Вы находитесь на странице: 1из 22

EVALUASI KINERJA SLIMS ( OPAC) SEBAGAI SARANA PENELUSURAN

INFORMASI DI PERPUSTAKAAN STIK BINA HUSADA PALEMBANG

Oleh:

Resya Pitria (1614400084)

resyapitria@gmail.com

Program Studi Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab Dan Humaniora, Uin Raden Fatah Palembang

Abstrak
Evaluasi terhadap software yang dibangun perlu dilakukan salah satunya untuk mengetahui
bagaimana penelusuran informasinya, system simpan dan temu kembali informasi
nya.penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan
berbagai alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan/unit
informasi.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah mahasiswa di STIK Bina Husada
merasakan efektifitas, efisiens dan kepuasan dalam penggunaan softawre SLIMS Perpustakaan
Stik Bina Husada Palembang. Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan dan penelusuran
langsung ke situs web Perpustakaan Stik Bina Husada Palembang. Dan mencoba mencari
beberapa koleksi guna mengetahui apakah koleksi yang di cari itu ada, apakah cepat dalam
pencarian, dan ke efektifannya.

Keywords: Evaluasi, Perpustakaan, Sarana penelusuran informasi,Sistem simpan dan Temu


Kembali.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal penting yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah perpustakaan
adalah adanya proses temu kembali informasi,dimana secara spesifik juga akan menyangkut
penelusuran informasi.Temu kembali informasi sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan
untuk menyediakan dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan
atau berdasarkan kebutuhan pemakai (Sulistyo-Basuki,1992).“Temu balik informasi”
merupakan istilah generic yang mengacu pada temu balik dokumen atau sumber atau data dari
fakta yang dimiliki unit informasi atau perpustakan. Sedangkan penelusuran informasi
merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan berbagai alat penelusuran
dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan / unit informasi.
Penelusuran informasi menjadi penting karena “ruh” atau “nyawa” dari sebuah layanan
informasi dalam unit informasi atau perpustakaan adalah bagaimana memenuhi kebutuhan
informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai, dan
bagaimana memberikan “jalan” kepada pemakai untuk menemukan informasi yang
dikehendaki. Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah
temuan atau informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat
akan menghasilkan informasi yang tepat pula. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi pada saat sekarang ini perpustakaan sudah mulai meningkat, mulai dari
pelayanan,fasilitas,sarana penelusuran informasi dan lain sebagainya.pada sarana penelusuran
informasi di perpustakaan sekarang sudah menggunakan berbagai cara penelusuran informasi,
ada yang menggunakan cara konvensional, dan ada juga yang menggunakan komputer.1
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat keefektifan kinerja SLiMS dari segi recall and precision, respon’s time,
upaya pengguna dan tampilan sistem sebagai sarana Penelusuran informasi Perpustakaan STIK
Bina Husada Palembang ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui tingkat keefektifan kinerja SLiMS dari segi recall and precision, respon’s
time, upaya pengguna dan tampilan sistem sebagai sarana Penelusuran informasi Perpustakaan
STIK Bina Husada Palembang ?

1
Surachman,arief. Penelusuran Informasi: sebuah pengenalan. (Yogyakarta:UPU Perpustakaan UGM.2007)
PEMBAHASAN

A. Pengertian Informasi dan Penelusuran Informasi


Secara sederhana informasi dapat dipahami sebagai data yang diberi makna.Artinya
informasi merupakan bentuk ‘olahan’ dari data yang diperuntukan untuk tujuan tertentu agar
penerima dapat mengerti arti dan makna dari data tersebut. Sedangkan menurut business
dictionary.com informasi didefinisikan sebagai berikut: “Data that is (1) accurate and timely,
(2) specific and organized for a purpose, (3) presented within a context that gives it meaning and
2
relevance, and (4) can lead to anincrease in understanding and decrease in uncertainty.”
Definisi di atas jelas memperlihatkan bahwa informasi merupakan bentuk pemaknaan
dari data dalam konteks tertentu yang ditujukan agar dapat meningkatkan pemahaman dan
mengurangi ketidakpastian atau ketidakjelasan. Informasi secara prinsip sebetulnya ‘hanya’

