Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. Kebijakan Umum
Seorang pegawai di suatu instansi juga dapat memiliki berbagai jenis dokumen yang dihasilkan
pada saat mereka bekerja pada instansi tersebut. Dengan terciptanya berbagai dokumen tersebut,
maka sebaiknya dilakukan pengelolaan dokumen yang baik pula. Pelaksanakan pengelolaan
dalam rangka meningkatkan pentingnya dokumen/berkas tata naskah / arsip pegawai baik
Negeri maupun Swasta sebagai salah satu sumber informasi manajemen kepegawaian yang
dapat membentuk citra positif arsip/tata naskah kepegawaian.
Jika pengelolaan dokumen kepegawaian dapat tertata dengan baik maka akan menciptakan
pengurusan administrasi kepegawaian yang efektif dan efesien. Adapun beberapa fungsi lain dari
ketersediaan dokumen kepegawaian antara lain sebagai berikut:
1. Bukti fisik yang disusun secara kronologis sejak seorang menjadi pegawai sampai
dengan masa berakhir tugas.
2. Instrumen yuridis jika terjadi sengketa pegawai. Instrumen yuridis dimaksudkan sebagai
bukti hukum baik bagi si pegawai maupun intansi/perusahaannya.
3. Bukti akuntabilitas kinerja suatu instansi.
B. Kebijakan Khusus
1. Map Arsip
Adalah lipatan kertas/ plastik tebal untuk menyimpanan arsip dengan Brief Ordner (map besar
berlobang).
2. Sekat Petunjuk
Adalah alat yang terbuat dari kartas warna / plastik warna yang berfungsi sebagai penunjuk,
pembatas atau penyangga deretan di dalam berkas.
3. Almari Arsip
Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip dalam bentuk lemari yang terbuat dari kayu,
agar terhindar dari rayap, gigitan tikus, terhindar dari bencana alam misalnya dari banjir , api dll
4. Rak Arsip
Adalah alamari tanpa daun pintu atau dinding pembatas untuk menyimpan arsip yang terlebih
dahulu dimasukkan dalam ordner atau kotak arsip.
6. Berkas Peringatan
Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip/ kartu-kartu yang memiliki tanggal jatuh
tempo.
7. Lemari Arsip
Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan arsip yang terlebih dahulu dimasukkan ke dalam
folder/ map arsip.
8. Ruangan Arsip
Adalah Tempat penyimpanan lemari arsip yang terbuat dari aluminium dan kaca tertutup rapat
menggunakan satu pintu tanpa jendela ber AC.
b. Vertikal Filing
Penyimpanan arsip dengan cara arsip dimasukkan dalam folder/ map arsip kemudian diletakkan
berdiri/ tegak memanjang (sisi panjang arsip sejajar dengan lipatan folder/ map) dan disusun
berurutan dari depan ke belakang.
c. Lateral Filling
Penyimpanan arsip dengan cara arsip dimasukkan dalam snelhechter atau brief ordner untuk PNS
brief ordner warna hitam dan untuk Tenaga Kontrak Non PNS brief ordner warna Biru dengan
susunan berkas sesuai lampiran ceklis , kemudian diletakkan berdiri dengan punggung di depan.
10. Prosedur Penyimpanan Arsip
a. Meneliti dulu tanda pada lembar disposisi apakah surat tersebut sudah boleh untuk
disimpan ( meneliti tanda pelepas surat/ release mark ).
Tanda pelepas surat biasanya berupa disposisi dep. (deponeren) yang menunjukkan perintah
untuk menyimpanan surat.
c. Menyortir atau memisah-misahkan surat sesuai dengan bagian, masalah atau tujuan
surat.Kegiatan menyortir/ memisah-misahkan surat sebelum disimpan biasanya dilakukan
dengan menggunakan rak/ kotak sortir.
Konversi NIP
Setiap Calon Pegawai Negeri Sipil ( CPNS ) / Pegawai Negeri Sipil ( PNS )
diberikan NIP. NIP ditetapkan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara
dan berlaku selama yang bersangkutan menjadi PNS, pensiunan PNS,
atau janda/dudanya. NIP berlaku juga bagi keluarga yang menjadi
tanggungan PNS dan penerima pensiun serta orangtua penerima pensiun
PNS yang tewas.
PNS yang pindah antar instansi pemerintah atau
diperbantukan/dipekerjakan atau ditugaskan kepada instansi lain tetap
menggunakan NIP yang telah ditetapkan baginya.
NIP berfungsi sebagai nomor identitas dalam hal :
1. Pembinaan karier PNS;
2. Pelayanan gaji;
3. Pelayanan pensiun;
4. Pelayanan asuransi sosial;
5. Pelayanan tabungan;
6. Pengelolaan administrasi kepegawaian;
7. Pelayanan lain yang bermanfaat bagi PNS.
NIP lama terdiri dari 9 digit, saat itu NIP merupakan singkatan dari
Nomor Induk Pegawai. Makna dari 9 angka tersebut yaitu 2 angka
pertama menunjukan Instansi dimana PNS yang bersangkutan terdaftar
pada waktu PUPNS tahun 1974 atau instansi yang mengangkat pertama
kali sebagai CPNS/PNS. Sedangkan 7 angka berikutnya menunjukan
nomor urut PNS yang bersangkutan pada Instansi.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Kepala BKN Nomor 22 Tahun 2007 tentang Nomor Identitas
Pegawai Negeri Sipil.
