000, bertanggal
30 Desember 20X2, dengan syara pembelian FOB shipping point. Barang
telah dikirim oleh pemasok pada tanggal 30 Desember 20X2, tetapi baru
diteima ole klien tanggal 4 Januari 20X3 dan dicatat oleh klien sebagai
pembelian pada tanggal 4 Januari 20X3.
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca seperti
kasus 1 tersebut, auditor tidak akan mengusulkan adanya jurnal adjusment
untuk mencatat utang tersebut, karena jika utang tersebut diusulkan untk di
adjust, maka jurnal adjusment-nya adalah sebagai berikut:
Pembelian Rp 7.000.000
Utang usaha Rp 7.000.000
Jurnal ini tidak akan mempengaruhi modal erja bersih dan tidak
mempengaruhi laba bersih tahun 20X2.
Kasus 2
Auditor menemukan sebuah faktur pembelian sebesar Rp 20.000.000,
bertanggal 30 Desember 20X2, dengan syarat pembelian FOB shipping point.
Barang telah diterima pada tanggal 31 Desember 20X2 dan telah
diikutsertakan dalam perhitungan fisik sediaan pada tanggal neraca tersebut.
Faktur baru diterima oleh klien tanggal 8 januari 20X3 dan dicatat sebagai
transaksi pembelian tahun 20X3.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 24
Jika auditor menemukan utang yang belum dicatat pada tanggal neraca
seperti kasus 2 tersebut, ia akan mengusulkan adanya jurnal adjistmen untuk
mencatat utang tersebut karena:

1. Pembelian dicatat terlalu rendah, sehingga mengakibatkan kos


barang yang dijual (cost of good sold) disajikan oleh klien terlalu
rendah dan laba bersih tahun 20X2 dihitung terlalu tinggi.

2. Sediaan telah dicatat dari hasil perhitungan fisik sediaan, tetapi


utang usaha belum dicatat, sehingga hal ini mengakibatkan modal
kerja bersih pada tanggal neraca terlalu tinggi.
Kasus 3
Faktur pembelian aktiva tetap sebesar Rp 70.000.000, bertanggal 31
Desember 20X2 diterima oleh klien pada tanggal 15 januari 20X3. Aktiva
tetap telah diterima oleh klien tanggal 31 Desember 20X2.
Jika utang pembelian aktiva tetap tersebut tidak dicatat pada tanggal
neraca, akibatnya adalah modal kerja bersih akan terpengaruh, tetapi tidak
mempengaruhi penentuan laba klien. Umumnya dalam menghadapi utang ini,
auditor tidak menyarankan jurnal adjustmen.
Kasus 4
Auditor menemukan faktur sebesar Rp 15.000.000, bertanggal 31
desember 20X2 untuk biaya iklan bulan oktober, November dan Desember
20X2. oleh klien, faktur ini baru dicatat pada tanggal 15 Januari 20X3.
Utang biaya iklan ini seharusnya telah dicatat pada tanggal neraca,
sehingga biaya iklan tidak disajikan terlalu rendah di dalam laporan rugi laba
tahun 20X2. Jika utang ini tidak dicatat, akibatnya adalah penentuan laba
terlalu tinggi, dan modal kerja bersih terlalu besar. Auditor akan mengusulkan
jurnal adjustment untuk mencatat adanya utang biaya iklan pada tanggal
neraca.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 25
2.5.4 Pengujian Terhadap Saldo Akun Rinci
Tujuan pengujian saldo akun Utang Usaha rinci adalah memverifikasi :

