Вы находитесь на странице: 1из 70

KEBIJAKAN DIREKTUR TENTANG PENYIMPANAN ARSIP KEPEGAWAIAN DI

RSUD dr.H.SOEMARNO SOSROATMODJO KUALA KAPUAS

A. Kebijakan Umum

Seorang pegawai di suatu instansi juga dapat memiliki berbagai jenis dokumen yang dihasilkan
pada saat mereka bekerja pada instansi tersebut. Dengan terciptanya berbagai dokumen tersebut,
maka sebaiknya dilakukan pengelolaan dokumen yang baik pula. Pelaksanakan pengelolaan
dalam rangka meningkatkan pentingnya dokumen/berkas tata naskah / arsip pegawai baik
Negeri maupun Swasta sebagai salah satu sumber informasi manajemen kepegawaian yang
dapat membentuk citra positif arsip/tata naskah kepegawaian.

Jika pengelolaan dokumen kepegawaian dapat tertata dengan baik maka akan menciptakan
pengurusan administrasi kepegawaian yang efektif dan efesien. Adapun beberapa fungsi lain dari
ketersediaan dokumen kepegawaian antara lain sebagai berikut:

1. Bukti fisik yang disusun secara kronologis sejak seorang menjadi pegawai sampai
dengan masa berakhir tugas.
2. Instrumen yuridis jika terjadi sengketa pegawai. Instrumen yuridis dimaksudkan sebagai
bukti hukum baik bagi si pegawai maupun intansi/perusahaannya.
3. Bukti akuntabilitas kinerja suatu instansi.

Pegawai yang mengelola dokumen kepegawaian diharapkan perlu memperhatikan hal-hal


sebagai berikut :

1. Menjaga kerapihan penyimpanan.dengan memakai map/Brief Ordner sbb :

a. Stofmap folio (map berdaun)


b. Snelhechter (map berpenjepit)
c. Brief Ordner (map besar berpenjepit)
d. Portapel (map bertali)
e. Hanging Folder (map gantung)

2. Menjaga kebersihan tempat penyimpanan.


3. Menjadi Petugas yang terampil dan terdidik.
4. Menciptakan sistem arsip yang mudah dalam penyimpanan dan mudah menemukan
kembali.
5. Menjaga keamanan arsip, melaksanakan fumigasi, dan lainnya sebagaimana ketentuan
pengamanan dokumen arsip umum/lainnya.

B. Kebijakan Khusus

1. Map Arsip

Adalah lipatan kertas/ plastik tebal untuk menyimpanan arsip dengan Brief Ordner (map besar
berlobang).
2. Sekat Petunjuk

Adalah alat yang terbuat dari kartas warna / plastik warna yang berfungsi sebagai penunjuk,
pembatas atau penyangga deretan di dalam berkas.

3. Almari Arsip

Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip dalam bentuk lemari yang terbuat dari kayu,
agar terhindar dari rayap, gigitan tikus, terhindar dari bencana alam misalnya dari banjir , api dll

4. Rak Arsip

Adalah alamari tanpa daun pintu atau dinding pembatas untuk menyimpan arsip yang terlebih
dahulu dimasukkan dalam ordner atau kotak arsip.

5. Buku Kendali Peminjaman Berkas

Adalah Buku yang digunakan untuk mencatat peminjaman berkas

6. Berkas Peringatan
Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip/ kartu-kartu yang memiliki tanggal jatuh
tempo.

7. Lemari Arsip
Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
folder/ map arsip.

8. Ruangan Arsip

Adalah Tempat penyimpanan lemari arsip yang terbuat dari aluminium dan kaca tertutup rapat
menggunakan satu pintu tanpa jendela ber AC.

9. Tata Cara Penyimpanan :

a. Horizontal Filing (Flat Filing)


Penyimpanan arsip dengan cara arsip dimasukkan dalam stofmap atau snelhechter kemudian
ditumpuk ke atas dalam alamari arsip (disusun secara mendatar/ horizontal dari bawah ke atas).

b. Vertikal Filing
Penyimpanan arsip dengan cara arsip dimasukkan dalam folder/ map arsip kemudian diletakkan
berdiri/ tegak memanjang (sisi panjang arsip sejajar dengan lipatan folder/ map) dan disusun
berurutan dari depan ke belakang.

c. Lateral Filling
Penyimpanan arsip dengan cara arsip dimasukkan dalam snelhechter atau brief ordner untuk PNS
brief ordner warna hitam dan untuk Tenaga Kontrak Non PNS brief ordner warna Biru dengan
susunan berkas sesuai lampiran ceklis , kemudian diletakkan berdiri dengan punggung di depan.
10. Prosedur Penyimpanan Arsip

a. Meneliti dulu tanda pada lembar disposisi apakah surat tersebut sudah boleh untuk
disimpan ( meneliti tanda pelepas surat/ release mark ).
Tanda pelepas surat biasanya berupa disposisi dep. (deponeren) yang menunjukkan perintah
untuk menyimpanan surat.

b. Mengindeks atau memberi kode surat tersebut.


Indeks/ kode surat dibuat sesuai sistem penyimpanan arsip yang dipergunakan dan dibuat
untuk memudahkan penyimpanan dan penemuan kembali surat.

c. Menyortir atau memisah-misahkan surat sesuai dengan bagian, masalah atau tujuan
surat.Kegiatan menyortir/ memisah-misahkan surat sebelum disimpan biasanya dilakukan
dengan menggunakan rak/ kotak sortir.

d. Menyimpan surat ke dalam map (folder).


Penyimpanan surat ke dalam map/ folder dapat menggunakan stofmap folio, snelhechter, brief
ordner, portapel ataui folder gantung kemudian dimasukkan ke dalam almari arsip/ filing cabinet
atau alat penyimpanan arsip yang lain.

e. Menata arsip dengan baik sesuai dengan sistem yang dipergunakan.


Penyimpanan arsip dapat menggunakan sistem penyimpanan arsip sebagai berikut :
1. Sistem Abjad (Alphabetic Filing System)
2. Sistem Tanggal (Chronological Filing System)
3. Sistem Nomor (Numeric Filing System)
4. Sistem Wilayah (Geographic Filing System )
5. Sistem Subyek/ Pokok Masalah (Subject Filing System)

PEDOMAN LAYANAN KEPEGAWAIAN

Konversi NIP

A. Deskripsi Konversi NIP

Setiap Calon Pegawai Negeri Sipil ( CPNS ) / Pegawai Negeri Sipil ( PNS )
diberikan NIP. NIP ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara
dan berlaku selama yang bersangkutan menjadi PNS, pensiunan PNS,
atau janda/dudanya. NIP berlaku juga bagi keluarga yang menjadi
tanggungan PNS dan penerima pensiun serta orangtua penerima pensiun
PNS yang tewas.
PNS yang pindah antar instansi pemerintah atau
diperbantukan/dipekerjakan atau ditugaskan kepada instansi lain tetap
menggunakan NIP yang telah ditetapkan baginya.
NIP berfungsi sebagai nomor identitas dalam hal :
1. Pembinaan karier PNS;
2. Pelayanan gaji;
3. Pelayanan pensiun;
4. Pelayanan asuransi sosial;
5. Pelayanan tabungan;
6. Pengelolaan administrasi kepegawaian;
7. Pelayanan lain yang bermanfaat bagi PNS.

NIP lama terdiri dari 9 digit, saat itu NIP merupakan singkatan dari
Nomor Induk Pegawai. Makna dari 9 angka tersebut yaitu 2 angka
pertama menunjukan Instansi dimana PNS yang bersangkutan terdaftar
pada waktu PUPNS tahun 1974 atau instansi yang mengangkat pertama
kali sebagai CPNS/PNS. Sedangkan 7 angka berikutnya menunjukan
nomor urut PNS yang bersangkutan pada Instansi.

Dengan dihapus/digabungnya beberapa instansi pemerintah dan


dialihkannya sebagian PNS pusat yang ada di daerah menjadi PNS daerah
serta diperluasnya otonomi daerah sampai dengan Kabupaten/Kota,
maka NIP lama dianggap tidak sesuai lagi dengan 8 perkembangan
keadaan. Dua angka pertama NIP yang menunjukkan instansi telah
bercampur baur, sehingga tidak lagi menunjukkan PNS suatu instansi
tertentu.

Berdasarkan data Pendataan Ulang Pegawai Negeri Sipil (PUPNS) 2003,


maka diubahlah NIP lama 9 digit menjadi NIP baru 18 digit.

NIP (baru), yang merupakan kependekan dari Nomor Identitas Pegawai


Negeri Sipil adalah nomor yang diberikan kepada PNS sebagai identitas
yang memuat tahun, bulan, dan tanggal kelahiran, tahun dan bulan
pengangkatan pertama sebagai CPNS, jenis kelamin PNS dan nomor urut
sbg PNS.

NIP terdiri atas 18 digit, dengan urutan sebagai berikut:

a) 8 (delapan) digit pertama adalah angka pengenal yang menunjukkan


tahun, bulan, dan tanggal lahir CPNS/PNS yang bersangkutan,
dengan ketentuan untuk bulan dan tanggal lahir masing-masing dua
digit.

b) 6 (enam) digit berikutnya adalah angka pengenal yang menunjukkan


tahun dan bulan pengangkatan pertama sebagai Calon Pegawai Negeri
Sipi/Pegawai Negeri Sipil, dengan ketentuan untuk bulan
pengangkatan pertama dua digit.

c) 1 (satu) digit berikutnya adalah angka pengenal yang menunjukkan


jenis kelamin CPNS/PNS yang bersangkutan.

d) 3 (tiga) digit terakhir adalah angka pengenal yang menunjukkan


nomor urut CPNS/Pegawai Negeri Sipil. Penentuan nomor urut
didasarkan tahun, bulan, dan tanggal lahir, tahun dan bulan
pengangkatan pertama sebagai CPNS/PNS, & jenis kelamin yang
sama.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007 tentang Nomor Identitas
Pegawai Negeri Sipil.
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 tentang Tata cara
Permintaan, Penetapan dan Penggunaan NIP.

C. Pengurusan SK Konversi NIP Salah

NIP yang salah seperti kesalahan penulisan nama (salah huruf atau
spasi), kesalahan tanggal lahir, TMT CPNS, atau jenis kelamin. Kesalahan
pada SK Konversi akan berakibat pada salahnya data PNS pada data base
BKN salahnya KPE, SK Kenaikan Pangkat, dan produk keputusan
lainnya. Karena itu kesalahan SK Konversi NIP harus segera diperbaiki.
Persyaratan pengurusan perbaikan konversi NIP sbb:
a. Surat pengantar dari SKPD
b. Foto copy SK Konversi NIP yang salah
c. Foto copy SK CPNS
d. Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS

Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.

Prosedur

a) PNS melaporkan kesalahan NIP dan menyerahkan persyaratan


sebagaimana tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola
kepegawaian SKPD/Unit Kerja.

b) Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja terendah


sampai ke SKPD-nya.

c) Kemudian SKPD mengusulkan perbaikan SK Konversi NIP kepada


Badan Kepegawaian Pendidikan dan pelatihan Daerah/BKPPD.

d) Badan Kepegawaian Pendidikan dan pelatihan Daerah / BKPPD akan


menindaklanjuti penggantian/perbaikan SK Konversi NIP ke BKN
untuk kesalahan tanggal lahir dan ke BKN Regional untuk kesalahan
nama, TMT CPNS dan jenis kelamin.

e) SK Konversi NIP yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan


kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.
Kartu Pegawai ( Karpeg )
A. Deskripsi Karpeg

Karpeg diberikan kepada mereka yang telah berstatus sebagai PNS,


dengan kata lain CPNS belum dapat diberikan Karpeg. Karpeg adalah
Kartu Identitas diri sebagai PNS, dalam arti lain pemegang harus
berstatus sebagai PNS. Karpeg berlaku selama yang bersangkutan
menjadi PNS, apabila yang bersangkutan telah berhenti sebagai PNS,
maka Karpeg dengan sendirinya/secara otomatis tidak berlaku lagi.
Disamping sebagai Kartu Identitas diri bagi PNS, Karpeg juga digunakan
sebagai persyaratan dalam pengusulan Kenaikan Pangkat, persyaratan
pengajuan pensiun, dsbnya.

B. Dasar Hukum
Keputusan Kepala BAKN No. 01/KEP/1994 tentang Penetapan KARPEG
PNS.

C. Pengurusan Karpeg
1. Pembuatan Karpeg
Persyaratan pembuatannya sbb:
 Surat Pengantar dari SKPD.
 Fotocopy SK CPNS.
 Fotocopy SK PNS
 Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
 Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT).
 Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.

Adapun prosedur pembuatan Karpeg sbb:


 Setelah CPNS berubah status menjadi PNS, PNS menyiapkan
persyaratan pengurusan dan menyerahkannya ke unit/petugas
yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
 Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
 Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg kepada Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah /BKPPD.
 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah /BKPPD
akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg ke BKN / Kantor
Regional.
 Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.
2. Pembuatan Karpeg yang Hilang
Persyaratan sebagai berikut:
 Surat Pengantar dari SKPD.
 Foto copy SK CPNS.
 Foto copy SK PNS.
 Asli laporan kehilangan dari kepolisian
 Mengisi Formulir Laporan Kehilangan Karpeg yang ditunjukan
kepada kepala Instansi/ Badan Kepegawaian Daerah diketahui
oleh atasan langsung.
 Mengisi Formulir Permintaan Penggantian Karpeg yang ditunjukan
kepada kepala BKN/ Kantor Regional BKN (dibuat oleh Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah /BKPPD).
 Foto copy Karpeg yang hilang (kalau ada)
 Pas Photo Ukuran 3x4 sebanyak 3 Lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.