2
Agarwal, S.N. (Ed.). 1982. Perspektif in library and information science. Jilid 2. Lucknow (India) : Uttar Pradesh
Library Association. Hal 17
terdiri dari dua jenis yakni informasi lisan dan informasi terekam. Informasi lisan merujuk pada
informasi yang disampaikan secara lisan dan merupakan bentuk komunikasi di dalam
masyarakat.Sedangkan informasi terekam merujuk kepada informasi yang terekam dalam
berbagai media seperti buku, majalah, jurnal, compact disc, ataupun bentuk lainnya.
Perpustakaan sebagai lembaga pusat sumber informasi biasanya lebih banyak mengelola
informasi terekam bukan informasi lisan.
Informasi yang terekam dalam perpustakaan dapat dilihat dalam berbagai bentuk koleksi
ataupun media seperti koleksi buku fiksi, koleksi buku non fiksi, koleksi media cetak non buku,
koleksi multimedia, dan koleksi digital/online. Koleksi buku non fiksi biasanya menyimpan
informasi fiktif, inspiratif, dan rekreatif yang berupa buku cerita, novel, dan lain-lain. Sedangkan
koleksi buku non fiksi biasanya menyimpan informasi yang lebih bersifat informatif, edukatif,
dan ilmiah yang berupa buku teks, buku referensi, buku pedoman, buku manual, dan lain-lain.
Adapun koleksi media non buku biasanya berupa terbitan berkala, leaflet, pamlet, brosur,
poster, kliping, lukisan atau gambar, peta, globe bahkan alat peraga. Koleksi multimedia
merupakan satu bentuk informasi terekam dalam berbagai media yang mengandalkan teknologi
elektronik seperti video cassette, audio cassette, CD, DVD, media mikro, audio reader, slide
suara, audio book, dan lain-lain. Bahkan kemajuan internet telah membuat informasi dapat
diakses secara online melalui situs web, video onine, audio online, journal online, database
online, majalah online, koran online dan media online lainnya.
Keberadaan informasi dalam keanekaragaman baik bentuk media atau sumber tertentu
yang menjadikan masalah tersendiri dalam menemukan kembali informasi yang ada. Apabila
jumlah informasi yang beredar sudah mencapai ribuan, jutaan bahkan milyaran. Hal inilah yang
kemudian mengapa diperlukan adanya media atau strategi untuk mendapatkan informasi secara
cepat, tepat dan akurat. Proses dalam menemukan informasi inilah yang sering disebut sebagai
temu kembali informasi, dimana secara spesifik juga akan menyangkut penelusuran informasi.3
Temu kembali informasi sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan
dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan
kebutuhan pemakai (Sulistyo-Basuki, 1992). “Temu balik informasi” merupakan istilah yang

3
Yusuf, Pawit M. 1988.Pedoman mencari sumber informasi. Bandung: Remadja Karya, hal. 159
mengacu pada temu balik dokumen atau sumber atau data dari fakta yang dimiliki unit informasi
atau perpustakan. Sedangkan penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu
kembali informasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang
dibutuhkan, dengan bantuan berbagai alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki
perpustakaan / unit informasi.
Penelusuran informasi menjadi penting karena “ruh” atau “nyawa” dari sebuah layanan
informasi dalam unit informasi atau perpustakaan yang bagaimana memenuhi kebutuhan
informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai, dan
bagaimana memberikan “jalan”kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki.
Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan atau
informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan
menghasilkan informasi yang tepat pula. Berdasarkan dari pengertian diatas tentang informasi,
penulis menyimpulkan bahwa sarana penelusuran adalah alat penunjang bagi proses transfer
pesan/makna yang memiliki nilai didalamnya dari pemberi kepada penerima informasi.

