Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh:
resyapitria@gmail.com
Abstrak
Evaluasi terhadap software yang dibangun perlu dilakukan salah satunya untuk mengetahui
bagaimana penelusuran informasinya, system simpan dan temu kembali informasi
nya.penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu kembali informasi yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang dibutuhkan, dengan bantuan
berbagai alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki perpustakaan/unit
informasi.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah mahasiswa di STIK Bina Husada
merasakan efektifitas, efisiens dan kepuasan dalam penggunaan softawre SLIMS Perpustakaan
Stik Bina Husada Palembang. Penelitian ini dilakukan melalui pengamatan dan penelusuran
langsung ke situs web Perpustakaan Stik Bina Husada Palembang. Dan mencoba mencari
beberapa koleksi guna mengetahui apakah koleksi yang di cari itu ada, apakah cepat dalam
pencarian, dan ke efektifannya.
1
Surachman,arief. Penelusuran Informasi: sebuah pengenalan. (Yogyakarta:UPU Perpustakaan UGM.2007)
PEMBAHASAN
2
Agarwal, S.N. (Ed.). 1982. Perspektif in library and information science. Jilid 2. Lucknow (India) : Uttar Pradesh
Library Association. Hal 17
terdiri dari dua jenis yakni informasi lisan dan informasi terekam. Informasi lisan merujuk pada
informasi yang disampaikan secara lisan dan merupakan bentuk komunikasi di dalam
masyarakat.Sedangkan informasi terekam merujuk kepada informasi yang terekam dalam
berbagai media seperti buku, majalah, jurnal, compact disc, ataupun bentuk lainnya.
Perpustakaan sebagai lembaga pusat sumber informasi biasanya lebih banyak mengelola
informasi terekam bukan informasi lisan.
Informasi yang terekam dalam perpustakaan dapat dilihat dalam berbagai bentuk koleksi
ataupun media seperti koleksi buku fiksi, koleksi buku non fiksi, koleksi media cetak non buku,
koleksi multimedia, dan koleksi digital/online. Koleksi buku non fiksi biasanya menyimpan
informasi fiktif, inspiratif, dan rekreatif yang berupa buku cerita, novel, dan lain-lain. Sedangkan
koleksi buku non fiksi biasanya menyimpan informasi yang lebih bersifat informatif, edukatif,
dan ilmiah yang berupa buku teks, buku referensi, buku pedoman, buku manual, dan lain-lain.
Adapun koleksi media non buku biasanya berupa terbitan berkala, leaflet, pamlet, brosur,
poster, kliping, lukisan atau gambar, peta, globe bahkan alat peraga. Koleksi multimedia
merupakan satu bentuk informasi terekam dalam berbagai media yang mengandalkan teknologi
elektronik seperti video cassette, audio cassette, CD, DVD, media mikro, audio reader, slide
suara, audio book, dan lain-lain. Bahkan kemajuan internet telah membuat informasi dapat
diakses secara online melalui situs web, video onine, audio online, journal online, database
online, majalah online, koran online dan media online lainnya.
Keberadaan informasi dalam keanekaragaman baik bentuk media atau sumber tertentu
yang menjadikan masalah tersendiri dalam menemukan kembali informasi yang ada. Apabila
jumlah informasi yang beredar sudah mencapai ribuan, jutaan bahkan milyaran. Hal inilah yang
kemudian mengapa diperlukan adanya media atau strategi untuk mendapatkan informasi secara
cepat, tepat dan akurat. Proses dalam menemukan informasi inilah yang sering disebut sebagai
temu kembali informasi, dimana secara spesifik juga akan menyangkut penelusuran informasi.3
Temu kembali informasi sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyediakan
dan memasok informasi bagi pemakai sebagai jawaban atas permintaan atau berdasarkan
kebutuhan pemakai (Sulistyo-Basuki, 1992). “Temu balik informasi” merupakan istilah yang
3
Yusuf, Pawit M. 1988.Pedoman mencari sumber informasi. Bandung: Remadja Karya, hal. 159
mengacu pada temu balik dokumen atau sumber atau data dari fakta yang dimiliki unit informasi
atau perpustakan. Sedangkan penelusuran informasi merupakan bagian dari sebuah proses temu
kembali informasi yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai akan informasi yang
dibutuhkan, dengan bantuan berbagai alat penelusuran dan temu kembali informasi yang dimiliki
perpustakaan / unit informasi.