Prosedur pembuatan Karpeg yang hilang sbb :

 PNS yang kehilangan Karpeg, melaporkan kehilangan tersebut ke


kepolisian setempat untuk mendapatkan laporan kehilangan dari
kepolisian.
 Kemudian menyiapkan persyaratan pengurusan dan
menyerahkannya ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian
SKPD/Unit Kerja.
 Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
 Kemudian SKPD mengusulkan pembuatan Karpeg pengganti
kepada Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Daerah/BKPPD
 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah /BKPPD
akan menindaklanjuti pembuatan Karpeg pengganti ke BKN
/Kantor.
 Karpeg yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan
kepada yang bersangkutan melalui SKPDnya.
Kartu Pegawai Negeri Sipil Elektronik (KPE)

A. Deskripsi KPE

KPE merupakan kartu identitas PNS yang menggunakan teknologi


smartcard dan otentifikasi sidik jari, sehingga selain sebagai identitas,
KPE juga dapat dimanfatkan untuk berbagai layanan seperti perbankan,
kesehatan, Taspen, Taperum, dan aktivitas transaksi merchant, serta
fungsi-fungsi lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, serta
mendukung profesionalisme PNS.
KPE diberikan kepada setiap PNS dan tetap berlaku setelah PNS yang
bersangkutan pensiun. Kepada suami/isteri dan anak yang menjadi
tanggungan PNS diberikan KPE tambahan. KPE ini nantinya akan
menggantikan fungsi KARPEG yang selama ini kita gunakan.
Penerbitkannya KPE adalah untuk memudahkan pelayanan kepada PNS,
penerima pensiun PNS dan Keluarganya. Di sisi lain dalam
implementasinya Pencetakan KPE ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan data biometric fisik PNS yang akurat untuk keperluan
perencanaan, pengembangan dan kesejahteraan PNS.
2. Membangun database KPE yang memiliki tingkat keotentikan dan
identifikasi yang tinggi sehingga menghasilkan data dan informasi
yang akurat.
3. Mewujudkan Data Kepegawaian yang mutakhir di Instansi Pusat
maupun Daerah yang terintegrasi secara nasional dalam sistem
informasi kepegawaian yang dapat diakses oleh PNS bersangkutan
melalui Anjungan KPE
4. Memberikan fasilitas multifungsi layanan kepada PNS yang lebih
efektif dan efesien melalui penggunaan KPE, meliputi:
a) Layanan Gaji;
b) Asuransi Kesehatan;
c) Tabungan Pensiun;
d) Tabungan perumahan;
e) Transaksi keuangan/perbankan , dan
f) Layanan lainnya
Pada saat ini fungsi KPE baru bisa dimanfaatkan untuk layanan gaji,
transaksi perbankan, dan mengecek data PNS melalui anjungan
KPE. Sedangkan fungsi lainnya baru dapat dinikmati setelah instansi
terkait menyediakan fasilitas pendukungnya berupa kebijakan dan
sarana prasarananya.
B. Dasar hukum:
Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2008 tentang Kartu Pegawai
Negeri Sipil Elektronik

C. Pengurusan KPE

1. Pengurusan KPE Salah


KPE salah merupakan implikasi dari kesalahan SK Konversi NIP.
Kesalahan ini dapat berupa kesalahan penulisan nama (salah huruf,
kata atau spasi nama) atau kesalahan NIP (tanggal lahir, TMT CPNS,
atau jenis kelamin).
Adapun persyaratan pengurusan sebagai berikut:
 Surat pengantar dari SKPD
 KPE asli yang salah
 Foto copy SK CPNS
 Foto copy SK Konversi NIP
Persyaratan diatas dilegalisir dan dibuat rangkap 2
Adapun prosedur penggantian KPE salah sebagai berikut:
 PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang salah, dilengkapi
dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke
unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
 Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu
PNS menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank yg ditunjuk.
 Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
 Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah /BKPPD
 BKD/Instansi akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan
diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero).
 KPE telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan ke
Bank yg ditunjuk dengan menyerahkan foto copy rekening
tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah
menerima pemberitahuan dari Badan Kepegawaian Pendidikan
dan Pelatihan Daerah /BKPPD.
2. Pengurusan KPE Rusak
KPE rusak berupa kerusakan fiisik KPE seperti terbelah, patah, atau
pecah pada bagian sudut yang berakibat kartu tidak berbaca oleh
mesin, atau media penyimpanan data yang tidak berfungsi, dan
sebagainya.
Persyaratan Pengurusan KPE rusak sbb:
 Surat pengantar dari SKPD
 KPE asli yang rusak
 Foto copy SK CPNS
 Foto copy SK Konversi NIP
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Prosedur pengurusan sebagai berikut:
 PNS melaporkan dan menyerahkan KPE yang rusak, dilengkapi
dengan persyaratan sebagaimana tersebut di atas ke
unit/petugas yang mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja.
 Sebelum KPE diserahkan untuk diperbaiki, terlebih dahulu PNS
menonaktifkan fungsi ATM-nya ke Bank yang ditunjuk.
 Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
 Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah / BKPPD
 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah/ BKPPD
akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan mengusulkan
penggantian KPE ke BKN yang kemudian akan diteruskan oleh
BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT. Sucopindo Persero).
 KPE yang telah diperbaiki diambil oleh PNS yang bersangkutan
ke Bank yang ditunjuk dengan menyerahkan foto copy rekening
tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah
menerima pemberitahuan dari Badan Kepegawaian Pendidikan
dan Pelatihan Daerah/ BKPPD
3. Pengurusan KPE Hilang

KPE PNS yang hilang karena pencurian, kecopetan, tertinggal, dan


sebagainya dapat diterbitkan kembali, dengan persyaratan sebagai
berikut:
 Surat pengantar dari SKPD
 Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan Barang/Surat
Berharga dari Kepolisian
 Foto copy SK CPNS
 Foto copy SK Konversi NIP
 Foto copy rekening Bank yang ditunjuk (rekening pengganti).
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
Adapun prosedur penggantian KPE hilang sebagai berikut:
 PNS segera melaporkan kejadian kehilangan ke Bank Nagari
untuk pemblokiran fungsi ATM, dan Kantor Polisi, untuk
mendapatkan Surat Tanda Penerimaan Laporan Kehilangan
Barang/Surat Berharga.
 PNS melaporkan dan menyerahkan persyaratan sebagaimana
tersebut di atas ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian
SKPD/Unit Kerja.
 Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
 Kemudian SKPD mengusulkan penggantian KPE kepada
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah/
BKPPD
 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah/
BKPPD akan menindaklanjuti penggantian KPE dengan
mengusulkan penerbitan KPE baru ke BKN yang kemudian
akan diteruskan oleh BKN kepada pihak ketiga (saat ini PT.
Sucopindo Persero) untuk dicetak.
 KPE telah siap diambil oleh PNS yang bersangkutan ke Bank
yang ditunjuk dengan menyerahkan foto copy rekening
tabungan dan memperlihatkan tanda pengenal setelah
menerima pemberitahuan dari Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan Daerah/ BKPPD

Kartu Taspen

A. Deskripsi Kartu Taspen.

Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan
asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah, dalam hal ini adalah PT.
Taspen. Sebagai bukti kepesertaan, PT. Taspen Persero menerbitkan
Kartu Taspen bagi pesertanya. Kepesertaan asuransi dimaksudkan
untuk memberikan jaminan hari tua berupa pemberian uang pensiun
setiap bulan dan Tabungan Hari Tua (THT) kepada Pegawai Negeri Sipil
atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1974 tentang Tunjangan
Kerja Bagi Pegawai Negeri dan Pejabat Negara.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974
tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat
Negara, dan Penerima Pensiun.
3. Keputusan Persiden RI Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan dan
Tambahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan,
Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai
Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002 tentang
Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua bagi Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor:500/KMK.06/2004.

C. Pembuatan Kartu Taspen.


Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1. Surat pengantar dari kepala SKPD
2. Foto copy SK CPNS
3. Foto copy SK PNS
4. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
5. KP-4
6. Foto copy amprah gaji
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2
Prosedur pengurusan Kartu Taspen:
a. CPNS yang baru diangkat mengusulkan pembuatan Kartu
Taspen ke unit/petugas yang mengelola kepegawaian
SKPD/Unit Kerja dengan melampirkan persyaratan di atas.
b. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
c. Kemudian SKPD mengusulkan pengurusan Kartu Taspen ke
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah/ BKPPD
d. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah/ BKPPD
akan menindaklanjuti dengan mengusulkan pembuatan Kartu
Taspen ke PT. Taspen Persero setempat.
e. Kartu yang telah siap akan diserahkan kepada yang
bersangkutan melalui SKPDnya.

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil


A. Deskripsi Pengadaan CPNS

Pengadaan PNS adalah kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong.


Pada umumnya formasi yang lowong disebabkan adanya PNS yang
berhenti, pensiun, meninggal dunia atau adanya perluasan organisasi.
Pengadaan PNS harus berdasarkan kebutuhan, baik dalam arti jumlah
maupun kompetensi jabatan yang diperlukan. Kewenangan penetapan
formasi ini merupakan kewenangan Pemerintah Pusat.
Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama
untuk melamar menjadi CPNS setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan. Adapun syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar
untuk menjadi CPNS sbb:
1. Warga Negara Indonesia;
2. Pada saat diangkat sebagai CPNS, berusia sekurang-kurangnya 18
tahun dan setingi-tinginya 35 tahun
3. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan; Dalam
ketentuan ini, tidak termasuk bagi mereka yang dijatuhi hukuman
percobaan.
4. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau
diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;
5. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;
6. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan
yang diperlukan;
7. Berkelakuan baik, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan
Berkelakuan Baik dari Kepolisian setempat.
8. Sehat jasmani dan rohani, yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan dari Dokter.
9. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia atau
negara lain yang ditentukan oleh pemerintah; dan
10. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

Pelamar yang ditetapkan diterima, wajib melengkapi dan menyerahkan


kelengkapan administrasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atau
yang ditunjuk olehnya. Apabila salah satu kelengkapan administrasi
tidak dipenuhi, maka yang bersangkutan tidak dapat diangkat sebagai
CPNS.
Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat/Daerah menyampaikan daftar
pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan dan ditetapkan
diterima untuk diangkat sebagai Calon PNS kepada BKN untuk
mendapat Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil. Berdasarkan NIP PNS
yang ditetapkan BKN, Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan
keputusan pengangkatan menjadi CPNS .
Kepada CPNS/PNS yang baru diangkat diberikan golongan ruang
sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai berikut:

No Pendidikan Golongan Ruang


1 Sekolah Dasar atau yang sederajat I/a
2 Sekolah Menengah Pertama atau yang I/c
sederajat
3 Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat II/a
4 D1/D2 atau yang sederajat II/b
5 D3 atau yang sederajat II/c
6 S1/D4 atau yang sederajat III/a
7 S2 yang sederajat/S1 Kedokteran/ S1 III/b
Apoteker
8 S3 atau yang sederajat III/c

Penghasilan hak atas gaji CPNS adalah 80% (delapan puluh persen)
dari gaji pokok PNS, mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan
secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat
pernyataan oleh kepala kantor atau satuan organisasi yang
bersangkutan. Surat pernyataan telah melaksanakan tugas dibuat oleh
kepala kantor atau satuan organisasi selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah yang bersangkutan secara nyata telah melaksanakan
tugas.

B. Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
 Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi
Pegawai Negeri Sipil;
 Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS;
 Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11
Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002
 Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS.

C. Pemberhentian CPNS
Setiap CPNS diwajibkan menjalani masa percobaan selama 1 tahun.
CPNS yang selama menjalani masa percobaan dinyatakan cakap
diangkat sebagai PNS. CPNS yang dinyatakan tidak cakap maka
diberhentikan dengan hormat sebagai CPNS. CPNS pun dapat
diberhentikan dengan tidak hormat.

CPNS diberhentikan dengan hormat apabila:


a. Mengajukan permohonan berhenti;
b. Tidak memenuhi syarat kesehatan;
c. Tidak lulus dari pendidikan dan pelatihan prajabatan;
d. Tidak menunjukkan kecakapan dalam menjalankan tugas;
e. Menunjukkan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat
mengganggu lingkungan pekerjaan;
f. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang;
g. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik dan telah
mengajukan surat permohonan berhenti secara tertulis kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian;
h. Satu bulan setelah diterimanya keputusan pengangkatan sebagai
CPNS tidak melapor dan melaksanakan tugas, kecuali bukan karena
kesalahan yang bersangkutan.

CPNS diberhentikan tidak dengan hormat apabila:


a. Pada waktu melamar dengan sengaja memberikan keterangan atau
bukti yang tidak benar;
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan
sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan, atau
melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan/ tugasnya.
c. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat; atau
d. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa mengajukan
surat pemohonan berhenti secara tertulis kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian.

CPNS yang oleh Kepala BKN dinyatakan tewas atau cacat karena dinas
dan tidak dapat bekerja lagi disemua jabatan negeri, dengan keputusan
Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN diangkat menjadi PNS dan
diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

CPNS yang tewas diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1 (satu)
pada bulan yang bersangkutan dinyatakan tewas.

CPNS yang cacat karena dinas, yang oleh Tim Penguji Kesehatan
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan Negeri,
diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1 (satu) pada bulan
ditetapkannya Surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan, dan
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan diberikan hak-hak
kepegawaian sesuai dengan perundangan yang berlaku.

Pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS yang tewas atau cacat karena
dinas ditetapkan dengan keputusan Kepala BKN/Kantor Regional BKN
baik bagi CPNS Pusat maupun Daerah. Sedangkan Pemberhentian CPNS
ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian yang
bersangkutan.
Pengangkatan CPNS menjadi PNS
CPNS yang telah menjalani masa percobaan selama 1 tahun, diangkat
sebagai PNS apabila memenuhi syarat berikut:
a. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya
bernilai baik.
b. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk
diangkat menjadi PNS.
c. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan
CPNS diangkat menjadi PNS dengan Keputusan Bupati Agam dan
diberikan pangkat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan gaji pokok sesuai dengan golongan dan ruang
penggajiannya.
Persyaratan Pengangkatan CPNS menjadi PNS sebagai berikut :
a. Fotocopy SK CPNS
b. Fotocopy Surat Tanda Lulus Diklat Prajabatan
c. Fotocopy DP3 1 tahun terakhir
d. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
e. Asli Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesehatan dan foto copy
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.

Peninjauan Masa Kerja

A. Deskripsi Peninjauan Masa Kerja

PNS yang pada saat pengangkatannya telah memiliki pengalaman kerja,


dapat diperhitungkan untuk masa kerja golongan. Adapun pengalaman
kerja yang dapat diperhitungkan adalah:
1. Masa kerja selama bertugas di instansi pemerintah dihitung penuh
untuk penetapan masa kerja.
2. Masa kerja sebagai pegawai tidak tetap (PTT).
3. Masa kerja sebagai pegawai/karyawan dari perusahaan swasta yang
berbadan hukum, yang tiap-tiap kali tidak kurang dari 1 tahun dan
tidak terputus-putus, diperhitungkan setengahnya sebagai masa kerja
golongan, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 8 tahun.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun
2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2002.

C. Pengurusan Peninjauan Masa Kerja


Persyaratan peninjauan masa kerja sebagai berikut:
1. Foto copy SK CPNS
2. Foto copy SK PNS
3. Foto copy SK Pangkat Terakhir
4. Foto copy Karpeg
5. Foto copy DP3 2 tahun terakhir
6. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai)*
7. Bukti fisik penghitungan masa kerja (SK PTT, Honorer, ddl) sebelum
tahun 2005.
8. Kwitansi pembayaran gaji
9. Foto copy SK Konversi NIP
10. Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.
)* ijazah dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan
Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas
tersebut berada.