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 43 Tahun 2007 tentang Tata cara
Permintaan, Penetapan dan Penggunaan NIP.
NIP yang salah seperti kesalahan penulisan nama (salah huruf atau
spasi), kesalahan tanggal lahir, TMT CPNS, atau jenis kelamin. Kesalahan
pada SK Konversi akan berakibat pada salahnya data PNS pada data base
BKN salahnya KPE, SK Kenaikan Pangkat, dan produk keputusan
lainnya. Karena itu kesalahan SK Konversi NIP harus segera diperbaiki.
Persyaratan pengurusan perbaikan konversi NIP sbb:
a. Surat pengantar dari SKPD
b. Foto copy SK Konversi NIP yang salah
c. Foto copy SK CPNS
d. Foto copy ijazah sebagai dasar pengangkatan CPNS
Prosedur
B. Dasar Hukum
Keputusan Kepala BAKN No. 01/KEP/1994 tentang Penetapan KARPEG
PNS.
C. Pengurusan Karpeg
1. Pembuatan Karpeg
Persyaratan pembuatannya sbb:
Surat Pengantar dari SKPD.
Fotocopy SK CPNS.
Fotocopy SK PNS
Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar dan 2x3 sebanyak 3
lembar
Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT).
Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan
Persyaratan di atas dilegalisir dan dibuat rangkap 2.
A. Deskripsi KPE
C. Pengurusan KPE
Kartu Taspen
Setiap Pegawai Negeri Sipil wajib menjadi peserta dari suatu badan
asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah, dalam hal ini adalah PT.
Taspen. Sebagai bukti kepesertaan, PT. Taspen Persero menerbitkan
Kartu Taspen bagi pesertanya. Kepesertaan asuransi dimaksudkan
untuk memberikan jaminan hari tua berupa pemberian uang pensiun
setiap bulan dan Tabungan Hari Tua (THT) kepada Pegawai Negeri Sipil
atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1974 tentang Tunjangan
Kerja Bagi Pegawai Negeri dan Pejabat Negara.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974
tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan
Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat
Negara, dan Penerima Pensiun.
3. Keputusan Persiden RI Nomor 8 Tahun 1977 tentang Perubahan dan
Tambahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan,
Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran yang Dipungut dari Pegawai
Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun.
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002 tentang
Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua bagi Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor:500/KMK.06/2004.
Penghasilan hak atas gaji CPNS adalah 80% (delapan puluh persen)
dari gaji pokok PNS, mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan
secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat
pernyataan oleh kepala kantor atau satuan organisasi yang
bersangkutan. Surat pernyataan telah melaksanakan tugas dibuat oleh
kepala kantor atau satuan organisasi selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah yang bersangkutan secara nyata telah melaksanakan
tugas.
B. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi
Pegawai Negeri Sipil;
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang
Pengadaan Pegawai Negeri Sipil;
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian PNS;
Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11
Tahun 2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 9 Tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan CPNS.
C. Pemberhentian CPNS
Setiap CPNS diwajibkan menjalani masa percobaan selama 1 tahun.
CPNS yang selama menjalani masa percobaan dinyatakan cakap
diangkat sebagai PNS. CPNS yang dinyatakan tidak cakap maka
diberhentikan dengan hormat sebagai CPNS. CPNS pun dapat
diberhentikan dengan tidak hormat.
CPNS yang oleh Kepala BKN dinyatakan tewas atau cacat karena dinas
dan tidak dapat bekerja lagi disemua jabatan negeri, dengan keputusan
Kepala BKN atau Kepala Kantor Regional BKN diangkat menjadi PNS dan
diberikan hak-hak kepegawaian sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
CPNS yang tewas diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1 (satu)
pada bulan yang bersangkutan dinyatakan tewas.
CPNS yang cacat karena dinas, yang oleh Tim Penguji Kesehatan
dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan Negeri,
diangkat menjadi PNS terhitung mulai tanggal 1 (satu) pada bulan
ditetapkannya Surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan, dan
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan diberikan hak-hak
kepegawaian sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Pengangkatan menjadi PNS bagi CPNS yang tewas atau cacat karena
dinas ditetapkan dengan keputusan Kepala BKN/Kantor Regional BKN
baik bagi CPNS Pusat maupun Daerah. Sedangkan Pemberhentian CPNS
ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian yang
bersangkutan.
Pengangkatan CPNS menjadi PNS
CPNS yang telah menjalani masa percobaan selama 1 tahun, diangkat
sebagai PNS apabila memenuhi syarat berikut:
a. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-kurangnya
bernilai baik.
b. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk
diangkat menjadi PNS.
c. Telah lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan
CPNS diangkat menjadi PNS dengan Keputusan Bupati Agam dan
diberikan pangkat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan gaji pokok sesuai dengan golongan dan ruang
penggajiannya.