B. Senayan Library Managemen System (SLIMS)


1. Sejarah SLiMS
Awal mula SLiMS ini bermula dari perpustakaan di Inggris yaitu Library of Congres
memberikan sumbangan sebuah software perpustakaan yang bernama Alice. Seiring dengan
berjalannya waktu, manajemen Perpustakaan Depdiknas mulai menghadapi beberapa
kendala dalam penggunaan sistem Alice. Pertama, keterbatasan dalam menambahkan
fiturfitur baru. Antara lain kebutuhan manajemen serial, meng-online-kan katalog di web
dan kustomisasi report yang sering berubah-ubah kebutuhannya. Penambahan fitur jika
harus meminta modul resmi dari developer Alice, berarti membutuhkan dana tambahan yang
tidak kecil. Apalagi tidak ada distributor resminya di Indonesia sehingga harus
mengharapkan support dari Inggris. Ditambah lagi beberapa persyaratan yang membutuhkan
infrastruktur.
biaya mahal seperti dedicated public IP agar bisa meng-online-kan Alice di web. Disini
muncul masalah kedua, yaitu sulitnya mempelajari lebih mendalam cara kerja perangkat
lunak Alice. Perpustakaan Depdiknas (sekarang Kemendiknas) salah satu tupoksinya adalah
melakukan koordinasi pengelolaan perpustakaasn unit kerja dibawah lingkungan Depdiknas.
Dalam implementasinya, seringkali muncul kebutuhan untuk bisa mendistribusikan
perangkat lunak sistem perpustakaan ke berbagai unit kerja tersebut. Disini masalah ketiga:
sulit (atau tidak mungkin) untuk melakukan redistribusi sistem Alice. Alice merupakan
perangkat lunak yang secara lisensi tidak memungkinkan diredistribusi oleh pengelola
Perpustakaan Depdiknas secara bebas. Semuanya harus ijin dan membutuhkan biaya.
November 2006, perpustakaan dihadapkan oleh sebuah masalah mendasar. Sistem Alice
tiba-tiba tidak bisa digunakan. Ternyata Alice yang digunakan selama ini diimplementasikan
dengan sistem sewa. Pantas saja biayanya relatif murah. Tiap tahun pengguna harus
membayar kembali untuk memperpanjang masa sewa pakainya.Akhirnya pengelola
Perpustakaan Depdiknas me-review kembali penggunaan sistem Alice di Perpustakaan
Depdiknas. Setelah memutuskan untuk hijrah menggunakan sistem yang lain, maka
langkah berikutnya adalah mencari sistem yang ada untuk digunakan atau mengembangkan
sendiri sistem yang dibutuhkan. Langkah berikutnya adalah melakukan banding software
sistem perpustakaan open source yang bisa diperoleh di internet.
Beberapa software yang dicoba antara lain: php MyLibrary,Open Biblio,KOHA,
EverGreen. Karena tidak menemukan sistem yang dibutuhkan, maka diputuskan untuk
mengembangkan sendiri aplikasi sistem perpustakaan yang dibutuhkan. Pengelola
perpustakaan Depdiknas Untuk versi awal (1.0) aplikasi yang akan dikembangkan,
memberikan nama kode “Senayan. Alasannya sederhana, karena awal dikembangkan di
perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan. Apalagi Perpustakaan Depdiknas
mempunyai brand sebagai library@senayan. Belakangan karena dirasa nama “Senayan”
dirasa cocok dan punya nilai marketing yang bagus, maka nama“Senayan”dijadikan nama
resmi aplikasi sistem perpustakaan yang dikembangkan.
2. Profil SLiMS
Senayan merupakan salah satu OSS berbasis web yang dapat digunakan sebagai
perangkat lunak untuk membangun otomasi perpustakaan. Sebagai perangkat lunak berbasis
web. Senayan mampu berjalan sempurna di dalam sistem jaringan komputer atau internet.
Perangkat lunak berbasis web sesuai dengan kebutuhan perpustakaan karena aplikasi jenis
ini memungkinkan perpustakaan mendekatkan berbagai produk layanannya dengan
pengguna perpustakaan. Dengan jenis aplikasi ini pengguna dapat mengakses layanan
perpustakaan tanpa harus datang ke perpustakaan karena pengguna dapat mengakses layanan
yang disediakan perpustakaan melalui web atau portal perpustakaan.
Jika melihat sistem informasi atau berbagai perangkat lunak yang digunakan saat ini oleh
perpustakaan di Tanah Air, banyak perpustakaan yang menggunakan perangkat lunak
berbasis web. Senayan dikembangkan dengan menggunakan berbagai perangkat lunak open
source. Web server, bahasa pemrograman dan database yang digunakan untuk
mengembangkan Sanayan semuanya merupakan perangkat lunak open source. Berbagai
perangkat lunak yang digunakan untuk membangun Senayan antara lain Apache sebagai
web server, PHP sebagai bahasa pemrograman dan MySQL sebagai database yang
menyimpan transaksi data yang terjadi di Senayan. Perangkat lunak ini dibangun dengan
menggunakan PHP sehingga kode sumber (source code) perangkat lunak ini bersifat
terbuka. Kode sumber yang bersifat terbuka inilah yang memberikan peluang bagi pengguna
untuk mengembangkan Senayan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Hal ini
dimungkinkan karena PHP merupakan bahasa pemrograman interpreter.Senayan di produksi
oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional. Lebih spesifik lagi
kelahiran perangkat lunak otomasi perpustakaan ini dibidani oleh Hendro Wicaksono, Arie
Nugraha dan Wardiyono. Guna mendukung pengembangan Senayan kedepan, saat ini
perangkat lunak otomasi perpustakaan ini memiliki komunitas pengembang yang tergabung
dalam Senayan Developer Community (SDC).
Perangkat lunak otomasi perpustakaan memiliki fungsi untuk mempermudah kegiatan
administrasi perpustakaan. Sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan maka Senayan
harus mampu mempermudah kegiatan administrasi perpustakaan. Jika melihat menu-menu
yang disediakan Senayan, perangkat lunak ini mampu menjalankan fungsi administrasi yang
ada di perpustakaan. Kegiatan pengolahan, peminjaman, pengembalian, pemesanan koleksi,
penyiangan, manajemen anggota, fasilitas pencetakan barcode (barcode koleksi dan
anggota) serta berbagai jenis laporan Senayan dapat membantu pihak manajemen untuk
membuat kebijakan pengadaan atau sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan suatu
kebijakan bagi perpustakaan. Semua kegiatan ini mungkin dilakukan dengan menggunakan
menu-menu yang ada di Senayan. Menu-menu yang ada di Senayan antara lain menu
bibliografi, sirkulasi, keanggotaan, OPAC (online public access catalog), stocktake
(penyiangan), master file, system, laporan dan kedepan akan tersedia menu pengolah koleksi
terbitan berkala dan multimedia.
3. Fitur-fitur SLiMS
SLiMS ini memiliki beragam macam fitur yang sangat membantu tugas pustaakawan
mulai dari kegiatan teknis sampai akademis. SliMS memiliki berbagai fitur yang selalu
dikembangkan oleh pembuatnya sesuai
kebutuhan perpustakaan. Berikut macam-macam fitur-fiturnya:
a. Pengatalogan (Cataloging) SLiMS menyediakan fitur pengatalogan yang sangat
