Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
IDENTIFIKASI
Nama : Ny. S
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 57 tahun
Alamat : Panjang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
MRS : 15 Agustus 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Jempol kanan mati rasa.
LABORATORIUM
Hb : 12,2 mg/dl
Ht : 37,3
Leukosit : 18.200
Trombosit : 481.000
GDS : 78
Ur/Cr : 37/1,0
kolesterol total : 179
HDL : 45
LDL : 98
Trigliserida: 182
DIAGNOSA KASUS
Gangren regio pedis dextra digiti I dd. buerger disease + Hipertensi stage II
TERAPI
a. IVFD RL gtt XX/menit
b. Inj. Ceftriaxon 1 gr/12jam
c. Aspilet 2 x 80 mg
d. Amlodipin 1 x 5mg
e. kompres luka dengan NaCl + gentamisin 1 ampul
f. Rencana rontgen pedis dextra
g. Konsul dr. Thurman , SpOT : direncanakan operasi amputasi.
ANALISA KASUS
Definisi
tromboangitis obliterans atau Buerger's disease adalah penyumbatan segmental (terdapat
daerah normal di antara lesi yang dapat berukuran beberapa milimeter sampai
sentimeter) dari arteri dan vena yang berukuran sedang sampai ukuran kecil pada
ekstremitas atas dan bawah.
Gejala klinis
a. onset usia antara 40-45 tahun dan lebih sering terjadi pada pria
b. riwayat merokok baik saat ini atau masa lalu;
c. pasien mengalami nyeri klaudikasio pada lengan, tungkai, tangan dan kaki. nyeri
biasanya dimulai dari ekstremitas dan mungkin menyebar ke bagian badan
lainnya. seiring berjalannya penyakit, dapat muncul nyeri iskemik saat istirahat
dan ulkus iskemik pada jempol atau jari lainnya.
Meskipun tromboangitis obliterans kebanyakan menyerang pembuluh darah
berukuran sedang sampai kecil, tetapi terdapat beberapa kasus hal ini menyerang
arteri serebral dan koroner, aorta, dan bahkan multipel organ. jika hal ini terjadi,
perlu pemeriksaan histopatologis.
d. eksklusi penyakit autoimun, kondisi hiperkoagulasi dan diabetes melitus
e. eksklusi sumber emboli dari bagian proksimal dengan cara pemeriksaan
echocardiography dan arteriography
f. hasil arteriograph yang konsisten terhadap ekstremitas yang terkait dan tidak
terkait.
Metode diagnostik
Tidak ada pemeriksaan lab spesifik yang dapat mendiagnosa tromboangitis
obliterans. Pemeriksaan ditujukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain,
berupa darah lengkap, tes fungsi hati, gula darah puasa, laju endap darah; ana test;
rhematoid factor; serologi marker untuk CREST (calcinosis cutis, raynaud phenomenon,
sclerodactyly dan telangiectasia) dan scleroderma serta skrining untuk hiperkoagulasi
(antiphosolipid antibodies dan homocystein).
Jika sumber emboli diduga dari bagian proksimal tubuh, pemeriksaan
transthoracic atau transesophageal echocardiography and arteriography dianjurkan untuk
dilakukan.
Pada pasien dengan ulkus pada ekstremitas yang diduga terkena tromboangitis
obliterans, harus dilakukan tes allen untuk menilai sirkulasi pada ekstremitas.
Terapi
Pengobatan paling efektif untuk tromboangitis obliterans adalah berhenti
merokok. Hal ini ditujukan untuk menghentikan progresi dari penyakit sehingga
amputasi dapat dicegah. Apalagi jika belum terdapat ulkus, amputasi dapat dihindari.
Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memaksimalkan aliran darah pada
ekstremitas yang terkena. Perawatan dianjurkan menghindari cedera termal, kimia dan
mekanik. Vasokonstriksi yang disebabkan oleh cuaca dingin dan obat-obatan dihindari
juga.
Pengobatan dengan antiinflamatori tidak ada pengaruhnya. Pasien yang diberikan
iloprost (analog prostaglandin) telah menunjukkan hasil signifikan untuk
menghilangkan rasa nyeri saat istirahat, progresi terhadap proses penyembuhan ulkus
iskemik dan penurunan angka amputasi sebanyak 2/3 kasus. Obat vasodilator lain,
seperti alpha-blockers, calcium-channel blockers, and sildenafil, mungkin dapat
menolong namun belum diujicoba.
Meskipun aspirin sering diberikan pada pasien tromboangitis obliterans,
keuntungan akan obat ini ataupun obat anti-clotting lainnya tidak menunjukkan hasil
yang memuaskan. Terapi trombolitik intraarterial dengan streptokinase telah dites
dengan keberhasilan pada sebagian kasus (tidak dilakukan amputasi).
Revaskularisasi arterial biasanya tidak mungkin dilakukan karena adanya
penyumbatan yang difus segmental dan terjadi pada pembuluh darah distal. Keuntungan
akan bedah bypass di arteri distal juga masih kontroversi karena tingginya angka
kegagalan. Akan tetapi, jika pasien mengalami iskemia berat dan terdapat sebuah target
pembuluh darah distal, bedah bypass dengan menggunakan vena autolog dapat
dilakukan.