Persyaratan Pengangkatan CPNS menjadi PNS sebagai berikut :
a. Fotocopy SK CPNS
b. Fotocopy Surat Tanda Lulus Diklat Prajabatan
c. Fotocopy DP3 1 tahun terakhir
d. Foto copy Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT)
e. Asli Surat Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesehatan dan foto copy
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan
Pegawai Negeri Sipil;
2. Surat Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun
2002 tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2002.
B. Dasar Hukum
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994, tentang Pengangkatan
Dalam Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
C. Pengangkatan pertama dalam jabatan fungsional.
Adapun persyaratanya sebagai berikut:
1. Berkedudukan sebagai PNS
2. Memiliki ijazah sesuai dengan tingkat pendidikan dan kualifikasi
pendidikan yang ditentukan
3. Telah menduduki pangkat menurut ketentuan yang berlaku
4. Telah lulus pendidikan dan pelatihan fungsional yang ditentukan
5. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3
sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 tahun terakhir.
Dengan menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a. Foto copy SK CPNS
b. Foto copy SK PNS
c. SK Pangkat Terakhir (jika pernah naik pangkat)
d. Ijazah Terakhir
e. Penilaian Angka Kredit Pertama
f. SPMT (bagi yang belum pernah naik pangkat)
A. Deskripsi SKP
5. Transparan
Adalah seluruh proses dan hasil penilaian prestasi kerja bersifat terbuka
dan tidak bersifat rahasia.
Penilaian prestasi kerja PNS terdiri atas unsur :
a. SKP;
b. Perilaku kerja.
Penilaian prestasi kerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas
pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan
sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil.
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 1 Tahun 2013 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
3. Instruksi Bupati Agam Nomor 800/03/BKD-2013 tentang Penilaian
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
C. Pembuatan SKP
1. Setiap PNS wajib menyusun SKP
2. SKP memuat tugas jabatan dan target yang harus dicapai dalam kurun
waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat diukur.
3. SKP harus disetujui dan ditetapkan oleh pejabat penilai
4. Dalam hal SKP yang disusun oleh PNS tidak disetujui oleh pejabat
penilai maka keputusannya diserahkan kepada atasan pejabat penilai
dan bersifat final
5. SKP ditetapkan setahun sekali pada bulan Januari
6. Dalam hal terjadi perpindahan pegawai setelah bulan Januari maka
yang bersangkutan tetap menyusun SKP pada awal bulan sesuai dengan
surat perintah melaksanakan tugas atau surat perintah menduduki
jabatan.
7. PNS yang tidak menyusun SKP dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
disiplin PNS
D. Penilaian SKP
Penilaian SKP paling sedikit meliputi aspek kuantitas, kualitas, dan waktu,
sesuai dengan karakteristik, sifat, dan jenis kegiatan pada masing-masing
unit kerja. Dalam hal kegiatan tugas jabatan didukung oleh anggaran
maka penilaian meliputi aspek biaya.
Dalam hal realisasi kerja melebihi dari target maka penilaian SKP
capaiannya dapat lebih dari 100 (seratus). Dalam hal SKP tidak tercapai
yang diakibatkan oleh faktor diluar kemampuan individu PNS maka
penilaian didasarkan pada pertimbangan kondisi penyebabnya.
Penilaian perilaku kerja meliputi aspek: orientasi pelayanan, integritas,
komitmen, disiplin, kerjasama; dan kepemimpinan.
Penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki
jabatan struktural.
Penilaian perilaku dilakukan melalui pengamatan oleh pejabat penilai
terhadap PNS sesuai kriteria yang ditentukan. Pejabat penilai dalam
melakukan penilaian perilaku kerja PNS dapat mempertimbangkan
masukan dari pejabat penilai lain yang setingkat di lingkungan unit kerja
masing-masing. Nilai perilaku kerja dapat diberikan paling tinggi 100
(seratus).
Penilaian prestasi kerja dilaksanakan oleh pejabat penilai sekali dalam 1
(satu) tahun. Penilaian prestasi kerja dilakukan setiap akhir Desember
pada tahun yang bersangkutan dan paling lama akhir Januari tahun
berikutnya.
Pejabat penilai wajib melakukan penilaian prestasi kerja terhadap setiap
PNS di lingkungan unit kerjanya. Pejabat penilai yang tidak melaksanakan
penilaian prestasi kerja dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur disiplin PNS.
Hasil penilaian prestasi kerja diberikan langsung oleh pejabat penilai
kepada PNS yang dinilai. PNS yang dinilai dan telah menerima hasil
penilaian prestasi kerja wajib menandatangani serta mengembalikan
kepada pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterimanya hasil penilaian prestasi kerja. PNS yang dinilai dan/atau
pejabat penilai tidak menandatangani hasil penilaian prestasi kerja maka
hasil penilaian prestasi kerja ditetapkan oleh Atasan Pejabat Penilai.
Pejabat penilai wajib menyampaikan hasil penilaian prestasi kerja kepada
atasan pejabat penilai paling lama 14 (empat belas) hari sejak tanggal
diterimanya penilaian prestasi kerja.