membantu pustakawan dalam pembuatan katalog. Berikut keunggulan dari fitur
pengatalogan:
1) Compliance dengan standar AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules).
2) Fitur untuk membuat, mengedit, dan menghapus data bibliografi sesuai dengan
standar deskripsi bibliografi AACR2 level ke dua.
3) Mendukung pengelolaan koleksi dalam berbagai macam format seperti monograph,
terbitan berseri, audio visual, dsb.
4) Mendukung penyimpanan data bibliografi dari situs di Internet.
5) Mendukung penggunaan barcode.
6) Manajemen item koleksi untuk dokumen dengan banyak kopi dan format yang
berbeda.
7) Mendukung format XML untuk pertukaran data dengan menggunakan standar
metadata MODS (Metadata Object Description Schema).
8) Pencetakan Barcode item/kopi koleksi Built-in.
9) Pencetakan Label Punggung koleksi Built-in.
10) Pengambilan data katalog melalui protokol Z3950 ke database koleksi Library of
Congress.
11) Pengelolaan koleksi yang hilang, dalam perbaikan, dan rusak serta pencatatan
statusnya untuk dilakukan pergantian/perbaikan terhadap koleksi.
12) Daftar kendali untuk pengarang (baik pengarang orang, badan/lembaga, dan
pertemuan) sebagai standar konsistensi penuliasan
13) Pengaturan hak akses pengelolaan data bibliografi hanya untuk staf yang berhak.
b. Penelusuran (OPAC/Online Public Access Catalog)
Fitur berikutnya yaitu SLiMS menyediakan OPAC atau sarana sistem temu
kembali informasi. Pengguna perpustakaan bisa menggunakan OPAC untuk mencari
dokumen yang mereka inginkan. Berikut keunggulan dari fitur OPAC:
1) Pencarian sederhana.
2) Pencarian tingkat lanjut (Advanced).
3) Dukungan penggunaan Boolean’s Logic dan implementasi CQL (Common Query
Language).
4) OPAC Web Services berbasis XML.
5) Mendukung akses OPAC melalui peralatan portabel (mobile device)
6) Menampilkan informasi lengkap tetang status koleksi di perpustakaan, tanggal
pengembalian, dan pemesanan item/koleksi
7) Detil informasi juga menampilkan gambar sampul buku, lampiran dalam format
elektronik yang tersedia (jika ada) serta fasilitas menampilkan koleksi audio dan
visual.
8) Menyediakan hyperlink tambahan untuk pencarian lanjutan berdasarkan penulis, dan
subjek.
c. Sirkulasi (Circulation)
Fitur sirkulasi ini adalah fitur untuk mengatur kegiatan peminjaman, perpanjang
dan pengembalian buku. Berikut keunggulan fitur tersebut:
1) Mampu memproses peminjaman dan pengembalian koleksi secara efisien, efektif dan
aman.
2) Mendukung fitur reservasi koleksi yang sedang dipinjam, termasuk reminder/
pemberitahuannya.
3) Mendukung fitur manajemen denda. Dilengkapi fleksibilitas untuk pemakai
membayar denda secara cicilan.
4) Mendukung fitur reminder untuk berbagai keperluan seperti melakukan black list
terhadap pemakai yang bermasalah atau habis keanggotaannya.
5) Mendukung fitur pengkalenderan (calendaring) untuk diintegrasikan dengan
penghitungan masa peminjaman, denda, dan lain-lain.
6) Memungkinkan penentuan hari-hari libur non-standar yang spesifik.
7) Dukungan terhadap ragam jenis tipe pemakai dengan masa pinjam beragam untuk
berbagai jenis keanggotaan.
8) Menyimpan histori peminjaman anggota.
9) Mendukung pembuatan peraturan peminjaman yang sangat rinci dengan
mengkombinasikan parameter keanggotaan, jenis koleksi, dan GMD selain aturan
peminjaman standar berdasarkan jenis keanggotaan
d. Manajemen Keanggotaan (Membership Management)
Fitur manajemen keanggotaan ini digunakan untuk mengatur proses keanggotaan
perpustakaan. Berikut rincianya:
1) Memungkinkan beragam tipe pemakai dengan ragam jenis kategori peminjaman,
ragam jenis keanggotaan dan pembedaan setiap layanan sirkulasi dalam jumlah
koleksi serta lama peminjaman untuk jenis koleksi untuk setiap jenis/kategori.
2) Dukungan terhadap input menggunakan barcode reader
3) Memungkinkan untuk menyimpan informasi preferensi pemakai atau subject interest.
4) Memungkinkan untuk menyimpan informasi tambahan untuk keperluan reminder
pada saat transaksi.
5) Memungkinkan menyimpan informasi detail pemakai yang lebih lengkap.
6) Pencarian informasi anggota minimal berdasarkan nomor dan nama anggota.
7) Pembuatan kartu anggota yang dilengkapi dengan barcode untuk transaksi
peminjaman.
e. Inventarisasi Koleksi (Stocktaking)
Fitur ini merupakan fitur yang digunakan untuk kegiatan inventarisasi koleksi
atau kegiatan dimana perpustakaan menghitung kembali atau mengecek ulang jumlah
koleksi yang dimiliki apakah ada yang hilang atau tidak (stock opname). Berikut rincian
fitur tersebut:
1) Proses inventarisasi koleksi bisa dilakukan secara bertahap dan parsial tanpa harus
menutup layanan perpustakaan secara keseluruhan.
2) Proses inventarisasi bisa dilakukan secara efisien dan efektif.
3) Terdapat pilihan untuk menghapus data secara otomatis pada saat akhir proses
inventarisasi terhadap koleksi yang dianggap hilang.
f. Statistik/Pelaporan (Report)
Fitur statistik atau pelaopran merupakan fitur untuk menghitung hasil dari semua
kegiatan perpustakaan. Berikut rincian dari fitur ini:
1) Meliputi pelaporan untuk semua modul-modul yang tersedia di Senayan.
2) Laporan Judul.
3) Laporan Items/Kopi koleksi.
4) Laporan Keanggotaan.
5) Laporan jumlah koleksi berdasarkan klasifikasi.
6) Laporan Keterlambatan.
7) Berbagai macam statistik seperti statistik koleksi, peminjaman, keanggotaan,
keterpakaian koleksi.
8) Tampilan laporan yang sudah didesain printer-friendly, sehingga memudahkan untuk
dicetak.
9) Filter data yang lengkap untuk setiap laporan.
g. Manajemen Terbitan Berseri (Serial Control)
Fitur manajemen terbitan berseri adalah fitur yang digunakan untuk mengolah
koleksi berjenis seperti majalah, surat kabar, jurnal dan lain-lain. Berikut rincian fitur
tersebut:
1) Manajemen data langganan.
2) Manajemen data Kardex.
3) Manajemen tracking data terbitan yang akan terbit dan yang sudah ada.
4) Memungkinkan tracking data terbitan berseri yang jadwal terbitnya tidak teratur
(pengaturan yang fleksibel).4
C. Evaluasi Sistem Temu Kembali Informasi(Sarana Penelusuran Informasi)
Evaluasi merupakan tes tingkat penggunaan dan fungsionalitas system yang dilakukan di
laboratorium, lapangan, atau di dalam kolaborasi dengan pengguna. Evaluasi system temu
kembali dalam hal ini OPAC, dilakukan berangkat dari tujuan pembuatan system yang
berorientasi kepada kepuasan pemustaka. Pada kegiatan evaluasi OPAC, ada beberapa teori yang
bisa dijadikan sebagai rujukan dalam melakukan evaluasi sebuah sistem penelusuran informasi,
salah satunya adalah teori dari Cleverdon. Cleverdon berpendapat bahwa ada enam kriteria yang