Pengangkatan PNS dalam Jabatan Fungsional

A. Deskripsi Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung


jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka menjalankan tugas
pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan
organisasi.
Jabatan fungsional tertentu adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam suatu satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian
dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri dan untuk kenaikan
pangkatnya disyaratkan dengan angka kredit.
Pengangkatan dalam jabatan fungsional dapat dibedakan menjadi:
1. Pengangkatan Pertama, yaitu pengangkatan untuk mengisi lowongan
formasi melalui CPNS.
2. Pengangkatan dari jabatan lain, yaitu pengangkatan yg dilakukan
melalui perpindahan dari jabatan struktural atau jabatan fungsional lain
ke dalam jabatan fungsional tertentu.
3. Pengangkatan karena inpassing/penyesuaian, yaitu pengangkatan
dalam jabatan fungsional bagi PNS yg pada saat Peraturan Menpan
ditetapkan, telah dan masih melaksanakan tugas jabatan fungsional
dimaksud.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengangkatan PNS
dalam jabatan fungsional antara lain:
1. Berstatus PNS. Jabatan fungsional hanya dapat diduduki oleh
mereka yang berstatus sebagai PNS, sehingga bagi mereka yang
masih berstatus sebagai CPNS belum bisa diangkat dalam jabatan
fungsional.
2. Pendidikan formal. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional, ada
beberapa jabatan fungsional yang mempersyaratkan pendidikan
formal untuk pengangkatannya. Hal ini berkaitan dengan kategori
dan jenjang jabatan fungsional yang akan didudukinya, baik dalam
tingkatan ahli maupun terampil.
3. Diklat fungsional Untuk meningkatkan kompetensi PNS yang
diangkat dalam jabatan fungsional, maka perlu diikutsertakan dalam
diklat fungsional sesuai kompetensi yang dibutuhkan.
4. Usia. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional harus
mempertimbangkan usia, sehingga potensi PNS tersebut masih bisa
dikembangkan.
5. Jenjang kepangkatan. Pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional
harus memperhatikan jenjang kepangkatan minimal untuk jabatan
tersebut.
6. Penetapan PAK. Untuk diangkat dalam jabatan fungsional harus
ditetapkan angka kreditnya dahulu.
Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak
tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam
tugas-tugas pokok dalam organisasi pemerintah. Jabatan fungsional PNS
terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional
keterampilan.
Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan angka
kredit oleh pejabat yang berwenang. Angka kredit adalah satuan nilai dari
tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang
harus dicapai oleh pejabat fungsional dalam rangka pembinaan karier yang
bersangkutan.
Butir-butir kegiatan yang dinilai adalah tugas-tugas yang dilaksanakan
oleh setiap pejabat fungsional yang terdiri atas tugas utama (tugas pokok)
dan tugas penunjang. Dalam pelaksanaan tugas-tugas utama/pokok
seorang pejabat fungsional harus mengumpulkan sekurang-kurangnya
80% dari angka kredit yang ditetapkan, sedang pelaksanaan tugas
penunjang tugas-tugas pokok sebanyak-banyaknya hanya 20%.
Ketentuan tersebut diatur untuk menjamin agar pejabat fungsional benar-
benar mengutamakan pelaksanaan tugas pokoknya dibandingkan dengan
tugas-tugas penunjang.
Angka kredit ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan digunakan
sebagai bahan dalam penetapan kenaikan jabatan/pangkat pejabat
fungsional.
Dalam pelaksanaan penetapan angka kredit jabatan fungsional dibentuk
Tim Penilai yang bertugas membantu pejabat yang berwenang dalam
menetapkan angka kredit pejabat fungsional di lingkungan instansi
masing-masing.
Tim Penilai Angka Kredit jabatan fungsional terdiri atas :
1. Tim Penilai Pusat, yang bertugas membantu pimpinan instansi
pembina jabatan fungsional dalam menetapkan angka kredit pejabat
fungsional golongan IV.

2. Tim Penilai Instansi, yang bertugas membantu pimpinan instansi


yang bersangkutan dalam menetapkan angka kredit pejabat
fungsional golongan II dan III.
Jenjang Jabatan dan Golongan Ruang Jabatan Fungsional
Jabatan Fungsional Terampil
No Jenjang Jabatan Golongan Ruang
Pelaksana Pemula II/a
1
Pelaksana II/b - II/c - II/d
2
Pelaksana Lanjulan III/a - III/b
3
4 Penyelia III/c - III/d
Catatan: sekurang-kurangnya berpendididkan SLTA

Jabatan Fungsional Ahli


No Jenjang Jabatan Golongan Ruang
Ahli Pertama III/a-III/b
1
Ahli Muda III/c-III/d
2
Ahli Madya IV/a-IV/c
3
4 Ahli Utama IV/d-IV/e
Catatan: sekurang-kurangnya berijazah S1 atau D4

B. Dasar Hukum
 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994, tentang Pengangkatan
Dalam Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
 Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
C. Pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional.
Adapun persyaratanya sebagai berikut:
1. Berkedudukan sebagai PNS
2. Memiliki ijazah sesuai dengan tingkat pendidikan dan kualifikasi
pendidikan yang ditentukan
3. Telah menduduki pangkat menurut ketentuan yang berlaku
4. Telah lulus pendidikan dan pelatihan fungsional yang ditentukan
5. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3
sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
Dengan menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. Foto copy SK CPNS
b. Foto copy SK PNS
c. SK Pangkat Terakhir (jika pernah naik pangkat)
d. Ijazah Terakhir
e. Penilaian Angka Kredit Pertama
f. SPMT (bagi yang belum pernah naik pangkat)

Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua)


Prosedur pengangkatan pertama PNS dalam jabatan fungsional adalah
sebagai berikut:
1. PNS yang bersangkutan mengajukan usulan ke unit/petugas yang
mengelola kepegawaian SKPD/Unit Kerja dengan menyerahkan
persyaratan sebagaimana tersebut di atas.
2. Pengurusan dilakukan secara berjenjang mulai dari unit kerja
terendah sampai ke SKPD-nya.
3. Kemudian SKPD mengusulkan pengangkatan pertama PNS dalam
jabatan fungsional ke Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Daerah/ BKPPD
4. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah/ BKPPD akan
menindaklanjuti dengan menerbitkan Keputusan Bupati Agam
tentang Pengangkatan Pertama PNS dalam Jabatan Fungsional
5. SK yang telah selesai akan diberitahukan dan diserahkan kepada
yang bersangkutan melalui SKPDnya.

D. Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional


Pejabat fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya apabila :
1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, atau
2. Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966,
3. Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional yang dijabatnya,
4. Tugas belajar lebih dari 6 bulan, atau
5. Cuti di luar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan
seterusnya.
Bagi pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatan
fungsional,, ditetapkan dengan keputusan Bupati tentang Pembebasan
Sementara dari jabatan fungsionalnya. Keputusan tersebut nantinya akan
berguna dalam pengangkatannya kembali dalam jabatan fungsional.
Persyaratan pengurusanya sebagai berikut:
a. Surat Pengantar dari SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan.
c. Keputusan pengangkatan/penempatan pada jabatan lain.
d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir
e. PAK terakhir dilegalisir
f. DP3 1 tahun terakhir dilegalisir

E. Pengangkatan Kembali dalam Jabatan Fungsional


Pejabat fungsional yang dibebaskan sementara dari jabatannya dapat
diangkat kembali apabila:
1. Telah berakhir masa berlakunya hukuman disiplin,
2. Telah selesai melaksanakan tugas diluar jabatan fungsional,
3. Telah selesai tugas belajar lebih dari 6 bulan,
4. Berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang tetap, dinyatakan tidak bersalah atau dijatuhi
hukuman percobaan,
5. Telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dan telah
melaporkan diri untuk aktif kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pejabat fungsional yang diangkat kembali dalam jabatan fungsional,
jabatannya ditetapkan berdasarkan angka kredit yang terakhir dimiliki.
Adapun persyaratanya sebagai berikut:
a. Surat Pengantar dari SKPD
b. Permohonan dari yang bersangkutan.
c. Keputusan Pembebasan Sementara dari Jabatan Fungsional
dilegalisir
d. SK Kenaikan Pangkat terakhir dilegalisir
e. PAK terakhir dilegalisir

F. Pemberhentian dari jabatan fungsional.


Pejabat fungsional diberhentikan dari jabatan fungsional apabila:
1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yang telah mempunyai kekuatan
tetap.
2. Tidak dapat mengumpulkan angka kredit menurut ketentuan
sebagaimana diatur dalam keputusan menteri yang bertanggung
jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
Pembebasan sementara, pemberhentian dari, dan pengangkatan kembali
dalam jabatan fungsional ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Penilaian Kinerja PNS

A. Deskripsi SKP

Penilaian prestasi kerja PNS adalah suatu proses penilaian secara


sistematis yang dilakukan oleh pejabat penilai terhadap sasaran kerja
pegawai dan perilaku kerja PNS.
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada satuan
organisasi sesuai dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja.
Sasaran Kerja Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana
kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.
Target adalah jumlah beban kerja yang akan dicapai dari setiap
pelaksanaan tugas jabatan.
Perilaku kerja adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang
dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rencana kerja tahunan adalah rencana yang memuat kegiatan tahunan
dan target yang akan dicapai sebagai penjabaran dari sasaran dan program
yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah.
Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip:
1. Objektif
Adalah penilaian terhadap pencapaian prestasi kerja sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi oleh pandangan atau
penilaian subjektif pribadi dari pejabat penilai.
2. Terukur
Adalah penilaian prestasi kerja yang dapat diukur secara kualitatif dan
kuantitatif
3. Akuntabel
Adalah seluruh hasil penilaian prestasi kerja harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada pejabat yang berwenang.
4. Partisipatif
Adalah seluruh proses penilaian prestasi kerja melibatkan secara aktif
antara pejabat penilai dengan PNS yang dinilai

5. Transparan
Adalah seluruh proses dan hasil penilaian prestasi kerja bersifat terbuka
dan tidak bersifat rahasia.
Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur :
a. SKP;
b. Perilaku kerja.
Penilaian prestasi kerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan
sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil.
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
3. Instruksi Bupati Agam Nomor 800/03/BKD-2013 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.

C. Pembuatan SKP
1. Setiap PNS wajib menyusun SKP
2. SKP memuat tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun
waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.
3. SKP harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai
4. Dalam hal SKP yang disusun oleh PNS tidak disetujui oleh pejabat
penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat penilai
dan bersifat final
5. SKP ditetapkan setahun sekali pada bulan Januari
6. Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah bulan Januari maka
yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuai dengan
surat perintah melaksanakan tugas atau surat perintah menduduki
jabatan.
7. PNS yang tidak menyusun SKP dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
disiplin PNS

D. Penilaian SKP
Penilaian SKP paling sedikit meliputi aspek kuantitas, kualitas, dan waktu,
sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada masing-masing
unit kerja. Dalam hal kegiatan tugas jabatan didukung oleh anggaran
maka penilaian meliputi aspek biaya.
Dalam hal realisasi kerja melebihi dari target maka penilaian SKP
capaiannya dapat lebih dari 100 (seratus). Dalam hal SKP tidak tercapai
yang diakibatkan oleh faktor diluar kemampuan individu PNS maka
penilaian didasarkan pada pertimbangan kondisi penyebabnya.
Penilaian perilaku kerja meliputi aspek: orientasi pelayanan, integritas,
komitmen, disiplin, kerjasama; dan kepemimpinan.
Penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural.
Penilaian perilaku dilakukan melalui pengamatan oleh pejabat penilai
terhadap PNS sesuai kriteria yang ditentukan. Pejabat penilai dalam
melakukan penilaian perilaku kerja PNS dapat mempertimbangkan
masukan dari pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja
masing-masing. Nilai perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100
(seratus).
Penilaian prestasi kerja dilaksanakan oleh pejabat penilai sekali dalam 1
(satu) tahun. Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember
pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun
berikutnya.
Pejabat penilai wajib melakukan penilaian prestasi kerja terhadap setiap
PNS di lingkungan unit kerjanya. Pejabat penilai yang tidak melaksanakan
penilaian prestasi kerja dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur disiplin PNS.
Hasil penilaian prestasi kerja diberikan langsung oleh pejabat penilai
kepada PNS yang dinilai. PNS yang dinilai dan telah menerima hasil
penilaian prestasi kerja wajib menandatangani serta mengembalikan
kepada pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterimanya hasil penilaian prestasi kerja. PNS yang dinilai dan/atau
pejabat penilai tidak menandatangani hasil penilaian prestasi kerja maka
hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat Penilai.
Pejabat penilai wajib menyampaikan hasil penilaian prestasi kerja kepada
atasan pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterimanya penilaian prestasi kerja.
Dalam hal PNS yang dinilai keberatan atas hasil penilaian maka PNS yang
dinilai dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-alasannya
kepada atasan pejabat penilai secara hierarki paling lama 14 (empat belas)
hari sejak diterima hasil penilaian prestasi kerja. Atasan pejabat penilai
berdasarkan keberatan yang diajukan wajib memeriksa dengan seksama
hasil penilaian prestasi kerja yang disampaikan kepadanya. Terhadap
keberatan, atasan pejabat penilai meminta penjelasan kepada pejabat
penilai dan PNS yang dinilai.
Atasan pejabat penilai wajib menetapkan hasil penilaian prestasi kerja dan
bersifat final. Dalam hal terdapat alasan-alasan yang cukup, atasan
pejabat penilai dapat melakukan perubahan nilai prestasi kerja PNS.
SKP ini berlaku juga bagi Calon PNS. Penilaian prestasi kerja bagi PNS
yang diangkat sebagai pejabat negara atau pimpinan/anggota lembaga
nonstruktural dan tidak diberhentikan dari jabatan organiknya dilakukan
oleh pimpinan instansi yang bersangkutan berdasarkan bahan dari
instansi tempat yang bersangkutan bekerja.
Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang sedang menjalankan tugas belajar
di dalam negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan menggunakan
bahan- bahan penilaian prestasi akademik yang diberikan oleh pimpinan
perguruan tinggi atau sekolah yang bersangkutan. Penilaian prestasi kerja
bagi PNS yang menjalankan tugas belajar di luar negeri dilakukan oleh
pejabat penilai dengan menggunakan bahan-bahan penilaian prestasi
akademik yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah
melalui Kepala Perwakilan Republik Indonesia di negara yang
bersangkutan.
PNS yang diangkat menjadi pejabat negara atau pimpinan/anggota
lembaga nonstruktural dan diberhentikan dari jabatan organiknya, Cuti
Diluar Tanggungan Negara, Masa Persiapan Pensiun, diberhentikan
sementara, dikecualikan dari kewajiban ini.