Penelusuran informasi menjadi penting karena “ruh” atau “nyawa” dari sebuah layanan
informasi dalam unit informasi atau perpustakaan yang bagaimana memenuhi kebutuhan
informasi yang diminta pemakai, bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai, dan
bagaimana memberikan “jalan”kepada pemakai untuk menemukan informasi yang dikehendaki.
Proses penelusuran informasi menjadi penting untuk menghasilkan sebuah temuan atau
informasi yang relevan, akurat dan tepat. Proses dan penggunaan alat yang tepat akan
menghasilkan informasi yang tepat pula. Berdasarkan dari pengertian diatas tentang informasi,
penulis menyimpulkan bahwa sarana penelusuran adalah alat penunjang bagi proses transfer
pesan/makna yang memiliki nilai didalamnya dari pemberi kepada penerima informasi.
4
Heri Abi Burachman Hakim (Staf Perpustakaan FISIPOL UGM),
http://www.heri_abi.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=33/ diakses pada
30 April 2019
dapat digunakan untuk mengevaluasi sistem pencarian informasi, yaitu (1) Coverage/cakupan,
(2) time lag, (3) recall, (4) precision, (5) presentation, dan (6) user effort.5
1. Coverage/cakupan
Coverage/pencakupan merupakan cara penyajian sebuah sistem temu kembali informasi
dalam menampilkannya kepada pengguna. Cakupan ini sangat berpengaruh pada penilaian
pertama oleh pengguna. Dalam hal ini cakupan suatu sistem penelusuran informasi dapat
dilihat dari kelengkapan informasi, ketepatan atau kesesuaian informasi, dan penyajian yang
diberikan oleh alat penelusuran informasi.
2. Time Lag
Jeda waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan informasi melalui mesin pencari
informasi merupakan faktor yang sangat penting. Cleverdon mengatakan jeda waktu ini juga
sangat dipengaruhi dengan tingkat kualitas lalu lintas internet pada saat digunakan. Hal ini
juga dimungkinkan terjadi beberapa kesalahan dalam pengukuran. Selain itu, hal ini juga
cukup sulit untuk menggunakan jeda waktu sebagai ukuran kualitas sebuah mesin pencari.
Namun untuk mengukur kualitas time lag pada sebuah mesin mencari dapat dilihat dari
seberapa cepat mesin pencari menemukan informasi yang dipanggil. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin sedikit waktu yang diperlukan dalam penelusuran maka semakin
baik pula kualitas mesin penelusurannya.
3. Recall dan Precision
Di samping telah membantu dalam sistem temu kembali informasi di perpustakaan,
OPAC sebagai sistem yang dibuat oleh manusia tentu belum bisa dikatakan sempurna,
karena sebagai mesin pencari OPAC juga membawa persoalan tentang relevansi antara
informasi yang diberikan dengan informasi yang seharusnya dibutuhkan. Hal ini
dikarenakan secanggih apapun sebuah mesin pencari akan sulit memahami pikiran manusia.
Relevansi menurut Pendit berarti kecocokan apa yang dicari dengan apa yang ditemukan. 6
Sedangkan Bookstein yang dikutip oleh Hasugian menyatakan bahwa relevansi adalah
relatedness atau aboutness dan utility antara dua dokumen atau antara dokumen dengan
5
Gwizdka and Chignell. “Toward Information Rerieval Measures for Evaluation of Web Search Engine”.
Universitas of Toronto: Canad), hlm.1.
6
Pendit, Putu Laxman, Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia
(Jakarta: Sagung Seto, 2007), hlm. 67.
permintaan (query).7 Pendit menyatakan bahwa salah satu prinsip relevansi yang digunakan
dalam sistem temu kembali informasi adalah menggunakan ukuran recall dan precision.8
Recall menurut Lancaster dalam Pendit adalah proporsi jumlah dokumen yang dapat
ditemukan kembali oleh sebuah proses pencarian informasi. Sedangkan Recall menurut
pengertian Hasugian dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah sistem dalam memanggil
kembali dokumen yang dianggap relevan atau sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
mengukur recall, Lancaster dalam Pendit menjelaskan bahwa dapat menggunakan rumus di
bawah ini.