4
Heri Abi Burachman Hakim (Staf Perpustakaan FISIPOL UGM),
http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=33/ diakses pada
30 April 2019
dapat digunakan untuk mengevaluasi sistem pencarian informasi, yaitu (1) Coverage/cakupan,
(2) time lag, (3) recall, (4) precision, (5) presentation, dan (6) user effort.5
1. Coverage/cakupan
Coverage/pencakupan merupakan cara penyajian sebuah sistem temu kembali informasi
dalam menampilkannya kepada pengguna. Cakupan ini sangat berpengaruh pada penilaian
pertama oleh pengguna. Dalam hal ini cakupan suatu sistem penelusuran informasi dapat
dilihat dari kelengkapan informasi, ketepatan atau kesesuaian informasi, dan penyajian yang
diberikan oleh alat penelusuran informasi.
2. Time Lag
Jeda waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi melalui mesin pencari
informasi merupakan faktor yang sangat penting. Cleverdon mengatakan jeda waktu ini juga
sangat dipengaruhi dengan tingkat kualitas lalu lintas internet pada saat digunakan. Hal ini
juga dimungkinkan terjadi beberapa kesalahan dalam pengukuran. Selain itu, hal ini juga
cukup sulit untuk menggunakan jeda waktu sebagai ukuran kualitas sebuah mesin pencari.
Namun untuk mengukur kualitas time lag pada sebuah mesin mencari dapat dilihat dari
seberapa cepat mesin pencari menemukan informasi yang dipanggil. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin sedikit waktu yang diperlukan dalam penelusuran maka semakin
baik pula kualitas mesin penelusurannya.
3. Recall dan Precision
Di samping telah membantu dalam sistem temu kembali informasi di perpustakaan,
OPAC sebagai sistem yang dibuat oleh manusia tentu belum bisa dikatakan sempurna,
karena sebagai mesin pencari OPAC juga membawa persoalan tentang relevansi antara
informasi yang diberikan dengan informasi yang seharusnya dibutuhkan. Hal ini
dikarenakan secanggih apapun sebuah mesin pencari akan sulit memahami pikiran manusia.
Relevansi menurut Pendit berarti kecocokan apa yang dicari dengan apa yang ditemukan. 6
Sedangkan Bookstein yang dikutip oleh Hasugian menyatakan bahwa relevansi adalah
relatedness atau aboutness dan utility antara dua dokumen atau antara dokumen dengan