Ujian Dinas

A. Deskripsi Ujian Dinas

Setiap PNS yang akan naik pangkat ke dalam golongan yang lebih tinggi
diharuskan menempuh dan lulus ujian dinas bagi mereka yang telah
menduduki pangkat pengatur tingkat I golongan ruang II/d dan penata
tingkat I golongan ruang III/d sekurang-kurangnya 2 tahun dan tidak
dalam keadaan diberhentikan sementara, menerima uang tunggu dan cuti
diluar tanggungan negara.
Ujian Dinas Tingkat I adalah untuk kenaikan pangkat dari pengatur
Tingkat I (II/d) menjadi penata Muda (III/a), sedangkan Ujian Dinas
Tingkat II adalah untuk kenaikan pangkat dari Penata Tingkat I (III/d)
menjadi pembina (IV/a).
PNS yang dikecualikan dalam Ujian Dinas
1. Akan diberikan kenaikan pangkat karena telah menunjukan prestasi
kerja luar biasa baiknya;
2. Akan diberikan kenaikan pangkat karena menemukan penemuan baru
yang bermanfaat bagi negara;
3. Akan diberikan kenaikan pangkat pengabdian, karena meninggal dunia
atau mencapai batas usia pensiun atau oleh tim penguji kesehatan
dinyatakan cacat karena dinas.
4. Telah mengikuti dan lulus Diklatpim, yakni Sepada/Adum/Sepala/
Diklatpim tingkat IV untuk Ujian Dinas Tk. I; dan
Sepadya/Spama/Diklatpim Tk. III untuk Ujian Dinas Tk. II.
5. Telah memperoleh ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk Ujian
Dinas Tk. I atau ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan ijazah
lain yang setara/Doktor (S3)., untuk Ujian Dinas Tk II.
6. Menduduki jabatan fungsional tertentu.
Kepada PNS yang lulus ujian dinas diberikan tanda lulus ujian dinas.
Tanda lulus ujian dinas berlaku sepanjang PNS yang bersangkutan belum
naik pangkat.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
2. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002
tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002;
3. Surat Edaran Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara
dan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor 12/SE/1981 dan Nomor
193/Seklan/8/1981 tentang Pelaksanaan Ujian Dinas.

C. Pelaksanaan Ujian Dinas


Setiap pelaksanaan ujian dinas, Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan Daerah/ BKPPD akan menurunkan surat terkait
pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb:
1. Ujian Dinas TK.I dengan syarat sebagai berikut:
a. Pangkat Pengatur TK.I (II/d)
b. Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah Terakhir yang
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
c. Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan
mencantumkan nama di belakang Photo.
2. Ujian Dinas TK.II dengan syarat sebagai berikut:
a. Pangkat Penata TK.I (III/d)
b. Melampirkan Foto Copy SK Pangkat Terakhir dan Ijazah Terakhir yang
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
c. SK Jabatan Terakhir dilegalisir.
d. Pas Photo berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 5 lembar dan
mencantumkan nama di belakang Photo.
Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)
1. Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan Tugas Pokok dan
Fungsi masing-masing peserta dengan sistematika penulisan makalah
sebagai berikut :
(a) Judul
(b) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) pada unit kerja
masing-masing peserta.
(c) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.
(d) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi
(e) Sistematika Penulisan:
(1) Cover
(2) Kata Pengantar
(3) Daftar Isi
(4) Bab I : Pendahuluan
(5) BAB II : Pembahasan/Isi
(6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)
(7) Daftar Pustaka.

Ujian Penyesuaian Ijazah

A. Deskripsi Ujian Penyesuaian Ijazah

PNS yang telah memperoleh Ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar, kenaikan


pangkatnya dapat disesuaikan melalui Kenaikan Pangkat Penyesuaian
ijazah.
PNS yang dapat diusulkan sebagai calon peserta ujian kenaikan pangkat
penyesuian ijazah adalah mereka yang telah lulus pendidikan dan
memperoleh STTB/Ijazah akan tetapi masih berpangkat lebih rendah dari
pangkat yang ditentukan berdasarkan STTB/Ijazah yang diperolehnya.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;

2. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002


tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002;

C. Pelaksanaan Ujian Penyesuaian Ijasah


Setiap pelaksanaan ujian penyesuaian ijazah, Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan Daerah/ BKPPD akan menurunkan surat terkait
pelaksanaannya. Adapun persyatannya sbb:
1) Peserta Ujian Peyesuaian Ijazah S.1/D.IV dan D.III yang tamatan
Perguruan Tinggi swasta wajib melampirkan Izin Penyelenggaraan
Perguruan Tinggi atau Akreditasi Perguruan Tinggi yang terakhir.
2) Telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir
3) Melampirkan foto copy ijazah dan SK pangkat terakhir yang telah
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang
4) Melampirkan uraian tugas yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang (Eseleon II atau Eselon III)
5) Pas Photo berwarna ukuran 3x4 sebanyak 5 lembar dan mencantumkan
nama di belakang Photo.
6) SK Izin Belajar atau Surat Keterangan memiliki Ijazah atau Surat
Keterangan Peningkatan Pendidikan.
Bahan diatas dibuat masing masing rangkap 4 (empat)
7) Membuat makalah rangkap 2 (dua) sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi masing-masing peserta yang disinergikan dengan program studi
ijazah yang akan disesuaikan dengan sistematika penulisan makalah
sebagai berikut :
(a) Judul
(b) Tema sesuai Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang disinergikan
dengan program studi ijazah yang akan disesuaikan pada unit kerja
masing-masing peserta.
(c) Bab I s.d Bab III Minimal 10 (sepuluh) halaman.
(d) Ukuran Kertas kwarto/A4 dan berjarak 2 (dua) spasi
(e) Sistematika Penulisan:
(1) Cover
(2) Kata Pengantar
(3) Daftar Isi
(4) Bab I : Pendahuluan
(5) BAB II : Pembahasan/Isi
(6) BAB III : Penutup (Saran dan Kesimpulan)
(7) Daftar Pustaka.

Kenaikan Pangkat PNS

A. Deskripsi Kenaikan Pangkat

Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang PNS


berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian.
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja
dan pengabdian PNS terhadap negara.
Agar kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai penghargaan, maka
kenaikan pangkat diupayakan Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan Daerah/ BKPPD diberikan tepat pada waktunya dan tepat
kepada orangnya.
Kenaikan pangkat dilaksanakan dengan:
1. Sistim Kenaikan Pangkat Reguler.
2. Sistim Kenaikan Pangkat Pilihan.
Disamping itu, kepada PNS dapat diberikan:
a. Kenaikan Pangkat Anumerta bagi PNS yang tewas
b. Kenaikan Pangkat Pengabdian bagi PNS yang:
1) Meninggal dunia;
2) Mencapai batas usia pensiun;
3) Cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan
negeri.
Susunan Pangkat dan Golongan Ruang PNS sebagai berikut:
No Pangkat Gol/Ru No Pangkat Gol/Ru
1 Juru Muda I/a 9 Penata Muda III/a
2 Juru Muda Tingkat I I/b 10 Penata Muda Tk I III/b
3 Juru I/c 11 Penata III/c
4 Juru Tingkat I I/d 12 Penata Tingkat I III/d
5 Pengatur Muda II/a 13 Pembina IV/a
6 Pengatur Muda Tk I II/b 14 Pembina Tingkat I IV/b
7 Pengatur II/c 15 Pembina Utama IV/c
Muda
8 Pengatur Tingkat I II/d 16 Pembina Utama IV/d
Madya
17 Pembina Utama IV/e

Periode kenaikan pangkat PNS ditetapkan tanggal 1 April dan 1 Oktober


setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat
pengabdian.

B. Dasar Hukum
1. PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
2. PP No. 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 1999 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri
Sipil.
3. Keputusan Kepala BKN No. 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002

C. Pengurusan Kenaikan Pangkat


1. Kenaikan Pangkat Reguler
Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang
tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu
dan diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan langsungnya.
Kenaikan pangkat reguler ini diberikan sekurang-kurangnya telah 4
tahun dalam pangkat terakhir dan pangkat tertingginya ditentukan oleh
pendidikan tertinggi yang dimilikinya.
Kenaikan pangkat reguler juga diberikan kepada PNS yang:
a. PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak
menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.
b. PNS yang dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar
instansi induk dan tidak menduduki jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
Kenaikan pangkat reguler tertinggi diberikan kepada PNS sampai dengan
pangkat:
No Pangkat tertinggi Ijasah
1 Pengatur Muda golongan ruang II/a SD
2 Pengatur golongan ruang II/c SLTP
3 Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d SLTP Kejuruan
4 Penata Muda Tingkat I golongan ruang SLTA, SLTA
III/b Kejuruan 3 Tahun,
SLTA Kejuruan 4
Tahun, Diploma I,
atau Diploma II.

5 Penata golongan ruang III/c Sekolah Guru


Pendidikan Luar
Biasa, Ijazah
Diploma III, Ijazah
Sarjana Muda,
Ijazah Akademi
atau Ijazah
Bakaloreat.

6 Penata Tingkat I golongan ruang III/d Ijazah Sarjana (SI),


atau Ijazah
Diploma IV.

7 Pembina golongan ruang IV/a Ijazah Dokter,


Ijazah Apoteker,
Ijazah Magister
(S2), atau ijazah
lain yang setara

Adapun persyaratannya adalah sbb:


 Foto copy Karpeg Lama dan Karpeg KPE
 Foto copy SK CPNS
 Foto copy SPMT*
 Foto Copy SK PNS
 Foto Copy SK Pangkat Terakhir.
 Foto Copy DP3 SKP 2 tahun terakhir.
 Foto Copy STTB/Ijazah terakhir
 Foto Copy Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan ( STTPL )
 Akreditasi kampus bagi yang melampirkan ijazah S1 baru.
 Foto Copy SK Konversi NIP.
 Foto copy Sertifikat Lulus Ujian Dinas bagi PNS yang pindah
golongan ruang
 Foto Copy SK Tugas Belajar. bagi yang tugas belajar.
 Foto Copy Surat Keputusan Pindah bagi PNS yang pindah tugas.
 Rekomendasi Atasan/Kepala Unit Kerja
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Tanda * artinya khusus untuk yang naik pangkat reguler pertama
kali.
Untuk kenaikan pangkat pertama kali, ijazah dilegalisir oleh Kepala
Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/
Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.
Bagi PNS yang sedang tugas belajar, DP3 dinilai oleh
Sekolah/Universitas tempat tugas belajar dan pengesahannya oleh
BKD/Instansi.
2. Kenaikan pangkat pilihan
Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang:
 Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
 Menduduki jabatan tertentu yang pengangkatannya ditetapkan
dengan keputusan presiden;
 Menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
 Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
 Diangkat menjadi pejabat negara;
 Memperoleh STTB/ijazah;
 Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan
struktural atau jabatan fungsional tertentu;
 Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar;
 Diperkerjakan atau diperbantukan secara penuh diluar instansi
induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah
ditetapkan persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.

Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Struktural.


Merupakan kenaikan pangkat bagi PNS yang menduduki jabatan
struktural.
Bagi PNS yang menduduki jabatan struktural sedangkan pangkatnya
masih satu tingkat dibawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan
untuk jabatan itu, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi,
apabila:
 Telah 1 tahun dalam pangkat yang dimilikinya;
 Sekurang-kurangnya telah 1 tahun dalam jabatan struktural yang
didudukinya.
 Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 tahun terakhir.
Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang menduduki
jabatan struktural sebagai berikut:
o Foto copy Karpeg dan KPE
o Foto copy SK CPNS
o Foto copy SK PNS
o Foto copy SPMT*
o Foto copy SK Pangkat Terakhir.
o Foto copy DP3 / SKP 2 tahun terakhir.
o Foto copy SK Jabatan dan Surat Pernyataan Pelantikan.
o Foto copy STTB/ijazah terakhir
o Akreditasi kampus bagi yang melampirkan ijazah S1 baru
o SK Izin/Tugas Belajar bagi yang melampirkan ijazah baru.
o Fotocopy Keputusan Pindah bagi yang pindah tugas
o Foto copy Lulus Ujian Dinas atau Diklat Penjenjangan bagi PNS
yang pindah golongan ruang
o Foto copy SK Konversi NIP
o Rekomendasi Kepala Unit Kerja
o Fotocopy keputusan pembebasan sementara dari jabatan
fungsional bagi yang sebelumnya diangkat dalan jabatan
fungsional
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Tanda * artinya khusus untuk yang naik pangkat pertama
kali
Untuk kenaikan pangkat pindah golongan ruang atau naik
pangkat pertama kali, ijazah dilegalisir oleh Kepala Sekolah/
Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/
Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut
berada.

Kenaikan Pangkat Pilihan Jabatan Fungsional


Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional tertentu dapat
dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi apabila:
o Sekurang-kurangnya telah 2 – 3 tahun dalam pangkat terakhir;
o Telah memenuhi angka kredit yang ditentukan;
o Setiap unsur penilian prestasi kerja sekurang bernilai baik dalam
2 tahun terakhir.
Adapun persyaratan kenaikan pangkat pilihan PNS yang
menduduki jabatan fungsional sebagai berikut::
o Foto copy Karpeg dan KPE
o Foto copy SK CPNS
o Foto copy SPMT*
o Foto copy SK PNS.
o Foto copy SK Pangkat Terakhir.
o Foto copy SK Jabatan Fungsional dan angka kredit lama.
o Asli angka kredit baru.
o Akreditasi kampus bagi yang penyesuaian ijazah/Ijazah baru.
o SK Izin/Tugas Belajar bagi yang melampirkan ijazah baru.
o Foto copy DP.3 / SKP 2 tahun terakhir.
o Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan Akta
o Foto copy SK Konversi NIP.
o Asli Dupak
o Foto copy SK Pembagian Tugas
o Rekomendasi kepala unit kerja.
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Tanda * artinya persyaratan ini khusus untuk yang naik
pangkat pertama kali
Untuk kenaikan pangkat pindah golongan ruang atau naik
pangkat pertama kali, ijazah dan akta dilegalisir oleh Kepala
Sekolah/Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang
Akademik/ Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana
Universitas tersebut berada.