Precision sendiri merupakan sebuah ukuran yang mengukur tingkat proporsi jumlah
dokumen yang dapat ditemukan kembali oleh sebuah proses pencarian dan dianggap relevan
untuk kebutuhan pencaria informasi atau rasio jumlah dokumen relevan yang ditemukan
dengan total jumlah dokumen yang ditemukan (Lancaster dalam Pendit). 9 Sedangkan
menurut Hasugian precision dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah sistem untuk tidak
memanggil kembali dokumen yang dianggap tidak relevan atau tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh pengguna.10
Lancaster dalam Pendit menjelaskan untuk mengukur precision dapat diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
7
Hasugian, Jonner, Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkontrol dalam Sistem Temu Kembali Informasi
Berbasis Teks, hlm. 8.
8 Pendit, Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia, hlm. 69.
9
ibid., 53..
10
Hasugian, Penggunaan Bahasa. hlm. 16.
Relevant Not Relevant Total
Keterangan:
a (hits) = dokumen yang relevan
b (noise) = dokumen yang tidak relevan
c (misses) = dokumen relevan yang tidak ditemukan
d (reject) = dokumen tidak relevan yang tidak
ditemukan
Efektivitas Recall dan Precision
Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan dengan memanfaatkan
sarana dan prasarana yang tepat untuk mencapai tujuan Sedangkan efektivitas sistem temu
kembali informasi menurut Pao merupakan kemampuan dari sebuah sistem untuk memanggil
berbagai dokumen dari suatu database sesuai dengan permintaan pengguna. 11 Pengukuran
efektivitas suatu sistem temu kembali informasi dapat dilakukan dengan perhitungan terhadap
nilai perolehan (recall), nilai ketepatan (precision), dan jatuhan semu (fallout) (Tague-
Sutcliffe; Conlon,). 12 Namun di antara ketiga metode tersebut, perhitungan ketepatan
(precision) merupakan cara yang paling umum digunakan (Su; Tague-Sutcliffe).13
Efektivitas sistem temu kembali informasi dinilai berdasarkan teori Lancaster yaitu
relevan dan tidak relevan. Dalam teori tersebut juga dijelaskan bahwa efektivitas sistem
temukembali informasi dikategorikan menjadi dua yaitu (1) efektif, yaitu jika nilaiya di atas
50% dan (2) tidak relevan jika nilainya di bawah 50%. Kedua ukuran tersebut dinilai dalam
bentuk presentase 1-100%. Selain itu, Pendit mengatakan relevansi merupakan kecocokan
11
Pao, ML, Concepts of Information Retrieval. (Colorado : Englewood Libraries Unlimited, 1988), hlm. 3.
12
Conlon,C.A. and R.V. Katter, Opening the Blacboard of “relevance”. Journal of Documentation, 1967, hlm. 291.
13
Su, L.S., Evaluation measures for interactive information retrieval. Information processing & Management, 1992,
28 (4): 503.
apa yang dicari dengan apa yang ditemukan.14 Sedangkan menurut Bookstein yang dikutip
oleh Hasugian mendefinisikan bahwa relevansi adalah relatedness dan utility antara dua
dokumen atau antara dokumen dengan permintaan. (1) relatedness adalah apabila antara
dokumen dengan permintaan dikatakan terhubung (related) jika keduanya mengenai (about)
sesuatu yang sama, karena keduanya merupakan entitas yang serupa dan memiliki nilai atribut
yang sama, (2) utility menunjuk pada nilai atau guna suatu dokumen bagi pencari informasi.15
Kemudian Rowley menjelaskan bahwa efektivitas sistem bisa juga diukur hanya
berdasarkan tinggi atau rendahnya ketepatan dokumen dengan query. 16 Selain itu, juga
dijelaskan bahwa recall sebenarnya sulit diukur karena jumlah seluruh dokumen yang relevan
dalam database sangat besar. Oleh karena itu ketepatan-lah (precision) yang biasanya menjadi
salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai efektivitas sistem temu kembali informasi.
Adapun Lancaster memberikan penilaian untuk mengukur tingkat precision pada
penilaian efektivitas suatu sistem temu kembali informasi dengan ukuran angka dan
mengkategorikannya menjadi precision rendah yaitu tidak efektif, precision sedang berarti
kurang efektif, dan precision tinggi yang berarti efektif. Berikut tabel penilaiannya:
14
Pendit, Putu Laxman, Perpustakaan Digital dari A sampai Z, (Jakarta: Citra Karya Karsa Mandiri, 2008), hlm. 50.