5
Gwizdka and Chignell. “Toward Information Rerieval Measures for Evaluation of Web Search Engine”.
Universitas of Toronto: Canad), hlm.1.
6
Pendit, Putu Laxman, Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia
(Jakarta: Sagung Seto, 2007), hlm. 67.
permintaan (query).7 Pendit menyatakan bahwa salah satu prinsip relevansi yang digunakan
dalam sistem temu kembali informasi adalah menggunakan ukuran recall dan precision.8
Recall menurut Lancaster dalam Pendit adalah proporsi jumlah dokumen yang dapat
ditemukan kembali oleh sebuah proses pencarian informasi. Sedangkan Recall menurut
pengertian Hasugian dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah sistem dalam memanggil
kembali dokumen yang dianggap relevan atau sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
mengukur recall, Lancaster dalam Pendit menjelaskan bahwa dapat menggunakan rumus di
bawah ini.

Jumlah dokumen relevan yang terpanggil (a)


Recall =
Jumlah dokumen relevan yang ada di dalam database (a+c)

Precision sendiri merupakan sebuah ukuran yang mengukur tingkat proporsi jumlah
dokumen yang dapat ditemukan kembali oleh sebuah proses pencarian dan dianggap relevan
untuk kebutuhan pencaria informasi atau rasio jumlah dokumen relevan yang ditemukan
dengan total jumlah dokumen yang ditemukan (Lancaster dalam Pendit). 9 Sedangkan
menurut Hasugian precision dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah sistem untuk tidak
memanggil kembali dokumen yang dianggap tidak relevan atau tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh pengguna.10
Lancaster dalam Pendit menjelaskan untuk mengukur precision dapat diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Jumlah dokumen relevan yang terpanggil (a)


Precision =
Jumlah dokumen yang terpanggil dalam pencarian (a+b)

7
Hasugian, Jonner, Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkontrol dalam Sistem Temu Kembali Informasi
Berbasis Teks, hlm. 8.
8 Pendit, Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, hlm. 69.
9
ibid., 53..
10
Hasugian, Penggunaan Bahasa. hlm. 16.
Relevant Not Relevant Total

Retrieved a (hits) b (noise) a+b

Not Retrieved c (misses) d (reject) c+d

Total a+c b+d a+b+c+d

Keterangan:
a (hits) = dokumen yang relevan
b (noise) = dokumen yang tidak relevan
c (misses) = dokumen relevan yang tidak ditemukan
d (reject) = dokumen tidak relevan yang tidak
ditemukan
Efektivitas Recall dan Precision
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai tujuan Sedangkan efektivitas sistem temu
kembali informasi menurut Pao merupakan kemampuan dari sebuah sistem untuk memanggil
berbagai dokumen dari suatu database sesuai dengan permintaan pengguna. 11 Pengukuran
efektivitas suatu sistem temu kembali informasi dapat dilakukan dengan perhitungan terhadap
nilai perolehan (recall), nilai ketepatan (precision), dan jatuhan semu (fallout) (Tague-
Sutcliffe; Conlon,). 12 Namun di antara ketiga metode tersebut, perhitungan ketepatan
(precision) merupakan cara yang paling umum digunakan (Su; Tague-Sutcliffe).13
Efektivitas sistem temu kembali informasi dinilai berdasarkan teori Lancaster yaitu
relevan dan tidak relevan. Dalam teori tersebut juga dijelaskan bahwa efektivitas sistem
temukembali informasi dikategorikan menjadi dua yaitu (1) efektif, yaitu jika nilaiya di atas
50% dan (2) tidak relevan jika nilainya di bawah 50%. Kedua ukuran tersebut dinilai dalam
bentuk presentase 1-100%. Selain itu, Pendit mengatakan relevansi merupakan kecocokan

11
Pao, ML, Concepts of Information Retrieval. (Colorado : Englewood Libraries Unlimited, 1988), hlm. 3.
12
Conlon,C.A. and R.V. Katter, Opening the Blacboard of “relevance”. Journal of Documentation, 1967, hlm. 291.
13
Su, L.S., Evaluation measures for interactive information retrieval. Information processing & Management, 1992,
28 (4): 503.
apa yang dicari dengan apa yang ditemukan.14 Sedangkan menurut Bookstein yang dikutip
oleh Hasugian mendefinisikan bahwa relevansi adalah relatedness dan utility antara dua
dokumen atau antara dokumen dengan permintaan. (1) relatedness adalah apabila antara
dokumen dengan permintaan dikatakan terhubung (related) jika keduanya mengenai (about)
sesuatu yang sama, karena keduanya merupakan entitas yang serupa dan memiliki nilai atribut
yang sama, (2) utility menunjuk pada nilai atau guna suatu dokumen bagi pencari informasi.15
Kemudian Rowley menjelaskan bahwa efektivitas sistem bisa juga diukur hanya
berdasarkan tinggi atau rendahnya ketepatan dokumen dengan query. 16 Selain itu, juga
dijelaskan bahwa recall sebenarnya sulit diukur karena jumlah seluruh dokumen yang relevan
dalam database sangat besar. Oleh karena itu ketepatan-lah (precision) yang biasanya menjadi
salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai efektivitas sistem temu kembali informasi.
Adapun Lancaster memberikan penilaian untuk mengukur tingkat precision pada
penilaian efektivitas suatu sistem temu kembali informasi dengan ukuran angka dan
mengkategorikannya menjadi precision rendah yaitu tidak efektif, precision sedang berarti
kurang efektif, dan precision tinggi yang berarti efektif. Berikut tabel penilaiannya:

Nilai Precision Keterangan


0 - 0,33 Precision rendah Tidak efektif
0,34 - 0,67 Precision sedang Kurang efektif
0,68 - 1,00 Precision tinggi Efektif
Tabel. 1 Penilaian efektivitas precision sistem temu kembali informasi
4. Upaya pengguna (user effort)
Upaya pengguna ini berkaitan dengan kondisi dan kemampuan pengguna yang beragam.
Suatu sistem penelusuran informasi dikatakan baik ketika sistem tersebut dapat digunakan
dengan mudah. Kemudahan ini tidak hanya dirasakan oleh pengguna yang sudah terbiasa
menggunakan internet, namun juga pengguna yang belum terbiasa menggunakan internet.