Kenaikan Pangkat Pilihan Penyesuaian Ijazah


Kenaikan pangkat ini diberikan bagi PNS yang memperoleh STTB/Ijazah
atau Diploma. Bagi PNS yang memperoleh:
o STTB/Ijazah SLTP /yg setingkat dan masih berpangkat Juru Muda
Tingkat I Gol/Ruang I/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya
menjadi Juru Gol. Ruang I/c
o STTB/Ijazah SLTA, Diploma I atau yang setingkat dan masih
berpangkat Juru Tingkat I Gol. Ruang I/D ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Pengatur Muda, Gol Ruang II/a. 3) STTB/Ijazah
SPGLB atau Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, Gol.
Ruang II/a ke bawah dapat dinaikan pangkatnya menjadi Pengatur
Muda Tingkat I, Gol. Ruang II/b
o Ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III dan masih
berpangkat Pengatur Muda Gol. Ruang II/b ke bawah, dapat
dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Gol. Ruang II/c
o Ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur
Tingkat I Gol. Ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya
menjadi Penata Muda Gol. Ruang III/a
o Ijazah Doktor (S3) dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I Gol.
Ruang III/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata
Gol. Ruang III/c.
Ijazah sebagaimana tersebut di atas adalah ijazah yang diperoleh dari
sekolah atau perguruan tinggi negeri dan atau ijazah dari yang
diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi swasta yang terakreditasi dan
atau telah mendapat izin penyelenggaraan dari Menteri yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan nasional atau pejabat lain
berdasarkan peraturan perundangan.
Untuk ijazah yang diperoleh dari sekolah/perguruan tinggi di luar
negeri dihargai setelah di akui dan ditetapkan sederajat dengan ijazah
dari sekolah atau perguruan tinggi negeri yang ditetapkan Menteri
yang bertanggungjawab dibidang pendidikan nasional.
KP sebagaimana tersebut dapat dipertimbangkan setelah memenuhi
syarat sbb:
 Diangkat dalam jabatan/tugas yang memerlukan
pengetahuan/keahlian yang sesuai dengan ijazah yang diperoleh
 Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir
 Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP-3 bernilai baik dlm 1
(satu) tahun terakhir
 Memenuhi jumlah angka kredit yang ditentukan bagi yang
menduduki jabatan fungsional tertentu
 Lulus ujian penyesuaian ijazah
Adapun persyaratannya sebagai berikut:
 Foto copy Karpeg dan KPE
 Foto copy SK PNS.
 Foto copy SK Pangkat Terakhir.
 Foto copy DP3 / SKP 2 tahun terakhir.
 Foto copy Sah STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai
 Foto Copy Pengakuan Gelar dari BKPPD
 Foto copy SK Izin Belajar
 Foto copy akreditasi jurusan/kampus.
 Foto copy Tanda Lulus Ujian Penyesuaian Ijazah.
 Foto copy SK Konversi NIP
 Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/
Rektor/ Dekan/Pembantu Dekan Bidang
Akademik/Ketua/Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas
tersebut berada.

Kenaikan Pangkat Pilihan Penyesuaian Ijazah bagi PNS yang Selesai


Tugas Belajar.
Diberikan kepada PNS yang telah selesai mengikuti dan lulus tugas
belajar. Ketentuan terkait Ijazah dan pangkat/golongan yang diperoleh,
sama halnya dengan kenaikan pengkat penyesuaian ijazah di atas.
Kenaikan pangkat ini baru dapat dipertimbangkan bila:
o Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir
o Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 (satu) tahun terakhir
Adapun persyaratannya sebagai berikut:
Foto copy Karpeg dan KPE
Foto Copy CPNS
Foto copy SK PNS.
Foto copy SK Pangkat Terakhir.
Foto copy DP3 2 tahun terakhir.
Foto copy Sah STTB/Ijazah terakhir dan transkrip nilai.
Foto copy akreditasi jurusan/kampus.
Asli uraian tugas.
Foto copy Keputusan Tugas Belajar .
Foto copy SK Konversi NIP.
Rekomendasi Kepala Unit Kerja.

Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/
Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/
Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.

Kenaikan Pangkat Anumerta


PNS yang dinyatakan tewas, diberikan kenaikan pangkat anumerta
setingkat lebih tinggi, yang berlaku mulai tanggal yang bersangkutan
tewas.
Yang dimaksud dengan tewas, ialah:
o Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya;
o Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan
dinasnya sehingga kematian itu disamakan dengan meninggal dunia
dalam dan/atau karena menjalankan kewajibannya;
o Meninggal dunia yang langsung diakibatkan karena luka-luka
maupun cacat rohani atau jasmani yang didapat dalam hal-hal
tersebut pada huruf a dan b di atas;
o Meninggal dunia karena perbuatan anasir-anasir yang tidak
bertanggung jawab ataupun sebagai akibat dari tindakan terhadap
anasir-anasir itu.
Pemberian kenaikan pangkat anumerta harus diusahakan sebelum
PNS yang tewas dimakamkan dan Surat Keputusan Kenaikan
Pangkat Anumerta tersebut hendaknya dibacakan pada waktu
upacara pemakaman.
Untuk menjamin agar pemberian kenaikan pangkat anumerta dapat
diberikan sebelum PNS yang tewas itu dimakamkan, maka
ditetapkan sementara. Pejabat yang berwenang menetapkan
keputusan sementara adalah Bupati untuk semua PNS yang
dinyatakan tewas dalam pangkat Pembina Utama golongan ruang
IV/e ke bawah. Apabila kedudukan Bupati tersebut jauh dari unit
kerja tempat bekerja PNS yang tewas sehingga tidak memungkinkan
diberikan kenaikan pangkat anumerta sebelum PNS yang tewas itu
dimakamkan, Camat atau pejabat pemerintah setempat lainnya
dapat mengeluarkan keputusan sementara.
Kepala kantor atau pimpinan unit kerjanya membuat laporan
tentang tewasnya PNS sebagai bahan penetapan keputusan
sementara oleh camat atau pejabat lainnya. Berdasarkan laporan
tersebut camat atau pejabat pemerintah setempat
mempertimbangkan pemberian kenaikan pangkat anumerta, dan
apabila menurut pendapatnya memenuhi syarat sesuai peraturan
perundangan yang berlaku, maka pejabat tersebut menetapkan
keputusan sementara tentang pemberian KP Anumerta.
Pejabat yang menetapkan keputusan sementara selambat-lambatnya
7 (tujuh) hari kerja wajib melaporkan kepada Bupati melalui Kepala
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah / BKPPD PNS
yang tewas tersebut. Berdasarkan bahan-bahan kelengkapan
administrasi yang disampaikan oleh pejabat yang menetapkan
keputusan sementara tersebut, maka Bupati mempertimbangkan
penetapan pemberian kenaikan pangkat anumerta. Apabila terdapat
alasan yang cukup untuk pemberian KP anumerta maka usulannya
akan diteruskan Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan Daerah / BKPPD kepada:
1. Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina Utama Muda
golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan disampaikan kepada
Kepala BKN sebagai bahan pertimbangan teknis kepada Presiden
2. Kepala BKN bagi PNS yg diusulkan menjadi Juru Muda Tingkat I
golongan ruang I/b sampai dgn Pembina Tingkat I golongan ruang
IV/b.
Apabila almarhum/almarhumah PNS yang dinyatakan tewas oleh
Kepala BKN atau Pejabat lain yang ditunjuk dalam lingkungannya
dan diberikan kenaikan pangkat anumerta dan uang duka tewas,
maka keputusan sementara tentang pemberian kenaikan pangkat
anumerta ditetapkan menjadi keputusan definitive oleh pejabat
yang berwenang, yaitu:
1. Presiden, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi
Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c ke atas setelah
mendapat pertimbangan teknis dari Kepala BKN;
2. Kepala BKN, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi
Juru Muda Tingkat I golongan ruang I/b ke atas sampai
Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b;
Apabila almarhum/almarhumah PNS ternyata tidak
memenuhi syarat untuk dinyatakan tewas, maka keputusan
sementara tentang pemberian kenaikan pangkat anumerta
tidak dapat ditetapkan menjadi keputusan definitive oleh
pejabat yang berwenang, dan keputusan sementara tersebut
tidak berlaku.
Dalam hal yang bersangkutan memenuhi syarat untuk
mendapatkan kenaikan pangkat pengabdian karena
meninggal dunia dapat diberikan kenaikan pangkat
pengabdian dengan keputusan pejabat yang berwenang.

Kenaikan Pangkat Pengabdian


o Kenaikan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia atau
akan diberhentikan dengan hormat karena mencapai batas usia
pensiun.
PNS yang meninggal dunia atau akan diberhentikan dengan hormat
dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun, dapat
diberikan kenaikan pangkat pengabdian setingkat lebih tinggi
apabila:
(1) Memiliki masa kerja sebagai PNS selama:
 Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah satu bulan dalam
pangkat terakhir.
 Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah satu tahun dalam
pangkat terakhir
 Sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun secara terus
menerus dan sekurang-kurangnya telah 2 tahun dalam
pangkat terakhir.
(2) Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
(3) Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat
dalam satu tahun terakhir.
(4) Masa kerja sebagai PNS secara terus menerus dimaksud dalam
ketentuan ini adalah masa kerja yang dihitung sejak diangkat
menjadi CPNS atau PNS sampai dengan yang bersangkutan
meninggal dunia atau mencapai BUP dan tidak terputus
statusnya sebagai PNS.

Kenaikkan pangkat pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia atau


mencapai BUP tersebut ditetapkan dengan:
 Keputusan Presiden, bagi PNS yang dinaikkan pangkatnya menjadi
Pembina Utama Muda gol/ruang IV/c keatas setelah mendapat
pertimbangan teknis Kepala BKN
 Keputusan Kepala BKN, bagi yang dinaikan pangkatnya menjadi
Juru Muda Tingkat I gol/ruang I/b sampai dengan Pembina Tingkat
I gol/ruang IV/b.
 KP Pengabdian bagi PNS yang meninggal dunia berlaku terhitung
mulai tanggal PNS yang bersangkutan meninggal dunia. KP
Pengabdian bagi PNS yang mencapai batas usia pensiun berlaku
TMT 1 pada bulan yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat
dengan hak pensiun.

Kenaikan Pangkat Pengabdian yang disebabkan cacat karena dinas.


PNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas
dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diberikan KP
pengabdian setingkat lebih tinggi, yang berlaku mulai tanggal yang
bersangkutan oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena
dinas dan tidak dapat kerja lagi dalam jabatan negeri.
Apabila oleh Tim Penguji Kesehatan PNS tersebut dinyatakan cacat
karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan negeri, maka:
PPK menyampaikan usul kenaikan pangkat pengabdian kepada:
 Presiden bagi PNS yang diusulkan menjadi Pembina Utama Muda
golongan ruang IV/c ke atas dan tembusan disampaikan kepada
Kepala BKN sebagai pertimbangan teknis kepada Presiden
 Kepala BKN bagi PNS yang diusulkan menjadi Juru Muda Tingkat I
golongan I/b sampai dengan Pembina Tingkat I Golongan ruang
IV/b
Kenaikan pangkat pengabdian ditetapkan dengan:
(1) Keputusan Presiden, bagi PNS untuk kenaikan pangkat menjadi
Pembina Utama Muda gol/ruang IV/c ke atas setelah mendapat
pertimbangan teknis dari Kepala BKN.
(2) Keputusan Kepala BKN, bagi PNS untuk kenaikan pangkat
menjadi Juru Muda Tingkat I (I/b) sampai dengan gol/ruang
IV/b
CPNS yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena
dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri,
diangkat menjadi PNS, dan diberikan KP pengabdian. Pengangkatan
menjadi PNS sebagaimana tersebut di atas TMT tanggal 1 pada
bulan yang bersangkutan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak
dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri.

Pengurusan Perbaikan SK Kenaikan Pangkat yang Salah


Salahnya SK Kenaikan Pangkat, disebabkan oleh salahnya data PNS
pada data base BKN. Kesalahan ini, kemungkinan besar disebabkan oleh
salahnya data yang terdapat pada SK Konversi NIP. Hal ini juga akan
berdampak pada kesalahan KPE yang bersangkutan.
Syarat-syaratnya :

a. Foto copy SK Kenaikan Pangkat yang salah


b. Foto copy SK Sebelumnya
c. Foto copy SK Konversi NIP
d. Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 1(satu)
e. Petikan SK asli yang salah dibawa waktu mengambil SK Perbaikan
Perbaikan SK Kenaikan Pangkat baru dapat dilakukan setelah
dilakukan perbaikan terhadap SK Konversi NIP, jika kesalahan
tersebut terletak pada kesalahan penulisan nama, tanggal lahir, jenis
kelamin atau NIP. Kesalahan lainnya setelah diperbaiki data pada
data base BKN.

Pencantuman Gelar Kesarjanaan


Bagi PNS yang mendapatkan gelar kesarjanaan, namun pangkat/golongan
yang bersangkutan telah melewati pangkat penyesuaian iajazah untuk tingkat
pendidikan tersebut, sehingga tidak memungkinkan lagi dipakai untuk
kenaikan pangkat, maka bagi yang bersangkutan yang perlu dilakukan adalah
pencantuman gelar kesarjaanaan.
Adapun persyaratannya sebagai berikut:
1. Foto copy Karpeg dan KPE
2. Foto copy SK CPNS
3. Foto copy SK PNS
4. Foto copy SK Pangkat Terakhir
5. Foto copy DP3 / SKP 2 tahun terakhir
6. Foto copy STTB/Ijazah terakhir dan transkrip
7. Keputusan Bupati tentang izin belajar
8. Foto copy SK Konversi NIP
9. Rekomendasi Kepala Unit Kerja
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/Rektor/Dekan/
Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/ Pejabat Kopertis wilayah dimana
Universitas tersebut berada.

Pemindahan PNS

A. Deskripsi Pemindahan PNS

Pemindahan PNS pada dasarnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan


suatu instansi akan SDM/PNS, meskipun dalam prakteknya banyak
perpindahan PNS dilakukan atas keinginan dan kebutuhan PNS itu
sendiri.
Perpindahan PNS antar instansi adalah sesuatu yang dibolehkan dalam
peraturan kepegawaian. Perpindahan ini dapat dilakukan oleh PNS Pusat
dan PNS Daerah antara Propinsi/Kabupaten/Kota dan Departemen/
Lembaga; PNS Daerah antar Daerah Propinsi; dan PNS Daerah antara
Daerah Kabupaten/Kota dan Daerah Kabupaten/Kota Propinsi lainnya.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil
3. Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

C. Pengurusan Pindah
1. Pindah Ke Dalam Kabupaten
PNS yang bekerja pada departemen/propinsi/kabupaten kota lain, dapat
mengajukan pindah ke Kabupaten . Adapun persyaratan pengurusannya
sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Rekomendasi dari tempat yang dituju
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan
tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh
Inspektorat daerah asal
10) Surat kesediaan melepas dari Bupati/Walikota/Sekretaris Daerah
asal.
11) Daftar Riwayat Hidup.
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
2. Pindah Keluar Kabupaten
Sebaliknya PNS yang bekerja pada Pemerintah Kabupaten dapat
mengajukan pindah ke departemen/propinsi/kabupaten kota lain.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Rekomendasi dari tempat yang dituju
10) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan
tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh
Inspektorat Kabupaten/Instansi
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Adapun Prosedur perpindahan PNS ke dalam maupun keluar
Kabupaten/Instansi secara umum dijelaskan sebagai berikut:
o Perpindahan harus didasarkan atas persetujuan dari instansi asal
dan instansi penerima sesuai dengan kebutuhan;
o Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi yang membutuhkan
mengeluarkan surat persetujuan untuk menerima kepindahan PNS
yang ditujukan kepada pimpinan instansi asal PNS untuk
mendapat persetujuan;
o Apabila Pimpinan Instansi asal ybs. menyetujui, maka Pimpinan
Instansi asal membuat Surat Pernyataan Persetujuan
o Sebelum mengeluarkan persetujuan, akan dibawa dulu dalam
Sidang Majelis Pertimbangan Pegawai (MPP), dan dimintakan
persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian.
o Mutasi PNS antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan
oleh gubernur setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN.
o Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar
provinsi ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri setelah memperoleh pertimbangan
kepala BKN.
o Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau
sebaliknya, ditetapkan oleh kepala BKN.
o Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh kepala BKN.
o Berdasarkan ketetapan di atas, Pimpinan Instansi penerima
menerbitkan surat keputusan penempatan.
3. Pindah kedalam Kabupaten
Sama halnya dengan perpindahan antar kabupaten/kota, pindah PNS
dalam kabupaten dikarenakan oleh kebutuhan organisasi dan juga ada
karena kebutuhan atau keinginan PNS itu sendiri.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg dan foto copy KPE
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan
tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh
Inspektorat .
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Adapun prosedur pindah kedalam sebagai berikut:
o SKPD yang membutuhkan atau PNS yang bersangkutan
mengusulkan perpindahan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
yang dituju melalui pimpinan instansi.
o Jika perpindahan tersebut atas inisiatif PNS yang bersangkutan,
maka usulan baru dapat diteruskan setelah mendapat persetujuan
kepala SKPD/Unit Kerja.
o Permohonan pindah ini akan dibahas dalam Sidang MPP dan
kemudian dimintakan persetujuan oleh Baperjakat.
o Jika Pejabat Pembina Kepegawaian telah setuju, maka akan
diterbitkan SK Perpindahan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang
bersangkutan terkait perpindah PNS tersebut.