Dalam hal PNS yang dinilai keberatan atas hasil penilaian maka PNS yang
dinilai dapat mengajukan keberatan disertai dengan alasan-alasannya
kepada atasan pejabat penilai secara hierarki paling lama 14 (empat belas)
hari sejak diterima hasil penilaian prestasi kerja. Atasan pejabat penilai
berdasarkan keberatan yang diajukan wajib memeriksa dengan seksama
hasil penilaian prestasi kerja yang disampaikan kepadanya. Terhadap
keberatan, atasan pejabat penilai meminta penjelasan kepada pejabat
penilai dan PNS yang dinilai.
Atasan pejabat penilai wajib menetapkan hasil penilaian prestasi kerja dan
bersifat final. Dalam hal terdapat alasan-alasan yang cukup, atasan
pejabat penilai dapat melakukan perubahan nilai prestasi kerja PNS.
SKP ini berlaku juga bagi Calon PNS. Penilaian prestasi kerja bagi PNS
yang diangkat sebagai pejabat negara atau pimpinan/anggota lembaga
nonstruktural dan tidak diberhentikan dari jabatan organiknya dilakukan
oleh pimpinan instansi yang bersangkutan berdasarkan bahan dari
instansi tempat yang bersangkutan bekerja.
Penilaian prestasi kerja bagi PNS yang sedang menjalankan tugas belajar
di dalam negeri dilakukan oleh pejabat penilai dengan menggunakan
bahan- bahan penilaian prestasi akademik yang diberikan oleh pimpinan
perguruan tinggi atau sekolah yang bersangkutan. Penilaian prestasi kerja
bagi PNS yang menjalankan tugas belajar di luar negeri dilakukan oleh
pejabat penilai dengan menggunakan bahan-bahan penilaian prestasi
akademik yang diberikan oleh pimpinan perguruan tinggi atau sekolah
melalui Kepala Perwakilan Republik Indonesia di negara yang
bersangkutan.
PNS yang diangkat menjadi pejabat negara atau pimpinan/anggota
lembaga nonstruktural dan diberhentikan dari jabatan organiknya, Cuti
Diluar Tanggungan Negara, Masa Persiapan Pensiun, diberhentikan
sementara, dikecualikan dari kewajiban ini.
Ujian Dinas
Setiap PNS yang akan naik pangkat ke dalam golongan yang lebih tinggi
diharuskan menempuh dan lulus ujian dinas bagi mereka yang telah
menduduki pangkat pengatur tingkat I golongan ruang II/d dan penata
tingkat I golongan ruang III/d sekurang-kurangnya 2 tahun dan tidak
dalam keadaan diberhentikan sementara, menerima uang tunggu dan cuti
diluar tanggungan negara.
Ujian Dinas Tingkat I adalah untuk kenaikan pangkat dari pengatur
Tingkat I (II/d) menjadi penata Muda (III/a), sedangkan Ujian Dinas
Tingkat II adalah untuk kenaikan pangkat dari Penata Tingkat I (III/d)
menjadi pembina (IV/a).
PNS yang dikecualikan dalam Ujian Dinas
1. Akan diberikan kenaikan pangkat karena telah menunjukan prestasi
kerja luar biasa baiknya;
2. Akan diberikan kenaikan pangkat karena menemukan penemuan baru
yang bermanfaat bagi negara;
3. Akan diberikan kenaikan pangkat pengabdian, karena meninggal dunia
atau mencapai batas usia pensiun atau oleh tim penguji kesehatan
dinyatakan cacat karena dinas.
4. Telah mengikuti dan lulus Diklatpim, yakni Sepada/Adum/Sepala/
Diklatpim tingkat IV untuk Ujian Dinas Tk. I; dan
Sepadya/Spama/Diklatpim Tk. III untuk Ujian Dinas Tk. II.
5. Telah memperoleh ijazah Sarjana (S1) atau Diploma IV untuk Ujian
Dinas Tk. I atau ijazah Dokter, Ijazah Apoteker, Magister (S2) dan ijazah
lain yang setara/Doktor (S3)., untuk Ujian Dinas Tk II.
6. Menduduki jabatan fungsional tertentu.
Kepada PNS yang lulus ujian dinas diberikan tanda lulus ujian dinas.
Tanda lulus ujian dinas berlaku sepanjang PNS yang bersangkutan belum
naik pangkat.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
2. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002
tanggal 17 Juni 2002 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai
Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2002;
3. Surat Edaran Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara
dan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor 12/SE/1981 dan Nomor
193/Seklan/8/1981 tentang Pelaksanaan Ujian Dinas.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
B. Dasar Hukum
1. PP No. 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
2. PP No. 12 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 1999 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri
Sipil.
3. Keputusan Kepala BKN No. 12 Tahun 2002 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002
Catatan:
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Ijazah dan transkrip nilai dilegalisir oleh Kepala Sekolah/
Rektor/Dekan/Pembantu Dekan Bidang Akademik/Ketua/
Pejabat Kopertis wilayah dimana Universitas tersebut berada.
Pemindahan PNS
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil
3. Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
C. Pengurusan Pindah
1. Pindah Ke Dalam Kabupaten
PNS yang bekerja pada departemen/propinsi/kabupaten kota lain, dapat
mengajukan pindah ke Kabupaten . Adapun persyaratan pengurusannya
sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Rekomendasi dari tempat yang dituju
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan
tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh
Inspektorat daerah asal
10) Surat kesediaan melepas dari Bupati/Walikota/Sekretaris Daerah
asal.
