Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang tua yang memiliki anak demam akan timbul berbagai macam perilaku
dan usaha sehingga muncul respon orang tua diantaranya, mencari pengobatan ke
pelayanan kesehatan seperti balai pengobatan, Puskesmas dan Rumah Sakit. Selain
itu tak jarang orang tua juga mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional.
Orang tua juga sering melakukan tindakan pengobatan sendiri, karena berdasarkan
pengalaman lalu usaha pengobatan sendiri dapat menyembuhkan. Orang tua juga
kadang tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa (no action) karena mungkin
beranggapan bahwa gejala akan hilang dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2014 :
140). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu predisposising
factor, mencakup pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Enabling factor, mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan dan personal control merupakan sebuah
kepercayaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu mempengaruhi kejadian
yang tidak diinginkan. Berdasarkan fenomena yang tersebut di UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya kebanyakan ibu yang memiliki anak 3-10 tahun
mengatakan belum mengetahui cara mengatasi demam yang efektif dan sebagian
mengatakan hanya memberi obat paracetamol.
Berdasarkan data dari World Health Organization memperkirakan jumlah
kasus demam di seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu
kematian tiap tahunnya. Di Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91.0%) dari
511 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka sedangkan
sisanya 23,1 saja menggunakan thermometer. Demam yang mencapai suhu 41°C
angka kematiannya mencapai 17%, pada suhu 43°C akan koma dengan kematian
70% dan pada suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa jam (Aryanti, 2015 : 36-
37). Pada tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah dengan kasus yang memiliki
gejala berupa demam yang diakibatkan Virus dilaporkan terdapat 1762 kasus, terjadi

1
2

peningkatan sebanyak 6,27 % lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus
pada tahun 2015 sebanyak 1658 kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang
(Profil Kesehatan Dinas Provinsi Kalimantan Tengah, 2016 : 87). Berdasarkan hasil
survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 9 Maret 2018, di UPT Puskesmas
Pahandut di Ruang Poli umum didapatkan data untuk kasus Febris (Demam) dari
bulan Juli – Agustus 2018 sebanyak 187 kasus dari 4 Pustu yang melaporkan dan
hasil wawancara singkat yang dilakukan pada tanggal 21 Maret 2018, di UPT
Puskesmas Pahandut kepada 10 responden secara acak, 7 responden (70%)
mengatakan mereka hanya tahu sedikit tentang demam dan dirumah memberikan
perawatan kepada anak berupa kompres air dingin dan memberi obat penurun panas,
sedangkan 3 responden (30%) mengatakan mereka hanya tahu sedikit tentang
demam dan mereka segera membawa anak untuk berobat tanpa melakukan
perawatan terlebih dahulu dirumah.
Menurut Putri (2016 : 28) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah
pendidikan, informasi/media massa, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan,
pengalaman, usia. Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan
menerima informasi termasuk informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan
serta dalam pembangunan kesehatan. Hasil penelitian terdahulu di Departemen Ilmu
kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tanggal bulan Maret 2012 sampai
bulan Juni 2012 mendapatkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang demam dengan pengelolaan demam pada anak. Ibu dengan tingkat
pengetahuan rendah tentang demam memiliki resiko 7 kali lebih besar untuk
melakukan pengelolaan demam anak yang buruk daripada ibu dengan pengetahuan
tingkat tinggi. (Amirila dkk, 2012 : 11 ). Jika demam tidak ditangani dengan baik
maka dapat terjadi berbagai komplikasi seperti adanya kemungkinan dehidrasi,
karena pada saat anak demam terjadi evaporasi cairan tubuh sehingga anak
kekurangan cairan. Demam juga dapat memperberat keadaan anak dengan
pneumonia berat. Kerusakan neurologis dan kejang demam dapat terjadi pada
kenaikan suhu sampai 42˚C (Lala , 2017 : 180).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat dibutuhkan
dalam usaha promotif dan preventif dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya promotif yaitu dengan pendidikan kesehatan mengenai demam,
3

preventif adalah pencegahan demam bisa dengan menganjurkan minum air putih
yang banyak dan penggunaan pakaian tipis yang dapat menjaga sirkulasi udara dan
mempertahankan suhu normal tubuh. adapun beberapa cara untuk penanganan
demam anak, diantaranya adalah pemberian obat antipiretik, kompres hangat,
menganjurkan minum air lebih banyak dari biasanya, dan menggunakan pakaian tipis
pada anak atau melepaskan pakaian atau selimut yang tebal. Penanganan yang tepat
mengenai penyakit yang menyertai demam, merupakan hal penting agar demam
dapat diatasi dengan benar. Berdasarkan permasalah diatas, penulis bermaksud
melakukan penelitian yang akan menganalisis Hubungan Pengetahuan dengan
Perilaku Ibu Dalam Penanganan Gejala Febris (demam) pada Anak Usia 3 – 10
Tahun di Wilayah UPT Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Ibu
Dalam Penanganan Gejala Febris (demam) pada Anak Usia 3 – 10 Tahun di Wilayah
UPT Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya?”.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yaitu :
1) Mengidentifikasi Pengetahuan ibu tentang gejala febris (demam).
2) Mengidentifikasi Perilaku ibu dalam penanganan gejala febris (demam).
3) Menganalisa hubungan Pengetahuan dengan Perilaku ibu dalam penanganan
gejala febris (demam) pada anak.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu manfaat penelitian teoritis dan
manfaat penelitian praktis sebagai berikut:
1) Teoritis
Manfaat penelitian secara teoritis sebagai sumber informasi dan referensi untuk
meningkatkan pendidikan kesehatan tentang febris (demam).
4

2) Praktis
Manfaat peneliti secara praktis terdiri dari 4 hal yaitu : Pengembangan Ilmu
Pengetahuan Teknologi (IPTek), Mahasiswa, Tempat Penelitian, dan Akademik.
1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTek)
Manfaat penelitian bagi perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi
dilaksanakan sebagai konstribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, serta
dapat diaplikasikan dalam asuhan keperawatan anak.
2. Mahasiswa
Manfaat penelitian bagi mahasiswa untuk menerapkan meteodologi penelitian.
Peneliti dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
didapat selama pendidikan dengan kenyataan yang ada di lapangan dan pengalaman
yang sangat berguna dalam memberikan dukungan dalam meningkatkan wawasan
mengenai penanganan pada gejala febris (demam) agar mampu mengaplikasikanya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tempat Penelitian
Sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut. Hasil
penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
penanganan gejala febris pada anak sehingga dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
4. Bagi Akademik
Penelitian dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan istitusi pendidikan
yaitu misi STIKes Eka Harap yaitu melakukan berbagai pengembangan dan
penelitian guna pengembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan.

Вам также может понравиться