Disiplin PNS

A. Deskripsi Disiplin PNS


 Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan PNS untuk menaati
kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak
ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
 Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS
yang tidak menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan
disiplin PNS, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja.
 Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada PNS karena
melanggar peraturan disiplin PNS.
 Tujuan hukuman disiplin PNS adalah untuk memperbaiki, membina dan
mendidik PNS yang melakukan pelanggaran disiplin, agar kembali
memiliki sikap ketaatan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum
wajib memeriksa lebih dahulu dengan seksama PNS yang melakukan
pelanggaran disiplin, agar diketahui latar belakang dan motif terjadinya
pelanggaran disiplin, sehingga hukuman disiplin yang dijatuhkan benar-
benar sesuai dan memenuhi asas keadilan.
 Pegawai Negeri Sipil yang tidak menaati ketentuan tentang Kewajiban
dan atau Larangan tersebut dijatuhi Hukuman Disiplin.
 Tanpa mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan pidana, PNS yang melakukan pelangggaran disiplin
dijatuhi hukuman disiplin.
 Terhadap penjatuhan hukuman disiplin, PNS dapat melakukan upaya
administratif. Upaya administrasi adalah prosedur yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan
kepadanya berupa keberatan atau banding administratif.
 Keberatan adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS
yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada atasan pejabat yang
berwenang menghukum.
 Banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh
oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa
pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS yang dijatuhkan oleh
pejabat yang berwenang menghukum, kepada Badan Pertimbangan
Kepegawaian.

B. Landasan Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Bupati Kapuas Nomor 26 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Peraturan Bupati Kapuas Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Pelaksanaan 5 (Lima) Hari Kerja di Lingkungan Satuan Kerja Perangkat
Daerah kabupaten Kapuas
4. Peraturan Bupati Kapuas Nomor 178 Tahun 2008 tentang Penetapan
Pakaian Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas.

C. Kewajiban dan Larangan

Kewajiban PNS
Setiap PNS wajib:
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS
2. Mengucapkan sumpah/ janji jabatan
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.

Larangan
Setiap PNS dilarang:
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan,
atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun
baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih
apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun
juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai
atau atribut PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;
dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan
cara:
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye; dan/atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat;
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
peraturan perundang-undangan.
15. Memberikan dukungan kepada Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala
Daerah dengan cara :
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam
kegiatan kampanye;
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye; dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat.

 Ketentuan Jam Kerja



PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas bekerja selama 5 hari
dalam seminggu yakni hari Senin s.d Jumat, dengan jumlah jam efektif
dalam 1 minggu yakni selama 37,5 jam.
Ketentuan mengenai jam kerja dimaksud adalah sbb:
a. Senin s.d Kamis Pukul 07.30 s.d 16.00 WIB
b. Waktu istirahat Pukul 12.00 s.d 13.00 WIB
c. Jum’at Pukul 07.30 s.d 16.30 WIB
d. Waktu Istirahat Pukul 12.00 s.d 13.30 WIB
 Unit Kerja atau satuan organisasi yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada masyarakat seperti RSUD, Satpol PP, Pemadam
Kebakaran, dan lain-lain akan dibentuk satuan piket pelaksanaan
tugas pada hari hari libur (sesuaikan dng instansi saudara).
 Sedangkan lembaga pendidikan mulai dari TK, SD, SLTP, dan
SLTA atau yang sederajat dikecualikan dari lima hari kerja.

 Ketentuan Pakaian Dinas


 Hari Senin memakai pakaian dinas harian Linmas warna hijau
lengkap dengan atribut.
 Hari Selasa memakai pakaian dinas harian warna kuning khaki
lengkap dengan atribut.
 Hari Rabu memakai pakaian dinas harian warna kuning khaki
lengkap dengan atribut.
 Hari Kamis, pria memakai baju muslim dengan tenunan khas daerah
lengkap dengan papan nama dan pin korpri, sedangan wanita baju
kurung dengan tenunan atau sulaman khas daerah.
 Hari Jum’at, pria memakai baju sulaman produksi daerah warna
putih pakai ban (manset), celana warna hitam, menggunakan papan
nama dan lambang pin korpri serta peci,
 Sedangkan wanita memakai baju kurung motif sulaman produksi
daerah (misalnya ....................).

D. Penjatuhan Hukuman Disiplin


PNS yang tidak menaati ketentuan (kewajiban dan larangan) dijatuhi
hukuman disiplin.
Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a. hukuman disiplin ringan, terdiri dari:
1) teguran lisan;
2) teguran tertulis; dan
3) pernyataan tidak puas secara tertulis.
b. hukuman disiplin sedang, terdiri dari:
1) penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
2) penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
3) penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.

c. Jenis hukuman disiplin berat, terdiri dari:


1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah;
3) Pembebasan dari jabatan;
4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
PNS; dan
5) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.
Tingkat/kewenangan penjatuhan hukuman disiplin tergantung dengan
tingkat hukuman yang akan dijatuhkan sesuai dengan ketentuan PP no.
53 tahun 2010, dimana tingkat hukuman tersebut juga ditentukan oleh
seberapa besar pengaruh pelanggaran tersebut terhadap lingkungannya.

E. Pejabat Yang Berwenang Menghukum


Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman
disiplin kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin. Apabila pejabat
yang berwenang menghukum tidak menjatuhkan hukuman disiplin kepada
PNS yang melakukan pelanggaran disiplin maka pejabat tersebut akan
dijatuhi hukuman disiplin oleh atasannya sama dengan hukuman disiplin
yang dijatuhkan kepada PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.
Wewenang Menghukum *)
1. Kewenangan Presiden dan Pejabat Struktural Instansi Pusat (semua
eselon)
2. Kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi (semua
eselon)
3. Kewenangan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota
(semua eselon)
*) ditulis pada bagian terpisah (Matrik Kewenangan menjatuhkan Hukuman
Disiplin, yang memerlukan silahkan hubungi saya dengan mencantumkan
kebutuhan instansinya apakah Pusat,Provinsi apakag Kabupaten/Kota.

Perkawinan PNS

A. Deskripsi Perkawinan PNS


Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Untuk kepentingan penyelenggaraan sistem informasi kepegawaian, setiap
perkawinan, perceraian, dan perubahan dalam susunan keluarga Pegawai
Negeri Sipil harus segera dilaporkan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
melalui Badan Kepegawaian Pendididn dan Pelatihan Daerah / BKPPD
Laporan perkawinan disampaikan secara tertulis selambat-lambatnya l
(satu) tahun terhitung mulai tanggal pernikahan. Ketentuan tersebut di
atas juga berlaku untuk janda/duda Pegawai Negeri Sipil yang melakukan
pernikahan kembali atau Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pernikahan
dengan isteri kedua, ketiga, atau keempat.

B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor l Tahun 1974 tentang Perkawinan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan
dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
5. Surat Edaran Kepala Badan Admisnistrasi Kepegawaian Negara Nomor
08/SE/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai
Negeri Sipil;
6. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil.
7. Surat (isikan pejabat yang terkait, contoh Sekretaris Daerah Kabupaten
Lombok Timur Nomor .../..../BKD-....tanggal .....,......,........ tentang Tata
Cara Permohonan Izin Perceraian.

C. Hal-hal yang terkait karena Perkawinan PNS

 Untuk Pengurusan Kartu Isteri/Kartu Suami


Kepada setiap isteri PNS diberikan Kartu Isteri disingkat Karis, dan
kepada setiap suami PNS diberikan Kartu Suami disingkat Karsu.
Karis/Karsu adalah kartu identitas isteri/suami sah dari PNS yang
bersangkutan.
Karis/Karsu berlaku selama pemegangnya menjadi isteri/suami sah PNS
yang bersangkutan.

 Persyaratan Pembuatan Karis (Kartu Istri)


1. Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
2. Mengisi formulir Daftar Keluarga Pegawai Negeri Sipil
3. Mengisi Formulir Perkawinan Pertama
4. Foto copy Surat Nikah yang telah dilegalisir oleh KUA/Catatan
Sipil
5. Pas photo istri ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 2
lembar
6. Diajukan kepada Kepala Kanreg BKN setempat secara hierarkis
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2

 Persyaratan Pembuatan Karis bagi PNS yang istrinya meninggal


dunia atau bercerai dan kemudian menikah lagi.
1. Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
2. Mengisi Formulir Daftar Keluarga PNS
3. Mengisi Formulir Perkawinan Duda
4. Foto copy Surat Keterangan Kematian/foto copy Surat Cerai
dengan istri pertama yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
5. Foto copy Surat Nikah dengan istri kedua yang telah dilegalisir
oleh KUA/Catatan Sipil.
6. Mengembalikan Kartu Istri yang lama (yang telah meninggal dunia)
7. Pas photo istri ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
8. Diajukan kepada Kepala Kanreg BKN setempat secara Hierarkis.
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.

 Persyaratan Pembuatan Karsu (Kartu Suami)


1. Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
2. Mengisi formulir Daftar Keluarga Pegawai Negeri Sipil
3. Mengisi Formulir Perkawinan Pertama
4. Foto copy Surat Nikah yang telah dilegalisir oleh KUA /Catatan
Sipil
5. Pas photo suami ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 2 lembar
6. Diajukan kepada Kepala Kanreg BKN setempat secara Hierarkis.
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2

 Persyaratan Pembuatan Karsu bagi PNS yang Suaminya Meninggal


Dunia atau Bercerai dan Kemudian Menikah Lagi
1. Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
2. Mengisi formulir Daftar Keluarga Pegawai Negeri Sipil bagi yang
telah Menikah
3. Mengisi Formulir Perkawinan Janda
4. Foto copy Surat Keterangan Kematian/Foto copy Surat Cerai
dengan suami pertama yang telah dilegalisir oleh pejabat yang
berwenang.
5. Foto copy Surat Nikah dengan suami kedua yang telah dilegalisir
oleh KUA/Catatan Sipil.
6. Mengembalikan Kartu Suami yang lama (yang telah meninggal
dunia)
7. Pas photo suami ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 3 (tiga) lembar
8. Diajukan kepada Kepala Kanreg BKN setempat secara Hierarkis.
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2

 Persyaratan Pembuatan Karis yang Hilang


1. Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
2. Asli Laporan Kehilangan dari Kepolisian
3. Mengisi Formulir Laporan Kehilangan KARIS yang ditujukan
Kepala Badan Kepegawaian Daerah/Pimpinan Instansi diketahui
oleh atasan langsung.
4. Mengisi Formulir Permintaan Penggantian KARIS yang di tujukan
kepada Kantor Regional BKN setempat (dibuat oleh BKD/Instansi)
5. Foto copy Kartu Istri yang hilang (kalau ada)
6. Foto copy Surat Nikah yang dilegalisir oleh KUA/Catatan Sipil.
7. Pas photo Istri ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
8. Diajukan kepada Kepala Kanreg BKN setempat secara Hierarkis.
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2 (dua).

 Persyaratan Pembuatan Karsu yang Hilang


1. Surat Pengantar dari Kepala SKPD.
2. Asli Laporan Kehilangan dari Kepolisian
3. Mengisi Formulir Laporan Kehilangan KARSU yang ditujukan
Kepala Badan Kepegawaian Daerah/Pimpinan Instansi diketahui
oleh atasan langsung.
4. Mengisi Formulir Permintaan Penggantian KARSU yang di tujukan
kepada Kantor Regional BKN setempat (dibuat oleh BKD/Instansi)
5. Foto copy Kartu Suami yang hilang (kalau ada)
6. Foto copy Surat Nikah yang dilegalisir oleh KUA/Catatan Sipil.
7. Pas photo suami ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3
sebanyak 3 lembar
8. Diajukan kepada Kepala Kanreg BKN setempat secara Hierarkis.
Masing-masing Persyaratan Dilegalisir Rangkap 2 (dua).

 Untuk Pengurusan Izin Perceraian

Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat
harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku,
tindakan, dan ketaatan kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh sebab itu perceraian haruslah dihindari oleh PNS.

Perceraian hanya dapat dilakukan apabila ada alasan-alasan


tertentu sebagaimana dinyatakan dalam peraturan perundang-
undangan, antara lain:
1) Salah satu pihak berbuat zina,
2) Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang
sukar disembuhkan,
3) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuan/kemauannya,
4) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau
hukuman yang lebih berat secara terus menerus setelah perkawinan
berlangsung,
5) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat
yang membahayakan pihak lain,
6) Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam
rumah tangga.
PNS yang hendak bercerai harus memperoleh izin tertulis lebih
dahulu dari Pejabat Pembina Kepegawaian/Pimpinan Instansi.
Adapun prosedur pengurusan izin perceraian sebagai berikut:
a) PNS mengajukan permintaan izin perceraian kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian/Pimpinan Instansi melalui saluran
hirarki.
b) Permintaan izin perceraian harus dilengkapi dengan salah satu
atau lebih bahan pembuktian mengenai alasan-alasan untuk
melakukan perceraian.
c) Setiap atasan yang menerima surat permintaan izin perceraian
berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami isteri yang
hendak bercerai tersebut.
d) Apabila usahanya tidak berhasil, maka dalam waktu maximal 3
bulan ia harus meneruskan permintaan izin perceraian tersebut
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian/Pimpinan Instansi
melalui melalui saluran hirarki dengan disertai pertimbangan
tertulis. Dalam surat pertimbangan tersebut antara lain
dikemukakan keadaan obyektif suami isteri tersebut dan
memuat saran-saran sebagai bahan pertimbangan bagi pejabat
untuk mengambil keputusan.
e) Sebelum mengambil keputusan, Pejabat Pembina
Kepegawaian/Pimpinan Instansi melalui inspektorat akan
berusaha lebih dahulu merukunkan kembali suami isteri yang
akan bercerai dengan cara memanggil mereka, baik bersama-
sama maupun sendiri-sendiri. Apabila dipandang perlu pejabat
dapat meminta keterangan dari pihak lain yang dipandang
mengetahui keadaan suami isteri yang bersangkutan.
f) Apabila usaha merukunkan kembali suami isteri yang
bersangkutan tidak berhasil, maka Pejabat Pembina
Kepegawaian/Pimpinan Instansi mengambil keputusan atas
permintaan izin perceraian.
g) Penolakan atau pemberian izin untuk melakukan perceraian
dinyatakan dengan Surat Keputusan Pejabat Pembina
Kepegawaian/Pimpinan Instansi.
h) PNS yang menerima surat izin untuk melakukan perceraian,
apabila telah melakukan perceraian wajib melaporkan
perceraian tersebut selambat-lambatnya 1 bulan terhitung
mulai tanggal perceraian tersebut Kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian/Pimpinan Instansi.