11) Daftar Riwayat Hidup.
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
2. Pindah Keluar Kabupaten
Sebaliknya PNS yang bekerja pada Pemerintah Kabupaten dapat
mengajukan pindah ke departemen/propinsi/kabupaten kota lain.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Rekomendasi dari tempat yang dituju
10) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan
tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh
Inspektorat Kabupaten/Instansi
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Adapun Prosedur perpindahan PNS ke dalam maupun keluar
Kabupaten/Instansi secara umum dijelaskan sebagai berikut:
o Perpindahan harus didasarkan atas persetujuan dari instansi asal
dan instansi penerima sesuai dengan kebutuhan;
o Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi yang membutuhkan
mengeluarkan surat persetujuan untuk menerima kepindahan PNS
yang ditujukan kepada pimpinan instansi asal PNS untuk
mendapat persetujuan;
o Apabila Pimpinan Instansi asal ybs. menyetujui, maka Pimpinan
Instansi asal membuat Surat Pernyataan Persetujuan
o Sebelum mengeluarkan persetujuan, akan dibawa dulu dalam
Sidang Majelis Pertimbangan Pegawai (MPP), dan dimintakan
persetujuan Pejabat Pembina Kepegawaian.
o Mutasi PNS antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan
oleh gubernur setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN.
o Mutasi PNS antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar
provinsi ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri setelah memperoleh pertimbangan
kepala BKN.
o Mutasi PNS provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau
sebaliknya, ditetapkan oleh kepala BKN.
o Mutasi PNS antar-Instansi Pusat ditetapkan oleh kepala BKN.
o Berdasarkan ketetapan di atas, Pimpinan Instansi penerima
menerbitkan surat keputusan penempatan.
3. Pindah kedalam Kabupaten
Sama halnya dengan perpindahan antar kabupaten/kota, pindah PNS
dalam kabupaten dikarenakan oleh kebutuhan organisasi dan juga ada
karena kebutuhan atau keinginan PNS itu sendiri.
Adapun persyaratan pengurusannya sebagai berikut:
1) Permohonan
2) Foto copy Karpeg dan foto copy KPE
3) Foto copy SK CPNS
4) Foto copy SK PNS
5) Foto copy SK Pangkat Terakhir
6) DP3 dalam 1 tahun terakhir
7) Persetujuan kepala unit kerja
8) Surat pernyataan tidak memanfaatkan barang inventaris
9) Surat keterangan tidak sedang dalam pemeriksaan Inspektorat dan
tidak sedang menjalani hukuman disiplin yang dikeluarkan oleh
Inspektorat .
Masing-masing persyaratan dilegalisir rangkap 2(dua).
Adapun prosedur pindah kedalam sebagai berikut:
o SKPD yang membutuhkan atau PNS yang bersangkutan
mengusulkan perpindahan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
yang dituju melalui pimpinan instansi.
o Jika perpindahan tersebut atas inisiatif PNS yang bersangkutan,
maka usulan baru dapat diteruskan setelah mendapat persetujuan
kepala SKPD/Unit Kerja.
o Permohonan pindah ini akan dibahas dalam Sidang MPP dan
kemudian dimintakan persetujuan oleh Baperjakat.
o Jika Pejabat Pembina Kepegawaian telah setuju, maka akan
diterbitkan SK Perpindahan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian yang
bersangkutan terkait perpindah PNS tersebut.
Disiplin PNS
B. Landasan Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil
2. Peraturan Kepala BKN Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil
3. Peraturan Bupati Kapuas Nomor 26 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Peraturan Bupati Kapuas Nomor 2 Tahun 2011 Tentang
Pelaksanaan 5 (Lima) Hari Kerja di Lingkungan Satuan Kerja Perangkat
Daerah kabupaten Kapuas
4. Peraturan Bupati Kapuas Nomor 178 Tahun 2008 tentang Penetapan
Pakaian Kerja di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas.
Kewajiban PNS
Setiap PNS wajib:
1. Mengucapkan sumpah/janji PNS
2. Mengucapkan sumpah/ janji jabatan
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah;
4. Menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;
5. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
6. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
7. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
9. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
10. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau
Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil;
11. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-baiknya;
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier; dan
17. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
Larangan
Setiap PNS dilarang:
1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain
dan/atau lembaga atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
5. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara secara tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan,
atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan
tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;
7. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun
baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan dalih
apapun untuk diangkat dalam jabatan;
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun
juga yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan
12. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;
b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai
atau atribut PNS;
c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain;
dan/atau
d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan
cara:
a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye; dan/atau
b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat;
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah atau calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan
cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda
Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
peraturan perundang-undangan.
15. Memberikan dukungan kepada Calon Kepala Daerah/ Wakil Kepala
Daerah dengan cara :
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah;
b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam
kegiatan kampanye;
c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu pasangan calon selama masa
kampanye; dan/atau
d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat.