14
Pendit, Putu Laxman, Perpustakaan Digital dari A sampai Z, (Jakarta: Citra Karya Karsa Mandiri, 2008), hlm. 50.
15
Hasugian, Penggunaan Bahasa ..... hlm. 24.
16
Rowley,J, Abstracting and Indexing. Second Edition, (London: Clive Bingley, 1990), hlm. 7.
D. Evaluasi Sistem Temu Kembali Informasi Berbasis Web di Perpustakaan STIK Bina
Husada
Sekolah tinggi kesehatan (STIK) Bina Husada ini memiliki software otomasi SLIMS
akasia.8 dan sudah hosting ke internet. Alamat webnya yaitu: library.binahusada.ac.id. Untuk
mengetahui apakah database web server perpustakaan Bina Husada ini telah memberikan
informasi tentang koleksi yang relavan sesuai dengan kebutuhan pengguna tetap perlu
dilakukan evaluasi Salah satunya dengan menggunakan penilain tingkat precision atau
ketepatan atau keterhubungan. Penulis tidak melakukan penelitian dengan melibatkan
pengguna Perpustakaan. Akan tetapi hanya melakukan pengamatan dan melakukan penelusuran
di web server Perpustakaan STIK Bina Husada.

1. Coverage/Cakupan
Alat penelusuran OPAC di web server Perpustakaan STIK Bina Husada Palembang ini
secara cakupan telah mampu memberikan hasil yang baik. Penyajian informasi secara
keseluruhan cukup lengkap dan mudah dipahami oleh pengguna. Hal ini terlihat dari fasilitas
fitur-fitur pilihan yang lebih lengkap sehingga memungkinkan pengguna dalam memilih
sesuai keinginannya
.

2. Recall dan Precison


Berdasarkan penelusuran menggunakan Opac Web Server Perpustakaan Bina Husada
Palembang dengan pendekatan subjek koleksi yang tersedia, maka dapat didapatkan hasil
recall dan precision sebagai:
Keyword a Yang B c Recall = Precision =
ditemuka [a/(a+c)]x100% [a/ (a+b)]x100%
n
Psikologi Kesehatan 6 9 0 3 1 atau 100% 1 atau 100%
IlmuKesehatanMasyar 16 32 2 14 1 atau 100% 0,36 atau 36%
akat
Etika Kebidanan 0 4 0 4 0 0
Rata-rata 40 % 33 %

Dari hasil yang disajikan dalam tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat recall
dan precision dari sistem temu kembali informasi OPAC web server perpustakaan STIK Bina
Husada Palembang dalam kategori kurang efektif, yakni dengan tingkat recall 40% dan
precision 33%, karena tingkat recall dan precision berada pada rentang nilai 0,40 - 0,33 atau
sedang. Rendahnya nilai recall dan precision tersebut dikarenakan pemahaman ini hanya pada
persepsi penulis dengan mengamati OPAC dan melakukan penelusuran dengan menggunakan
asumsi yang dipahami penulis. Sedangkan di dalam distem OPAC pengindeksan dan
pemilihan subyek sepenuhnya dilakukan oleh Pustakawan, sehingga sangat dimungkinkan
berbeda dengan asumsi pemustaka. Oleh karena keseragaman dan keberagaman subjek dalam
pengindeksan terutama dengan subjek yang semakna, perlu ditingkatkan kembali untuk
meningkatkan efektivitas OPAC Web Server Perpustakaan STIK Bina Husada.
3. Time Lag (respons time)
Respon waktu ini diamati dengan memperhatikan waktu mengakses program OPAC Web
Server Perpustakaan STIK Bina Husada Palembang dengan Waktu penelusuran hingga data
diperoleh. Berikut tabel penyajian penghitungan respons time dengan penelusuran melalui
subyek:
Subyek Buku Waktu akses Waktu data
program Ditemukan
Psikologi Kesehatan 3,87 detik 0,11 detik

Ilmu kesehatan masyarakat 3,87 detik 0,14 detik


Etika kebidanan 3,87 detik 0,13 detik
Rata-rata = 0,10 detik

Dari penyajian tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa rata-rata waktu yang
dibutuhkan dalam penelusuran informasi melalui OPAC secara online adalah 0,10 detik.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, sedikitnya waktu yang dibutuhkan untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan merupakan suatu penyajian yang baik bagi kepuasan
pemustaka. Hal ini mungkin disebabkan karena masih sedikitnya koleksi yang terinput
dalam database, sehingga sistem akan cepat mengolah data.
Penghitungan time lag/respons time sangat dipengaruhi oleh kelancaran jaringan atau
lalu lintas internet. Oleh sebab itu, kecepatan OPAC dalam menyajikan informasi koleksi
bisa didapatkan jika jaringan internet di lokasi saat penelurusan juga baik atau stabil. Selain
itu, lama atau tidaknya sistem OPAC menampilkan koleksi juga dipengaruhi oleh sistem
pengindeksan yang dilakukan saat menginput koleksi ke dalam sistem OPAC. Sistem
pengindeksan yang baik tentu akan menempatkan koleksi pada tempat yang baik dan mudah
ditemukan. Sehingga pada saat OPAC melakukan penelusuran juga sangat tergantung
dengan penempatan dan penyimpanan koleksi itu sendiri.
4. Form Presentation
OPAC Web Server STIK Bina Husada Palembang mempunyai tampilan perwajahan
yang simpel. Petunjuk pencarian juga bisa ditemukan dengan mudah, karena diletakkan pada
bagian warna yang lebih mencolok. Presentasi dari OPAC ini juga terlihat cukup menarik
karena menyertakan beberapa simbol atau logo dan warna yang berbeda, sehingga cukup
menarik perhatian pengguna. Selain itu dilihat dari perwajahan tampilan hasil penelurusan,
OPAC ini juga menampilkan tema yang cukup menarik dan mempunyai user interface yang
tinggi. Namun ketika dianalisis OPAC ini kurang menampilkan sesuatu tentang tema
perpustakaan. Tampilannya juga masih terlalu sederhana dan tidak ada tema gambar yang
lebih modern. Pemilihan warna yang juga cukup monoton yaitu warna biru muda.Berikut
tampilan laman depan OPAC: Berikut tampilan OPAC Koha di bagian laman dalam:

