Вы находитесь на странице: 1из 4

Standar Kompetensi : 3.

Memahami Manfaat
Keanekaragaman Hayati
Kompetensi Dasar : 3.1 Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis,
ekosistem, melalui kegiatan pengamatan

Indikator
1. Merumuskan konsep keanekaragaman dari individu melalui kegiatan pengamatan
terhadap lingkungan sekitarnya
2. Mengenali berbagai tingkat keanekaragaman di lingkungan sekitar
3. Membandingkan ciri keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, jenis dan gen.
4. Menjelaskan peran keanekaragaman terhadap kestabilan lingkungan

Uraian Materi

1. Keanekaragaman Ekosistem

Makhluk hidup yang beranekaragam berinteraksi dengann lingkungan abiotik (air, tanah,
udara, cahaya, suhu, dan kelembaban) dan dengan berbagai jenis makhluk hidup lainnya.
Interaksi ini membentuk berbagai macam ekosistem yang bervariasi sehingga membentuk
keanekaragaman ekosistem.
Di Indonesia, diperkirakan terdapat sekitar 47 macam ekosistem yang berbeda,
antara lain ekosistem hutan bakau (mangrove), hutan hujan tropis, hutan dataran rendah,
hutan rawa, padang rumput (savana), hutan pantai, laut, terumbu karang, hutan tepi sungai,
hutan sagu, dan hutan rawa gambut

Beberapa Ekosistem Darat Alami di Indonesia


a. Ekosistem Hutan Bakau (Mangrove)
Ekosistem Hutan Bakau (Mangrove) terdapat di daerah pasang surut. Pada hutan bakau,
yang memiliki dasar lumpur, tumbuhan yang khas adalah Rhyzopora, Acanthus,
Avicennia, Bruguiera, Cerbera, dan Ceriops. Pada hutan bakau yang memiliki dasar
pasir koral, tumbuhan khasnya adalah Sonneratia alba.
Semua vegetasi pada hutan bakau memiliki system perakaran yang khas, yaitu akar
napas dan akar tunjang. Akar napas sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi rendahnya
kandungan oksigen dan akar tunjang untuk menahan peengaruh pasang surut air laut.
Fauna hutan bakau biasanya jenis Mollusca, kepitig, dan ular air.

b. Ekosistem Hutan Rawa Air Tawar


Ekosistem hutan rawa air tawar terdapat di belakang hutan bakau. Tumbuhannya natara
lain bungur (Lagerstroemia), dadap (Erithrina sp.), eceng gondok (Eichornia crasipes),
dan teratai (Nymphaea sp.). hewannya antara lain babi hutan, burung pecuk ular,
berbagai macam jenis ular dan ikan.

c. Ekosistem Hutan Tepi sungai


Ekosistem Hutan Tepi sungai terdapat di sepanjang tepi sungai besar dan merupakan
vegetasi rawa musiman. Ekosistem ini memiliki tanah yang subur, dalam, dan gembur.
hutan tepi sungai juga sering terdapat di ebing-tebing berbatu dengan vegetasi yang
tersususn atas tumbuhan berkayu dengan perakaran yang kuat yang hidup di celah-celah
batu.

d. Ekosistem Hutan Sagu


Vegetasi yang mendominasi ekosistem ini adalah pohon sagu, sehingga disebut
ekosistem hutan sagu. Dasar hutan sagu biasanya terdiri atas lapisan serasah daun yang
bergambut. Ekosistem hutan sagu terdapat secara luas di Maluku dan Papua.

e. Ekosistem Hutan Rawa Gambut


Ekosistem hutan rawa gambut banyak terdapat di Kalimantan. Ekosistem ini ditandai
oleh flora yang tumbuh tinggi, kurus, dan tidak lebat. Tanaman terdiri atas timbunan
gambut dengan tebal sekitar 0,5-20 meteryang sangat asam (pH < 4) dan kandungan zat
hara rendah sehingga tidak subur.

f. Ekosistem Pantai
Merupakan daerah perbatasan antara laut dan darat, serta merupakan daerah pasang
surut. Vegetasi pada ekosistem pantai dibedakan menjadi dua formasi, yaitu:
1. Formasi Pes caapre
Vegetasi yang utama adalah tumbuhan telapak kambing (Ipomoea pescaprae),
tumbuhan lain yang tumbuh di daerah ini antara lain rumput angin (Spinifex
littoreus), bakung, Vigna sp. Pandanus tectorius, dan Euphorbia atoto.