Perkawinan PNS
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor l Tahun 1974 tentang Perkawinan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan
Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan
Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan
dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil;
5. Surat Edaran Kepala Badan Admisnistrasi Kepegawaian Negara Nomor
08/SE/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai
Negeri Sipil;
6. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi
Pegawai Negeri Sipil.
7. Surat (isikan pejabat yang terkait, contoh Sekretaris Daerah Kabupaten
Lombok Timur Nomor .../..../BKD-....tanggal .....,......,........ tentang Tata
Cara Permohonan Izin Perceraian.
Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat
harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku,
tindakan, dan ketaatan kepada peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Oleh sebab itu perceraian haruslah dihindari oleh PNS.
1. Deskripsi Diklat
Diklat PNS adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pegawai. Sasaran
Diklat PNS adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang
sesuai dengan persyaratan masing-masing jabatan.
Diklat PNS terdiri dari 2 jenis, yakni diklat prajabatan dan diklat dalam
jabatan.
2. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat I
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 11 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat II
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat III
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 13 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 22 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan CPNS Golongan I dan II
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 21 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan CPNS Golongan III
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 18 Tahun
2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan I, II dan III yang diangkat dari Tenaga Honorer
Kategori 1 dan/atau Kategori 2
Peraturan Bupati Kapuas Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan
Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar bagi Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kapuas.
3. Tujuan Diklat
Meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan sikap untuk
alat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan
dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan
instansi.
Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu
dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi
pada pelayanan, pengayoman dan pemberdayaan masyarakat.
Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam
melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi
terwujudnya kepemerintahan yang baik.
1. Diklat Prajabatan
Merupakan diklat yang dipersyaratkan dalam pengangkatan CPNS
menjadi PNS. Setiap CPNS untuk diangkat menjadi PNS wajib
mengikuti dan lulus diklat prajabatan. CPNS wajib diikutsertakan
dalam diklat prajabatan selambat-lambatnya 1 tahun setelah
pengangkatannya sebagai CPNS.
Diklat prajabatan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan
dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian
dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang system
penyelenggaraan pemerintah negara, bidang tugas dan budaya
organisasinya agar mampu melaksanakan tugas dan peranannya
sebagai pelayan masyarakat.
Diklat prajabatan terdiri dari:
Diklat Prajabatan Gol I untuk CPNS berijazah SLTP kebawah;
Diklat Prajabatan Gol II untuk CPNS berijazah SLTA sampai D3;
Diklat Prajabatan Gol III untuk CPNS berijazah Diploma IV/S1.
Diklat Fungsional.
Diklat fungsional merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan
jenjang jabatan fungsional.
Jenis dan jenjang diklat fungsional:
1) Diklat fungsional keahlian, yaitu diklat yang memberikan
pengetahuan dan keahlian fungsional tertentu yang
berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas jabatan
fungsional keahlian yang bersangkutan;
2) Diklat fungsional keterampilan yaitu diklat yang
memberikan pengetahuan dan keterampilan fungsional
tertentu
Diklat teknis
Diklat Teknis merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS. Kompetensi teknis yang dimaksud
adalah kemampuan PNS dalam bidang- bidang teknis tertentu
untuk pelaksanaan tugas masing-masing.
Diklat teknis merupakan diklat yang dilaksanakan untuk
mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas PNS.
Kompetensi teknis yang dimaksud adalah kemampuan PNS
dalam bidang- bidang teknis tertentu untuk pelaksanaan tugas
masing-masing
1. Tugas Belajar
Tugas Belajar adalah penugasan yang diberikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk mengikuti atau
melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi negeri sebagaimana
ditetapkan oleh Pemerintah, dan kepada Pegawai Negeri Sipil tersebut
diberikan bantuan biaya pendidikan sesuai dengan yang dianggarkan
dalam anggaran tahun berjalan.
Tugas Belajar Mandiri adalah penugasan yang diberikan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian kepada Pegawai Negeri Sipil untuk mengikuti atau
melanjutkan pendidikan formal ke perguruan tinggi negeri sebagaimana
ditetapkan oleh Pemerintah dengan biaya pendidikan ditanggung sendiri
oleh Pegawai Negeri Sipil.
Tugas belajar diberikan dengan persyaratan sebagai berikut :
a. Berstatus sebagai PNS
b. Pendidikan yang akan di tempuh sesuai/ relevan dengan tugas pokok
dan fungsi jabatan pada SKPD yang bersangkutan
c. Pendidikan yang akan di tempuh sesuai/relevan dengan latar
belakang pendidikan terakhir yang dimilikinya dan tersedia formasi
pada SKPD/organisasi yang membutuhkan latar belakang
pendidikan tersebut.
d. Telah mempunyai masa kerja dengan pangkat terakhir dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Pendidikan SLTA ke D.III pangkat minimal Pengatur Muda Tk.I
golongan ruang II/b
2. Pendidikan SLTA ke S.1 pangkat minimal Pengatur Muda Tk.I
golongan ruang II/b
3. Pendidikan D.III ke S.1 pangkat minimal Pengatur golongan II/c
dan atau 1 tahun terhitung mulai tanggal ( TMT ) sebagai PNS
pangkat II/c.