a. Keberadaan atau keterjadian

b. Kelengkapan

c. Kewajiban

d. Penyajian dan pengungkapan


Keberadaan, kelengkapan, kewajiban, serta penyajian dan pengungkapan
utang usaha di neraca dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat
konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi utang usaha yang tidak
dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari
kreditur.
1. Lakukan Konfirmasi Utang Usaha
Konfirmasi dalam pengujian subtantif terhadap utang usaha merupakan
prosedur yang tidak harus ditempuh (bukan merupakan mandatory procedure)
seperti halnya dengan konfirmasi piutang usaha. Ada tiga sebab mengapa
prosedur konfirmasi bukan merupakan mandatory procedure dalam pengujian
substantive terhadap utang usaha :
a) Tujuan utama pengujian substantive terhadap utang usaha adalah untuk
menemukan adanya unrecorded liabilities. Konfirmasi utang usaha
didasarkan pada utang usaha yang telah tercatat, sehingga konfirmasi
tidak dapat menentukan keberadaan utang usaha yang belum dicatat
pada tanggal neraca.
b) Konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti dari pihak luar,
seperti faktur dari pemasok dan pernyataan piutang dari kreditur.
c) Kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah
dibayar oleh klien sebelum auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan.
Pembayaran ini merupakan bukti adanya utang usaha pada tanggal
neraca.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 26
Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh oleh auditor jika dua kondisi
berikut ini terdapat di dalam perusahaan yang diaudit, yaitu : (1) pengendalian
terhadap utang usaha lemah, (2) dalam pengujian subtantif tidak dapat
dijumpai adanya pernyataan piutang dari kreditur.
Jika prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor, kreditur yang
dipilih untuk dikirimi surat konfirmasi adalah : (1) kreditur yang melakukan
penjualan yang besar kepada klien dalam tahun yang diaudit, (2) kreditur yang
memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa sifatnya, (3) krediturnya
mempunyai hubungan istimewa dengan klien (misalnya hubungan antara
induk dengan anak perusahaan).

2. Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembayaran Utang Usaha


Setelah Tanggal Neraca.
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan
petunjuk mengenai keberadaan kewajiban klien tersebut. Oleh karena itu,
untuk membuktikan keberadaan utang usaha pada tanggal neraca, auditor
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung transaksi
pembayaran utang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca, yang dicatat
dalam regiscek. Dengan pemeriksaan dokumen pendukung transaksi
pembayaran utang usaha yang dicatat dalam register cek tersebut, auditor
dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum dineraca
benar-benar ada dan adanya utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal
neraca.

3. Lakukan Rekonsiliasi Utang Usaha yang Tidak Dikonfirmasi Ke Pernyataan


Piutang Bulanan yang Diterima oleh Klien dari Kreditur
Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi
keberadaanya melalui rekunsiliasi akun utang kepada kreditur dengan surat
pernyataan piutang (account receivable statement) yang diterima secara

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 27
bulanan dari kreditur. Dari rekonsiliasi ini, auditor dapat memperoleh
keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum dineraca benar-benar ada dan
adanya utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.

2.5.5 Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan


a. Periksa Klasifikasi Utang Usaha Di Neraca
Unsur utang lancar harus disajikan dineraca menurut urutan jatuh
temponya. Jika jumlahnya material, utang usaha harus disajikan dineraca
menjadi tiga golongan : (1) utang usaha kepada kreditur usaha, (2) utang
usaha kepada perusahaan afiliasi, dan (3) utang usaha kepada direksi,
pemegang saham utama, manager, dan perusahaan karyawan. Auditor
harus memeriksa saldo debit atau akun usaha dan jika perlu melakukan
jurnal penggolingan kembali. Saldo debit utang usaha juga dapat timbul
karena adanya retur pembelian. Jika jumlahnya material, saldo debit akun
utang usaha ini harus dikelompokkan sebagai unsure aktiva lancar, tidak
boleh dikurangkan dari utang usaha. Oleh karena itu, auditor berkewajiban
menggolongkan kembali akun utang usaha yang bersaldo debit besar ke
dalam kelompok aktiva lancar. Utang usaha harus disajikan secara
terpisah dari utang nonusaha. Jika klien mempunyai komitmen yang akan
menimbulkan kewajiban dalam periode akuntansi berikutnya, ia harus
mengungkapkan mengenai hal ini dineraca. Utang jangka panjang yang
segera jatuh tempo harus digolongkan ke dalam kelompok utang lancar.
b. Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan Dengan Utang Nonusaha
Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan
aktiva tidak lancar (misalnya dari dana pelunasan utang jangka panjang/
sinking fund), maka jumlah utang ini tetap disajikan dineraca dalam
kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk menghindari