 Pembagian Gaji Akibat Perceraian


Apabila perceraian terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria,
maka ia wajib menyerahkan sepertiga gajinya untuk penghidupan
bekas isteri dan sepertiga gajinya untuk anak-anaknya.
Apabila pernikahan mereka tidak dikaruniai anak, maka setengah
dari gajinya diserahkan kepada isterinya.
Apabila perceraian terjadi atas kehendak suami isteri, maka
pembagian gaji dilaksanakan berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak yang bercerai.
Bekas isteri berhak atas bagian gaji walaupun perceraian terjadi
atas kehendak isteri (Pegawai Negeri Sipil pria menjadi pihak
tergugat) apabila alasan perceraian tersebut adalah karena
dimadu, atau karena Pegawai Negeri Sipil pria melakukan zina,
melakukan kekejaman atau penganiayaan, menjadi pemabok/
pemadat/penjudi, atau meninggalkan isteri selama 2 (dua) tahun
atau lebih tanpa alasan yang sah.
Pembagian gaji seperti tersebut diatas tidak harus dilaksanakan
apabila alasan perceraian karena pihak isteri melakukan zina,
melakukan kekejaman atau penganiayaan, menjadi
pemabok/pemadat/ penjudi, dan atau meninggalkan suami
selama 2 (dua) tahun atau lebih tanpa alasan yang sah.
Apabila bekas isteri yang bersangkutan kawin lagi, maka
pembagian gaji dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya bekas
isteri yang bersangkutan kawin lagi.
Pembagian gaji seperti tersebut, dilakukan melalui aturan
kedinasan.
PNS pria yang menolak melakukan pembagian gaji menurut
ketentuan yang berlaku dan atau tidak mau menandatangani
daftar gajinya sebagai akibat perceraian dijatuhi hukuman
disiplin.
 Pegawai Negeri Sipil Pria yang Akan Beristeri Lebih dari
Seorang
Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristeri lebih dari seorang
wajib memperoleh izin tertulis lebih dahulu dari Pejabat Pembina
Kepegawaian/Pimpinan Instansi.
Izin untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan
apabila memenuhi syarat-syarat alternatif dan syarat-syarat
kumulatif sebagaimana telah diatur dalam Peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Syarat alternatif, yaitu :


 Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai isteri,
 isteri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, atau
 isteri tidak dapat melahirkan keturunan

Syarat kumulatif, yaitu :


 Ada persetujuan tertulis dari isteri
 Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan mempunyai
penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari seorang
isteri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan surat
keterangan pajak penghasilan, dan
 Ada jaminan tertulis dari PNS yang bersangkutan bahwa ia
akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.
Izin untuk beristeri lebih dari seorang hanya dapat diberikan apabila
dipenuhi sekurang-kurangnya satu dari semua syarat alternanif, dan
semua syarat kumulatif.
Dalam menerima permintaan izin untuk beristeri lebih dari seorang
wajib memperhatikan dengan saksama alasan-alasan yang
dikemukakan dalam surat permintaan izin dan atasan Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan.
Apabila alasan-alasan dan syarat-syarat yang dikemukakan tersebut
kurang meyakinkan, maka dapat diminta keterangan tambahan dari
isteri Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan izin atau dari
pihak lain yang dipandang dapat memberikan keterangan yang
meyakinkan. Sebelum mengambil keputusan, pejabat memanggil
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan sendiri atau bersama-sama
dengan isterinya untuk diberi nasehat .
Permintaan izin untuk beristeri lebih dari seorang ditolak apabila:
1) Bertentangan dengan ajaran/peraturan agama yang dianutnya/
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang di hayatinya,
(perhatikan agama-agama yang menganut asas monogami)
2) Tidak memenuhi salah satu syarat alternatif dan semua syarat
komulatif.
3) Bertentangan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
4) Alasan yang dikemukakan untuk beristeri lebih dari seorang
bertentangan dengan akal sehat, dan atau
5) Ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan,
yang dinyatakan dalam surat keterangan atasan langsung Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan.
6) PNS wanita tidak diijinkan menjadi istri kedua/ketiga/keempat
dari seorang pria yang berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil,
maupun seorang pria yang bukan Pegawai Negeri Sipil.
7) Seorang wanita yang berkedudukan sebagai isteri
kedua/ketiga/keempat tidak dapat melamar menjadi CPNS.
8) Pegawai Negeri Sipil wanita yang setelah berlakunya Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 ternyata berkedudukan sebagai
isteri kedua/ ketiga/ keempat dijatuhi hukuman disiplin berupa
pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Penolakan atau pemberian izin untuk beristeri lebih dari seorang
dinyatakan dengan Surat keputusan Pejabat Pembina
Kepegawaian/Pimpinan Instansi.
 Pelanggaran Disiplin terkait Perkawinan PNS

PNS akan diberikan sanksi disiplin jika melakukan pelanggaran


sebagai berikut:
 Tidak memberitahukan perkawinan pertamanya secara
tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian/Pimpinan
Instansi melalui saluran hierarkis dalam jangka waktu
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah perkawinan
berlangsung,
 Melakukan perceraian tanpa memperoleh izin tertulis bagi
yang berkedudukan sebagi penggugat, atau tanpa surat
keterangan bagi yang berkedudukan sebagai tergugat,
terlebih dahulu dari Pejabat Pembina Kepegawaian/Piminan
Instansi melalui saluran hierarkis.
 Beristeri lebih dari seorang tanpa memperoleh izin tertulis
dahulu dari Pejabat Pembina Kepegawaian/Piminan Instansi
melalui saluran hierarkis.
 Melakukan hidup bersama di luar perkawainan yang sah
dengan wanita yang bukan isterinya atau dengan pria yang
bukan suaminya.
 Tidak melaporkan perceraiannya kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian/Piminan Instansi melalui saluran hierarkis
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
setelah terjadinya perceraian,
 Tidak melaporkan perkawinannya yang
kedua/ketiga/keempat kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian/Piminan Instansi melalui saluran hierarkis
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun
setelah perkawinan dilangsungkan,
 Setiap atasan yang tidak memberikan pertimbangan dan
tidak meneruskan permintaan izin atau pemberitahuan
adanya gugatan perceraian, dan atau permintaan izin untuk
beristeri lebih dari seorang selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah ia menerima permintaan izin atau pemberitahuan
adanya gugatan perceraian,
 Pejabat yang tidak memberikan keputusan terhadap
permintaan izin perceraian atau tidak memberikan surat
keterangan atas pemberitahuan adanya gugatan perceraian,
dan atau tidak memberikan keputusan terhadap permintaan
izin untuk beristeri lebih dari seorang dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan setelah ia menerima permintaan izin atau
pemberitahuan adanya gugatan perceraian.
 Pejabat tidak melakukan pemeriksaan dalam hal mengetahui
adanya Pegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya yang
melakukan hidup bersama di luar perkawinan yang sah.

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)

1. Deskripsi Diklat
Diklat PNS adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai. Sasaran
Diklat PNS adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan persyaratan masing-masing jabatan.
Diklat PNS terdiri dari 2 jenis, yakni diklat prajabatan dan diklat dalam
jabatan.
2. Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
 Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat I
 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 11 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II
 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat III
 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 13 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV
 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 22 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan CPNS Golongan I dan II
 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 21 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan CPNS Golongan III
 Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 18 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan I, II dan III yang diangkat dari Tenaga Honorer
Kategori 1 dan/atau Kategori 2
 Peraturan Bupati Kapuas Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan
Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas.

3. Tujuan Diklat
 Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap untuk
alat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan
dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan
instansi.
 Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
 Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.
 Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.

1. Diklat Prajabatan
Merupakan diklat yang dipersyaratkan dalam pengangkatan CPNS
menjadi PNS. Setiap CPNS untuk diangkat menjadi PNS wajib
mengikuti dan lulus diklat prajabatan. CPNS wajib diikutsertakan
dalam diklat prajabatan selambat-lambatnya 1 tahun setelah
pengangkatannya sebagai CPNS.
Diklat prajabatan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian
dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang system
penyelenggaraan pemerintah negara, bidang tugas dan budaya
organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan peranannya
sebagai pelayan masyarakat.
Diklat prajabatan terdiri dari:
 Diklat Prajabatan Gol I untuk CPNS berijazah SLTP kebawah;
 Diklat Prajabatan Gol II untuk CPNS berijazah SLTA sampai D3;
 Diklat Prajabatan Gol III untuk CPNS berijazah Diploma IV/S1.

2. Diklat Dalam Jabatan


Diklat dalam jabatan terdiri dari:
 Diklat Kepemimpinan (Diklat Pim)
Diklatpim dilaksanakan untuk mencapai kompetensi
kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan jenjang
jabatan struktural yang diemban.
Diklat kepemimpinan terdiri dari empat jenjang yaitu:
1) Diklatpim Tk. IV, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon
IV;
2) Diklatpim Tk. III, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon
III;
3) Diklatpim Tk. II, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon II;
4) Diklatpim Tk. I, yang dipersyaratkan untuk jabatan eselon I;
Meskipun Diklatpim berjenjang, namun keikutsertaan PNS
dalam Diklat kepemimpinan tingkat tertentu tidak
dipersyaratkan mengikuti Diklatpim tingkat dibawahnya.

 Diklat Fungsional.
Diklat fungsional merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan
jenjang jabatan fungsional.
Jenis dan jenjang diklat fungsional:
1) Diklat fungsional keahlian, yaitu diklat yang memberikan
pengetahuan dan keahlian fungsional tertentu yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional keahlian yang bersangkutan;
2) Diklat fungsional keterampilan yaitu diklat yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan fungsional
tertentu
 Diklat teknis
Diklat Teknis merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS. Kompetensi teknis yang dimaksud
adalah kemampuan PNS dalam bidang- bidang teknis tertentu
untuk pelaksanaan tugas masing-masing.
Diklat teknis merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS.
Kompetensi teknis yang dimaksud adalah kemampuan PNS
dalam bidang- bidang teknis tertentu untuk pelaksanaan tugas
masing-masing

4. Urusan Kepegawaian yang Terkait dengan Diklat


Diklat Prajabatan
Pelaksanaan diklat prajabatan, akan didahului dengan pemberitahuan
pelaksanaan kepada peserta yang akan mengikuti Diklat Prajabatan
melalui surat pemanggilan peserta diklat.
Secara umum persyaratan yang harus dipenuhi pada saat pendaftaran
untuk mengikuti Diklat sebagai berikut :
 Surat Tugas dari instansi masing-masing.
 Foto copy SK CPNS.
 Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS
 Pas Photo ukuran 3 x 4 dan 4 x 6 masing-masing 3 lembar
 Surat Keterangan berbadan sehat dari rumah sakit Pemerintah/
Puskesmas.
 Surat perrnyataan akan mengikuti diklat Prajabatan dengan sungguh-
sungguh.
 Ketentuan pelaksanaan lainnya
Sebagai bukti mengikuti Diklat Prajabatan dan lulus, akan diberikan
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan, nantinya akan digunakan
sebagai bahan pengusulan CPNS menjadi PNS.

Tugas Belajar dan Izin Belajar

A. Deskripsi Tugas Belajar dan Ijin Belajar


Untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan intelektual, pengembangan
wawasan dan profesionalisme PNS, Pemerintah memberi kesempatan
kepada PNS yang memenuhi syarat untuk mengikuti tugas belajar atau izin
belajar.
Jenis pendidikan untuk program Tugas Belajar, Tugas Belajar Mandiri, dan
Izin Belajar meliputi pendidikan akademik, profesi, dan vokasi.
Pendidikan akademik terdiri dari Program Sarjana (S1) dan Program
Pascasarjana yang meliputi Program Magister (S2) dan Program Doktor (S3).
Pendidikan vokasi terdiri dari Program Diploma III dan Program Diploma IV.
Pendidikan Profesi berupa Program Spesialis.
Pemilihan jenis pendidikan dan program studi harus sesuai dengan analisa
prioritas kebutuhan daerah.

1. Tugas Belajar
Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk mengikuti atau
melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi negeri sebagaimana
ditetapkan oleh Pemerintah, dan kepada Pegawai Negeri Sipil tersebut
diberikan bantuan biaya pendidikan sesuai dengan yang dianggarkan
dalam anggaran tahun berjalan.
Tugas Belajar Mandiri adalah penugasan yang diberikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk mengikuti atau
melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi negeri sebagaimana
ditetapkan oleh Pemerintah dengan biaya pendidikan ditanggung sendiri
oleh Pegawai Negeri Sipil.
Tugas belajar diberikan dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Berstatus sebagai PNS
b. Pendidikan yang akan di tempuh sesuai/ relevan dengan tugas pokok
dan fungsi jabatan pada SKPD yang bersangkutan
c. Pendidikan yang akan di tempuh sesuai/relevan dengan latar
belakang pendidikan terakhir yang dimilikinya dan tersedia formasi
pada SKPD/organisasi yang membutuhkan latar belakang
pendidikan tersebut.
d. Telah mempunyai masa kerja dengan pangkat terakhir dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pendidikan SLTA ke D.III pangkat minimal Pengatur Muda Tk.I
golongan ruang II/b
2. Pendidikan SLTA ke S.1 pangkat minimal Pengatur Muda Tk.I
golongan ruang II/b
3. Pendidikan D.III ke S.1 pangkat minimal Pengatur golongan II/c
dan atau 1 tahun terhitung mulai tanggal ( TMT ) sebagai PNS
pangkat II/c.
4. Pendidikan S.1 ke S.2, pangkat minimal Penata Muda III/a dan
atau 2 ( dua ) tahun masa kerja.
5. Untuk bidang ilmu yang langka serta di perlukan oleh organisasi
dapat diberikan sejak diangkat sebagai PNS sesuai yang di
tentukan.
e. Dinyatakan lulus seleksi dari perguruan tinggi Negeri minimal
berakreditasi B, Perguruan Tinggi Swasta berakreditasi A atau
Sekolah Kedinasan
f. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam 1 tahun
terakhir bernilai baik
g. Berbadan sehat yang dinyatakan oleh dokter pemerintah
h. Memenuhi ketentuan usia berdasarkan jenjng pendidikan :
1. SLTA ke D.III , D.IV atau S.1 umur setinggi – tingginya 25 tahun
2. S.1 ke S.2 umur setinggi- tingginya 37 tahun, S.3 maksimal
berumur 40 tahun.
3. Berumur setinggi – tingginya 40 tahun untuk pendidikan profesi
4. S.2 ke S.3 sampai dengan pendidikan formal selanjutnya umur
setingi – tingginya 40 tahun.
5. Program studi di dalam negeri yang akan diikuti telah mendapat
persetujuan dan akreditasi minimal B untuk Pengurus Tinggi
Negeri serta akreditasi minimal A untuk Perguruan Tinggi Swasta
dari lembaga yang berwenang.
2. Tidak mengajukan usulan pindah selama 10 ( sepuluh ) tahun
setelah selesai tugas belajar
3. Bagi PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar dapat
dikirimkan kembali untuk tugas belajar ke jenjang yang lebih tinggi
minimal 2 ( dua ) tahun terhitung mulai tanggal ( TMT ) yang
bersangkutan kembali bekerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Kapuas.
4. PNS tidak berhak menuntut penyesuaian ijazah kedalam pangkat
yang lebih tinggi , kecuali terdapat formasi
5. Sanggup mentaati semua ketentuan peraturan perundang-undangan
dan ketentuan tugas belajar.