4. Pendidikan S.1 ke S.2, pangkat minimal Penata Muda III/a dan
atau 2 ( dua ) tahun masa kerja.
5. Untuk bidang ilmu yang langka serta di perlukan oleh organisasi
dapat diberikan sejak diangkat sebagai PNS sesuai yang di
tentukan.
e. Dinyatakan lulus seleksi dari perguruan tinggi Negeri minimal
berakreditasi B, Perguruan Tinggi Swasta berakreditasi A atau
Sekolah Kedinasan
f. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam 1 tahun
terakhir bernilai baik
g. Berbadan sehat yang dinyatakan oleh dokter pemerintah
h. Memenuhi ketentuan usia berdasarkan jenjng pendidikan :
1. SLTA ke D.III , D.IV atau S.1 umur setinggi – tingginya 25 tahun
2. S.1 ke S.2 umur setinggi- tingginya 37 tahun, S.3 maksimal
berumur 40 tahun.
3. Berumur setinggi – tingginya 40 tahun untuk pendidikan profesi
4. S.2 ke S.3 sampai dengan pendidikan formal selanjutnya umur
setingi – tingginya 40 tahun.
5. Program studi di dalam negeri yang akan diikuti telah mendapat
persetujuan dan akreditasi minimal B untuk Pengurus Tinggi
Negeri serta akreditasi minimal A untuk Perguruan Tinggi Swasta
dari lembaga yang berwenang.
2. Tidak mengajukan usulan pindah selama 10 ( sepuluh ) tahun
setelah selesai tugas belajar
3. Bagi PNS yang telah selesai melaksanakan tugas belajar dapat
dikirimkan kembali untuk tugas belajar ke jenjang yang lebih tinggi
minimal 2 ( dua ) tahun terhitung mulai tanggal ( TMT ) yang
bersangkutan kembali bekerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Kapuas.
4. PNS tidak berhak menuntut penyesuaian ijazah kedalam pangkat
yang lebih tinggi , kecuali terdapat formasi
5. Sanggup mentaati semua ketentuan peraturan perundang-undangan
dan ketentuan tugas belajar.
Jangka Waktu :
1. Jangka Waktu Tugas Belajar Adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan yang telah ditentukan oleh
lembaga pendidikan yang diikuti oleh PNS tersebut.
2. Bagi PNS yang tidak dapat menyelesaikan Pendidikan dalam kangka
waktu yang tentukan dapat diberikan perpanjangan tugas belajar.
3. Perpanjangan yang dimaksud ayat ( 2 ) adalah selama 1 ( satu )
tahun sesuai kebutuhan instansi dan persetujuan sponsor dan atau
instansi
4. Perpanjangan tugas belajar diberikan dengan persyaratan sebagai
berikut :
a. Memperoleh Surat Keterangan dari Rektor/Direktur/Pimpinan
Lembaga Pendidikan tempat studi dan disertai pernyataan
kesaanggupan penyelesaian studi bermatrai cukur ;
b. Mendapatkan persetujuan dari Pimpinan SKPD/Unit Kerja
5. Apabila dalam jangka waktu perpanjanan belum dapat
menyelesaikan tugas belajarnya maka PNS yang bersangkutan dapat
dibeikan perpanjangan kembali selama 1 ( satu ) tahun dengan
perubahan status menjadi izin belajar.
6. Dalam melaksanakan masa perubahan status izin belajar , PNS yang
bersangkutan dapat meninggalkan sebagaimana berlaku bagi Tugas
Belajar.
7. Apabila dalam masa peubahan status izin belajar tersebut yang
bersangkutan tidak dapat menyelesaikan studinya , mka akan
dilimpahkan kepada Sub Bidang Pembina Aparatur BKPPD
Kabupaten Kapuas dan Inspektur Kabupaten Kapuas.
Pembiyaan :
1. Dari segi pembiyaan , tugas belajar bagi PNS di lingungan Pemerintah
Kabupaten Kapuas di bagi menjadi 3 ( tiga ) :
a. Tugas Belajar Beasiswa yaitu : Tugas belajar dengan memperoleh
beasiswa bbaik dari Pemerintah Kabupaten Kapuas, Pemerintah
Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Pusat , Pemerintah
Negara Lain , badan – badan atau organisasi – organisasi swasta
lainnya baik dalam maupun luar negeri.
b. Pembiyaan tugas belajar dapat dilakuakan dengan cost sharig,
dimana sebagain komponen beasiswanya bersumber dari
sponsor atau pihak ketiga dan sebagian lagi bersumber dari APBD
Kabupaten Kapuas sesuai dengan kemmapuan keuangan
Pemerintah Kabupaten Kapuas dan sifatnya tidak mengikat.
c. Tugas belajar tanpa beasiswa, yaitu tugas belajar tanpa
memperoleh beasiswa.
2. Tugas Belajar beasiswa diberikan untuk pendidikan profesi ,
Pendidikan akademik dan program pelatihan di dalam ataupun di luar
negeri.
3. PNS tugas belajar atas biaya dari APBD Kabupaten Kapuas menerima
tunjangan tugas belajar yang dibabankan pada APBD Kabupaten
Kapuas.