5. User Effort
Dari segi user effort atau usaha pengguna dalam memahami dan menggunakan aplikasi,
OPAC ini cukup membantu meminimalisasi upaya yang berlebihan dari pengguna. Artinya
aplikasi ini cukup memudahkan untuk menggiring pengguna menggunakan fasilitas
aplikasi. Sehingga pengguna yang sudah melakukan penelusuran koleksi dapat langsung
memilih siapa pengarang dan topik apa yang diinginkan. OPAC ini juga telah menyediakan
tampilan time lag bersamaan pada saat informasi yang hasil pencarian muncul.Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa web Server Perpustakaan STIK Bina Husada
Palembang ini sudah cukup membantu memudahkan pengguna sehingga pengguna tidak
perlu menggunakan upaya lebih dan bingung menggunkannya.

PENUTUP

Kesimpulan
Alat penelusuran OPAC Perpustakaan STIK Bina Husada Palembang dapat dievaluasi
menggunakan enam kriteria, yaitu (1) Coverage/cakupan, (2) time lag, (3) recall, (4) precision,
(5) presentation, dan (6) user effort. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur sebarapa efektifkah
alat penelurusan tersebut dalam melakukan proses penelusuran. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan melalui enam kriteria tersebut dapat jelaskan; (1) coverage/cakupan yang
diberikan oleh OPAC sudah cukup baik, karena OPAC memberikan menu atau fitur-fitur yang
lengkap seperti advance search, (2) time lag atau waktu yang dibutuhkan alat penelusuran untuk
menampilkan hasil informasi sangat cepat yaitu dengan rata-rata 0,10 detik atau kurang dari 1
detik, (3) recall atau kemampuan alat penelusuran dalam memanggil koleksi yang diinginkan
menghasilkan nilai sebesar 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas recall pada
kategori kurang efektif, (4) precision atau kemampuan alat penelusuran dalam menyajikan
koleksi yang relevan didaptkan hasil sebanyak 33 persen. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
efektivitas precision dalam kategori rendah atau kurang efektif, (5) form presentation,
mempunyai kelebihan simpel dan beberapa fitur telah menggunakan logo yang menarik, namun
tema yang digunakan masih terlalu sederhana dan monoton, (6) user effort, aplikasi ini sudah
menyajikan petunjuk penggunaan yang baik. Hal ini bisa dilihat dari petunjuk setiap pilihan yang
tidak membingungkan pengguna, sehingga pengguna lebih mudah beradaptasi meskipun baru
pertama menggunakan apalikasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal, S.N. (Ed.). 1982. Perspektif in library and information science. Jilid 2. Lucknow (India) : Uttar Pradesh
Library Association.

Muddamale, M.R. 1998. Natural Language Versus Vontrolled Vocabulary in Information


Retrieval: A case study in soil mechanics. Journal on The American Society for
Information Science. 49 (10): 881.

Conlon,C.A. and R.V. Katter. 1967. Opening the Blacboard of “relevance”. Journal of
Documentation, 23 (4): 291.

Su, L.S. 1992. Evaluation measures for interactive information retrieval. Information
processing & Management, 28 (4): 503.
Surachman,arief. Penelusuran Informasi: sebuah pengenalan. (Yogyakarta:UPU Perpustakaan UGM.2007)

Tague-Sutcliffe. 1992. The Pragmatics of information retrieval experimentation, Revised.


Information Processing & Managemen, 28 (4): 467.

Hasugian, Jonner. 2006. Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkontrol dalam Sistem
Temu Kembali Informasi Berbasis Teks. Dalam Jurnal Pustaka: Jurnal Studi Perpustakaan
dan Informasi, Vol. 2, No. 2, Desember 2006. USU Press.

Heri Abi Burachman Hakim (Staf Perpustakaan FISIPOL UGM),


http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=33/ diakses
pada 30 April 2019

Rowley,J. 1990. Abstracting and Indexing.Second Edition.London: Clive Bingley.

Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Citra Karya Karsa
Mandiri.

Pendit, Putu Laxman. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perpustakaan


Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

Yusuf, Pawit M. 1988.Pedoman mencari sumber informasi. Bandung: Remadja Karya.

Вам также может понравиться