15
Hasugian, Penggunaan Bahasa ..... hlm. 24.
16
Rowley,J, Abstracting and Indexing. Second Edition, (London: Clive Bingley, 1990), hlm. 7.
D. Evaluasi Sistem Temu Kembali Informasi Berbasis Web di Perpustakaan STIK Bina
Husada
Sekolah tinggi kesehatan (STIK) Bina Husada ini memiliki software otomasi SLIMS
akasia.8 dan sudah hosting ke internet. Alamat webnya yaitu: library.binahusada.ac.id. Untuk
mengetahui apakah database web server perpustakaan Bina Husada ini telah memberikan
informasi tentang koleksi yang relavan sesuai dengan kebutuhan pengguna tetap perlu
dilakukan evaluasi Salah satunya dengan menggunakan penilain tingkat precision atau
ketepatan atau keterhubungan. Penulis tidak melakukan penelitian dengan melibatkan
pengguna Perpustakaan. Akan tetapi hanya melakukan pengamatan dan melakukan penelusuran
di web server Perpustakaan STIK Bina Husada.
1. Coverage/Cakupan
Alat penelusuran OPAC di web server Perpustakaan STIK Bina Husada Palembang ini
secara cakupan telah mampu memberikan hasil yang baik. Penyajian informasi secara
keseluruhan cukup lengkap dan mudah dipahami oleh pengguna. Hal ini terlihat dari fasilitas
fitur-fitur pilihan yang lebih lengkap sehingga memungkinkan pengguna dalam memilih
sesuai keinginannya
.
Dari hasil yang disajikan dalam tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat recall
dan precision dari sistem temu kembali informasi OPAC web server perpustakaan STIK Bina
Husada Palembang dalam kategori kurang efektif, yakni dengan tingkat recall 40% dan
precision 33%, karena tingkat recall dan precision berada pada rentang nilai 0,40 - 0,33 atau
sedang. Rendahnya nilai recall dan precision tersebut dikarenakan pemahaman ini hanya pada
persepsi penulis dengan mengamati OPAC dan melakukan penelusuran dengan menggunakan
asumsi yang dipahami penulis. Sedangkan di dalam distem OPAC pengindeksan dan
pemilihan subyek sepenuhnya dilakukan oleh Pustakawan, sehingga sangat dimungkinkan
berbeda dengan asumsi pemustaka. Oleh karena keseragaman dan keberagaman subjek dalam
pengindeksan terutama dengan subjek yang semakna, perlu ditingkatkan kembali untuk
meningkatkan efektivitas OPAC Web Server Perpustakaan STIK Bina Husada.
3. Time Lag (respons time)
Respon waktu ini diamati dengan memperhatikan waktu mengakses program OPAC Web
Server Perpustakaan STIK Bina Husada Palembang dengan Waktu penelusuran hingga data
diperoleh. Berikut tabel penyajian penghitungan respons time dengan penelusuran melalui
subyek:
Subyek Buku Waktu akses Waktu data
program Ditemukan
Psikologi Kesehatan 3,87 detik 0,11 detik
Dari penyajian tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa rata-rata waktu yang
dibutuhkan dalam penelusuran informasi melalui OPAC secara online adalah 0,10 detik.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, sedikitnya waktu yang dibutuhkan untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan merupakan suatu penyajian yang baik bagi kepuasan
pemustaka. Hal ini mungkin disebabkan karena masih sedikitnya koleksi yang terinput
dalam database, sehingga sistem akan cepat mengolah data.
Penghitungan time lag/respons time sangat dipengaruhi oleh kelancaran jaringan atau
lalu lintas internet. Oleh sebab itu, kecepatan OPAC dalam menyajikan informasi koleksi
bisa didapatkan jika jaringan internet di lokasi saat penelurusan juga baik atau stabil. Selain
itu, lama atau tidaknya sistem OPAC menampilkan koleksi juga dipengaruhi oleh sistem
pengindeksan yang dilakukan saat menginput koleksi ke dalam sistem OPAC. Sistem
pengindeksan yang baik tentu akan menempatkan koleksi pada tempat yang baik dan mudah
ditemukan. Sehingga pada saat OPAC melakukan penelusuran juga sangat tergantung
dengan penempatan dan penyimpanan koleksi itu sendiri.