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 28
pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan
(modal kerja).
c. Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan Dengan Utang Usaha
Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara
memadai di neraca atau dalam penjelasan laporan keuangan. Begitu pula
aktiva yang dijaminkan dalam utang usaha harus diungkapkan secara
memadai. Utang usaha harus selalu dinyatakan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan trade discounts. Potongan tunai dapat
dikurangkan atau dapat pula tidak dikurangkan dari utang usaha,
tergantung atas prosedur pencatatan utang usaha yang digunakan oleh
klien.
d. Mintalah Informasi dari Klien Untuk Menemukan Komitmen yang Belum
Diungkapkan dan Utang Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang
Bersangkutan dengan Utang Tersebut
Sebenarnya kewajiban perusahaan tidak hanya terdiri dari utang yang
nyata telah terjadi, tetapi juga meliputi kewajiban yang secara potensial
akan terjadi, yang berupa komitmen dan utang bersyarat. Pemakai laporan
keuangan berkepentingan untuk mengetahui informasi mengenai
komitmen yang telah dibuat oleh klien dan kewajiban bersyarat yang ada
pada tanggal neraca, di samping informasi mengenai utang yang bener-
bener telah merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tersebut. Oleh
karena itu, dalam pengujian subtantif terhadap utang usaha, auditor
berkewajiban untuk menentukan ada atau tidaknya komitmen yang tidak
diungkapkan dan utang bersyarat pada tanggal neraca, dan jika ada,
apakah klien telah mengungkapkan secara memadai mengenai utang
tersebut.
Utang bersyarat (contigent liabilities) merupakan kewajiban potensial
yang mempunyai kemungkinan akan sungguh-sungguh menjadi utang
atau akan dapat diselesaikan tanpa pengeluaran uang di masa yang akan

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 29
datang. Utang bersyarat berbeda dengan utang yang belum dicatat pada
tanggal neraca (unrecorded liabilities). Unrecorded liabilities ini pada
tanggal neraca sudah benar-benar merupakan perusahaan, tetapi belum
dicatat. Di lain pihak, pada tanggal neraca utang bersyatar belum
merupakan kewajiban. Apakah suatu utang bersyarat akan menjadi utang
atau tidak, sangat tergantung dari kejadian di masa yang akan datang.
Setelah tanggal neraca, utang bersyarat dapat benar-benar menjadi utang,
tetapi dapat juga tidak.
Contoh utang bersyarat adalah piutang wesel yangdidiskontokan ke
bank. Jika klien menjual wesel tagih ke bank beberapa hari menjelang
tanggal neraca, maka pada tanggal neraca klien mempunyai utang
bersyarat. Jika pihak yang mengeluarkan wesel gagal melunasi
kewajibannya pada saat jatuh tempo wesel, maka bank akan menagih
nominal wesel tersebut kepada klien. Dengan demikian, pada tanggal
neraca klien mempunyai utang bersyarat, yaitu kewajiban yang potensial
akan menjadi utang, jika pihak yang mengeluarkan wesel tidak dapat
melunasi kewajiban pada saatnya. Contoh lain utang bersyarat adalah :
biaya/denda pengadilan, tambahan pengenaan pajak, klaim dari pembeli,
biaya reparasi produk yang dijual dengan garansi.
Utang bersyarat ini harus dicantumkan dineraca dengan salah satu dari
tiga cara berikut ini :
 utang bersyarat dicantumkan didalam tanda kurung, dalam
kelompok kurang lancar. Jumlah utang bersyarat ini tidak
ditambahkab kepada utang lancar yang lain.
 utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat”
di neraca. Jumlah utang bersyarat tidak diperhitungkan dalam
menjumlah utang lancar.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 30
 jika memerlikan penjelasan yang panjang, utang bersyarat
disajikan dibagian penjelasan laporan keuangan (notes to
financial statement).
Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya
penjelasan terhadap utang tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan
berikut ini :

1. pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal


penyelesaian pekeraan lapangan.
2. periksa kontak-kontak pembelian, penjualan, dan kontrak yang
lain.
3. mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara
pengadilan yang melibatkan klien.
4. kirimkan konfirmasi ke bank.
5. pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.

e. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian


pekerjaan lapangan
Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan dapat
menunjukkan kontak-kontak penting yang akan di tanda tangani oleh
klien, perkara pengadilan yang melibatkan klien, keputusan-keputusan
yang menyangkut anak perusahaan, yang kesemuanya ini berpotensi akan
menimbulkan utang bersyarat.
f. Periksa kontrak-kontrak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain
Setiap kontrak yang ditandatangani oleh klien menimbulkan komitmen
(kesanggupann, keterikatan) di pihak klien untuk melakukan suatu di masa
yang akan datang seperti yangtertulis dalam kontrak. Di dalam kontrak
pembelian misalnya, klien mempunyai komtmen untuk melakukan
pembelian sediaan di masa yang akan datang sejumah dan pada harga

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 31
yang telah disetujui di dalam kontrak. Komitmen lain adalah antara lain
kontrak pembangunan pabrik dan gedung, program pension atau program
pembagian laba, kontrak karya jangka panjang dengan karyawan inti.
Semua komitmen yang melibatkan jumlah rupiah yang material perlu
dijelaskan di bagianPenjelasan Laporan Keuangan di bawah judul “Utang
Bersyarat”.
g. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadian yang
melibatkan klien. Informasi yang diperlukan dari pengacara klien
meliputi:
 Gambaran perkara pengadilan yang melibatkan klien ditangani oleh
pengacara bersangkutan
 Suatu penilaian terhadap kemungkinan keputusan pengadilan yang
tidak menguntungkan klien akibat perkara yang digambarkan tersebut.
 Suatu taksiran kerugian yang mungkin diterima oleh klien akibat
perkara pengadilan tersebut atau suatu pernyataan dari pengacara
bahwa taksiran kerugian tidak mungkin dilakukan oeh pengacara.
 Suatu pernyataan jumah honorarium pengacara yang belum ditagih
h. Kirimkan konfirmasi ke bank
Auditor meminta informasi dari bank mengenai kewajiban bersyarat
yang menjadi tanggung jawab klien pada tanggal neraca.
i. Pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan
Arsip koresponden klien dengan lembaga keuangan akan memberikan
informasi mengenai persetujuan pemberi jaminan trhadap utang yang
ditark oleh perusahaan lain dan penjualan pitang usaha. Kedua jenis
transaksi terebut mempunyai kemungkinan menimbulkan kewajiban bagi
klien, jika perusahaan yang dijamin atau kreditur tidak memenuhi
kewajibannya tidak kepada lembaga keuangan.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik
aktiva lancer, yang berdampak terhadap pengujian substantif terhadap utang
lancar. Dalam menyajikan aktiva lancar klien berkecenderungan umum
untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang senyatanya.
Dilain pihak, dalam menyajikan utang lancar klien berkecenderungan umum
untuk menyajikan utang tersebut lebih rendah dari jumlah yang senyatanya.
Kecenderungan ini didorong oleh keinginan untuk menyajikan gambaran
modal kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pengujian
substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya
penyajian utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya.
Pengujian substantif terhadap utang usaha ditujukan untuk
memperoleh keyakinan tentang kendalan catatan akuntansi bersangkutan
dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan dalam
neraca, membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi serta membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang
usaha di neraca.

3.2 Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. Kami juga
mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan kita semua tentang auditing khususnya terhadap siklus
pengeluaran pengujian substantif terhadap saldo utang usaha.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 33
DAFTAR PUSTAKA

.
Agoes, Sukrisno.2016. Auditing Petunjuk Praktis. Jakarta : Salemba Empat.

Halim, Abdul. 2015. Auditing Dasar Dasar Edit Laporan


Keuangan. Jogjakarta : Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Managemen YKPN.

Jusup, Haryono. 2011. Auditing ( Pengauditan Berbasis ISA). Jogjakarta :


AdMark

Munasir, S.2005. Auditing Modern. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Mulyadi.2002. Auditing Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat.

Audit Terhadap Siklus Pengeluaran Pengujian Substantif terhadap Utang Usaha Page 34

Вам также может понравиться