Tata Cara dan Prosedur :


a. PNS yang akan mengikuti Pendidikan ke jenjang yang lebih , tinggi
melalui tugas belajar , harus mendapatkan persetujuan dari pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah sejak tahapan seleksi calon
mahasiswa.
b. Pendidikan yang diikuti harus sesuai dengan kebutuhan SKPD di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas
c. PNS yang lulus seleksi akan diusulkan oleh pimpinan SKPD kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah untuk di terbitkan Surat
Keputusan Tugas Belajar
d. Bupati Selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dapat
mengabulkan usulan Tugas Belajar setelah memnuhi ketentuan yang
berlaku.

Jangka Waktu :
1. Jangka Waktu Tugas Belajar Adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan yang telah ditentukan oleh
lembaga pendidikan yang diikuti oleh PNS tersebut.
2. Bagi PNS yang tidak dapat menyelesaikan Pendidikan dalam kangka
waktu yang tentukan dapat diberikan perpanjangan tugas belajar.
3. Perpanjangan yang dimaksud ayat ( 2 ) adalah selama 1 ( satu )
tahun sesuai kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan atau
instansi
4. Perpanjangan tugas belajar diberikan dengan persyaratan sebagai
berikut :
a. Memperoleh Surat Keterangan dari Rektor/Direktur/Pimpinan
Lembaga Pendidikan tempat studi dan disertai pernyataan
kesaanggupan penyelesaian studi bermatrai cukur ;
b. Mendapatkan persetujuan dari Pimpinan SKPD/Unit Kerja
5. Apabila dalam jangka waktu perpanjanan belum dapat
menyelesaikan tugas belajarnya maka PNS yang bersangkutan dapat
dibeikan perpanjangan kembali selama 1 ( satu ) tahun dengan
perubahan status menjadi izin belajar.
6. Dalam melaksanakan masa perubahan status izin belajar , PNS yang
bersangkutan dapat meninggalkan sebagaimana berlaku bagi Tugas
Belajar.
7. Apabila dalam masa peubahan status izin belajar tersebut yang
bersangkutan tidak dapat menyelesaikan studinya , mka akan
dilimpahkan kepada Sub Bidang Pembina Aparatur BKPPD
Kabupaten Kapuas dan Inspektur Kabupaten Kapuas.

Pembiyaan :
1. Dari segi pembiyaan , tugas belajar bagi PNS di lingungan Pemerintah
Kabupaten Kapuas di bagi menjadi 3 ( tiga ) :
a. Tugas Belajar Beasiswa yaitu : Tugas belajar dengan memperoleh
beasiswa bbaik dari Pemerintah Kabupaten Kapuas, Pemerintah
Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Pusat , Pemerintah
Negara Lain , badan – badan atau organisasi – organisasi swasta
lainnya baik dalam maupun luar negeri.
b. Pembiyaan tugas belajar dapat dilakuakan dengan cost sharig,
dimana sebagain komponen beasiswanya bersumber dari
sponsor atau pihak ketiga dan sebagian lagi bersumber dari APBD
Kabupaten Kapuas sesuai dengan kemmapuan keuangan
Pemerintah Kabupaten Kapuas dan sifatnya tidak mengikat.
c. Tugas belajar tanpa beasiswa, yaitu tugas belajar tanpa
memperoleh beasiswa.
2. Tugas Belajar beasiswa diberikan untuk pendidikan profesi ,
Pendidikan akademik dan program pelatihan di dalam ataupun di luar
negeri.
3. PNS tugas belajar atas biaya dari APBD Kabupaten Kapuas menerima
tunjangan tugas belajar yang dibabankan pada APBD Kabupaten
Kapuas.
4. PNS tugas belajar atas bukan atas biaya dari APBD Kabupaten Kapuas
dapat diberikan biaya pendampingan sesuai dengan kemampuan
Pemerintah Kabupaten Kapuas .
5. PNS tugas belajar atas biaya atas biaya dari pihak ketiga besarnya
tunjangan tugas belajar menjadi tanggung jawab pihak ketiga.
6. PNS tugas belajar yang di biaya dari APBD Kabupaten Kapuas tidak di
berikan biaya perpanjangan tugas belajar.
7. PNS tugas belajar atas biaya dari pihak ketiga , apabila pihak ketiga
tidak memberikan biaya perpanjangan , maka Pemerintah Kabupaten
Kapuas juga tidak akan memberikan biaya perpanjangan.

Hak dan Kewajiban :


Hak kepegawaian PNS yang sedang Tugas Belajar adalah Menerima Gaji,
Kenaikan gaji berkala , Pangkat pangkat/golongan serta hak kepegawaian
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
PNS yang sedang melaksanakan tugas belajar
a. Menandatangani dan mentaati perjanjian Tugas Belajar ;
b. Mengikuti program pendidikan yang telah ditetapkan dalam Surat
Keputusan Tugas Belajar ;
c. Menyelesaikan program pendidikan dengan baik dan tepat waktu
sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan ;
d. Menyampaikan laporan kemajuan akademik secara berkala tiap
semester kepada Bupati, yang diketahui oleh
Rektor/Direktur/Pimpinan Lembaga Pendidikan dimana PNS
melakukan tugas belajar ;
e. Menyampaikan secara tertulis laporan akhir pendidikan kepada
Kepala SKPS/ Unit kerjanya masing-masing selambat- lambatnya 1 (
satu ) bulan setelah berakhir masa studinya, disertai dengan foto copy
ijazah dn transkrip nilai yang telah di legalisir oleh pejabat yang
berwenang , dan surat pengambilan mahasiswa dari universitas
kepada Pemerintah Kabupaten Kapuas melalui Badab Kepegawaian
Daerah Kabupaten Kapuas ;
f. Setelah menyelesaikan pendidikannya PNS yang bersangkutan wajib
bekerja kembali dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas
untuk mendayagunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh bagi
kepentingan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
daerah.
Bagi PNS yang tugas belajar sewaktu-waktu dapat diperiksa
kenbali kesehaannya, untuk menentukan layak tidaknya PNS untuk
melanjutkan studinya.Berdasarkan hasil pemeriksaan PNS yang
bersangkutan dinilai tidak layak maka Bupati dapat menghentikan
tugas belarnya.

Saksi
Bagi PNS yang tugas belajar dan tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana tersebut diatas akan dikenakan saksi sebagai berkut :
a. Teguran tulisan apabila dengan sengaja tidak melaksanakan
kewajiban ;
b. Diberhentikan sementara tunjangan belajar, apabila kewajiban
dimaksud diatas tidak dilaksanakan sebanyak 3 ( tiga ) kali berturut-
turut ;
c. Diberhentikan secara tetap apabila dalam 4 ( empat ) semester
berturut-turut tidak menyampaikan laporan kemajuan akademik
kepada Bupati ;
d. Mengembalikan semua biaya tunjangan tugas belajar yang telah
diterimanya apabila :
1. Mengundurkan diri dari tugas belajar atas kehendak sendiri
2. Dalam waktu perpanjangan tidak dapat menyelesaikan tugas
belajarnya ;
3. Dikeluarkan oleh lembaga Pendidikan karena tidak mampu
mengikuti proses belajar dan sebab-sebab lain ;
4. Di masa tugas belajar, PNS yang bersangkutan di jatuhi hukuman
disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan ketentuan
perundang- undangan.

Monitoring dan evaluasi


1. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten
Kapuas sebagai pelaksana yang ditunjuk oleh Bupati bertugas
untuk melakukan pemantauan, penilaian dan evaluasi kepada
PNS yang sedang tugas belajar ;
2. Pelaksanaan Pemantauan, penilaian dan evaluasi dilaksanakan
tiap 6 ( enam ) bulan ;
3. Hasil pemantauan, penilaian dan evaluasi dilaporkan kepada
Bupati Kapuas dengan tembusan Kepala SKPD/ Unit kerja yang
bersangkutan setiap 6 ( enam ) bulan sekali ;
4. Bagi PNS yang lulus tugas belajar strata 1 ( S1 ) dan Strata 2 ( S2 )
dapat melanjutkan pendidkan ke jenjang yang lebih tinggi
aapabila telah mengabdi minimal 2 ( dua ) tahun.

Ijin Belajar
1. Dasar Hukum
Edaran Peraturan Bupati Kapuas Nomor : 33 Tahun 2015 , tanggal 24
Agustus 2015 dan Surat Edaran Nomor 800/1467/DKL-BKPPD/2016 ,
Tanggal 07 September 2016 tentang Tugas Belajar dan Izin Belajar.
PNS yang akan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan
biaya sendiri harus mamperoleh izin belajar dari Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah.
Izin belajar diberikan dengan persyaratan :
a. Berstatus sebagai PNS dengan ketentuan sebagai berikut :
1. SLTA ke S1 pangkat serendah – rendahnya Pengatur Muda (II/a)
dengan masa kerja 1 ( satu ) tahun dari TMT pangkat terakhir ;
2. D.III ke S1 pangkat serendah – rendahnya Pengatur (II/c) dengan
masa kerja 1 ( satu ) tahun dari TMT pangkat terakhir ;
3. S1 ke S2 pangkat serendah – rendahnya Penata Muda (III/a) dengan
masa kerja 1 ( satu ) tahun dari TMT pangkat terakhir ;
b. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan daam 1 ( satu ) tahun
terakhir sekurang-kuangnya bernilai baik ;
c. Tidak menjalani hukuman disiplin ;
d. Tidak sedang menjalani pemberhentian sementara sebagai PNS ;
e. PNS belum berstatus sebagai siswa/ mahasiswa ;
f. Bidang pendidikan yang akan ditempuh harus mempunyai relevansi
dengan tugas pokok dan fungsi jabatan pada SKPD yang bersangkutan
;
g. Bidang Pendidikan yang diikuti relevan dengan pendidikan terakhir :
h. Jarak tempat kerja dengan likasi pekuliahan terjangkau dengan
estimasi waktu tempuh kurang dari 2 ( dua ) jam ;
i. Program studi di dalam neheri yang akan diikuti telah mendapatkan
persetujuan dari Menteri yang membidangi dan minimal terakreditasi
B dari lembaga yang berwenang ;
j. Perguruan tinggi yang di tuju adalah perguruan tinggi yang
memperoleh izin resmi penyelenggaraan program studi dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi serta bukan merupakan kelas jauh atau perguruan
tinggi diluar domisili kecuali Universitas Terbuka ;
k. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di luar jam kerja dan tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan ;
l. Biaya pendidikan di tanggung oleh PNS yang bersangkutan dan tidak
berhak menuntut kenaikan pangkat penyesuaian ijazah ;
m. Dengan beberapa pertimbangan , izin belajar berprestasi dapat
diberikan beasiswa izin belajar berprestasi yang kemudian akan
ditentukan dengan pedoman beasiswa izin belajar berprestasi.

Pemberian izin belajar untuk mengikuti pendidikan jenjang strata 3 ( S3 )


harus melalui pertimbangan Badan Pertimbangan Jabatan dan
Kepangkatan ( Baperjakat )

Tata Cara dan Prosedur


Tata cara dan Prosedur dalam penerbitan Surat izin belajar :
a. Sebelum mendaftar pada sekolah / universitas , PNS yang memenuhi
persyaratan , wajib mengajukan permohonan izin belajar secara
hirarki melalui Pimpinan SKPD/Unit Kerja ;
b. Pinpinan SKPD/ Unit dapat menyetujui atau menolak terhadap
permohoanan izin belajar tersebut ;
c. Apabila menyetujui , pimpinan SKPD/ unit kerja wajib membuat
rekomendasi dan meneruskan permohoanan izin belajar dimaksud
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah ;
d. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka permohonan di
kembalikan ke Pimpinan SKPD/unit kerja ;
e. Apabila Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menyetujui maka
diterbitkan Surat izin Belajar.

Hak dan Kewajiban


Hak PNS yang memperoleh Surat izin Belajar adalah sebagai berikut :
a. Menerima gaji, kenaikan gaji berkala, serta hak kepegawaian lainnya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan ;
b. Mengajukan beasiswa izin belajar berprestasi untuk kemudian
diseleksi oleh BKPPD Kabupaten Kapuas.

Kewajiban PNS yang memperoleh Surat izin Belajar adalah sebagai


berikut :
a. Melaksanakan tugas kedinasan sesuai dengan uraian tugas pokok
dan fungsi pada SKPD tempat PNS bekerja sesuai dengan ketentuan
jam kerja ;
b. Menyampaikan laporankemajuan akademik secara berkala tiap
semester kepada pimpinan SKPD/ unit kerjanya ;
c. Menyampaikan laporan akhir kepada Pimpinan SKPD/Unit kerjanya
masing-masing disertai fotocopy ijazah dan transkrip nilai yang telah
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang ; dan
d. Mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

Saksi
Bagi PNS yang tidak melaksanakan kewajiban untuk tugas kedinasan
sesuai dengan uraian tugas pokok dan fungsi pada SKPD tempat PNS
bekerja sesuai ketentuan jam kerja dikarenakan alas an sekolah / kuliah ,
maka izin Belajr di cabut dan yang bersangkutan dikenakan hukuman
disiplin Pegawai Negeri Sipil berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.

Вам также может понравиться