2. Formasi Barringtonia
Daerah ini didominasi oleh Barringtonia. Tumbuhan lain yang tumbuh di daerah ini
antara lain nyamplung, ketapang, waru, Hernandia, Pemphis, Thespesia, dan
erythrina.
3. Ekosistem Hutan Hujan Tropis
Ekosistem hutan hujan tropis terdapat di sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu di
sumatera, Kalimantan, Sulawesai, dan Papua. Hutan hujan tropis merupakan hutan
belantara dengan keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang tinggi sehingga
merupakan ekosistem yang mantap.

2. Keanekaragaman Jenis

Pada variasi tingkat jenis terlihat jelas adanya variasi bentuk, penampilan, rasa, dan variasi
sifat-sifat lain. Sebagai contoh, pada tumbuhan siwalan (lontar), kelapa (Cocos nucifera),
aren (Arengan pinnata), dan pinang (Cyrtostachis renda) terdapat perbedaan bentuk batag,
buah, dan tempat tumbuhnya. Siwalan lebih cocok hidup di tempat keering, kelapa di tepi
pantai, dan aren di pegunungan basah atau di hutan. Semua jenis tumbuhan tersebut berada
dalam faili yang sama yaitu Palmae, tetapi berbeda spesiesnya.
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang kaya. Taksiran jumlah jenis
kelompok utama makhluk hidup sebagai berikut: Hewan menyusui 300 jenis; Burung 7500
jenis; Reptil 2000 jenis; Amfibi 1000 jenis; Ikan 8500 jenis; keong 20000 jenis; serangga
250000 jenis. Tumbuhan biji 25000 jenis; paku pakuan 1250 jenis; lumut 7500 jenis;
Ganggang 7800 jenis jamur 72 000 jenis; bakteri dan ganggang biru 300 jenis. (Sastra
pradja, 1989). Beberapa pulau di Indonesia memiliki spesies endemik, terutama di pulau
Sulawesi; Irian Jaya dan di pulau Mentawai. Indonesia memiliki 420 spesies burung
endemik yang tersebar di 24 lokasi.

3. Keanekaragaman Genetik
Gen merupakan substansi dasar yangb mengendalikan cirri dan sifat suatu makhluk hidup.
Semua makhluk hidup dalam satu spesies memiliki perangkat dasar penyusun gen yang
sama, tetapi komposisi dan susunannya berbeda. Karena banyaknya kemingkinan susunan
gen pada individu dalam satu spesies, maka dapat dikatakan tidak ada dua individu yang
memiliki gen yang sama. Hal inilah yang mendasari terjadinya keanekaragaman endividu
(keanekaragaman gen).
Keanekaragaman genetik merupakan keanekaragaman sifat yang terdapat dalam
satu jenis. Dengan demikian tidak ada satu makhlukpun yang sama persis dalam
penampakannya. Matoa Pometia pinnata di Irian Jaya mempunyai 9 macam penampilan
dari seluruh populasi yang ada. Dengan kemampuan reproduksi baik vegetatif dan
generatif, populasi sagu di Ambon mempunyai 6 macam pokok sagu yang berbeda.
Berdasarkan jumlah jenis durian liar yang tumbuh di Kalimantan yang jumlahnya
mencapai 19 jenis, diduga bahwa Kalimantan adalah pusat keanekaragaman genetik
durian. Dengan teknik budi daya semakin banyak jenis tumbuhan hasil rekayasa genetik
seperti padi, jagung, ketela, semangka tanpa biji, jenis jenis anggrek, salak pondoh, dan
lain-lain. Keanekaragaman plasma nutfah di Indonesia tampak pada berbagai hewan
piaraan. Ternak penghasil pangan yang telah diusahakan adalah 5 jenis hewan temak yaitu
sapi biasa, sapi Bali, kerbau, kambing, domba dan babi. Dan 7 jenis unggas yaitu ayam,
itik, entok, angsa, puyuh, merpati dan kalkun serta hewan piaraan yang lain seperti cucak
rowo, ayam bekisar, dan lain-lain.
Keanekaragaman genetik hewan ini tidak semuanya berasal dari negeri sendiri.
Namun demikian melalui proses persilangan jenis-jenis hewan ini memperbanyak
khasanah keanekaragaman genetik di Indonesia.

Вам также может понравиться