Вы находитесь на странице: 1из 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM

Di susun oleh :
Nama : Novita Diana Wulan Sari

Kelas : PSIK B

NIM : 1407048

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
2017
Laporan pendahuluan

A. Masalah utama
Gangguan proses pikir : waham

B. Proses terjadinnya
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat
terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. ( Budi Anna
Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2003 ).
Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan
tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak
cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya,
keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat
diubah-ubah.
2. Tanda dan gejala
Menolak makan
Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
Gerakan tidak terkontrol
Mudah tersinggung
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
Menghindar dari orang lain
Mendominasi pembicaraan
Berbicara kasar
Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan ( Aziz R, 2003
).

3. Penyebab
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu
Gangguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai
keinginan.
Tanda dan Gejala :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan
tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
c. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
d. Percaya diri kurang ( sukar mengambil keputusan)
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri
kehidupannya ( Budi Anna Keliat, 2003 )
Faktor predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis
yang maladaptif.
b. Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal
dan korteks limbic
c. Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin
dan glutamat.
d. Virus paparan virus influensa pada trimester III
e. Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak
peduli.
Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu

Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien darn


pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif meliputi :

a. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi


dan upaya untuk mengatasi ansietas
b. Proyeksi : sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan
persepsi
c. Menarik diri
d. Pada keluarga ; mengingkari

Perilaku

a. Waham agama : keyakinan seseorang bahwa ia dipilih oleh


Yang Maha Kuasa atau menjadi utusan Yang Maha Kuasa.
b. Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau
bagian tubuhnya sakit atau terganggu.
c. Waham kebesaran : keyakinan seseorang bahwa ia memiliki
kekuatan yang istimewa.
d. Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan
atau tidak rasional dan tidak mempercayai orang lain,
ditandai dengan waham yang sistematis bahwa orang lain
“ingin menangkap “ atau memata-matainya.
e. Waham depresif : kepercayaan tidak mendasar serta
cenderung menyalahkan diri sendiri akibat perbuatan-
perbuatannya yang melanggar kesusilaan atau kejahatan,
sering dirasakan sebagai waham sakit dan waham bersalah
f. Waham nihilistik : suatu pikiran bahwa dirinya atau orang
lain sudah meninggal atau dunia sudah hancur
g. Waham pengaruh : keyakinan bahwa dirinya merupakan
subjek pengaruh dari orang lain
h. Siar pikir ; waham tentang pikiran yang disiarkan ke dunia
luar.
i. Sisip pikir ; waham tentang pikiran yang ditempatkan ke
dalam benak orang lain atau pengaruh luar ( Kusumawati
dan Hartono , 2010 ).

4. Akibat dari waham


Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan
diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
a. Memperlihatkan permusuhan
b. Mendekati orang lain dengan ancaman
c. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
d. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
e. Mempunyai rencana untuk melukai ( Kusumawati dan
Hartono , 2010 ).

C. Pohon masalah
Efek gangguan komunikasi verbal

Core problem perubahan proses pikir waha

Etiologi gangguan konsep diri

Masalah utama : klien mengalami waham

Penyebab : gangguan konsep diri

Efek : gangguan komunikasi verbal ( Keliat, 2006 )

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu di kaji


1. Masalah keperawatan
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Kerusakan komunikasi : verbal
c. Perubahan isi pikir : waham
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

2. Data yang perlu di kaji

a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


1. Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan
kesal pada seseorang, klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau
marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.
2. Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank
eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam,
merusak dan melempar barang-barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
1. Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2. Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata kurang
c. Perubahan isi pikir : waham
1. Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang
agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang
kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Data objektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak ( diri, orang lain, lingkungan), takut,
kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
1. Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri
2. Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri
hidup

E. Diagnosa keperawatan
Perubahan isi pikir : waham
Gagguan konsep diri : harga diri rendah

F. Rencana keperawatan
Diagnosa I: Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus :
1.Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1.1. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
1.2. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda"
disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung
disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham
klien.
1.3. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat
yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan
klien sendirian.
1.4. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
2.1. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2.2. Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang realistis.
2.3. Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari dan
perawatan diri).
2.4. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien
sangat penting.
3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
3.1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
3.2. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3.3. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
3.4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
3.5. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
4.1. Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
4.2. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
4.3. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
5.1. Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek
dan efek samping minum obat.
5.2. Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
5.3. Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.
5.4. Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
6.1. Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang:
gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan
follow up obat.
6.2. Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Diagnosa II: gangguan konsep diri : harga diri rendah


Tujuan umum :Kien dapat mengendalikan waham.
Tujuan khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3. Utamakan memberi pujian yang realistik.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
5.2. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harag diri rendah.
6.2. Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :


Salemba Medika.

Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.

Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan


Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakarta : fajar Interpratama.

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Вам также может понравиться