4. PNS tugas belajar atas bukan atas biaya dari APBD Kabupaten Kapuas
dapat diberikan biaya pendampingan sesuai dengan kemampuan
Pemerintah Kabupaten Kapuas .
5. PNS tugas belajar atas biaya atas biaya dari pihak ketiga besarnya
tunjangan tugas belajar menjadi tanggung jawab pihak ketiga.
6. PNS tugas belajar yang di biaya dari APBD Kabupaten Kapuas tidak di
berikan biaya perpanjangan tugas belajar.
7. PNS tugas belajar atas biaya dari pihak ketiga , apabila pihak ketiga
tidak memberikan biaya perpanjangan , maka Pemerintah Kabupaten
Kapuas juga tidak akan memberikan biaya perpanjangan.
Saksi
Bagi PNS yang tugas belajar dan tidak melaksanakan ketentuan
sebagaimana tersebut diatas akan dikenakan saksi sebagai berkut :
a. Teguran tulisan apabila dengan sengaja tidak melaksanakan
kewajiban ;
b. Diberhentikan sementara tunjangan belajar, apabila kewajiban
dimaksud diatas tidak dilaksanakan sebanyak 3 ( tiga ) kali berturut-
turut ;
c. Diberhentikan secara tetap apabila dalam 4 ( empat ) semester
berturut-turut tidak menyampaikan laporan kemajuan akademik
kepada Bupati ;
d. Mengembalikan semua biaya tunjangan tugas belajar yang telah
diterimanya apabila :
1. Mengundurkan diri dari tugas belajar atas kehendak sendiri
2. Dalam waktu perpanjangan tidak dapat menyelesaikan tugas
belajarnya ;
3. Dikeluarkan oleh lembaga Pendidikan karena tidak mampu
mengikuti proses belajar dan sebab-sebab lain ;
4. Di masa tugas belajar, PNS yang bersangkutan di jatuhi hukuman
disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan ketentuan
perundang- undangan.
Ijin Belajar
1. Dasar Hukum
Edaran Peraturan Bupati Kapuas Nomor : 33 Tahun 2015 , tanggal 24
Agustus 2015 dan Surat Edaran Nomor 800/1467/DKL-BKPPD/2016 ,
Tanggal 07 September 2016 tentang Tugas Belajar dan Izin Belajar.
PNS yang akan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan
biaya sendiri harus mamperoleh izin belajar dari Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah.
Izin belajar diberikan dengan persyaratan :
a. Berstatus sebagai PNS dengan ketentuan sebagai berikut :
1. SLTA ke S1 pangkat serendah – rendahnya Pengatur Muda (II/a)
dengan masa kerja 1 ( satu ) tahun dari TMT pangkat terakhir ;
2. D.III ke S1 pangkat serendah – rendahnya Pengatur (II/c) dengan
masa kerja 1 ( satu ) tahun dari TMT pangkat terakhir ;
3. S1 ke S2 pangkat serendah – rendahnya Penata Muda (III/a) dengan
masa kerja 1 ( satu ) tahun dari TMT pangkat terakhir ;
b. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan daam 1 ( satu ) tahun
terakhir sekurang-kuangnya bernilai baik ;
c. Tidak menjalani hukuman disiplin ;
d. Tidak sedang menjalani pemberhentian sementara sebagai PNS ;
e. PNS belum berstatus sebagai siswa/ mahasiswa ;
f. Bidang pendidikan yang akan ditempuh harus mempunyai relevansi
dengan tugas pokok dan fungsi jabatan pada SKPD yang bersangkutan
;
g. Bidang Pendidikan yang diikuti relevan dengan pendidikan terakhir :
h. Jarak tempat kerja dengan likasi pekuliahan terjangkau dengan
estimasi waktu tempuh kurang dari 2 ( dua ) jam ;
i. Program studi di dalam neheri yang akan diikuti telah mendapatkan
persetujuan dari Menteri yang membidangi dan minimal terakreditasi
B dari lembaga yang berwenang ;
j. Perguruan tinggi yang di tuju adalah perguruan tinggi yang
memperoleh izin resmi penyelenggaraan program studi dari Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi serta bukan merupakan kelas jauh atau perguruan
tinggi diluar domisili kecuali Universitas Terbuka ;
k. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di luar jam kerja dan tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan ;
l. Biaya pendidikan di tanggung oleh PNS yang bersangkutan dan tidak
berhak menuntut kenaikan pangkat penyesuaian ijazah ;
m. Dengan beberapa pertimbangan , izin belajar berprestasi dapat
diberikan beasiswa izin belajar berprestasi yang kemudian akan
ditentukan dengan pedoman beasiswa izin belajar berprestasi.
Saksi
Bagi PNS yang tidak melaksanakan kewajiban untuk tugas kedinasan
sesuai dengan uraian tugas pokok dan fungsi pada SKPD tempat PNS
bekerja sesuai ketentuan jam kerja dikarenakan alas an sekolah / kuliah ,
maka izin Belajr di cabut dan yang bersangkutan dikenakan hukuman
disiplin Pegawai Negeri Sipil berdasarkan ketentuan perundang-
undangan.