4. Form Presentation
OPAC Web Server STIK Bina Husada Palembang mempunyai tampilan perwajahan
yang simpel. Petunjuk pencarian juga bisa ditemukan dengan mudah, karena diletakkan pada
bagian warna yang lebih mencolok. Presentasi dari OPAC ini juga terlihat cukup menarik
karena menyertakan beberapa simbol atau logo dan warna yang berbeda, sehingga cukup
menarik perhatian pengguna. Selain itu dilihat dari perwajahan tampilan hasil penelurusan,
OPAC ini juga menampilkan tema yang cukup menarik dan mempunyai user interface yang
tinggi. Namun ketika dianalisis OPAC ini kurang menampilkan sesuatu tentang tema
perpustakaan. Tampilannya juga masih terlalu sederhana dan tidak ada tema gambar yang
lebih modern. Pemilihan warna yang juga cukup monoton yaitu warna biru muda.Berikut
tampilan laman depan OPAC: Berikut tampilan OPAC Koha di bagian laman dalam:
5. User Effort
Dari segi user effort atau usaha pengguna dalam memahami dan menggunakan aplikasi,
OPAC ini cukup membantu meminimalisasi upaya yang berlebihan dari pengguna. Artinya
aplikasi ini cukup memudahkan untuk menggiring pengguna menggunakan fasilitas
aplikasi. Sehingga pengguna yang sudah melakukan penelusuran koleksi dapat langsung
memilih siapa pengarang dan topik apa yang diinginkan. OPAC ini juga telah menyediakan
tampilan time lag bersamaan pada saat informasi yang hasil pencarian muncul.Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa web Server Perpustakaan STIK Bina Husada
Palembang ini sudah cukup membantu memudahkan pengguna sehingga pengguna tidak
perlu menggunakan upaya lebih dan bingung menggunkannya.
PENUTUP
Kesimpulan
Alat penelusuran OPAC Perpustakaan STIK Bina Husada Palembang dapat dievaluasi
menggunakan enam kriteria, yaitu (1) Coverage/cakupan, (2) time lag, (3) recall, (4) precision,
(5) presentation, dan (6) user effort. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur sebarapa efektifkah
alat penelurusan tersebut dalam melakukan proses penelusuran. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan melalui enam kriteria tersebut dapat jelaskan; (1) coverage/cakupan yang
diberikan oleh OPAC sudah cukup baik, karena OPAC memberikan menu atau fitur-fitur yang
lengkap seperti advance search, (2) time lag atau waktu yang dibutuhkan alat penelusuran untuk
menampilkan hasil informasi sangat cepat yaitu dengan rata-rata 0,10 detik atau kurang dari 1
detik, (3) recall atau kemampuan alat penelusuran dalam memanggil koleksi yang diinginkan
menghasilkan nilai sebesar 40 persen. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas recall pada
kategori kurang efektif, (4) precision atau kemampuan alat penelusuran dalam menyajikan
koleksi yang relevan didaptkan hasil sebanyak 33 persen. Hasil ini juga menunjukkan bahwa
efektivitas precision dalam kategori rendah atau kurang efektif, (5) form presentation,
mempunyai kelebihan simpel dan beberapa fitur telah menggunakan logo yang menarik, namun
tema yang digunakan masih terlalu sederhana dan monoton, (6) user effort, aplikasi ini sudah
menyajikan petunjuk penggunaan yang baik. Hal ini bisa dilihat dari petunjuk setiap pilihan yang
tidak membingungkan pengguna, sehingga pengguna lebih mudah beradaptasi meskipun baru
pertama menggunakan apalikasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, S.N. (Ed.). 1982. Perspektif in library and information science. Jilid 2. Lucknow (India) : Uttar Pradesh
Library Association.
Conlon,C.A. and R.V. Katter. 1967. Opening the Blacboard of “relevance”. Journal of
Documentation, 23 (4): 291.
Su, L.S. 1992. Evaluation measures for interactive information retrieval. Information
processing & Management, 28 (4): 503.
Surachman,arief. Penelusuran Informasi: sebuah pengenalan. (Yogyakarta:UPU Perpustakaan UGM.2007)
Hasugian, Jonner. 2006. Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkontrol dalam Sistem
Temu Kembali Informasi Berbasis Teks. Dalam Jurnal Pustaka: Jurnal Studi Perpustakaan
dan Informasi, Vol. 2, No. 2, Desember 2006. USU Press.
Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Citra Karya Karsa
Mandiri.